BAB II PEMAHAMAN TERHADAP EKOWISATA RICE TERRACE Pada BAB ini menjelaskan mengenai pemahaman, prinsip-prinsip, klasifikasi dan sarana prasarana yang mendukung dalam perenanaan Ekowisata Rice Terrace di Jatiluwih Tabanan. 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Wisata 2.1.1
Pengertian Wiasata Secara umum pengertian wisata adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sementara guna keluar dari rutinitas atau kegiatan sehari-hari untuk sekedar melepas penat dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki daya tarik tersendiri. Adapun beberapa ungkapan mengenai wisata ialah sebagai berikut: 1) Menurut UU Kepariwisataan No. 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik. 8
2) Menurut Suwantoro (2004) istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. 3) Menurut Marpaung, H (2002) Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. 2.1.2
Tujuan Pariwisata Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata,
baik wisata lokal, regional atau ruang lingkup suatu negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut. Alasan kedua pengembangan pariwisata itu lebih banyak bersifat non ekonomis. Wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata salah satu motivasinya adalah untuk menyaksikan dan melihat keindahan alam dan termasuk di dalamnya cagar alam, kebun raya,tempat bersejarah dan candi-candi. Alasan ketiga pengembangan pariwisata untuk menghilangkan kepicikan berpikir, mengurangi salah pengertian, terutama bagi masyarakat di objek kepariwisataan itu dibangun Yoeti (2008). Pada
hakekatnya
tujuan
dari
pariwisata
secara
umum
adalah
pengoptimalan sumber-sumber daya pariwisata yang ada di suatu daerah tujuan wisata. Sumber-sumber yang dimaksud ialah sumber daya alam maupun sumber daya manusia itu sendiri dengan harapan membawa perubahan kea rah yang lebih baik. 2.1.3
Klasifikasi/ Jenis Wisata Pada umumnya wisatawan akan melakuakan kegiatan wisata dengan motif
dan tujuan tersendiri untuk melakukan kegiatan wisata tersebut. Motif dan tujuannya tersebut akan tercermin pada berbagai macam jenis wisata. Bagi daerah yang memiliki daya tarik tersendiri maka perlu untuk memepelajari motif ini
9
karena akan berhubungan dengan fasilitas-fasilitas wisata yang akan ditawarkan untuk meningkatkan promosi dan daya jual dari kunjungan wisata tersebut. Adapun berapa jenis wisata yang sudah dikenal ialah sebagai berikut Pendit (1994): 1) Wisata Budaya yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasan dan adat istiadat, cara hidup, kebudayan dan seni mereka. 2) Wisata Kesehatan yaitu perjalanan seseorang wisatawan yang bertujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani. 3) Wisata Olahraga yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk berolahraga atau memang sengaja untuk mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara. 4) Wisata Komersial yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya. 5) Wisata Industri yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan mahasiswa atau pelajar, atau orang-orang awam ke suatu tempat perindustrian dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan penelitian. 6) Wisata Bahari yaitu perjalanan yang banyak dikaitkan dengan olahraga air seperti danau, pantai atau laut. 7) Wisata Cagar Alam yaitu jenis wisata yang biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, Taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya, yang kelestariannya dilindungi oleh Undang-Undang. 8) Wisata Bulan Madu yaitu suatu perjalanan yang dilakukan bagi pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan.
10
2.1.4
Sarana Prasarana Wisata Pada hakekatnya prasarana patiwisata merupakan fasilitas yang yang
dapat menunjang suatu proses perekonomian, sehingga dapat memudahkan manusia untuk melakukan kegiatan. Menurut suwantoro (2004) Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Sedangkan Sarana kepariwisataan adalam semua fasilitas yang memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menurut Suwantoro (2004) sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Menurut Lothar A, Kreck dalam Yoeti (1996) sarana kepariwisataan terbagi atas: a. Sarana Pokok Kepariwisataan Yang dimaksud dengan sarana pokok kepariwisatan adalam perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Yang termasuk ke dalam kelompok ini ialah: travel agent, dan
tour operator, perusahan-perusahaan angkutan
wisata, hotel, dan jenis akomodasi lainnya, bar dan restoran, serta rumah makan lainnya, objek wisata dan atraksi wisata lainnya. b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan Yaitu perusahaan-perusahan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah saran olah raga, kolam renang, golf, berlayar, berselancar dan wahana sport recreation lainnya. c. Sarana Penunjang Kepariwisataan Yaitu perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu
11
daerah tujuan wisata, tapi fungsi yeng lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjungi. 2.2 Tinjauan Umum Ekowisata 2.2.1
Pengertian Pada awal kemunculannya ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta
alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Namun istilah ekowisata terus mengalami perkembangan dari waktu kewaktu. Adapun beberapa ungkapan mengenai pengertian ekowisata ialah seperti berikut ini: 1. Istilah ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan
wisata
ke
area
alami
yang
dilakukan
dengan
tujuan
mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. 2. Menurut
Eplerwood (1999) Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai
bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata 3. Menurut Australian Department of Tourism dalam Fandeli (2000) yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam. Dari beberapa pemahan mengenai ekowisata di atas maka pada hakekatnya ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab atas kemurnian dan kelestarian alam namun memberikan manfaat dan timbal
12
balik bagi kesajahteraan ekonomi serta keutuhan
budaya dari masyarakat
setempat. Melihat unsur –unsur dari ekowisata yang mengandung makna konservasi, edukasi, kebudayaan maupun petualangan maka ekowisata sering disebutkan dengan pariwisata alternatif. Pariwisata alternatif merupakan bentuk oposisi atau lawan dari pariwisata masal. Menurut Wearing dan Neil (2000) pariwisata alternatif didifinisakan sebagai bentuk-bentuk pariwisata yang menaruh perhatian dan konsisten terhadap alam, social dan nilai-nilai kemasyarakatan dan memberikan kesempatan wisatawan dan penduduk lokal untuk berinteraksi dan menikmatinya secara positif sdan saling tukar pengalaman. Adapun skema dari wisata alternatif bisa dilihat dari skema gambar 2.1 dibawah ini. TOURISM
Mass Tourism
Cultural
Alternative Tourism
Educational
Scientific
Adventure
Agri-tourism
Nature tourism or Ecotourism Gambar 2.1. Tipe Pariwisata dan Ragamnya (Wearing dan Neil, 2000)
Dari skema dan diagram mengenai tipe pariwisata beserta ragamnya dapat disimpulkan bahwa ekowisata sesuai dengan pengertian di atas tergolong ke dalam wisata alternatif. Dalam istilah yang paling sederhana, ekowisata dapat digambarkan sebagai bentuk kegiatan wisata dengan dampak yang paling minimal, konservasi, bertanggung jawab,dan apresiatif terhadap lingkungan dan budaya masyarakat yang dikunjungi Wearing dan Neil (2000). 2.2.2
Prinsip Ekowisata Pengembangan ekowisata yang berbasis konservasi dapat menjamin
keutuhan dan kelestarian ekosistem pada alam tersebut. Oleh karena itu terdapat
13
beberapa prinsip dalam pengembangan ekowisata yang harus diperhatikan dan dipenuhi. Bila prinsip-prinsip tersebut telah dijalankan dan dipenuhi maka akan mampu menjamin suatu pembangunan
yang ramah lingkungan dari
pembangunan yang berbasis kerakyatan. The Ecotourism Society, Eplerwood (1999) menyebutkan ada delapan prinsip, yaitu: 1) Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. 2) Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. 3) Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam. 4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan
pengembangan
ekowisata.
Demikian
pula
di
dalam
pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif. 5) Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. 6) Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat.
14
7) Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. 8) Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat. Pada hakekatnya ekowisata yang lebih bersifat kenservasi dimana bertujuan untuk melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Dengan pendekatan yang berwawasan lingkungan maka konsep pengembangan ekowisata menjamin hasil yang lebih memuaskan daripada pembangunann yang berkelanjutan sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam secara berlebihan, tetapi hanya menggunakan
jasa
alam
dan
masyarakat
untuk
memenuhi
kebutuhan
pengetahuan, fisik/ dan psikologis wisatawan. Melihat dari sifat dan karakter dari pengembangna ekowisata seperti yang telah dijelaskan di atas maka dalam pengembangan ekowisata sangat penting untuk dilakukan sebuah perencanaan. Menurut Frandeli, (2000), di dalam penyusunan perencanaan di tingkat nasional pertama-tama yang harus dilaksanakan adalah melakukan identifikasi pokok persoalan, kebijakan yang dilaksanakan berdasarkan regulasi yang ada, dan paradigma yang berkembang. Pengembangan ekowisata yang berazazkan konservasi merupakan prinsip penting dalam visi ekowisata. Ditambah dengan pemberdayaan masyarakat dan perekonomian rakyat merupakan salah satu landasan dalam perumusan dari misi ekowisata. Misi ekowisata dapat dijabarkan ialah sebagai berikut; melestarikan alam dengan mengkonservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, pengembangan ekonomi kerakyatan, serta meningkatkan pendapatan lokal, regional, maupun nasional secara berkeadilan. Adapun visi dan misi perencanaan nasional pengembangan ekowisata bisa dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut.
15
Visi Pengembangan Ekowisata
Konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya
Pemberdayaan masyarakat lokal
Misi Pengembangan Ekowisata
Konservasi alam
Pemberdayaan masyarakat dalam lapangan usaha kerja dan ekonomi kerkyatan.
Penghasilan lokal, regional, dan nasional yang berkeadilan
Strategi Pengembangan Ekowisata
Strukturisasi kewilayahan berdasarkan ekosistem dan kesatuan pengelolaan
Pengembangan berkeseimbangan ekosistem daratan dan perairan
Meningkatkan kualitas dan fungsi pelestarian dalam kawasan hutan
Program Pengembangan Ekowisata
Keterpaduan pelestarian dan pemanfaatan kawasan hutan sebagai produk ekowisata
Pengembangan ekowisata berkeadilan skala lokal, regional, nasional
Pemberdayaan masyarakat lokal
Keharmonisan masyarakat dan lingkungan
Pengembangan pemasaran terpadu
Gambar 2.2. Visi, Misi dan Perencanaan Nasional Pengembangan Ekowisata (Frandeli, 2000)
16
2.3 Tinjauan Mengenai Rice Terrace 2.3.1
Pemahaman Rice Terrace Berikut ini beberapa ungkapan mengenai pengertian terasering atau sistem
tanah yang berundak: 1. Menurut Yuliarta et al., (2002) Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur. 2. Sedangkan menurut Sukartaatmadja (2004), teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang. Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian erosi berkurang. Arsyad (1989). Menurut Yuliarta et al (2002), manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil, memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman. Dari pemahaman di atas maka teras merupakan sistem konservasi tanah yang dibuat dengan sistem berundak dengan maksud untuk memperpendek panjang lereng atau memperkecil kemiringan dengan menggali dan menguruh/ cut and fill sehingga akan mengurangi kesepatan aliran permukaan oleh air. Pembuatan teras pada lahan miring dimaskudkan untuk mengurangi resiko erosi oleh air hujan.
17
Rice Terrae atau sawah berundak adalah kondisi geografis dan topografis dari persawahan yang berundak-undak sehingga terlihat membentuk suatu teras yang biasa disebut terasering. Kondisi tersebut dikarenakan kondisi geografis pada daerah tersebut yang cenderung memiliki karakteristik yang berbukit atau memiliki tingkat kemiringan yang tinggi. Sehingga dilakukan pemanfaatan lahan dengan membentuk sistem persawahan yang berteras atau berundak. Hal ini juga sering dilakukan untuk mencegah ataupun menghindari dari bahaya erosi atau pengikisan permukaan tanah oleh air hujan. 2.4 Tinjauan Mengenai Langgam Arsitektur Dalam kaitannya pada penentuan tema dan langgam arsitektur maka perlu dialakukan tinjauan teori untuk mendasari terbentuknya tema yang akan diterapkan nantinya pada konsep maupun rancangan arsitektur. Adapun teori yang dipilih ialah teori yang memiliki keterkaitan antara arsitektur dengan lingkungan dimana sesuai dengan prinsip dasar dari ekowisata ialah berwawasan lingkungan. Berikut ini adalah penjabaran teori mengenai arsitektur lingkungan. 2.4.1
Arsitektur Ekologis Menurut Darjosanjoto dalam Titisari (2012), pendekatan ekologi dalam
arsitektur didefinisikan dengan Ecological design is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and low energy design. Dengan demikian terdapat integrasi antara kondisi ekologi lokal, iklim mikro dan makro, kondisi tapak, program bangunan atau kawasan, konsep, dan sistem yang tanggap terhadap iklim, serta penggunaan energi yang rendah. Integrasi dapat dilakukan pada tiga tingkatan: 1. Integrasi fisik dan karakter fisik ekologi setempat (tanah, topografi, air tanah, vegetasi, iklim, dsb.) 2. Integrasi sistem-sistem dengan proses alam (cara penggunaan air, pengolahan dan pembuangan limbah cair, sistem pembuangan dari bangunan, pelepasan panas dari bangunan, dsb.) 3. Integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan
18
Pendekatan ekologi dalam arsitektur lainnya menurut Frick dalam Titisari (2012) adalah bahwa eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan alam. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio kultural, ruang dan teknik bangunan. Eko- arsitektur bersifat kompleks, mengandung bagian-bagian arsitektur biologis (kemanusiaan dan kesehatan), serta biologi pembangunan. Oleh sebab itu eko-arsitektur bersifat holistik dan mengandung semua bidang. Dari beberapa pemahan di atas disimpulkan bahawa arsitektur ekologis merupakan suatu konsep arsitektur yang menciptakan suatu keharmonisan dan keselarasn antara arsitektur terhadap lingkungannya. Keharmonisan dan keselarasan tersebut diciptakan dengan cara memanfaatkan segala potensi dan karakteristik lingkungan yang ada ke dalam suatu rancangan arsitektur. 2.4.2 Prinsip-Prinsip Arsitektur Ekologis Pada cakupan yang lebih luas, Cowan dan Ryn dalam Titisari (2012) mengemukakan prinsip-prinsip desain yang ekologis sebagai berikut: 1. Solution Grows from Place: solusi atas seluruh permasalahan desain harus berasal dari lingkungan di mana arsitektur itu akan dibangun. Prinsipnya adalah memanfaatkan potensi dan sumber daya lingkungan untuk mengatasi setiap persoalan desain. Pemahaman atas masyarakat lokal, terutama aspek sosialbudayanya juga memberikan andil dalam pengambilan keputusan desain. Prinsip ini menekankan pentingnya pemahaman terhadap alam dan masyarakat lokal. Dengan memahami hal tersebut maka kita dapat mendesain lingkungan binaan tanpa menimbulkan kerusakan alam maupun ‘kerusakan’ manusia. 2. Ecological Acounting Informs Design: perhitungan-perhitungan ekologis merupakan upaya untuk memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan. Keputusan desain yang diambil harus sekecil mungkin memberikan dampak negatuf terhadap lingkungan. 3. Design with Nature: arsitektur merupakan bagian dari alam. Untuk itu setiap desain arsitektur harus mampu menjaga kelangsungan hidup setiap unsur ekosistem yang ada di dalamnya sehingga tidak merusak lingkungan. Prinsip ini
19
menekankan pada pemhaman mengenai living process di lingkungan yang hendak diubah atau dibangun. 4. Everyone is a Designer: melibatkan setiap pihak yang terlibat dalam proses desain. Tidak ada yang bertindak sebagai user atau participant saja atau designer/ arsitek saja. Setiap orang adalah participant-designer. Setiap pengetahuan yang dimiliki oleh siapapun dan sekecil apapun harus dihargai. Jika semua orang bekerjasama untuk memperbaiki lingkungannya, maka sebenarnya mereka memperbaiki diri mereka sendiri. 5. Make Nature Visible: proses-proses alamiah merupakan proses yang siklis. Arsitektur sebaiknya juga mampu untuk melakukan proses tersebut sehingga limbah yang dihasilkan dapat ditekan seminimal mungkin. 2.5 Tinjauan Fasilitas Sejenis 2.5.1
Taman Hutan Raya Mangrove Ngurah Rai Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasn pelestarian alam ynag
dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan atau satwa baik asli maupun buatan, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, budaya dan pariwisata/rekreasi. Site plan dari Taman Hutan Raya Mangrove bisa dilihat pada gambar 2.3 berikut
Gambar 2.3. Site Plan Taman Hutan Raya Mangrove Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
20
A. Keadaan Fisik Kawasan Taman Wisata Alam Prapat Benoa ditetapkan sebagai TAHURA Ngurah Rai berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 544/Kpts-II/1993 tanggal 25 September 1993 dengan luas 1.373,50 Ha. TAHURA Ngurah Rai secara administrasi pemerintahan terletak di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung dan Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar Propinsi Bali, sedangkan secara geografis TAHURA Ngurah Rai terletak pada 1159’-11514 Bujur Timur dan 849’ Lintang Selatan. B. Potensi Biotik Kawasan a) Flora Keadaan flora pada kawasan TAHURA Ngurah Rai didominasi tumbuhan jenis Sonneratia
alba,
Duabanga
moluccana,
Aegiceras
corniiculatum, Rhizophora mucronata dan tumbuhan bawah seperti Derris heterophylla dan Acanthus ilicifolius, Rhizophora mucronata dan Avicennia maria. b) Fauna Fauna yang terdapat di dalam kawasan TAHURA Ngurah Rai antara lain berbagai jenis burung seperti : Fregeta minor, Sula leucgaster, Sterna hirundo,
Halcyon
chloris,
Geopelia
striata,
Streptopelia
chinnensis dan Duculaanal, dan Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) serta Teripang (Echinodermata) dan ditemukan juga jenis Mollusca, Gastropoda, Pelecypoda yang hidup pada sisa-sisa batu karang. C. Potensi Wisata Alam a) Daya tarik obyek TAHURA Ngurah Rai merupakan bagian dari kawasan wisata Pulau Serangan, Teluk Banoa dan sekitarnya yang cukup diminati oleh para wisatawan mancanegara maupun nusantara, potensi wisata alam yang cukup menonjol adalah panorama hutan bakau (Ekotourisme) dan panorama pantai yang cukup indah.
21
b) Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan Beberapa kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan diantaranya adalah : traecking/lintas alam, menikmati pemandangan alam pantai, memancing, pengamatan burung, atraksi wisata bahari dan lain-lain. c) Sarana kemudahan dan pelayanan Beberapa fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata alam di TAHURA Ngurah Rai adalah : Gedung Pusat Informasi Mangrove, Jalan Panggung sepanjang + 2,4 Km yang membentang di tengah-tengah hutan mangrove, Menara Pengamatan burung dan jalan setapak. D. Pencapaian ke lokasi Kawasan TAHURA Ngurah Rai terletak pada posisi strategis yaitu pada segitiga emas pariwisata Sanur, Nusa Dua dan Kuta, dapat dicapai dengan mudah melalui jalan bypass Sanur - Nusa Dua. E. Fasilitas Wisata Setelah dibuka menjadi objek wisata konservasi/ petualangan ada beberapa fasilitas penunjang wiasta pada Taman Hutan Raya Ngurah Rai ini.Untukdetail fasilitas wisata bisa dilihat pada gambar 2.4 sampai 2.14 berikut:
U
Gambar 2.4. Lay Out Taman Hutan Raya Mangrove Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
22
B
U
F A C G
I
E
G
G I
D H
I
A G I
G
Keterangan: a. Area Parkir
b. Tiket Masuk
c. Fasilitas Perdagangan
d. Ruang Pengelola dan Loket
e. Tiketing
f. Toilet Umum
g. Rest Area
h. Menara
i. Jalan Panggung
Gamabar 2.5 Fasilitas Wisata Taman Hutan Raya Mangrove
a) Area Parkir Fasilitas parkir merupakan fasilitas yang mutlak yang harus tersedia dalam berbagai bentuk dan jenis pariwisata. Begitu pula pada objek ini, pada area ini terdapat fasilitas parkir dengan kapasitas kendaraan 20 mobil lengkap dengan loket/ tiket masuk ke area wisata ini.
23
Gambar 2.6. Fasilitas Parkir Taman Hutan Raya Mangrove Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
b) Tiket Masuk Fasilitas ruang untuk tiket masuk menuju objek terletak pada bagian depan berdampingan dengan gapura/ pintu masuk menuju objek Taman Hutan Raya Mangrove.
Gambar 2.7. Tiket Masuk Taman Hutan Raya Mangrove Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
c) Fasilitas Perdagangan Zona untuk fasilitas perdagangan diplotkan pada area bagian timur atau tepatnya sebelah timur parkir pengunjung. Fasilitas ini difugsikan untuk pengunjung ataupun jasa sopir yang mengantar wisatawan untuk menunggu dan beristirahat. Pada are ini ada beberapa lapak dagang yang berdiri namun dalam kondisi yang belum tertata.
24
Gambar 2.8. Fasilitas Perdagangan Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
d) Loket dan Ruang Pengelola Fasilitas ini difungsikan sebagai tempat untuk membeli tiket untuk memasuki kawasan wisata alam mangrove. Adapun harga tiket masuk pada wisata ini ialah Rp. 10.000 rupiah. Selain sebagai tempat pembelian tiket masuk adapun fasilitas ini juga difungskan sebagai ruang pengelola oleh petugas lapangan yang mana kantor pusat pengelola dari UPT. Tahura Ngurah Rai terletak di Jalan Menuh, No.6 Denpasar.
Gambar 2.9. Fasilitas Loket dan Ruang Pengelola Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
e) Tiketing/ Main Gate Fasilitas ini difungsikan untuk pemeriksaan tiket masuk dan sekaligus sebagai pintu masuk menuju trekking kawasan hutan mangrove.
25
Gambar 2.10. Fasilitas Tiketing/ Main Gate Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
f) Toilet umum Toilet merupakan fasilitas yang mutlak yang harus dimiliki oleh daerah kunjungan wisata. Begitu pula pada wisata mangrove ini letak toilet berada di area depan tepatnya di area parkir pengunjung.
Gambar 2.11. Fasilitas Toilet Umum Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
g) Pondok Peristirahatan/Rest Area Fasilitas ini adaa pada kawasan hutan mangrove. Fasilitas ini difungsikan untuk tempat beristirahat bagi para pengunjung sepanjang perjalanan menyusuri Hutan Mangrove tersebut. Pada fasilitas ini juga disediakan beberapa informasi mengenai jenis-jenis flora dan fauna yang ada di kawasan Hutan Mangrove ini.
26
Gambar 2.12. Fasilitas Pondok Peristirahatan dan Informasi Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
h) Menara (Tower) Pada wisata ini terdapat 2 buah menara/tower yang difungsikan sebagai fasilitas untuk melihat keadaan ekosistem mangrove dan tracking dari tampak atas.
Gambar 2.13. Fasilitas Menara/Tower Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
i) Jalan Pangung (Tracking) Jalan panggung/ Tracking ini memiliki panjang kurang lebih 2,4 Km mengelilingi kawasan hutang mangrove. Melalui jalan ini pengunjung bisa melihat keanekaramaan flora maupun fauna beserta ekosistemnya sepanjang perjalanan di area traking ini. Pada jarak tertentu juga dilengkapi dengan
27
pondok peristirahatan dan informasi mengenai spesies di hutan mangrove tersebut.
Gambar 2.14. Fasilitas Jalan Tracking Sumber: Observasi Lapangan 8 Oktober 2015
2.5.2
Ceking Terrace Ceking Terrace merupakan daya tarik wisata yang memiliki kemiripan
terhadap wisata di jatiluwih yaitu menjual view persawahan sebagai objek utama. Lokasi dari obyek wisata Ceking Terrace Obyek Wisata Ceking Terrace berjarak 5 km dari pusat pariwisata Ubud atau bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 20 menit , dan 30 km dari Kota Denpasar. tepatnya berada di Desa Tegallalang, Gianyar. Obyek wisata ini berbatasan langsung dengan Desa Pekraman Kedisan dan sebagian area persawahan Ceking
Terrace merupakan wilayah Desa
Pekraman Kedisan. Kondisi alam wisata ceking terrace dapat dilihat pada gambar 2.19 berikut.
Gambar 2.15. Ceking Terrace Sumber: Observasi 4 Oktober 2015
28
A. Kondisi Fisik Lingkungan Kondisi topografi memiliki kemiringan yang bertransis dan curam menuju arah timur dari akses/ jalan utama. Objek Wisata Ceking Terrace memiliki daya tarik persawahan yang bertransis dan memiliki aksebilitas yang berdekatan dengan objek wusata ubud sehingga kawasan ini tergolong padat dengan bangunan penunjang karena banyaknya kunjungan ke daerah tersebut. Adapun beberapa potensi alam yang ada pada daerah tersebut.. a) Flora Ceking terrace merupakan persawahan yang memiliki keindahan pada transisnya sehingga tumbuhan padi pada persawahan merupakan potensi biotik/ flora pada daerah tersebut b) Fauna Sedangkan aneka ragam fauna yang dapat dijumpai di daerah tersebut adalah keberadaan burung bangau khas Gianyar yang sewaktu-waktu menghiasi keindahan alam pada daerah tersebut.
Gambar 2.16. Kondisi Fisik Ceking Terrace Sumber: Observasi 4 Oktober 2015
B. Potensi Wisata Alam Selain kondisi sawah yang bertransis adapun potensi dari wisata alam pada kawasan ini adalah dengan adanya fasilitas trekking menyusuri persawahan dengan mengikuti garis transis pada persawahan tersebut. Kondisi trekking di ceking terrace dapat dilihat pada gambar 2.21 berikut
29
Gambar 2.17. Trreking Persawahan Ceking Terrace Sumber: Observasi 4 Oktober 2015
C. Fasilitas Wisata Adapun beberapa fasilitas wiata pada Objek Wita Ceking Terrace dapat dilihat pada gambar 2.18 sampai 2.21 sebagai berikut: U C
B A
A
A
Keterangan: a. Fasilitas Parkir b. Artshop dan Restoran c. Trekking
Gambar 2.18. Lay Out Wisata Ceking Terrace Sumber: Observasi 4 Oktober 2015
30
a. Fasilitas Parkir Fasilitas parkir merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh setiap objek wisata/ bangunan komersil. Sedangkan keberadaan parkir merupakan kekurangan pada objek wisata ini. Adapun fasilitas parkir pada objek ini ialah melalui pemanfaatan lahan kososng pada sekitar objek dan pemanfaatan bahu bahu jalan untuk dijadikan fasilitas parkir.
Gambar 2.19. Fasilitas Parkir Objek Wisata Ceking Terrace Sumber: Observasi 4 Oktober 2015
b. Art Shop dan Restoran Untuk menunjang kegiatan wisata maka diperlukannya beberapa fasilitas penunjang wisata. Hal tersebut juga terdapat pada objek wisata ini. Fasilitas penunjang tersebut ialah restosan dan art shop. Adapun restoran tersebut berada pada bagian timur akses utama/ jalan utama yang berbatasan langsung dengan persawahan ceking. Dimana untuk mengatasi kemiringan lahan dan memaksimalkan luasan lahan fasilitas ini menggunakan sistem cantilever dalam pembangunannya. Sedangkan fasilitas art shop berada pada sebelah barat jalan raya/ akses utama
Gambar 2.20. Fasilitas Restoran dan Art Shop Sumber: Observasi 4 Oktober 2015
31
c. Fasilitas Trekking Persawahan Pada objek ini juga terdapat fasilitas trekking yang memungkinkan pengunjung untuk lebih dekat pada alam persawahan tersebut. Alur trekking ini mengikuti garis transis dari persawahan ceking. Fasilitas ini dibuat semurni mungkin dengan mempertahankan karakteristik alam dengan tidak menambahkan elemen perkerasan pada trekking
Gambar 2.21. Fasilitas Trekking Sumber: Observasi 4 Oktober 2015
2.5.3
Ekowisata Wanasari Tuban Bali Seperti pemahaman mengenai prinsip dasar dari ekowisata yaitu
konservasi alam dan pemberdayaan masyarakat/ lingkungan sekitar maka itu pula yang mendasari pengembangan ekowisata wanasari ini. Hal ini pertama diprakarsai
oleh
kelompok
nelayan
Wanasari
Tuban-Kuta
Bali
untuk
memanfaatkan lahan hutan bakau/ Mangrove dengan mencoba mengembangkan budidaya kepiting bakau lokal. Hal ini juga di dukung oleh faktor pariwisata mengingat banyaknya permintaan atas bahan baku kepiting bakau untuk kuliner khususnya seafood restaurant yang marak di Bali. Dengan pertimbangan ini maka munculah ide untuk membudidayakan kepiting bakau dengan tidak merusak ekosistem hutan bakau dengan membuat suatu keramba kepiting bakau. Dengan berhasilnya pegembangan budidaya ini maka muncul ide untuk membuat ekowisata, dimana tujuan dari dibuatnya ekowisata ini dengan mengedepankan pendidikan tentang pentingnya menjaga habitat dan ekosistem hutan mangrove, dimana system yang dipilih yaitu dengan memberikan informasi tentang mangrove dan budidaya keramba kepiting bakau secara langsung, baik itu
32
dengan terjun langsung dalam pembudidayaan seperti, informasi pembuatan bibit kepiting dari indukan sampai siap panen, selain itu juga kita memberikan tentang pendidikan cara menjaga kelestarian hutan mangrove seperti penanaman pohon mangrove langsung kepada pengunjung serta pelepasan beberapa benih kepiting langsung pada alam bebas di sekitar hutan mangrove.
Gambar 2.22. Ekowisata Wanasari Tuban Sumber: Observasi Lapangan 10 Oktober 2015
A. Keadaan Fisik Ekowisata Wanasari Bali yang berada di Kabupaten Badung, Bali. Letaknya kurang lebih 3 km dari arah Bandara Internasional Ngurah Rai. Bila diakses dari arah Kota Denpasar melewati jalan underpass maka kawasan Ekowisata Wanasari Bali berada disebelah kiri jalan sebelum bundaran Jalan Tol diatas Laut. B. Potensi Wisata Alam Potensi biotik/ wisata alam yang utama yang ditawarkan pada ekowisata ini ialah beberapa jenis tumbuhan bakau/ mangrove dan kepiting bakau lokal. Pada wisata ini wisatawan akan diberi pengetahuan mengenai konservasi hutan bakau dan pembudidayan kepiting bakau lokal. C. Fasilitas Wisata a) Pengenalan sistem budidaya kepiting bakau Memberikan ilmu pengetahuan tentang cara berbudidaya kepiting bakau, dari pembenihan , pemeliharaan sampai dengan cara panen kepiting
33
bakau. Fasilitas wisata Ekowisata Wnasari Tuban bisa dilihat pada gambar 2.16 sampai 2.18 berikut
Gambar 2.23. Keramba Kepiting Bakau Sumber: Observasi Lapangan 10 Oktober 2015
Pada ekowisata wanasari ini juga terdapat program pelepasan kepiting bakau yang bertujuan untuk mengajak pengunjung akan pentingnya habitat asli hutan mangggrove, yang mana pengunjung bisa terjun langsung ke hutan mangrove untuk melepas bibit kepiting yang disediakan sehingga pengunjung dapat mengetahui bagaimana pelepasan bibit tersebut.
b) Tour ke Dalam Hutan Mangrove dengan perahu Tradisional Fasilitas mengelilingi hutan mangrove menggunakan perahu tradisional ditawarkan dengan tujuan untuk mengajak wisatawan melihat keindahan hutan mangrove dan ekosistemnya. c) Penanaman Bibit Pohon Bakau Dalam hal ini pengunjung diajak langsung untuk terlibat dan turun langsung untuk melakukan kegiatan penanaman pohon bakau dimana program ini adalam program yang paling penting pada ekowisata wanasari ini. Selain penghijauan, wisatawan juga diberikan edukasi mengenai pentingnya ekosistem hutan bakau bagi lingkungan sekitarnya. d) Tracking Hutan Mangrove Fasilitas ini disediakan pengelola untuk menfasilitasi pengunjunjung untuk mempermudah dalam melihat keadaan sekitar dan menuju keramba kepiting yang ada.
34
Gambar 2.24. Jalan Tracking Hutan Mangrove Sumber: Observasi Lapangan 10 Oktober 2015
e) Fasilitas Gazebo Fasilitas ini dibuat guna mendukung segala kegiatan ekowisata pada daerah ini. Pada wisata ini terdapat 3 buah gazebo, yang mana nantinya berfungsi seperti : pelaksanan meeting perusahaan , kegiatan kelompok untuk umum, seperti Perayaan pernikahan, pre weeding, perayaan ulang tahun dan lain lainnya
Gambar 2.25. Fasilitas Gazebo Sumber: Observasi Lapangan 10 Oktober 2015
f) Kuliner Hutang Mangrove Sebagai sarana pelengkap fasilitas ini ditawarkan untuk melengkapi fasilitas wisata di ekowisata wanasari ini dimana pengunjung akan disuguhkan suasana makan pada hutan mangrove.
35
2.6 Spesifikasi Umum Ekowisata Rice Terrace 2.6.1
Fungsi Ekowisata Rice Terrace A. Fungsi Umum Fungsi utama dalam pengembangan ekowisata lebih mengacu pada konservasi dan pelestarian lingkungan serta pemberian edukasi yang dalam ini adalah kondisi persawahan yang bertransis/ berundak dan sistem subak yang mengikat di dalamnya. B. Fungsi Penunjang Fungsi penunjang dari ekowisata bisa difungsikan sebagai sarana rekreasi maupun tempat melepas penat dari kejenuhan kegiatan sehari-hari yang dialami oleh pengunjung
2.6.2
Tujuan Ekowisata Rice Terrace A. Tujuan Umum Tujuan utama ekowisata ialah sebagai sarana untuk konservasi dan pelestarian
kondisi
persawahan
yang
bertransis
sekaligus
memberdayakan masyarakat ke dalam pengelolaannya sehingga dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. B. Tujuan Penunjang Tujuan penunjang dari ekowisata ini ialah memberika kesenangan dan kesempatan bagi para pengunjuk untuk terlibat langsung dalam kegiatan dan kebudayan bertani dari masyarakat sekitar. 2.6.3
Sistem Pengelolaan Ekowisata Rice Terrace Sistem pengelolaan ekowisata rice terrace ini adalah kerjasama antara pihak swasta dan pemerintah dimana pemerintah dalam hal ini diwakili oleh badan pengelola DTW Jatiluwih dibawah komdado langsung dari Bupati Tabanan.
2.6.4
Klasifikasi Fasilitas A. Fasilitas Utama Ekowisata merupakan perjalanan alam yang bersifat konservatif, dimana dari uraian kegiatan tersebut terdapat fasilitas utama seperti
36
information center, jalan tracking, rest area, loker dan ruang ganti pengunjung selama melakukan kegiatan ekowisata. B. Fasilitas Penunjang Merupakan fasilitas penunjang dari kegiatan ekowisata seperti restoran, cafeteria, souvenir shop toilet, parkir, dan fasilitas penunjang lainnya C. Fasilitas Pengelola Merupakan fasilitas untuk mewadahi segala aktifitas pengelola baik itu pimpinan maupun staff dan pegawai berupa ruang pengelola, dan loker. D. Fasilitas Service Merupakan fasilitas penunjang operasional seperti, gudang, tempat penampungan sampah, dan fasilitas service lainnya.
2.6.5 Lokasi Ekowisata Rice Terrace a) Lokasi ekowisata rice terrace tentunya menggunakan potensi persawahan yang berundak yang dalam ini menggunakan area persawahan pada kawasan rice terrace jatiluwih b) Akses atau penapaian menuju lokasi harus mudah ditemukan c) Adanya sarana penunjang yang lengkap pada sekitar site misalnya adany jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan telepon dan fasilitas penunjang wisata lainnya.
37