Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PROYEK Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang berhubungan dan terkait dengan Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu yang ditulis sejalan dengan permasalahan yang dihadapi. Tujuan dari landasan teori ini adalah sebagai dasar untuk memahami Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu yang sudah ada dan merencanakan Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu yang lebih baik . 2.1 Anak Usia Dini. Usia dini diyakini sebagai masa kritis bagi perkembangan karena dasar bagi keterampilan dan kecerdasan yang akan dibawa sampai usia dewasa dibangun pada usia tersebut (Shonkoff, 2000). Pengakuan akan pentingnya masa usia dini muncul dari bukti-bukti yang memperlihatkan pesatnya perkembangan otak yang terjadi sebelum anak berusia enam tahun, dan bagaimana pertumbuhan otak dipengaruhi oleh lingkungan anak, seperti rangsangan, pengasuhan dan gizi yang diberikan di rumah dan diluar rumah (McCain,2007). 2.1.1 Pengertian Anak Usia Dini. Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
7
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Anak usia dini merupakan periode sesudah masa bayi hingga berusia lima tahun disebut periode masa prasekolah. Usia ini merupakan periode berat karena kondisi kesehatan anak masih belum stabil. Usia ini merupakan periode berat karena kondisi kesehatan anak masih belum stabil. Jika makanan yang diberikan tidak memenuhi standar gizi, anak mudah terserang infeksi, terutama diare atau cacingan. Jika terserang, anak akan menjadi kurus, kurang bersemangat, cengeng, cenderung lamban, dan bodoh. Karena itu, kebutuhan gizinya yang semakin besar sejalan dengan perkembangan fisiknya harus diperhatikan (Widjaja, 2002). 2.1.2 Teori Perkembangan Anak Usia Dini. Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal beberapa pembagian masa hidup anak yang disebut sebagai fase atau perkembangan. Fase perkembangan ini mempunyai ciri-ciri yang relatif sama, berupa kesatuan-kesatuan peristiwa yang bulat.
Menurut
artikel
berjudul
“Definisi
menurut
beberapa
ahli”
(www.matapelajaran.org) adalah sebagai berikut; 1. Perkembangan menurut Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles membagi masa perkembangan selama 21 tahun dalam 3 septenia (3 periode kali 7 tahun), yang dibatasi oleh 2 gejala alamiah yang penting, yaitu: a. Pergantian gigi b. Munculnya gejala-gejala pubertas Hal ini didasarkan pada paralelitas perkembangan jasmaniah dengan perkembangan jiwani anak. Pembagian tersebut meliputi:
0-7 tahun : masa anak kecil, masa bermain.
7-14 tahun : masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah.
14-21 tahun : masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa.
2. Perkembangan menurut Charlotte Buhler. Charlotte Buhler membagi masa perkembangan sebagai berikut: a. Fase pertama, 0-1 tahun
8
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Merupakan masa menghayati obyek - obyek di luar diri sendiri dan saat melatih fungsi-fungsi, terutama fungsi motorik, yaitu fungsi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan dari badan dan anggota badan. b. Fase ke dua, 2-4 tahun Merupakan masa pengenalan dunia obyektif di luar diri sendiri, disertai penghayatan subyektif. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan pengamatan obyektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada bendabenda di luar dirinya. Fase ini disebut juga sebagai fase bermain, dengan subyektifitas yang sangat menonjol. c. Fase ke tiga, 5-8 tahun Merupakan masa sosialisasi anak. Anak mulai memasuki masyarakat luas, misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan teman-teman sepermainan, dan sekolah rendah. Anak juga mulai belajar mengenal sekitar secara obyektif serta mulai belajar mengenal arti prestasi pekerjaan dan tugas-tugas kewajiban. d. Fase ke empat, 9-11 tahun Merupakan masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektivitas tertinggi. Periode ini juga merupakan masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah dan bereksplorasi. e. Fase ke lima, 14-19 tahun Merupakan masa tercapainya sintese antara sikap ke dalam batin sendiri dengan sikap keluar kepada dunia obyektif. Pada masa ini subyektivitas anak dilakukan secara sadar. 3. Perkembangan menurut Johan Amos Comenius (1592-1671) Johan Amos Comenius dalam bukunya “Didactica Magna” membagi periode perkembangan sebagai berikut: a. 0-6 tahun, merupakan periode sekolah ibu. b. 6-12 tahun, merupakan periode sekolah bahasa ibu. c. 12-18 tahun, merupakan periode sekolah latin. d. 18-24 tahun, merupakan periode universitas.
9
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
2.1.3 Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini. Dalam buku “Child Development 0–8 A Journey through the Early Years” (2008), Maria Robinson menjabarkan beberapa prinsip dalam perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut: 1. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasa aman dan nyaman dalam lingkungannya.
Gambar 1.Anak yang sedang bercocok tanam. Sumber: http://www.vancouversun.com/binary/7905585.jpg
2. Anak belajar terus-menerus, dimulai dari membangun pemahaman tentang sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali suatu konsep, hingga mampu membuat sesuatu yang berharga. 3. Anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa, maupun dengan teman sebaya.
Gambar 2.Anak yang sedang berinteraksi sosial. Sumber: http://www.livingwellspendingless.com/85.jpg
4. Minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajar anak.
10
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
5. Perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai perbedaan individu. 6. Anak belajar dari hal-hal yang sederhana sampai yang komplek, dari yang konkrit ke abstrak, dari yang berupa gerakan ke bahasa verbal, dan dari diri sendiri ke interaksi dengan orang lain. 2.1.4 Perkembangan Karakter Anak Usia Dini. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah (2010: 1.4-1.9) karakteristik anak usia dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari makhluk sosial. Perkembangan karakter pada anak dapat dilihat dari 3 aspek perkembangan, yaitu perkembangan kognitif, perkembangan afektif, dan perkembangan psikomotor. 1. Perkembangan Kognitif Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif ke dalam 4 periode, yaitu: a. Usia 0-2 tahun, disebut sebagai periode kepandaian sensorimotorik (sensorimotorik). Periode ini terbagi atas 6 tahapan, yaitu:
Tahap 1. (lahir-1 bulan) penggunaan refleks-refleks
Tahap 2. (1-4 bulan) reaksi-reaksi sirkuler primer
Tahap 3. (4-10 bulan) reaksi-reaksi sirkuler sekunder
Tahap 4. (10-12 bulan) koordinasi skema-skema sekunder
Tahap 5. (12-18 bulan) reaksi-reaksi sirkuler tersier
Tahap 6. (18 bulan-2 tahun) permulaan berpikir
b. Usia 2-7 tahun, disebut sebagai periode pikiran operasional (praoperasional konkret). c. Usia 7-11 tahun, disebut sebagai periode operasi-operasi berpikir konkret (operasional konkret).
11
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
d. Usia 11 tahun, sampai dewasa disebut sebagai periode operasi berpikir formal (operasional formal). 2. Perkembangan Afektif Afektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta; mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi; mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan (tentang tata bahasa atau makna). 3. Perkembangan Psikomotor Psikomotor secara harfiah berarti sesuatu yang berkenaan dengan gerak fisik yang berkaitan dengan proses mental (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Tahapan perkembangan motorik: a. Tahap gerakan refleks (0-1 tahun) b. Tahap gerakan permulaan (lahir-2 tahun) c. Tahap gerakan dasar (2-7 tahun) d. Tahap gerakan keahlian (7-14 tahun) 2.2 Tinjauan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 2.2.1 Pengertian Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pusat merupakan tempat yg letaknya di bagian tengah, pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain, dan terpadu berarti menjadi satu. Sedangkan Menurut Pasal 1 ayat 14 UU Sisdiknas 2003 Pendidikan Anak Usia Dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui
pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Maka dapat disimpulkan bahwa Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu adalah Suatu tempat yang berada di tengah suatu perkotaan yang berusaha melayani segala kebutuhan pendidikan anak usia dini. 2.2.2 Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak
12
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.” 2.2.3 Landasan Keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini. Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa displin ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi serta neuro sains atau ilmu tentang perkembangan otak manusia (Yulianai Nurani Sujiono, 2009: 10). Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta stimulasi dari lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan berpengaruh besar pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Dari segi empiris banyak sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting, karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut Clark
13
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
(dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009) kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100 – 200 milyard sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak. 2.2.4 Bermain (Play) a. Definisi Bermain. Bermain seringkali didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang dilakukan untuk kepentingan pelakunya sendiri dan dicirikan dengan lebih mengutamakan cara/proses permainan dibandingkan dengan tujuan akhirnya. Hal inilah yang membedakan bermain dengan eksplorasi (dimana hal tersebut akan mengarah menjadi bermain di saat anak mulai menjadi terbiasa dengan mainan atau lingkungan baru), dengan kerja (yang mempunyai tujuan akhir yang jelas), dan dengan berkelahi. Karakter bermain yang lain adalah adanya fleksibilitas (dimana objek dapat diletakkan dalam kombinasi yang baru, peran yang dilakukan dengan cara yang baru), perasaan positif (anak seringkali tersenyum dan tertawa di dalam bermain sebagai tanda bahwa mereka menikmatinya), dan keberpura-puraan (menggunakan obyek dan bertindak dengan cara yang tidak biasa). (Kartini,1995 hal 45) b. Tipe Bermain. Jenis bermain yang umumnya diakui adalah object play, pretend play dan sociodramatic play, dan physical activity play (exercise play; rough-and-tumble play). Object play dan physical activity play juga dapat ditemukan di spesies mamalia lainnya. Pretend play dan sociodramatic play hanya terlihat pada manusia, walaupun primata great ape (misal gorila, orang utan, dan simpanse) juga ada yang melakukan pretend play dengan bentuk yang paling mendasar. (Kartini,1995 hal 45)
Object Play Aktifitas ini sudah dimulai sejak masa kanak-kanak awal (infancy) dan akan membantu anak di dalam mengembangkan keahlian pemecahan masalah secara kreatif. Jerome Bruner dan Kathy Silva melaporkan bahwa anak-anak yang memiliki pengalaman bermain dengan obyek dapat
14
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Namun penelitian berikutnya menyatakan bahwa pemberian instruksi seringkali sama efektifnya (Johnson, Christie & Yawkie, 1999). Manfaat dari object play perlu diseimbangkan dengan pemberian instruksi, dengan mempertimbangkan umur anak, sifat tugas, dan kekhususan dari pembelajaran yang diharapkan – apakah untuk menumbuhkan keahlian yang bersifat khusus ataukah hanya untuk menimbulkan perilaku kreatif dan rasa ingin tahu.
Gambar 3.Anak yang sedang bermain mobil-mobilan. Sumber: http://ilslearningcorner.com/wp-content/uploads/2015/12/objectplay-benefits-1274x800-1024x643.jpg
Pretend Play Perilaku bermain ini berkembang pada anak sejak berumur sekitar 15 bulan, dengan perbuatan yang sederhana (misal, berpura-pura tidur) hingga berkembang menjadi aliran cerita yang lebih panjang dan bermain peran (role play). Mulanya pretend play akan dilakukan dengan orang tua ataupun saudara kandung yang lebih tua. Namuan pada usia 3 hingga 4 tahun, pretend play akan dilakukan dengan teman sebaya. Pretend play biasanya dilakukan dengan meniru aktifitas orang dewasa. Leslie (1987) berpendapat bahwa pretend play merupakan indikator awal dari theory of mind abilities.
15
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Gambar 4.Anak yang sedang bermain. (pretend play) Sumber: http://www.grandmastoyreview.com/wpcontent/uploads/2014/06/pretend-play.jpg
Sociodramatic Play Jenis bermain ini biasa dilakukan oleh anak sejak berumur sekitar 3 tahun. Sociodramatic play biasa didefinisikan sebagai bermain sosial (social play) dengan orang lain, pengambilan peran yang berkelanjutan (sustained role taking), dan tema yang naratif (narrative line). Jenis ini dapat pula menjadi cukup kompleks, yang melibatkan pemahaman terhadap peran dan tujuan orang lain, konstruksi bahasa yang rumit, dan pengembangan tema cerita layaknya novel (atau kurang dari itu). Smilansky (1968) berpendapat bahwa sociodramatic play dapat membantu pengembangan berbahasa, pengembangan kognitif, kreatifitas, dan pengambilan peran. Ia juga mengklaim bahwa pretend play dan sociodramatic play kurang sering dan kurang kompleks dilakukan pada anak-anak dengan kehidupan sosial ekonomi di bawah standard (disadvantaged children). Hal ini menyebabkan dirinya dan beberapa pihak lain untuk mengembangkan play tutoring (intervensi oleh orang dewasa) untuk meningkatkan level permainan ini, dimana orang dewasa akan menyediakan alat-alat (prop), kunjungan (visit), dan lainlainnya yang sesuai, dan mendorong terjadinya sociodramatic play oleh anak di nursery dan taman kanak-kanak, hingga mereka pada akhirnya dapat lebih meneruskan permainan ini secara mandiri. Beberapa studi eksperimental telah dilakukan untuk menguji pendapat Smilansky, dan memperlihatkan bahwa secara umum, anak-anak
16
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
yang memperoleh play tutoring mengalami perbaikan dalam ukuran kognisi, bahasa, dan kreatifitas.Meskipun demikian, adapula kritik yang timbul dengan menunjukkan adanya kecacatan penelitian yang diakibatkan oleh interpretasi hasil yang bersifat selektif, efek dari bias eksperimental, dan penggunaan kelompok kendali (control goup) yang tidak sesuai. Studi lanjutan telah mempertimbangkan kritikan tersebut, termasuk dengan menyeimbangkan antara play tutoring dan skill tutoring. Namun umumnya anak menganggap play tutoring lebih menyenangkan dan lebih bersifat sosial pada tahun-tahun pra sekolah, sehingga cukup ada alasan yang kuat untuk memasukkannya ke dalam kurikulum nursery. Adapun jenis pretend play yang seringkali tidak dianjurkan di nursery adalah war play, yakni pretend play dengan menggunakan senapan mainan ataupun tokoh aksi militer. Banyak yang percaya bahwa jenis bermain ini dapat mendorong perilaku agresi yang nyata, meskipun ada juga yang tidak sepakat dengan hal ini.
Gambar 5.Anak yang sedang bermain masak memasak. Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-4J6OaJafC8/UnoPSs7Pm1I/AAAAAAAAAMA/qPjrZTCXTmo/s1600/ fantasy-play.jpg
Exercise Play Jenis bermain ini makin meningkat frekuensinya sejak dari usia toddler hingga pra sekolah, memuncak pada permulaan usia sekolah dasar, dan kemudian menurun. Anak-anak yang lebih muda akan lebih memerlukan kesempatan untuk bermain latihan fisik dibandingkan anak-
17
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
anak yang lebih tua, dan akan lebih mudah gelisah setelah berdiam diri sekian waktu, dan akan berlarian disaat mereka dilepaskan. Anak lelaki akan lebih menyukai jenis bermain ini dibandingkan anak perempuan. Ada hipotesis yang mendukung latihan otot anak untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan tubuhnya serta memperbaiki efektifitas bergeraknya. Adapula hipotesis (yakni, cognitive immaturity hypothesis) yang mengatakan bahwa exercise play akan mendorong anakanak yang lebih muda untuk beristirahat sejenak setelah terlalu dibebani dengan tugas-tugas kognitif. Hipotesis ini berargumen bahwa anak-anak yang lebih muda masih memiliki kapasitas kognitif yang belum sempurna, sehingga manfaat dari melakukan konsentrasi kepada suatu tugas yang menuntut adanya kemampuan kognitif akan menurun setelah sekian waktu dibandingkan pada anakanak yang lebih tua.
Gambar 6.Anak yang sedang bermain bola. Sumber: http://www.littlestomaks.com/wpcontent/uploads/2014/02/playland-littlestomaks-how-to-encourage-playand-exercise4-1024x6821.jpg
Rough-and-tumble Play Jenis bermain ini mulai meningkat frekuensinya sejak dari usia toddler, memuncak pada usia akhir sekolah dasar, dan kemudian menurun frekuensinya. Anak lelaki lebih menyukai hal ini dibandingkan anak perempuan, terutama play fighting.
18
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Tabel 1. Tabel perbedaan Play Fighting dan Real Fighting.
KRITERIA
PLAY FIGHTING
REAL FIGHTING Memperlihatkan
Ekspresi
Tersenyum, tertawa.
ketidaksukaan, Menangis.
Menendang dan memukul yang tidak Pengendalian Diri
keras ataupun tidak melakukan kontak fisik.
Secara sengaja bersedia Pembalikan peran
beralih menjadi “yang di atas” ataupun “yang dikejar”.
Menendang dan memukul dengan keras ataupun melakukan kontak fisik Ingin menjadi “yang di atas” ataupun “yang mengejar” pihak lain.
Memulai dengan
Memulainya
mengundang pihak lain
dengan
Sikap menghadapi awal
dan diakhiri dengan
menantang pihak
dan akhir
melanjutkan permainan
lain dan diakhiri
atau aktifitas lain secara
dengan berpisah
bersama-sama.
dengannya.
Sumber: Brian Hopkins, Ronald G. Barr, George F. Michel, Philippe Rochat, 2005
Kebanyakan anak dapat membedakan antara play fighting dan real fighting. Dalam suatu studi yang dilakukan terhadap anak-anak di Inggris dan Italia memperlihatkan bahwa mereka dapat secara akurat di dalam membedakan hal tersebut dengan melihat kaset video, dengan mengabaikan kebangsaan dari pelaku dalam kaset tersebut. Selama masa sekolah dasar, hanya sekitar 1% dari roughand-tumble play yang akhirnya berubah menjadi real fighting. Apabila banyak guru yang berpendapat bahwa jumlah tersebut seharusnya 30%, hal ini
19
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
disebabkan mereka menyamaratakan semua anak didiknya. Padahal para guru tersebut lebih mendasarkan pendapatnya tersebut kepada para “rejected children” (yakni, anak-anak yang tidak disukai oleh kawankawan sebanyanya), dimana mereka seringkali merespons rough-and-tumble play secara agresif, sehingga menimbulkan masalah yang harus ditangani para guru. Pada awal masa remaja, terlihat perubahan yang terjadi pada jenis bermain ini, dimana dominasi/status menjadi hal penting di dalam memilih rekan bermain maupun teman, sehingga berisiko besar untuk mengubah play fighting menjadi real fighting. Bahkan pada masa remaja, rough-andtumble play dapat digunakan untuk membangun ataupun memelihara dominasi pada kelompok usia sebaya (peer group). c. Tahap Perkembangan Bermain.
Eksploratory Stage Hingga bayi berumur sekitar 3 bulan, jenis bermainnya terutama berupa melihat orang dan obyek di sekitarnya dan melakukan usaha acak untuk meraih obyek yang ada dihadapannya. Kemudian bayi akan mulai memegang dan memeriksa obyekobyek berukuran kecil. Setelah bayi dapat merangkak ataupun berjalan, maka ia akan mulai memeriksa semua obyek yang ada di dalam jangkauannya
Toy Stage Toy play dimulai pada tahun pertama dan akan mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Mulanya bayi hanya akan memeriksa mainannya. Antara umur 2-3 tahun, ia mulai membayangkan bahwa mainannya dapat bergerak, berbicara, dan merasakan. Setelah anak berkembang daya intelektualnya, ia akan memandang mainannya sebagai benda mati, dan hal ini akan menghilangkan ketertarikannya kepada mainan tersebut. Setelah memasuki sekolah, kebanyakan anak akan menganggap toy play sebagai “baby play”.
Play Stage Setelah anak bersekolah, jenis bermainnya akan meningkat. Mulanya ia akan terus bermain sendiri dengan mainannya. Namun, ia akan juga mulai tertarik dengan game, olahraga, hobi, dan bentuk bermain lainnya yang sudah lebih bersifat dewasa.
20
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Daydream Stage Ketika anak mendekati masa puber, ia akan mulai kehilangan ketertarikan pada aktifitas bermain yang sebelumnya ia nikmati dan mulai menghabiskan banyak waktu bermainnya dengan melamun. Anak yang berada dalam masa puber akan menganggap dirinya disalahpahami dan diperlakukan secara tidak tepat oleh orang lain.
2.2.4.1 Teori Tentang Bermain Beberapa teori tentang arti dan nilai permainan adalah sebagai berikut: 1
Teori Rekreasi Teori ini dikembangkan oleh Schaller dan Lazarus (Jerman) antara tahun 1841 dan 1884. “Permainan adalah kesibukan rekreatif sebagai lawan dari kerja dan keseriusan hidup.”
2. Teori Pemunggahan (disebut juga Teori Kelebihan Tenaga) Teori ini dikembangkan oleh Herbert Spencer (Inggris). “Permainan disebabkan oleh mengalir keluarnya energi, yaitu tenaga yang belum dipakai dan menumpuk pada diri anak yang menuntut dimanfaatkan atau dipekerjakan.” 3. Teori Atavistis Teori ini dikembangkan oleh Stanley Hall (Amerika). “Permainan merupakan penampilan dari semua faktor hereditas (waris, sifat keturunan), yaitu segala pengalaman jenis manusia sepanjang sejarah akan diwariskan kepada anak keturunannya.” 4. Teori Biologis Teori ini dikembangkan oleh Karl Groos (Jerman), yang kemudian diikuti oleh Maria Montessori. “Permainan mempunyai tugas biologis, yaitu melatih macammacam fungsi jasmani dan rohani. Waktu-waktu bermain merupakan kesempatan baik bagi anak untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup dan terhadap hidup itu sendiri.” Menurut William Stern, bagi anak permainan sama pentingnya dengan taktik dan manuver-manuver dalam peperangan bagi orang dewasa. Menurut Profesor Buytendijk (Belanda) yang mempunyai pandangan murni biologis, “Permainan merupakan bentuk pelahiran dorongan-dorongan hidup.” 5. Teori Psikologi Dalam
21
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar “Permainan merupakan penampilan dorongan-dorongan yang tidak disadari pada anak-anak dan orang dewasa.” Dalam situasi bermain, terdapat dua faktor penting, yaitu: a. fantasi b. kebebasan Meskipun terdapat aturan-aturan bermain yang harus dipatuhi, namun dalam setiap permainan pasti terdapat dimensi kebebasan dan kemungkinan-kemungkinan baru. 6. Teori Fenomenologis Teori ini dikembangkan oleh Kohnstamm (Belanda). “Permainan merupakan satu fenomena atau gejala yang nyata yang mengandung unsur suasana permainan. Dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati suasana bermain itu, yaitu tidak khusus bertujuan untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu, tetapi anak bermain untuk permainan itu sendiri. Jadi, tujuan permainan adalah permainan itu sendiri.” Dalam suasana permainan tersebut terdapat faktor: a. kebebasan b. harapan c. kegembiraan d. ikhtiar e. siasat untuk mengatasi hambatan serta perlawanan 2.2.4.2 Bentuk Permainan. Bentuk permainan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Permainan gerakan Pada mulanya, bayi bermain-main sendiri untuk melatih gerakan dan anggota tubuh dengan melakukan bermacam-macam manipulasi. Kemudian saat usianya bertambah, anak melakukan gerakan-gerakan dan olah tubuh dengan bermain bersama dengan teman sepermainannya. 2. Permainan memberi bentuk Kegiatan memberi bentuk pada fase permulaan berupa kegiatan yang destruktif, dengan jalan meremas-remas, mencabik-cabik, membelah-belah, dan lain-lain. Lambat laun anak dapat memberikan bentuk lebih konstruktif pada macammacam materi yang diberikan. 3. Permainan ilusi Pada jenis permainan ini unsur fantasi memegang peranan paling menonjol, misalnya menjadikan sebuah sapu sebagai kuda tunggangan. Permainan meniru juga termasuk dalam jenis permainan ini, misalnya bermain ibu-ibuan atau dokter-dokteran. Dalam permainan tersebut, anak memasuki dunia ilusi yang dijadikan dunia sungguhan oleh fantasi anak. Permainan merupakan alat
22
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
pengekspresi jiwa yang paling efisien dan tinggi nilalinya karena di dalam permainan tersebut terdapat dimensi pengembangan segenap kemampuan di tengah iklim kebebasan. Menurut Frobel, permainan bisa memberikan pada anak
kesempatan
bergiat
melaksanakan/merealisir
untuk
memuaskan
fantasinya.
Frobel
dorongan
sibuk
mementingkan
dan
fantasi,
kegembiraan dan kebebasan untuk waktu sekarang di dalam setiap permainan. Sebaliknya, Maria Montessori paling mengutamakan kegiatan melatih panca indera dan semua fungsi-fungsi untuk persiapan kerja di masa mendatang. 2.2.5 Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini. Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus tujuan pendidikan anaka usia dini adalah (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 42 – 43):
Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan sensorik.
Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan belajar.
Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan social, peranan masyarakat dan menghargai keragaman social dan budaya serta mampu mngembangkan konsep diri yang positif dan kontrol diri.
Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta menghargai karya kreatif.
2.2.6 Prinsip – prinsip Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan anak usia dini pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip (Forum PAUD, 2007) sebagai berikut. A. Berorientasi Pada Anak. Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan
23
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
upayaupaya
pendidikan
untuk
mencapai
optimalisasi
semua
aspek
perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
Gambar 7. seorang anak yang sedang bermain Sumber : https://www.healthyfamiliesbc.ca/hfbc/files/image/iStock_00001 8537961Small.jpg.
B. Belajar Melalui Bermain. Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya. Salah satu contohnya seperti permainan berhitung dengan menggunakan media – media interaktif seperti kelereng, tumpukan kubus dll.
Gambar 8. anak – anak belajar melalui sebuah permainan Sumber : http://blog.bebe2go.com/wp-content/uploads/2015/11/compartir.jpg.
24
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
C. Menggunakan Lingkungan yang Kondusif. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
Gambar 9. Kondisi lingkungan yang menarik untuk anak-anak. Sumber : http://cdc.ucr.edu/images/cdcslide5.jpg.
D. Menggunakan pembelajaran terpadu Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak. E. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri. F. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru. Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang.
25
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar 2.2.7 Jenis – jenis Kegiatan PAUD. Jenis-jenis kegiatan PAUD dijelaskan dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Jenis – jenis Kegiatan PAUD Taman Kanak–
Kelompok Bermain
Taman Penitipan
kanak (TK)
(KB)
Anak (TPA)
Usia
4-6 tahun
2-6 tahun
3-6 tahun
0 – 6 tahun
0 – 5 tahun
Target
Anak
Anak
Anak
Anak dan Ibu
Ayah - Ibu
Pendidikan Anak Usia Dini Fokus
Perkembangan anak dan kesiapan bersekolah
Waktu Kegiatan
2 jam setiap hari,
Pelayanan Pendidikan pada
perawatan untuk
dasarnya
anak-anak yang
bermain-main
orangtuanya
Perkembangan
bekerja, digabung
emosi dan
dengan komponen
mental
perkembangan emosi dan mental
POSYANDU
Bina Keluarga Balita (BKB)
Pelayanan
Pendidikan
kesehatan
orangtua;
untuk ibu dan
kegiatan untuk
anak, digabung
anak juga
dengan
ditawarkan
pendidikan
selama
orangtua
pertemuan
2 jam, min. 3 kali
8-10 jam setiap
2 jam, 2 kali
2 jam, 2 kali
seminggu
hari 2 jam
sebulan
sebulan
Departemen
Kementerian
Kesehatan,
Pemberdayaan
Menteri Dalam
Perempuan
Negeri
BKKBN
Departemen
Agen Pemerintah
Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Sosial dan Departemen Pendidikan Nasional
Sosial, komponen supervise Departemen Diknas garis-garis besar perkembangan
Sumber: (MARIESKA HAPPY LAKSMITA .2010)
2.2.8 Nilai Positif dari PAUD Pendidikan anak usia dini memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan keterampilan dan kecerdasan sedini mungkin. Seperti halnya pendidikan formal yang ada di sekolah dasar, dalam pendidikan informal anak usia dini baik PG, TK maupun SPS (satuan paud sejenis) juga diberikan pembelajaran dengan kurikulum yang disusun terstruktur sehingga bukan hanya belajar berinteraksi dan membaca namun anak bisa mengembangkan berbagai macam keterampilan lainnya sejak dini.
26
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
2.3 Tinjauan Fasilitas Sejenis. Tinjauan fasilitas sejenis ini berupa tinjuan langsung dan tinjauan tidak langsung/ tinjuan online. 2.3.1 Tinjuan Langsung 1. The Anak Atelier The Anak Atelier merupakan salah satu PAUD yang terletak di jalan pantai balangan Badung – Bali. Observasi dan wawancara dilakukan pada tanggal 4 Maret 2016. Narasumber bernama Kimberly Utama selaku head marketing PAUD tersebut. Dari hasil observasi diperoleh informasi sebagai berikut;
Konsep Bangunan
: Nature
Arsitek
: Baito (Jogjakarta)
Luas Tanah
:1400m2
Program layanan
-
Toodlers (1.5 thn - 2.5 thn),
-
Preschool (2.5 thn – 4 thn), dan
-
Kindergarten (4 thn – 6 thn)
Waktu kegiatan -
Toodlers (3 x 1 minggu , 8.30 – 11.30)
-
Preschool (5 x 1 minggu , 8.30 – 11.30 dan 12.00 – 2.30)
-
Kindergarten (5 x 1 minggu , 8.30 – 11.30 dan 12.00 – 2.30)
Jumlah Pengajar
: 2 Leader Educator , 1 Help Training Teacher, 4 CoLeader Educator.
Sarana Prasarana -
Joglo Building (2 Classroom) + 2 Toilets/classroom
-
Organic Garden
-
Amphitheater , Playground Complex
-
Front Office , Kitchen , Lobby and Parking lot
Keunggulan
: Lingkungan PAUD, Kurikulum yang digunakan dan tenaga pengajar.
Kapasitas
: 45 anak (15 anak/program)
Staff
: 1 Petugas Kebersihan, 1 Koki & 1 Tukang Kebun.
27
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Gambar 10. Entrance & Exit pada The Anak Atelier. Sumber : Dokumen Observasi Pribadi.
PAUD ini memakai konsep nature yang mengutamakan / menonjolkan penataan lingkungan (environtments) yang baik. Elemen yang dipakai masih banyak memakai material kayu.
Gambar 12. Lobby pada The Anak Atelier.
Gambar 11. Struktur Atap pada lobby The
Sumber : Dokumen Observasi Pribadi.
Anak Atelier. Sumber : Dokumen Observasi Pribadi.
Dilihat dari tampilan bangunan, PAUD ini tidak mencirikan bangunan edukasi / sekolah untuk anak – anak usia dini. Tampilan bangunan ini lebih terlihat seperti villa – villa dan bangunan umum lainnya.Pemakaian material seperti rotan
28
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
untuk sofa dan meja, serta kayu untuk struktur atapnya semakin menonjolkan konsep nature pada PAUD ini. Pemakaian kipas angina untuk area lobby semioutdoor merupakan salah satu cara dalam bentuk penghematan pemakaian energi. The Anak Atelier memiliki 2 kelas dengan detil sebagai berikut; Tabel 3. Tabel Detil Kelas The Anak Atelier
Toddler Class (Kelompok Bermain) Fasilitas
Jumlah
Playroom
1
Toilet
2
Naping room
1
Ruang Guru
1
Sandpit
1
Tree House
1
Waiting room for parents
1
Gudang
1 Kids Class (Taman Kanak – Kanak) Fasilitas
Jumlah
Playroom
1
Toilet
2
Naping room
1
Ruang Guru
1
Ruang Pengelolaan Barang Bekas
1
Organic garden
1
Waiting room for parents
1
Gudang
1
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
29
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Gambar 13. Suasana Toddler Classroom The Anak Atlier Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Gambar 14. Waiting Room The Anak Atelier
Gambar 15. Naping Room
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Didalam toddler classroom (Kelompok Bermain) terdapat beberapa media permainan edukasi yang sangat menarik. Elemen penutup lantai menggunakan keramik yang dilapisi dengan karpet bertekstur halus sangat aman dan nyaman
30
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar untuk anak – anak. Model kelas ini berbentuk rumah joglo dan semua elemen – elemennya masih sama dengan rumah joglo yang asli.
Gambar 16. Toilet Toddler Classroom
Gambar 17. Struktur Atap Toddler Classroom The Anak Atelier
The Anak Atelier Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Gambar 18. Hiasan Atap Toddler Class The Anak Atelier Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Berikut adalah detil furniture dan lampu pada toddler classroom;
31
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Tabel 4. Tabel Detil Furniture toddler room the Anak Atelier
Jenis Furniture/Lampu
Jumlah
Meja Tulis
2
Kursi
4
Rak
7
Lampu Utama
1
Spotlight
6
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Karena jam observasi bertepatan dengan jadwal kids classroom (Taman Kanak – Kanak) maka tidak izinkan untuk pengambilan foto di area atau ruang kelas tersebut. Organic Garden merupakan salah satu keunggulan dari The Anak Atelier. Organic Garden ini dibuat agar anak – anak bisa mempelajari bagaimana berkebun dan lebih menghargai kehidupan.
Gambar 20. Seed Station pada Organic Garden
Gambar 19 Tempat Pembuatan Pupuk The
The Anak Atelier
Anak Atelier
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
Sumber : Observasi 4 Maret 2016
32
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Gambar 21. Amphitheater The Anak Atelier Sumber : Observasi 4 Maret 2016
2. Hooray Kids Hooray merupakan salah satu PAUD yang terletak di jalan teuku umar barat Denpasar - Bali. Observasi dan wawancara dilakukan pada tanggal 11 Maret 2016. Narasumber bernama Wiwid Lestari selaku front office staff PAUD tersebut. Dari hasil observasi diperoleh informasi sebagai berikut;
Konsep Bangunan
: Colorfull & Playfull
Tanggal didirikan
: Juli 2012
Program layanan Tabel 5. Program Layanan Hooray Kids
Umur
Program Layanan Kelas
0–1
Baby Class
1–2
Toddler Junior
2–3
Toddler Senior
3–4
Playgroup
4–5
Kindergarten A
5–6
Kindergarten B
0–6
Day Care
Sumber : 11 Maret 2016
33
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Sarana Prasarana Tabel 6. Fasilitas pada Hooray Kids
Program
Facilities
Baby Class
Baby Spa , Baby Activities room , Baby Gym , Baby Pool Room , Sensitive room , Visual room.
Toddler Junior
Activities room , Lunch room , Storytelling room , Gym room , Toilets , Naping room
Toddler Senior
Activities room , Lunch room , Storytelling room , Gym room , Toilets Playroom , Theme class
Playgroup Kindergarten A
Activities room , Lunch room , Storytelling room , Gym room , Toilets , Naping room
Kindergarten B
Activities room , Lunch room , Storytelling room , Gym room , Toilets , Naping room
Sumber : 11 Maret 2016
Gambar 22. Tampak Depan Hooray Kids Sumber : Observasi 11 Maret 2016
Berbeda dengan lokasi observasi sebelumnya PAUD ini memakai konsep modern playfull & colorfull. Ruang – ruang kelas dari PAUD ini menggunakan bermacam – macam tema yang atraktif. Ini bertujuan agar peserta didik tidak bosan dengan kegiatan mereka. Menurut narasumber konsep yang mereka terapkan ini
34
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
sangat membantu para guru pengajar untuk mengendalikan emosi anak. Kegiatan PAUD ini dilakukan di dalam ruangan menyebabkan penghawaan dalam bangunan ini menggunakan penghawaan buatan (AC). Dalam setiap kelasnya terdapat 2 buah pendingin ruangan (AC).
Gambar 23. Lobby Hooray Kids Sumber : Website Hooray Kids
Gambar 24. Koridor Lantai Satu Hooray Kids Sumber : Facebook Hooray Kids
35
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Dari gambar 24 dan gambar 25 dapat
terlihat
bahwa
pencahayaan
ruangan menggunakan cahaya buatan. Atap dibuat dengan bentuk – bentuk yang atraktif dan menggunakan warna – warna yang cerah. Penutup lantai menggunakan keramik anti slip dengan motif bertekstur halus. Lantai ini didesain menyerupai jalan. Tiap – tiap area di depan kelas diberikan rak – rak berwarna – warni yang
berfungsi
untuk
penyimpanan
sepatu sebelum memasuki ke dalam ruangan.
Bertujuan
untuk
menjaga
kebersihan kelas. Gambar 25. Koridor Lantai Dua Hooray Kids Sumber : Facebook Hooray Kids.
Gambar 26. Activities Toddler Senior Room Hooray Kids Sumber : Facebook Hooray Kids
36
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Gambar 27. Activities Kindergarten A Hooray Kids Sumber : Facebook Hooray Kids.
2.3.2
Tinjuan Tidak Langsung/ Tinjauan online
1. Ecole Maternelle Pajol - Paris
Gambar 28. Tampak Depan Ecole Maternelle Pajol Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.
37
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar Menurut salah satu artikel online yang berjudul “Ecole Maternelle Pajol” (http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.) PAUD ini terletak di daerah yang bernama Rue Rajol di Paris – Perancis. Bangunan merupakan bangunan redesign dari bangunan pemerintahan yang berdiri sejak tahun 1940. Menurut artikel lainnya yang membahas PAUD ini yang berjudul “Ecole
Maternelle
Pajol:
The
Colors
of
a
Happy
Childhood”
(http://entertainmentdesigner.com/news/childrens-design/ecole-maternelle-pajolthe-colors-of-a-happy-childhood/.) Mengatakan bahwa redesign ini bertujuan untuk menjaga atau melestarikan bangunan bersejarah di paris agar terhindar dari kemungkinan penggusuran. Warna-warna yang dipakai diluar ruangan maupun didalam ruangannya sangat cerah dan bersemangat. Warna – warna ini dipilih bertujuan untuk meningkatkan perasaan bahagia anak – anak sebagai fous emosional. Warna-warna cerah, terutama merah, oranye dan kuning, merangsang otak dan mendorong sikap aktif untuk anak – anak.
Gambar 29. Tampak Depan Bangunan Ecole Maternelle Pajol Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.
38
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Gambar 30. Lobby Ecole Maternelle Pajol Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.
Gambar 31. Ruang dalam bangunan Ecole Maternelle Pajol Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.
39
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Gambar 32. Keadaan Kamar Mandi bangunan Ecole Maternelle Pajol Sumber : http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2098/ecole-maternelle-pajol--paris.
2. Mama Smile – Tokyo
Gambar 33. Exterior Mama Smile Sumber : www.designboom.com
Berdasarkan artikel internet yang berjudul “mama smile – tokyo” (http://www.thecoolhunter.net/article/detail/2328/mama-smile--tokyo)
.
Mama
smile merupakan indoor playground yang terletak sebuah mall di Tokyo. Indoor Playground ini dirancang oleh arsitek asal Perancis yang bernama Emmanuelle Moureaux. Emmanuelle Moureaux memakai konsep friendly and harmonius atsmosphere yang memberikan anak – anak dan orangtua sebuah tempat yang nyaman dan beristirahat setelah melakukan aktivitas berbelanja seharian. Moureaux
40
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
berpendapat bahwa metode yang digunakan merupakan metode dari jepang yaitu iro-iku dimana metode itu percaya bahwa pemakaian warna-warni dapat membantu konsentrasi anak – anak dan memunculkan imajinasi.
Gambar 34. Denah Mama Smile Sumber : www.designboom.com
41
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Gambar 35. Area bermain Mama Smile Sumber : www.designboom.com
Gambar 36. Area lobby dan Registrasi Mama Smile Sumber : www.designboom.com
2.3.4 Kesimpulan Tinjauan Fasilitas Sejenis. Kesimpulan dari tinjauan fasilitas sejenis dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut; Tabel 7. Kesimpulan Tinjauan Fasilitas Sejenis. The Anak Atelier
Keunggulan
Hooray Kids
Program – program
Program –
yang ada di The
program yang
Anak Atelier
ada di Hooray
terbilang cukup
Kids sangat baik
Ecole Maternelle Pajol
Mama Smile
Mempunyai
Memiliki
perencanaan ruang
konsep yang
dalam , ruang luar
baik dengan
dan bentuk fisik
mengambil
bangunan yang
dari salah satu
42
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
baik dan sesuai
dan sangat
sangat baik dan
metode yang
standar.
lengkap.
peka terhadap
dipercaya di
pskologis anak
lokasi bangunan.
Mempunyai lingkungan yang baik serta pencahayaan dan penerangan alami yang sangat baik
Mempunyai
Penataan
desain atau
Desain toilet sangat
registrasi
konsep ruang
baik dimana terlihat
room yang
yang baik
sangat aman dan
simple dan
dengan tema-
nyaman untuk anak
menarik
tema yang
– anak.
berbeda
Lingkungan dan lokasi PAUD yang berada di dekat pantai dimana banyak nyamuk
Tidak memiliki ruang luar
-
-
-
-
yang berbahaya Kelemahan
untuk anak - anak penggunaan Desain toilet yang tidak memperhatikan anak – anak
pendingin buatan yang terlalu banyak dimana hal tersebut tidak baik untuk anak anak
2.4 Spesifikasi Umum Pusat Layanan PAUD Terpadu di Denpasar Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu adalah Suatu tempat yang berada di tengah suatu perkotaan yang berusaha melayani segala kebutuhan pendidikan anak usia dini. 2.4.1 Struktur Organisasi Program Anak Usia Dini. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (PERMENDIKNAS) Nomor 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini bahwa, standar isi, proses, dan penilaian meliputi struktur program, alokasi waktu,
dan
perencanaan,
pelaksanaan,
penilaian
dilaksanakan
secara
terintegrasi/terpadu sesuai dengan tingkat perkembangan, bakat/minat dan
43
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
kebutuhan anak. Standar ini yang mempertimbangkan potensi dan kondisi setempat, sehingga dimungkinkan terjadinya perbedaan kegiatan dan pelaksanaan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan di lapangan. Perbedaan dapat terjadi karena adanya: (1) keragaman bentuk layanan PAUD (TK/RA, TPA, KB dan bentuk lain yang sederajat), yang menerapkan program paruh waktu dan program penuh waktu; (2) perbedaan kelompok usia yang dilayani (antara anak usia 0 - <2 tahun dengan anak usia 2 - <4 tahun serta 4 - ≤6 tahun); dan (3) perbedaan kondisi lembaga. Perencanaan program dilakukan oleh pendidik yang mencakup tujuan, isi, dan rencana pengelolaan program yang disusun dalam Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Pelaksanaan program berisi proses kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan yang dirancang berdasarkan pengelompokan usia anak, dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangan anak dan jenis layanan PAUD yang diberikan. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan pengamatan, pencatatan, dan pengolahan data perkembangan anak dengan menggunakan metode dan instrumen yang sesuai. Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi: (1) nilainilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional. Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain, menggunakan pendekatan tematik. A. Bentuk Layanan PAUD.
Kelompok Usia 0 – 2 tahun
Kelompok Usia 0 -4 tahun
Kelompok Usia 4 – 6 tahun
Kegiatan Pengasuhan Anak Usia 0 – 6 tahun
Alokasi Waktu. Tabel 8. Tabel Waktu Pembelajaran sesuai Kelompok Usia
Kelompok Usia/tahun 0-<2
Pertemuan /Menit
/Minggu
Semester
120
1
2
44
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
2-<4 4-≤6 (Pendidikan Jalur Formal)
180
2
2
150 - 180
5-6
2
180
3
2
4-≤6 (Pendidikan Jalur Non-Formal)
Alokasi waktu disesuaikan dengan sisa 0 - ≤ 6 tahun (Kegiatan Pengasuhan)
waktu dari penitipan dikurangi dengan kegiatan terstruktur yang sudah dilaksanakan, sesuai dengan jenis kegiatan dan kelompok usia.
Sumber : PERMENDIKNAS NO.58 2009
B. Rombongan Belajar. -
PAUD Jalur Pendidikan Formal, jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar sebanyak 20 peserta didik dengan 1 orang guru TK/RA atau guru pendamping. Kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun.
-
PAUD Jalur Pendidikan Nonformal, jumlah peserta didik setiap rombongan bersifat fleksibel, disesuaikan dengan usia dan jenis layanan program, dan tersedia minimal seorang guru/guru pendamping. Selain itu harus tersedia pengasuh dengan perbandingan antara pendidik (guru/guru pendamping/pengasuh) dan peserta didik sbb: Tabel 9. Jumlah Peserta Didik sesuai Kelompok Usia
Kelompok Usia
Jumlah Anak
0-<1
4
1-<2
6
2-<3
8
3-<4
10
4-<5
12
5-<6
14
Sumber : PERMENDIKNAS NO.58 2009
45
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
2.4.2 Spesifikasi Umum Kelompok Bermain Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non-formal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia 2 – 6 tahun, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. A. Peserta Didik Persyaratan peserta didik menurut Direktorat Pembinaan PAUD 2013 adalah sebagai berikut;
Peserta didik adalah anak usia 2 – 6 tahun.
Tiap kelompok bermain minimal terdapat 10 orang peserta didik.
Peserta didik dikelompokkan berdasarkan pengelompokan usia yakni; 2-3 tahun, 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun.
B. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana kelompok bermain Direktorat Pembinaan PAUD 2013 adalah seperti pada tabel 10. Tabel 10. Syarat sarana dan prasarana kelompok bermain
Sarana dalam ruang Terdapat Buku –
ruang Terdapat alat
Prasarana Memiliki
buku /bahan bacaan
permainan
tempat untuk
untuk anak.
edukatif yang
kegiatan
mudah
kelompok
peraga atau bahan
dibongkar
bermain.
main untuk anak.
pasang, mudah
Terdapat Alat – alat
Persyaratan
Sarana luar
Terdapat Lemari/rak
Memiliki
dijangkau , aman
ruangan
untuk wadah alat
, kuat , kokoh
untuk proses
permainan.
tidak mudah
pembelajaran
Terdapat Tape
patah/pecah.
recorder / VCD
Alat permainan
Player , Papan tulis
harus
Papan
disesuaikan
flannel,Panggung
dengan usia anak
46
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
boneka,Papan
dan dapat
geometris,puzzle,
mendukung
balok , Alat
kegiatan belajar
permainan edukatif
anak yang
sederhana
berbeda – beda.
Terdapat Alat permaian untuk mendukung budaya local Alat – alat untuk memasak dll. Sumber : Direktorat Pembinaan PAUD 2013
Adapun syarat sarana dan prasarana kelompok bermain menurut Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain seperti pada tabel 11. Tabel 11. Syarat sarana dan prasarana kelompok bermain menurut NSPK No
Jenis Ruang
1
Ruang Kelas
2
Ruang Kantor/kepala Kelompok Bermain
Jumlah
Minimal Luas/m2
Kapasitas/org
1
64
20
1
12
1
3
Ruang Dapur
1
9
2
4
Gudang
1
9
1
5
KM/WC Guru
1
4
1
6
KW/WC Anak
1
4
1
7
Ruang Guru
1
16
3
8
UKS
1
9
3
Sumber: Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain
2.4.3 Spesifikasi Umum Taman Kanak – Kanak. Taman kanak – kanak (TK) adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 – 6 tahum dengan prioritas usia 5 dan 6 tahun. A. Peserta Didik
47
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Persyaratan peserta didik taman kanak - kanak menurut Direktorat Pembinaan PAUD 2013 adalah sebagai berikut;
Peserta didik adalah anak usia 4 – 6 tahun.
Tiap kelompok bermain minimal terdapat 10 orang peserta didik.
Peserta didik dikelompokkan berdasarkan pengelompokan usia yakni; 4-5 tahun, dan 5-6 tahun.
B. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana taman kanak – kanak menurut Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain seperti pada tabel 12. Tabel 12. Syarat sarana dan prasarana taman kanak - kanak No 1 2
Jenis Ruang Ruang Kelas Ruang Kantor/kepala Kelompok Bermain
Jumlah
Minimal Luas/m2
Kapasitas/org
1
64
25
1
20
1
3
Ruang Dapur
1
16
2
4
Gudang
1
16
1
5
Ruang Tata Usaha
1
20
2
6
KM/WC Guru
1
4
1
7
KW/WC Anak
1
4
1
8
Ruang Guru
1
16
5
9
UKS
1
16
3
10
Kamar Penjaga
1
16
1
11
Ruang Terbuka
1
120
12
Ruang Tunggu Terbuka
1
16
Sumber : Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak – Kanak.
2.4.4 Spesifikasi Umum Taman Penitipan Anak (TPA) Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk layanan PAUD yang menyelenggarakan program kesejahteraan sosial yang mencakup perawatan, pengasuhan dan pendidikan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun. A. Peserta Didik
48
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Persyaratan peserta didik taman penitipan anak (TPA) menurut Direktorat Pembinaan PAUD 2013 adalah sebagai berikut;
Sekurang-kurangnya berusia 3 bulan sampai 6 tahun, prioritas anak yang orangtuanya bekerja.
Kegiatan di TPA dilakukan dengan cara dikelompokkan berdasarkan usia (utamanya anak 0-2 tahun), dengan pengelompokkan sebagai berikut: -
3 bulan - < 12 bulan
-
12 bulan - < 18 bulan
-
3) 18 bulan - < 24 bulan
-
2 tahun - < 3 tahun
-
3 tahun - < 4 tahun
-
4 tahun - < 5 tahun
-
5 tahun - < 6 tahun
B. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana taman penitipan anak (TPA) menurut Direktorat Pembinaan PAUD 2013 sebagai berikut;
Lingkungan tempat belajar Lingkungan belajar terdiri dari ruang dalam dan ruang luar. Keduanya digunakan untuk kegiatan bermain anak. Lingkungan belajar harus memenuhi kriteria kebersihan, aman secara fisik maupun dari ketakutan atau tekanan.
Gedung Program TPA harus menggunakan bangunan/ gedung permanen yang mudah dijangkau oleh orangtua calon peserta didik, cukup aman dan nyaman
Ruangan Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah peserta didik sehingga anak dapat leluasa bergerak. Ruangan juga harus dilengkapi dengan penerangan dan ventilasi yang cukup.
Idealnya lembaga TPA memiliki beberapa ruangan,
antara lain : -
Ruang serbaguna (untuk proses pembelajaran, makan dan tidur anak, dilengkapi buku bacaan untuk anak);
-
Ruang kantor/administrasi;
49
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
-
Dapur;
-
Kamar mandi/WC anak;
-
Kamar mandi/WC untuk orang dewasa (pendidik, pengelola dan pengasuh);
-
Tempat cuci;
-
Ruang UKS atau khusus bagi anak yang sakit.
Sarana Belajar Sarana penunjang yang perlu disediakan di lembaga TPA adalah:
-
Sarana untuk kesehatan yang mendukung pembentukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi anak, seperti bahan untuk mencuci tangan, menyapu, sikat gigi masing-masing anak, dsb.
-
Sarana makan yang bersih : piring, sendok, mangkok dsb.
-
Sarana MCK untuk toilet: air bersih yang cukup, sabun mandi, handuk kecil, dsb.
-
Sarana untuk tidur seperti matras, bantal, selimut sesuai ukuran anak.
-
Sarana penunjang perkantoran/administrasi : seperti meja, rak buku, kursi, almari, rak-rak untuk alat permainan, box, tempat tidur, kasur, telepon, perlengkapan administrasi, TV, Radio, dll.
Alat Permainan (APE) APE adalah segala sesuatu yang dirancang dan dapat dipergunakan sebagai
sarana/peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukasi. -
APE dalam ruangan Berbagai jenis alat permainan buatan pabrik atau buatan sendiri untuk mendukung kegiatan main sensori motorik, main pembangunan, dan main peran. Alat yang disediakan dapat mengambil dari lingkungan sekitar seperti batu-batuan, kerang, daun-daunan, alat musik sederhana, pakaian adat daerah, alat permainan daerah, dll. Semua alat permainan yang disediakan dapat digunakan anak untuk membangun kemampuan matematika, sosial-emosi, bahasa, seni, sains, dan keaksaraan.
50
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Gambar 37. Alat permainan dalam ruang Sumber : jualbukubantal.wordpress.com
-
Alat permainan luar ruang Alat permainan di luar ruangan disediakan untuk mendukung motorik kasar, keseimbangan, kekuatan otot, keterampilan gerak, dan kelenturan gerakan. Alat permainan di luar dapat berbentuk bak air, bak pasir, papan luncur, papan titian, ayunan, panjatan, kuda-kudaan dll. Alat permainan dalam ruangan dapat pula ditata untuk dimainkan di luar ruangan bila kondisi ruangan tidak memungkinkan.
Gambar 38. Alat permainan luar ruang Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c5/Playground_at_Fuji-HakoneIzu_National_Park.jpg
51
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
BAB III STUDI PENGADAAN PROYEK. Pada bab ini akan membahas Kota Denpasar sebagai lokasi perencanaan, analisis S.W.O.T : potensi (strength), kelemahan/hambatan (weakness), peluang (opportunity), dan tantangan (treathness), dan spesifikasi khusus proyek. Informasi tersebut mengenai potensi lokasi, permasalahan, pemecahannya dan spesifikasi proyek di lokasi perancangan. 3.1 Potensi Lokasi. Kota Denpasar, selain merupakan ibu kota daerah tingkat II, juga merupakan ibu kota Provinsi Bali dan sekaligus sebagai pusat pemerintahan pendidikan, serta perekonomian. Letak yang sangat strategis ini sangatlah menguntungkan, baik dari segi pusat pendidikan, ekonomi, maupun kepariwisataan karena merupakan titik sentral berbagai kegiatan sekaligus sebagai penghubung dengan kabupaten lainnya. Menurut Ditjen-Paud Dikmas tahun 2015 wilayah Denpasar timur merupakan wilayah yang paling banyak mempunyai PAUD yang tidak terakreditasi, sebanyak 78 dari 98 PAUD maka, pembangunan proyek ini akan lakukan di Kecamatan Denpasar timur. Implikasi dari potensi lokasi ini, nantinya dapat dijadikan acuan dalam proses perancangan dengan memanfaatkan potensipotensi lokasi yang sudah ada di lokasi perancangan dan dapat ditariknya kesimpulan bahwa proyek ini layak untuk dirancang.
52
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
3.1.1
Kondisi Fisik Keadaan fisik Kota Denpasar telah mengalami pertumbuhan pesat bersama
dengan kemajuan pembangunan Provinsi Bali misalnya gaya hidup masyarakat setempat yang menunjukkan ciri-ciri dan sifat masyarakat perkotaan serta bertransformasi menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan industri terutama industri pariwisata. A. Letak Geografis Menurut situs resmi Denpasar (http://www.denpasarkota.go.id/KondisiGeografi. Diakses pada tanggal 28 Maret 2016) bahwa Kecamatan Denpasar Timur terletak dibagian Timur Kota Denpasar dengan batas-batas :
Sebelah Utara
: Kecamatan Denpasar Utara dan Desa Jagapati Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.
Sebelah Timur
: Desa Batubulan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar.
Sebelah Selatan
: Selat Bali dan Kecamatan Denpasar Selatan.
Sebelah Barat
: Kecamatan Denpasar Barat.
Batas wilayah berimplikasi pada penentuan lokasi yang terbaik dan memiliki potensi yang paling baik untuk pembangunan proyek. Penentuan ini berdasarkan aksesibilitas proyek kepada fasilitas – fasilitas terkait.
Gambar 39. Peta Kota Denpasar Sumber : http://wisata.balitoursclub.com/wp-content/uploads/2012/09/Peta-WilayahDenpasar.jpg
53
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
B. Iklim Kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi angin musim sehingga musim kemarau dengan angin timur (Juni-Desember) dan musim hujan
dengan angin barat (September – Maret) dan diselingi oleh musim
pancaroba. Shubu rata-rata berkisar antara 24.4̊C - 31.4̊C dengan suhu maksimum pada bulan Januari, sedangkan suhu minimum pada bulan Agustus. Jumlah curah hujan di Kecamatan Denpasar Timur berkisar 0-406 mm dan rata-rata 97,1 mm. Bulan basah (curah hujan lebih dari 100mm/bl) selama empat bulan dari bulan Nopember sampai dengan Februari. Sedangkan bulan kering (curah hujan kurang dari 100mm/bl) selama 8 bulan jatuh pada bulan Maret sampai dengan Oktober. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari (406 mm) dan terendah terjadi bulan Oktober (0 mm). (http://dentim.denpasarkota.go.id/index.) Berdampak pada pemilihan bentuk atap yang baik dan material yang sesuai dengan kondisi curah hujan pada lokasi pembangunan proyek. Pembuatan lingkungan binaan atau pengolahan ruang luar yang baik di sekitar bangunan. dengan pohon atau tumbuhan hijau yang maksimal untuk menyerap radiasi sinar matahari dengan mendapatkan udara segar dari angin yang melewati taman. C. Luas Wilayah Menurut situs resmi Denpasar (http://www.denpasarkota.go.id/KondisiGeografi. Luas seluruh Kota Denpasar 127,78 km2 atau 12.778 Ha , yang merupakan tambahan dari reklamasi pantai serangan seluas 380 Ha. Dari luas tersebut diatas tata guna tanahnya meliputi Tanah sawah 2.717 Ha dan, tanah kering 10.051 Ha. Tanah kering kering terdiri dari tanah pekarangan 7.831 Ha, tanah tegalan 396 Ha, tanah tambak/kolam 10Ha, tanah sementara tidak diusahakan 81Ha,tanah hutan 613 Ha. Tanah perkebunan 35 Ha dan tanah lainnya:1.162Ha. Berikut luas wilayah kecamatan Denpasar timur. Tabel 13. Luas Wilayah Denpasar timur
No
Desa / Kelurahan
Luas Wilayah Km2
1
Desa Dangin Puri Klod
2.23
2
Desa Sumerta Klod
2.68
3
Desa Kesiman Petilan
2.84
4
Desa Kesiman Kertalangu
3.76
54
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
5
Desa Suerta Kaja
0.52
6
Desa Sumerta Kauh
0.89
7
Desa Penatih Dangri
3.12
8
Kelurahan Kesiman
2.43
9
Kelurahan Sumerta
0.50
10
Kelurahan Penatih
2.73
11
Kelurahan Dangin Puri
0.62
Kecamatan Denpasar Timur
22.31
Sumber: http://dentim.denpasarkota.go.id/index.php/profil
Dalam segi ideal pembangunan proyek, akan dibangun di wilayah yang paling besar untuk mencegah terjadinya kepadatan dalam sebuah wilayah. Namun penentuan lokasi tetap harus mempertimbangkan hal lainnya. D. Topografi Ditinjau dari segi Topografi keadaan geografis Kecamatan Denpasar Timur secara umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0 – 75 meter dari permukaan laut. Memiliki morfologi landai dengan kemiringan lahan sebagain besar berkisar 0,5% namun dibagian tepi kemiringan bisa mencapai 15 %. (http://dentim.denpasarkota.go.id/index.) Daerah yang landai merupakan potensi dalam mempermudah pembangunan suatu proyek. 3.1.2
Kondisi Non-Fisik Kondisi non fisik KecamatanDenpasar Timur dapat dilihat dari:
A. Jumlah Penduduk Menurut situs resmi Denpasar (http://www.denpasarkota.go.id/KondisiGeografi. Diakses pada tanggal 10 April 2016) Jumlah Penduduk Kecamatan Denpasar Timur sampai bulan Desember 2013 sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik Kota Denpasar adalah 146.510 jiwa, laki-laki sebanyak 74.460 jiwa dan perempuan sebanyak 146.510 jiwa. Kepadatan penduduk Kecamatan Denpasar Timur adalah 6.567 jiwa/ Km².
Sebaran penduduk Kecamatan Denpasar Timur
dapat dilihat pada table 14.
55
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Tabel 14. Jumlah penduduk Denpasar timur
No
Desa / Kelurahan
Laki - laki
Perempuan
Jumlah
1
Desa Dangin Puri Klod
8.557
8.002
16.559
2
Desa Sumerta Klod
10.409
9.854
20.263
3
Desa Kesiman Petilan
8.120
7.710
15.830
4
Desa Kesiman Kertalangu
6.224
5.960
12.184
5
Desa Suerta Kaja
14.081
13.351
27.433
6
Desa Sumerta Kauh
5.354
5.477
10.443
7
Desa Penatih Dangri
4.420
4.420
10.830
8
Kelurahan Kesiman
4.102
4.067
8.840
9
Kelurahan Sumerta
3.606
3.647
7.253
10
Kelurahan Penatih
5.911
5.940
11.851
11
Kelurahan Dangin Puri
3.677
3.621
7.298
74.460
72.050
146.510
Kecamatan Denpasar Timur
Sumber: Denpasar Timur Dalam Angkat Tahun 2014
Berdasarkan data kependudukan di atas, maka data ini menjadi salah satu faktor penentu pembanding dalam analisa kebutuhan kapasitas peserta didik yang akan ditampung pada sekolah ini. B. Aspek Pendidikan Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena baik buruknya kualitas sumber daya manusia suatu bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya pendidikan penduduknya. Disamping itu pendidikan juga menjadi salah satu indikator yang menentukan Indek Pembangunan Manusia ( Human Development Index – HDI) dan Gender Development Index (GDI) dari suatu negara. Oleh karena itu pendidikan bagi setiap individu baik laki-laki maupun perempuan sangatlah penting. Kualitas pendidikan penduduk (sumber daya manusia) juga ditentukan oleh salah satu indikatornya, yaitu angka partisipasi sekolah (APS). Partisipasi penduduk bersekolah merupakan bentuk nyata usaha peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan. Berikut adalah APS PAUD di Provinsi Bali. Lihat tabel 15.
56
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Tabel 15. Jumlah APS di Provinsi Bali 2013 -2014
Kota/Kab
Usia 0 – 6 tahun
TK
TPA
KB
SPS
Siswa
APS
PAUD
PAUD
Buleleng
54.519
15.293
99
7.745
12.506
35.373
64.88
Jembrana
22.246
4.931
41
3.942
5.588
14.502
65.19
Tabanan
22.406
1.078
77
4.340
6.910
18.405
82.14
Badung
28.669
13.295
120
4.521
9.868
27.804
96.98
Gianyar
28.498
8.789
37
6.340
2.888
18.405
63.35
Klungkung
10.674
4.384
27
2.493
3.186
10.090
94.55
Bangli
17.434
4.571
14
4.994
2.763
12.342
70.79
Karang Asem
55.891
12.441
4
7.652
8.927
29.024
55.98
Denpasar
37.163
22.061
373
6.332
8.243
37.009
99.59
Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013/2014
Seperti pada tabel 15, dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah anak – anak usida dini di Kota Denpasar merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Tingginya angka partisipasi sekolah (APS) ini harus diimbangi dengan ketersediannya tempat atau fasilitas pendidikan terkait dan kelayakan standarisasi fasilitas pendidikan tersebut. Lihat tabel 16 dan 17. Tabel 16. Jumlah PAUD di Kota Denpasar
Kecamatan
KB
TK
TPA
SPS
TOTAL
Denpasar Selatan
28
78
9
0
115
Denpasar Timur
31
62
42
7
98
Denpasar Utara
41
81
5
3
127
Denpasar Barat
19
88
7
4
118 458
Total Keseluruhan Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 Tabel 17. Jumlah PAUD terakreditasi di Kota Denpasar
Akreditasi
Kecamatan
KB
TK
TPA
SPS
TOTAL
Denpasar Selatan
28
78
9
0
115
37
78
Denpasar Timur
31
62
42
7
98
20
78
Denpasar Utara
41
81
5
3
127
48
79
Sudah Belum
57
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Denpasar Barat
19
88
7
4
Total Keseluruhan
118
55
63
458
160
298
Sumber : Ditjen-Paud Dikmas 2015 (http://118.98.233.177:616/#/laman/sp_akreditasi/2/226000)
Berikut sebaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di kecamatan Denpasar timur. Gambar 37 dan Tabel 18.
Gambar 40. Sebaran PAUD di Kecamatan Denpasar Timur Tabel 18. Banyaknya sekolah,murid, dan guru PAUD di Kecamatan Denpasar Timur
No
Desa / Kelurahan
Sekolah
Murid
Guru
1
Dangin Puri Klod
9
146
46
2
Sumerta Klod
12
1.848
121
3
Kesiman
9
531
55
4
Kesiman Petilan
6
265
29
5
Kesiman Kertalangu
14
1.102
74
6
Sumerta
5
321
34
58
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
7
Sumerta Kaja
3
288
18
8
Sumerta Kauh
1
14
3
9
Dangin Puri
5
328
18
10
Penatih
8
393
35
11
Penatih Dangin Puri
2
76
8
73
5412
438
Kecamatan Denpasar Timur Sumber: UPT Disdikpora Kecamatan Denpasar Timur
Banyaknya PAUD yang belum diakreditasi menurut Dikjen PAUD Dikmas tahun 2015 serta besarnya jumlah angka partisipasi sekolah anak – anak usia dini merupakan kekuatan dari proyek pusat pelayanan pendidikan anak usia dini ini. Lokasi proyek ditentukan pula berdasarkan desa yang sangat membutuhkan lembaga atau fasilitas terkait. C. Aspek Ekonomi PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan perkembangan ekonomi pada suatu daerah. Antara lain akan dapat diketahui struktur ekonomi, laju pertumbuhan, tingkat kesejahteraan dan potensi suatu daerah. Ekonomi suatu daerah dikatakan semakin baik jika dari waktu ke waktu nilai PDRB daerah yang bersangkutan semakin bertambah. Agar kesejahteraan ekonomi penduduk semakin meningkat, dalam periode yang sama tingkat pertumbuhan PDRB harus lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduknya. PDRB per kapita merupakan suatu indikator yang dihitung dengan cara membagi data PDRB terhadap jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang seberapa besar nilai tambah yang diciptakan/diterima tiap-tiap penduduk, sehingga secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk didaerah/wilayah bersangkutan. Semakin besar nilai PDRB per kapita, maka dapat dikatakan suatu daerah/wilayah makin sejahtera atau makmur. (RKPD Kota Denpasar tahun 2014) Tabel 19. PDRB per kapita Kota Denpasar Tahun 2010 - 2014
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun
Atas Dasar Harga Konstan
Perkapita
Pertumbuhan
Perkapita
Pertumbuhan
(Rp/juta)
(%)
(Rp/juta)
(%)
59
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
2010
10.755.112,28
14.36
5.358.246,42
6.53
2011
12.497.412,51
16.20
5.710.412,32
6.57
2012
13.856.496,18
10.87
6.097.167,27
6.77
2013
15.557.924,87
12.28
6.535.171,36
6.18
2014
17.777.752,59
14.27
6.988.712,25
6.94
Sumber : Sumber data: Badan Pusat Statistik Kota Denpasar
Dari kondisi perekonomian diatas akan mempengaruhi civitas yang menjadi sasaran pengunjung dari segi sosial ekonominya. Pertimbangan kondisi ekonomi ini dapat dijadikan suatu acuan bagaimana memanajemen pengadaan PAUD di Kota Denpasar bagian timur. D. Peraturan Daerah Peraturan-peraturan daerah Propinsi Bali yang mengikat adalah sebagai berikut :
-
Peraturan Sempadan Bangunan Perdagangan pelayanan regional dan kota : KDB maksimum 50%, KLB maksimum 3 x KDB. Parkir minimum 20% dari luas area. Jarak bangunan terhadap pagar depan dan samping tidak berbatasan langsung dengan rumah tinggal. Jarak dengan pagar belakang minimum 3 meter.
- Perdagangan pelayanan 30.000-120.000 penduduk : KDB maksimum 75%, KLB maksimum 3 x KDB. Jarak bangunan terhadap pagar depan dan samping, tidak berbatasan langsung dengan perumahan. Bila berbatasan langsung dengan rumah tinggal, maka tidak ada jarak. Jarak bangunan dengan pagar depan minimum 6 meter, jarak samping 3 meter.
- Perdagangan pelayanan ± 5.000 penduduk : KDB maksimum 75%, KLB maksimum 3 x KDB. Jarak pagar depan dengan samping tidak ada jika terpisah dengan lingkungan perumahan. Bila berbatasan langsung dengan perumahan, jarak bangunan dengan pagar belakang minimum 3 meter.
- Kawasan Pendidikan : KDB maksimum 50%, KLB maksimum 4 x KDB, RTH minimum 50%. . Jarak bangunan terhadap pagar depan dan samping tidak berbatasan langsung dengan rumah tinggal. Jarak dengan pagar belakang minimum 3 meter.
60
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Peraturan Ketinggian Bangunan
- Ketinggian bangunan yang memanfaatkan ruang udara di atas permukaan bumi dibatasi maksimum 15 meter, kecuali bangunan umum dan bangunan khusus yang memerlukan persyaratan ketinggian lebih dari 15 meter setelah pengkajian ulang.
- Pada kawasan pusat kota, KLB maksimum 4 x KDB. 3.2 Studi Kelayakan Pusat Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di Denpasar. Dalam setiap perencanaan suatu proyek, pasti terdapat beberapa permasalahan dan terdapat pula pemecahan untuk permasalahan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis SWOT yang merupakan suatu acuan dalam penentuan kelayakan suatu proyek yang direncanakan dan yang termasuk di dalamnya yaitu potensi (strength), hambatan (weakness), peluang (opportunity) dan tantangan (threat).Lihat tabel 20. Tabel 20. Analisa SWOT
Faktor Eksternal Faktor
Opportunities
Threats
(Kesempatan)
(Ancaman)
Internal Strengths
(Kekuatan)
Weakness (Kelemahan)
Angka Partisipasi Sekolah yang tinggi Pendapatan ekonomi /kapita yang tinggi Banyaknya sekolah yang belum terakreditasi di Dentim. Kurangnya kreatifitas dalam perencanaan bentuk fisik bangunan pendidikan anak usia dini. Desain – desain PAUD di Kota Denpasar masih banyak yang tidak sesuai dengan fungsi yang diwadahi, (berdasarkan tinjauan fasilitas sejenis)
Banyaknya lembaga PAUD lainnya di Dentim
Banyaknya lembaga PAUD lainnya di Dentim Kecenderungan orang tua yang cuek untuk memilih sarana prasarana sekolah yang baik untuk anak – anaknya. Peraturan daerah yang mengikat menyebabkan tidak berkembangnya kreatifitas dari desain PAUD
61
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Dari analisa diatas maka kesimpulan solusi dari weakness dan threats adalah sebagai berikut; 1. Menciptakan sekolah yang memperhatikan civitas utama dari PAUD yaitu anak-anak yang sesuai standar yang sudah ditentukan dan memenuhi nilai akreditasi. 2. Menciptakan PAUD yang memilki desain yang menarik dan mencirikan bangunan sekolah untuk anak-anak usia dini dan mampu bersaing dengan PAUD lain yang sudah ada. 3.3 Spesifikasi Khusus Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di Denpasar. Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu adalah Suatu tempat yang berada di tengah suatu perkotaan yang berusaha melayani segala kebutuhan pendidikan anak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 3.3.1 Tujuan Adapun tujuan dari pengadaan proyek Pusat pelayanan pendidikan anak usia dini sebagai berikut. 1. Sebagai pusat sarana pendidikan untuk anak – anak usia dini se-Kota Denpasar khususnya Denpasar timur. 2. Terpadu menyangkut kelengkapan suatu program terkait pendidikan anak usia dini. 3. Sebagai fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan anak usia dini; 4. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar. Lingkungan harus diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak selama mereka bermain. 5. Mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak. 6. Menyediakan layanan PAUD yang bermutu, akuntabel, dan selaras dengan tahap perkembangan anak
62
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
7. Mewujudkan
layanan
PAUD
yang
non-diskriminatif,
inklusif,
dan
berkeadilan. 8. Mewujudkan sistem layanan PAUD yang menjamin semua anak usia dini berkesempatan memperoleh layanan PAUD. 3.3.2 Fungsi 1. Fasilitas sarana dan prasarana serta pendanaan pendidikan anak usia dini seKota Denpasar khususnya Denpasar timur. 2. Sebagai fasilitas peningkatan kualitas sumber daya para peserta didik. 3.3.3 Pengelola Pengelola Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu ini difokuskan berasal dari Kecamatn Denpasar Timur dan disesuaikan dengan kualifikasi dan klasifikasi tenaga pengajar dan staff pengajar yang sudah ditetapkan. 3.3.4 Sasaran Sasaran layanan pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0- 6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut;
0 - 1 tahun,
1 - 2 tahun,
2 - 3 tahun,
3 - 4 tahun,
4 - 5 tahun, dan
5 - 6 tahun.
3.3.5 Program Pusat Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di Denpasar. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pusat merupakan tempat yg letaknya di bagian tengah, pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain, dan terpadu berarti menjadi satu. Program yang akan dilakukan di PAUD ini pun akan menjadi yang terlengkan dan lebih dari 1 program (Terpadu) dan menjadi pusat untuk kegiatan sejenis. Program yang akan dijalankan meliputi sebagai berikut;
63
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Tabel 21. Program Pusat Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu di Denpasar.
Program Utama Sasaran /
Nama
Penjelasan Program
Program
Waktu
Sasaran
Kegiatan
Usia
Kelompok
Pendidikan pada
Bermain
dasarnya bermain-
(KB)
main, Perkembangan
2 – 4 tahun
2 jam, min. 3 kali seminggu
Target Peserta Didik Maks/ ruang kelas
10 anak
emosi dan mental Pendidikan Anak Usia
Taman Kanak
–
kanak (TK)
Dini , Perkembangan anak dan kesiapan
4 – 6 tahun
2 jam, senin jumat
15 anak
bersekolah Taman
Pelayanan perawatan
Penitipan
untuk
Anak (TPA)
anak-anak yang orangtuanya bekerja, digabung dengan
8-10 jam 3 – 6 tahun
setiap hari 2
20 anak
jam
komponen perkembangan emosi dan mental
Program Tambahan Nama Program
Sasaran / Penjelasan Program
Sasaran Usia
Waktu Kegiatan
Target Peserta Didik Maks/ ruang kelas
Pendidikan anak usia dini dengan pemberian rangsangan – Preschool
rangsangan dan
1 – 2 tahun
pengenalan terhadap
1.5 jam 2 kali seminggu
10
benda – benda di lingkungan sekitar Kegiatan berenang pemijatan yang Baby Spa
bertujuan untuk
0 – 1 tahun
Setiap hari
2
meningkatkan sensorik anak
64
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
3.3.5 Struktur Organisasi Lembaga Paud Terpadu. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional. Struktur organisasi lembaga PAUD terpadu terdiri dari unsur :
Kepala pengelola PAUD Terpadu
Petugas Tata Usaha/Administrasi
Kepala Satuan PAUD o Kepala Taman Kanak-Kanak o Penanggung Jawab Program Kelompok Bermain o Penanggung Jawab Program Taman Penitipan Anak o Penanggung Jawab Program Pos PAUD
Tenaga Pendidik/Pengasuh
Tenaga kebersihan
Tenaga perawatan lingungan sekitar PAUD. Pengelola PAUD Terpadu
Petugas Tata Usaha
Kepala Taman Kanak - Kanak
Penanggung Jawab Program Kelompok Bermain
Penanggung Jawab Program Taman Penitipan Anak
Penanggung Jawab Program Early years childhood
Guru Pendamping
Guru Pendamping
Guru Pendamping
Guru Pendamping
Guru Pengasuh
Guru Pengasuh
Guru Pengasuh
Guru Pengasuh
Penanggung Jawab Program Prasekolah bayi
Teraphist untuk bayi
Penanggung Jawab Program Posyandu dan Bina Keluarga Balita
Dokter
Petugas pembantu pelaksanaan program
Gambar 41. struktur Organisasi Lembaga PAUD Terpadu Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010
65
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
3.3.6 Persyaratan Lokasi Lingkungan. Adapun persyaratan sarana dan prasarana PAUD berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan PAUD Terpadu 2012 sebagai berikut; 1. Dekat pemukiman penduduk dengan jumlah anak usia dini sesuai dengan kapasitas yang direncanakan 2. Jauh dari keramaian dan hiburan yang dapat mengganggu aktivitas belajar serta terhindar dari sumber kebisingan, polusi , tegangan tinggi dan limbah industri yang dapat mengganggu serta membahayakan. 3. Lingkungan
tempat
penyelenggaraan
PAUD
Terpadu
harus
dapat
menciptakan rasa aman kepada anak untuk belajar dan berkembang. Lingkungan di dalam ruangan hendaknya disusun dan direncanakan sesuai dengan kegiatan dan jumlah anak. Fasilitas yang terdapat di luar ruangan harus dapat digunakan untuk kegiatan bermain dan perkembangan motorik kasar anak-anak peserta didik. 3.3.7
Fasilitas Proyek 4. Fasilitas proyek yang ada dalam pusat pelayanan pendidikan anak usia dini di Denpasar ini seperti dalam tabel . Tabel 22. Fasilitas dalam proyek.
Fasilitas Utama Ruang spa bayi Ruang visual bayi Kelompok usia 0 – 1 tahun
Ruang olahraga / gym bayi
(Program pra-sekolah untuk bayi)
Ruang bermain bayi Kolam renang bayi Ruang untuk mengganti popok Ruang kelas
Kelompok usia 1 – 4 tahun (Program kelompok bermain)
Ruang bermain Ruang makan Ruang tidur Ruang Baca
66
Pusat Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Di Denpasar
Ruang Olahraga Toilet Ruang kelas Ruang bermain Kelompok usia 4 – 6 tahun (Program Taman Kanak – Kanak)
Ruang makan Ruang tidur Ruang Baca Ruang Olahraga Toilet Ruang bermain
Kelompok usia 0 – 6 tahun (Program Taman Penitipan Anak)
Ruang makan Ruang tidur Toilet Ruang untuk mengganti popok
Fasilitas Penunjang
Fasilitas Pendukung
Aula/Auditorium
Ruang kepala PAUD
Kantin
Ruang kepala program PAUD
Taman bermain
Ruang guru
Lapangan olahraga
Ruang staff
Parkir
Ruang mekanikal dan elektrikal Ruang UKS Ruang Ibadah
67