BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PETERNAKAN BURUNG
2.1
Tinjauan Peternakan Burung Kegemaran memelihara burung sudah merupakan sebuah kebutuhan
sekaligus bisnis yang menggiurkan. Untuk mencari ketentraman hidup di era modern ini tidaklah mudah, maka kebanyakan orang berlomba memelihara burung untuk mendapatkan kicauan burung yang menyejukan hati, tidak salah jika Semboyan “kembali ke alam “ semakin diminati dan dicari. Peternakan ini menjadi penting karena merupakan salah satu penangkal kepunahan suatu satwa. Diimbangi dengan upaya – upaya seperti lomba burung peternakan agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian dan kelangsungan hidup burung itu sendiri. 2.1.1
Pengertian Peternakan Burung Burung menetas untuk pertama kalinya sekitar 150 juta tahun silam.
Nenek moyang bangsa burung disebut Archeopteryx yang di ambil dari bahasa yunani kuno yang berarti sayap purba. Merupakan peralihan dari reptil yang telah dilengkapi dengan sayap, maka Archeopteryx merupakan reptile pertama bisa terbang. Dalam perkembanganya baru pada sekitar 17 ribu tahun yang lalu, yang dapat dilacak seperti gambar – gambar burung primitif yang terlukis di dinding gua di daerah prancis dan spanyol yang membuktikan bahwa pada saat itu manusia telah dapat menghargai burung.
6
Dalam perkembanganya sejak zaman prasejarah, yakni hampir 4.000 tahun sebelum masehi, para pakar burung sepakat melahirkan sebuah ilmu yang merupakan cabang dari biologi, yaitu ornithologi. Pakar ornithologi tersebut diantaranya Roger Tory Peterson, JL. Peter, dan Bernhard Grzimek. Sedangkan orang yang banyak menyingkap misteri perilaku burung (etologi burung ) diantaranya Konrad Lorentz, Niko Tinbergen, dan Robert A. Hinde. Ada pula seorang pelukis burung legendaris John James Audubon yang menjadi perintis ornithologi. ( Iskandar 1989 ) Seiring berkembangnya ornithologi penggemar burung pun menjadi semakin pesat. Pada mulanya penggemar burung berkembang pada bangsa tiongkok, dan bangsa mesir kuno. Kemudian semakin berkembang di daratan china tepatnya pada Dinasti Ching sekitr tahun (1644 – 1911 AD). Kemudian menyebar keseluruh dunia. Sejalan dengan evolusi maka burung pun semakin berkembang. Adapun perkembanganya antara lain, bentuk, jumlah jenis, dan jumlah individu. Pada era modern ini telah tercatat kira – kira 9.500 burung dengan berbagai bentuk dan perilakunya. Ada jenis burung yang masih tergolong primitive, yaitu kasuari, dan burung onta, yang tidak mampu terbang. Namun ada pula burung yang tergolong modern yaitu, burung gereja, gagak, dan jalak, ( iskandar 1989 ). Burung modernpun dapat terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Burung berkicau yaitu burung dengan suara yang merdu 2. Burung berbulu indah yaitu burung yang memiliki warna bulu yang menarik. 3. Burung unik yaitu burung yang dengan bentuk dan suaranya yang unik.
7
Dari jenis burung, burung yang sering di pelihara oleh masyarakat yaitu burung berkicau, burung ini merupakan burung yang bersuara merdu, juga burung yang bisa di lombakan dengan katagori suaranya paling indah atau paling bagus. Dengan pesatnya dan peningkatan penggemar burung dan banyak nya permintaan burung berdampak pada populasi burung pada habitat aslinya. Menurut undang – undang Republik Indonesia no. 05 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati beserta Ekosistemnya. Pasal 21 (2) bab V (Pengawetan jenis tumbuhan dan Satwa menyatakan bahwa) : Setiap orang dilarang untuk : 1. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup. 2. Menyimpan,memilihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati. 3. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain didalam atau luar Indonesia. 4.
Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.
5.
Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan sarang satwa yang dilindungi.2. Pasal 40 ayat 2 menyatakan bahwa : Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21 dipidana
8
dengan Pidana hukuman 5 tahun Penjara dan denda Seratus juta Rupiah/100.000.000. Berdasarkan undang-undang no 5 tahun 1990 pasal 40 ayat 1 menguatkan UU no. 05 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati beserta Ekosistemnya, Pasal 21 (2) bab V menyebutkan antara lain adalah Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksudkan dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100 Juta Rupiah. Budi daya hewan menurut Peraturan presiden Republik Indonesia No 48 ahun 2013 Tentang Budi Daya Hewan Peliharaan adalah "usaha yang dilakukan di suatu tempat tertentu pada suatu kawasan budi daya secara berkesinambungan untuk hewan peliharaan dan produk hewan. Dengan demikian sudah cukup jelas bahwa burung sangat di lindunngi oleh pemerintah. Oleh karena itu burung harus di lestarikan dengan cara peternakan.
Peternakan
adalah
kegiatan
mengembangbiakkan
dan
membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dll.
9
Peternakan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan hewan, begitu pula tempat untuk perkembangbiakanya agar mirip dengan habitat aslinya, yang berupa iklim, dan makanannya. Agar kesehatan burung tetap terjaga. 2.1.2
Tujuan Peternakan Pada umumnya peternakan itu merupakan kegiatan pengembangbiakan
dengan tujuan antara lain : 1. Untuk menjaga dan melestarikan burung 2. Untuk mendapatkan keuntungan karena hasil peternakan bisa dijual bila telah memenuhi syarat dan target dari penjualan tersebut. 3. Mendapatkan spesies satwa liar dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin. Untuk kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi alam. 4. Mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa pemanfaatan specimen satwa liar yang dinyatakan berasal dari kegiatan peternakan tersebut. 2.1.3
Persiapan Peternakan Burung Kegiatan
peternakan
meliputi
banyak
hal,
seperti,
harus
mempertimbangkan kesiapan lingkungan di maksudkan, agar burung – burung yang akan di pelihara dapat beradaptasi dengan baik dan cepat. terutama untuk jenis – jenis yang membutuhkan lindungan, adapun lingkup kegiatannya yaitu : 1. Lingkup Biologi Dimana lingkungan ini dibuat agar hampir mirip dengan kehidupanya ditempat liar alami dengan populasi kerapatan dan arsitektur tajuk yang
10
mendekati habitat alami, akan menciptakan iklim mikro dan suasana yang teduh. 2. Lingkup fisik Lingkup fisik meliputi dimana lingkup ini sebagai tempat untuk burung tersebut seperti kandang terbuka atau sangkar kecil. Untuk memasukkan burung kedalam sangkar atau kandang terbuka tersebut perlu memperhatikan beberapa hal seperti : a. Kesehatan burung Sebelum burung di lepas di kandang besar perlu seyoginya memeriksa kesehatan burung tersebut. b. Karakter Alami Burung Pentingnya mengetahui karakter alami burung agar burung tersebut tidak rentan sakit atau setres. c. Jenis Makanan Burung Beragam jenis makanan burung tapi untuk peternakan burung cenderung diberi makanan buatan seperti sirpy, top song dll. Karena memudahkan perawatannya. Di samping diberi makanan yang alami juga sperti buah, jangkrik atau serangga. Untuk bahan kandang itu sendiri perlu memakai kawat yang cukup elastis, tahan karat, serta di lapisi galvanis. Kawat tersebut berdiameter kurang dari 30 mm atau disesuaikan dengan burung yang akan dipelihara.
11
2.1.4
Pengelolaan Peternakan Burung Tata cara pengadaan dan pemeliharaan burung dapat mengacu kepada
peraturan yang di keluarkan Departemen Kehutanan (khususnya untuk regulasi persyaratan dan perijinan) dan Departemen Peternakan (khusunya karantina hewan) Sementara itu, untuk memudahkan pemeliharaan burung dapat mengikuti saran saran dokter hewan ahli burung (ornithologist ), ahli ecologi (ecologist ) dan sebagainya. Bila belum terdapat prosedur operasional standar ( standar oprasional prosedur/SOP ) pemeliharaan dan peternakan burung dari pihak yang berwenang, maka institusi pengelola juga dapat membuat sendiri SOP tersebut dengan mempetimbangkan peraturan yang ada dan saran – saran para ahli. Penerapan SOP dalam kegiatan pemeliharaan burung di maksudkan agar burung yang di pelihara dapat hidup dan berkembang biak dengan baik. Selain itu, manfaat lainnya untuk manusia dan lingkungannya tetap sehat dan bersih dari sumber penyakit.
2.2 2.2.1
Tinjauan Pemeliharaan Aspek kesehatan Selain perubahan alami yang terjadi pada populasi burung. Perubahan
aspek kesehatan juga mengalami penurunan. Seperti halnya burung terinfeksi virus salah satunya influenza tipe A. untuk di Indonesia virus tersebut telah mewabah sejak bulan oktober 2003 sampai dengan februari 2005 telah mengakibatkan 14,7 juta ayam mati. Sedangkan penyebaran virus tersebut pada
12
manusia di Indonesia sampai dengan tanggal 18 november 2005 di laporkan 173 kasus yang di curigai sebagai flu burung pada mnusia. Untuk Pencegahan virus tersebut antara lain : 1. Peningkatan keamanan dari penularan (biosekuriti) 2. Vaksinasi 3. Pemusnahan terbatas ( depopulasi ) di daerah yang telah terinfeksi virus tersebut. 4. Pengendalian lalulintas unggas, produk unggas dan limbah peternakan unggas 5. Surveilans dan penulusuran (tracking back ) 6. Pengisian kandang kembali (restocking ) 7. Pemusnahan menyeluruh (stamping –out) di daerah tertular baru 8. Peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness ) 9. Monitoring dan evaluasi Dari kesembilan langkah tersebut langkah utama yang dapat di laksanakan oleh masyarakat adalah pelaksanaan biosekuriti yang ketat, vaksinasi , pemusnahan terbatas, pengisian kandang kembali dan pemusnahan menyeluruh di daerah tertular baru. Pelaksanaan biosekuriti secara ketat adalah untuk mencegah semua kemungkinan penularan /kontak dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit, melalui tindakan antara lain : 1. Pengawasan lalu lintas dan tindak karantina/isolasi lokasi peternakan tertular dan lokasi tempat – tempat penampungan unggas yang tertular yang dilakukan dengan :
13
a. Membatasi secara ketat lalu lintas hewan / unggas, produk unggas, pakan, kotoran, bulu, alas kandang/litter. b. Membatasi lalu lintas orang/ pekerja dan kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan. c. Para pekerja dan semua orng yang berada dalam lokasi peternkan harus dalam kondisi sehat. d. Mencegah kontak antara dengan burung liar /burung air, rodensia (tikus ) dan hewan lain. 2. Dekontaminasi/desinfeksi (sucihama ) dilakukan terhadap : a. Semua bahan, sarana peralatan dan bangunan kandang yang kontak dengan unggas sakit. b. Pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan dan bahan lain yang tercemar yang masuk dan keluar lokasi peternakan. c. Lokasi jalan menuju peternkan /kandang dan areal sekitar kandang /tempat penampungan unggas d. Jenis desinfektan yang dapat di gunakan misalnya asam prasetat, hidroksi peroksida, sediaan ammonium kuartener, formaldehid/formalin 25%iodoform/kalium hipoklorit. 3. Pemusnahan unggas selektif (depopulasi ) di peternakan tertular, dilakukan dengan : a. Membunuh dengan menyembelih semua unggas hidup yang sakit dan unggas sehat yng sekandang dan memusnahkanya dengan pembakaran. b. Pembakaran (disposal) :
14
1) Membakar dan mengguburkan unggas mati (bangkai), telur, kotoran (feces ), bulu, alas kandang (sekam ), pupuk dan pakan ternak yang tercemar serta bahan dan peralatan lain yang terkontaminasi yang tidak dapat di dekontaminasi/didesinfeksi secara efektif. 2) Lubang tempat penguburan/pembakaran harus berlokasi di dalam areal peternakan tertular dan berjarak minimal 20 meter dari kandang tertular dengan kedalaman 1,5 meter 3) Apabila lubang tempat penguburan / p;embakaran terletak di luar areal peternakan tertular, maka harus dari permukiman penduduk dan mendapat ijin dari dinas peternakan setempat. 4. Vaksinasi / pengebalan di lakukan terhadap semua jenis unggas yang sehat di daerah tertular. Tindakan vaksinasi dilakukan sesaui dengan ketentuan. Vaksin yang dipergunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang telah mendapatkan nomor registrasi dari pemerintah. 5. Pengisian kembali (restoking) ungags ke dalam kandang dapt dilakukan sekurang – kurangnya 1 (satu) bulan setelah di lakukan pengosongan kandang dan semua tindakan di dekontaminasi (desinfeksi ) dan disposal sesuai prosedur selesai di laksanakan. 6. Pemusnahan unggas secara menyeluruh (stamping out ) di daerah tertular baru akan dilakukan apabila timbul kasus avian influenza di daerah bebas / terancam yang telah diagnosa secara klinis, patologi anatomis dan epidemiologis serta di konfirmasi secara laboratoris.
15
7. Pengendalian limbah Limbah dari burung tersebut juga sangat berbahaya bila tanpa pengendalian yang terorganisir. Maka dari itu pengendalian limbah akan memakai system recycle ( pemakaian kembali ) Khusus bagi pelaku langsung peternakan hewan terdapat beberapa anjuran dari WHO yang dapat dilakukan : a. Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah terinfeksi harus sering – sering mencuci tangan dengan sabun. b. Mereka yang memegang, membunuh, dan membawa atau memindahkan unggas yang sakit dan atau mati karena flu burung seyoginya melengkapi diri dengan baju pelindung, sarung tangan karet, masker, kacamata goggle, dan juga sepatu bot. c. Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan prosedur yang baku dan memperhatikan faktor keamanan petugas. d. Pekerja peternakan, pemotongan, dan keluarganya perlu di beri tahu untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila mengidap gejala – gejala pernapasan seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, susah napas, infeksi mata, dan gejala flu lainya. 2.2.2
Pemberian pakan Ada beberapa kriteria yang menyangkut dengan pemberian pakan antara
lain :
16
1. Jenis pakan Di dalam peternakan jenis makananya tergantung burungnya. Pada umumnya burung yang di ternak akan diberi makanan yang buatan untuk mempermudah perawatannya, kecuali burung – burung yang tergolong rentan punah. Berbagai jenis makanan buatan untuk burung tergantung jenis burungnya adapun jenis – jenisnya antara lain : a. Chirpy b. Pancy c. Top song d. Poer cendet e. Godem f. dll merek sejenis. Di samping makanan tersebut burung juga diharuskan untuk diberi vitamin yaitu makanan alaminya. Seperti buah – buahan, sayur – sayuran, jangkrik, ulat hongkong, ulat kandang, dan telur semut rang rang ( kroto ) 2. Cara Pemberian Makan Pemberian makan pada burung tergantung jenis burungnya. Burung yang sudah dewasa cukup di beri makanan buatan aja dan di beri sedikit jangkrik bagi yang pemakan daging. Untuk burung yang khusus pemakan buah – buahan atau sayur – sayuran tidak di anjurkan untuk memberi makanan buatan. untuk burung yang masih anakan atau piyik perlu makanan buatan yang sudah di rebus dengan air hangat dan sedikit vitamin. ada beberapa
17
burung yang induknya bisa langsung memberi makanan pada anaknya. Tapi ada pula burung yang tidak mau memberi makanan pada anaknya. 3. Pengaturan Reproduksi Kunci
keberhasilan
dari
peternakan
yaitu
reproduksi
untuk
mendapatkan hasil yang maksimal perlu di lakukan pengkajian sebagai berikut : a. Pemilihan Induk Untuk memilih induk yang berkualitas tidaklah mudah perlu ada pertimbangan – pertimbangan antara lain : 1) Body bagus tidak cacat. 2) Suara bagus panjang dan keras 3) Mental bertarung nya bagus ( bertarung dengan suara ) 4) Lincah atau semi jinak membuktikan burung itu sehat 5) Rajin produksi bagi yang sudah pernah produksi. b. Penentuan Jenis Kelamin Kelamin merupakan organ vital pada burung, secara umum untuk membedakan jenis kelamin ada berbagai cara yaitu: 1) Dari warna bulu, warna bulu burung yang memiliki kelamin betina biasanya lebih pudar. Sedangkan jantan warnanya lebih terang. Atau lebih jelas. 2) Dari bentuk paruh bentuk paruh kelamin betina cenderung lebih lancip tapi untuk yang jantan paruhnya lebih pendek dan besar.
18
3) Dari postur tubuhnya burung berkelamin betina cenderung lebih besar tapi pendek. Sedangkan jantanya kecil tapi panjang 4) Dari suaranya burung betina lebih pendek sedangkan yang jantan suaranya lebih panjang dan keras. 5) Dari kepalanya burung betina lebih kecil bagi yang jantan kpalanya lebih besar. c.
Penjodohan Sistem reproduksi burung bermacam – macam, yaitu monogami, poligami, dan poliandri. Pada pola monogami, burung memiliki pasangan tetap dimana seekor jantan berpasangan dengan seekor betina secara terus menerus atau paling tidak dalam satu musim kawin. Pada pola poligami, seekor burung jantan dapat dijodohkan beberapa ekor betina. Sementara itu, pada pola poliandri seekor betina dapat dijodohkan dengan beberapa ekor burung jantan, namun pergantian pasangan biasanya terjadi setelah burung betina bertelur dan jantan pertama mengerami telurnya. Sumber ( wawancara BKSDA Bali )
d. Peneluran, pengeraman dan penetasan Dalam perjodohan monogami, di saat burung betina bertelur atau mengerami telur burung jantan selalu menjaganya hingga membawakan makanan hingga telurnya menetas. Sampai membesarkan piyiknya pun, burung betina tidak keluar dari sarangnya. Sementara itu burung jantan tetap menunggu di depan rongga untuk masuk ke sarang.
19
Telur yang tidak dibuahi atau infertile akan di pecahkan oleh induk betina dan 1- 2 bulan kemudian ia akan kembali bertelur. Demikian pula apabila Induk betina telah menghasilkan piyik kemudian piyik, mati sebulan kemudian akan bertelur kembali. Beda halnya dengan pola poligami, untuk membuat sarang, pengeraman pengasuhan piyik, dilakukann oleh burung betina sendiri, (burung cendrawasih / family paradisidae). Sedangkan pada pola poliandri, pengeraman telur dan pengasuhan piyik dilakukan oleh burung jantan sendiri, ( kasuari, casuarius sp). Wawancara ( Bali Bird Park) e. Pembesaran Anak Burung ( piyik ) Pemeliharan burung anakan atau biasa disebut piyik perlu ada perlakuan khusus bagi setiap anak burung tersebut. Ada burung yang dirawat dan dibesarkan oleh Induknya sendiri ada pula burung yang tidak mau membesarkan anaknya. Untuk anak burung yang tidak mau dirawat oleh induknya, perlu ruangan khusus untuk burung tersebut seperti di taruh dalam incubasi atau ruangan kaca dan perlu menyesuaikan suhu dalam dalam ruangan kaca tersebut. f. Penandaan ( Tagging ) Dalam peternakan ada istilah pemberian tanda (tagging ) hal tersebut dilakukan untuk mengetahui umur dari burung tersebut, selain itu juga dapat mengetahui keturunannya dan dapat membuktikan bahwa burng hasil dari peternakan.
20
Untuk memberi penandaan tersebut bisa dilakukan dengan cara memberi nama di dekat sangkar, atau meberikan cincin sesuai dengan garis keturunananya. Cincin yang bagus itu bahannya anti karat. Khusus untuk pemasangan cincin pada burung sebaiknya burung baru berumur minimal 1-2 bulan, karena kakinya akan terus membesar maka sebaikny cincinnya jangan terlalu kecil dan sesuaikan dengan besar kaki induknya. 2.2.3
Fasilitas Peternakan 1. Fasilitas utama Fasilitas utama yang terdapat pada peternakan antara lain : a. Kandang (cages ) Kandang adalah suatu alat atau media untuk menempatkan burung yang bersifat menetap tidak dapat di pindah – pindah . kandang merupakan tempat burung yang menyerupai habitat aslinya karena di dalam kandang tersebut bisa buatkan kolam untuk air dan tumbuhan yang berkaitan dengan habitat aslinya. 1) Sangkar kecil yaitu sangkar yang biasa dipakai untuk menempati anak burung atau piyik, sangkar ini jug bisa digunakan untuk menempati burung yang masih dimasa karantina 2) Sangkar Besar merupakan sangkar yang tergolong besar diantara sangkar yang lainya.
21
3) Kandang aviary merupakan kandang yang paling besar di jenis kandang, karena kandang ini besar jadi di dalam nya bisa di sesuaikan dengan kebutuhan burung itu sendiri. Berikut adalah contoh kandang besar lihat gambar 2.1 Gambar 2.1 Kandang Besar ( aviary )
Sumber : dokumentasi Bali Bird Park
b. Bagian – bagian kandang Untuk kenyamanan burung kandang pun di berikan fasilitas atau acesoris kandang adapun acesorisnya sebagai berikut : 1) Tempat makanan dan minum yaitu tempat yang berfumgsi sebagai tempat makanan dan minuman burung.
22
2) Tangkringan atau tenggeran yaitu tempat di mana burung itu akan bertengger besar kecilnya di sesuaikan dengan besar nya kaki burung. 3) Tempat pembuangan kotoran yaitu tempat membersihkan kotoran burung 4) Tempat sarang yaitu tempat untuk burung bersarang atau sebagai tempat tidur saja. 5) Tempat mandi yaitu tempat untuk burung mandi atau yang lepasan biasa disebut kerambah. 6) Umbaran yaitu tempat untuk burung latian terbang untuk menjaga kesetabilan kndisi. c. Pemilihan lokasi kandang Kegiatan peternakan di tempatkan terpisah dengan kegiatan yang bersifat bising dan banyak aktifitas manusia, adapun kriteria lokasi peternakan sebagai berikut : 1) Jauh dari keramaian dan kebisingan 2) Berada pada tempat yang mudah diawasi dan mudah di capai 3) Tidak terganggu oleh populasi udara 4) Terisolasi dari pengaruh binatang lain. 5) Tersedia air yang cukup untuk mandi, dan minum burung 6) Berada pada tempat bebas banjir pada musim hujan dan tidak lembab, becek dan tergenang air karena akan menimbulkan penyakit.
23
7) Mudah mendapatkan bahan makanan yang alami maupun yang buatan. d. Bentuk dan Ukuran Kandang Bentuk kandang dapat dibentuk menjadi beberapa system individu yaitu bentuk kandang yang menjadi satu kelompok dari jenis yang sama dalam satu kandang terpisah. Kemudian system komunal atau koloni yaitu bentuk kandang yang diisi burung dengan jumlah yang banyak digabungkan untuk 1 jenis burung. berikut adalah sketsa kandang yang akan diterapkan untuk jenis kandang pembiakan system individu Lihat gambar 2.2 Gambar : 2.2 Sketsa kandang pembiakan jenis individu
Pagar pembatas
Jalur jalan perawat burung
3m
2.5m
A
B Taman kecil Jalan setapak pengamat
Bagian kandang sangkar
Gambar 2.2 Sketsa kandang pembiakan burung sistem individu a) Tampak samping b) Tampak atas
24
Ukuran satu unit kandang individu di sesuaikan dengan ukuran burng yang akan di ternak ukuran yang umumnya untuk kandang pengembang biakan biasanya 3 x 2,5m dengan tinggi minimal 2,5m. untuk lantai sebagian memakai semen sebagaian memakai tanah. ( Hastoro Indriadi 1997 ) e. Jenis dan Peruntukan Kandang Jenis kandang untuk peternakan burung yang di butuhkan adalah kandang koloni, kandang perkembangbiakan, kandang pemeliharaan, kandang penyapihan, dan kandang karantina. Semua jenis kandang di lengkapi dengan tempat pakan, minum, dan tempat untuk bertengger, fungsi masing – masing kandang sebagai berikut : 1) Kandang pembiakan yaitu kandang untuk 1 pasang jantan dan betina yang sedang berbiak. 2) Kandang penyapihan digunakan untuk menempatkan burung remaja hingga siap kawin. 3) Kandang karantina digunakan untuk menempatkan burung yang baru datang atau burung yang sakit yang pada intinya burung yang perlu perawatan klhusus. 4) Bentuk dan tipe kandang berbeda menurut jenis kandang, prilaku burung itu sendiri. 5) Atap untuk kandang di buat sebagian terbuka agar terkena sinar matahari langsung.
25
f. Perawatan Kandang Untuk kesehatan burung perlu di lakukan perawatan kandang, adapun perwatannya sebagai berikut : 1) Mengeruk, menyikat dan menyapu kotoran yang melekat pada bagian – bagian kandang untuk di buang pada tempat pembuangan yang telah di siapkan. 2) Menyemprot atau menyiram dengan air pada bagian kandang yang telah dibersihkan secara rutin dua kali sehari. 3) Menyemprot kandang dengan disenfektan secara regular 1 bulan sekali. g. Vegatasi Untuk tangkringan ( tempat burung bertengger ) yang terdapat pada sangkar ada 2 macam yaitu tangkringan buatan dan tangkringan alami. Tangkringan alami biasanya di letakan pada kandang aviary adapun vegetasi – vegetasi yang biasa di letakan pada kandang aviary yaitu sebagai berikut. 1) Pohon sawo 2) Pohon jambu 3) Palm peji 4) Palm uduh 5) Blimbing 6) Pohon mengkudu
26
2. Jenis – jenis burung yang akan di kembangbiakan Burung yang akan dikembangbiakan ialah burung yang banyak digemari oleh masyarakat, Untuk menjaga populasi burung tersebut. Adapun burung itu adalah sebagai berikut : a. Jalak Bali / curik / leucopsar rothschilda Burung ini merupakan burung yang paling dilindungi di provinsi bali, karena burung ini merupakan satwa langka bali sekaligus menjadi ikon bali untuk satwa yang dilindungi. Burung ini memiliki bulu yang indah dengan tubuh berukuran kurang lebih 25 cm. seluruh bulu berwarna putih kecuali ujung ekor berwarna hitam. Kulit di sekitar mata berwarna biru terang dan tidak berbulu. Di atas kepala jambul panjang berwarna putih. Lihat gambar 2.3 Gambar 2.3 Poto burung jalak bali
Sumber : Bali Bird Park
27
Status konservasi : rentan 3.1 (IUCN ) Habitat : Hutan Bali Barat Makanan alami : buah – buahan Jumlah telur : 2-3 butir Sarang : Di lubang pohon Syarat Peternakannya antara lain. Kandang pembiakannya berjumlah 3 kandang setiap jenis burung, tiap kandang terdapat 2 burung yaitu jantan dan betina demgan ukuran tinggi 2 m lebar 3m dan panjang 2,5m. ukuran tersebut akan memberikan ruang gerak yang bebas untuk burung dan memudahkan manusia untuk menangkap burung yang didalam kandang jika sewaktu – waktu diperlukan. Kandang pembiakan ini dibuat dengan kawat anyaman dengan diameter lubang anyaman 1 cm. berfungsi sebagai tempat untuk tiap pasang burung dewasa berkembang biak dan menghasilkan keturunan kandang dilindungi dengan pagar setinggi 2 m dan bagian sampingnya ditutup agar burung tidak stress karena gangguan manusia yang lalu lalang. Atap tertutup sekitar 20% dari luasan atap sehingga tersedia daerah yang teduh dalam kandang. didalam kandang perlu di tanami vegetasi sebagai peneduh juga sebagai tempat bertengger para burung. juga terdapat glodok kayu dengan lubang yang bulat.
28
b. Anis Merah / Punglor Merah / Zoothera Citrina status konservasi : rentan Habitat : Sumatra, Kalimantan, jawa dan bali Makanan : buah – buahan, serangga dan cacing tanah Jumlah telur : 2 – 3 butir Sarang : Ranting pohon yang pendek Anis merah ini tersebar di beberapa daerah di provinsi bali antara lain bali barat, tabanan, singaraja, karangasem. Lihat gambar 2.4 Gambar : 2.4 Burung anis merah pada tangkaran
Sumber : www.PotoAnismerah.com Anis merah dikenal juga dengan sebutan punglor merah, cerbang alias kacer abang. Orang inggris menyebutnya orange headed thrush. Dengan nama ilmiah zoothera citrina rubercula dan Z.C. orientalis.
29
Anis merah termasuk burung pemalu. Ia lebih suka hidup di hutan – hutan rindang, terkadang terlihat mengendap – endap di tanah yang tertutup rapat dengan semak. Bentuk sarangnya seperti cawan terbuat dari akar tumbuh – tumbuhan. Dalam pembuatan kandang yang berjumlah 4 unit kandang setiap jenis burung. yang perlu di perhatikan sarana kandangnya seperti sarang, wadah pakan dan minum, serta tempat bertengger. Ukuran kandang peternakan, lebar 3 m panjang 2,5 tinggi 2m. untuk lantai kandangnya dibeberapa bagian dibuat becek dan sebagian dibuat kering dengan alas kerikil – kerikil kecil. c. Kacer Dada hitam / Becice / Copsychus Saularis Status konservasi : Habitat : Kalimantan dan Bali Makanan : buah – buahan, serangga dan cacing tanah Jumlah telur : 2 – 3 butir Kacer dada hitam memiliki habitat alami di sebaran daerah bali. Terutama daerah yang memiliki kawasan hutan dan tanah yang subur akan cacing tanahnya. Lihat gambar 2.5
30
Gambar 2.5 Poto kacer dada hitam
Sumber: www.potokacer.com Ukuran kandang peternakan, lebar 3 m panjang 2,5 tinggi 2m yang berjumlah 4 unit. untuk lantai kandangnya dibeberapa bagian dibuat becek dan sebagian dibuat kering dengan alas kerikil – kerikil kecil. Dengan sarang berbentuk cawan yang terbuat dari akar tumbuh – tumbuhan tapi masih di dalam glodok tempatnya untuk bersarang. d. Cucak Rawa / Cucak Rowo / Pycnonotus Zeylanicus Status konservasi : rentan 3.1 Habitat : Sumatra, Kalimantan, jawa barat. Makanan : buah – buahan yang lunak. Seperti namanya, cucak rawa biasa ditemukan di paya-paya dan rawa-rawa di sekitar sungai, atau di tepi hutan. Sering
31
bersembunyi di balik dedaunan dan hanya terdengar suaranya yang khas. Lihat gambar 2.6 Gambar 2.6 Burung cucak rowo
Sumber : www.burungcuccakrowo.com Ukuran kandang peternakan, lebar 3 m panjang 2,5 tinggi 2m yang berjumlah 4 unit. untuk lantai kandangnya dibeberapa bagian dibuat becek dan sebagian dibuat kering dengan alas kerikil – kerikil kecil. e. Jalak suren (sturnus contra, Asian pied starling Status konservasi : tak terhitung Habitat : Penyebaran : india, cina, sumatra, jawa, dan bali Makanan : buah biji dan serangga Sarang : Di dalam lubang pohon
32
Tubuh berukuran kurang lebih 23 cm. warna kepala bagian atas, leher dan dada abu – abu kehitaman. Perut putih, sayap dan ekor coklat, sayap bagian atas terdapat garis putih, iris mata berwarna jingga dengan pipi putih paruh merah dengan ujung putih, kaki kuning. Lihat gambar 2.7 Gambar 2.7 Burung Jalak Suren
Sumber : www.burungjalaksuren.com Ukuran kandang peternakan, lebar 3 m panjang 2,5 tinggi 2m yang berjumlah 4 unit. untuk lantai kandangnya dibeberapa bagian dibuat becek dan sebagian dibuat kering dengan alas kerikil – kerikil kecil. Dengan sarang berbentuk cawan yang terbuat dari akar tumbuh – tumbuhan tapi masih di dalam glodok tempatnya untuk bersarang.
33
f. Murai batu / Copsychus Malabaricus Status konservasi : Rentan Penyebaran : Habitat :india, china, Sulawesi, Sumatra, Kalimantan, jawa, bali dan Nusa Tenggara Makanan : serangga dan biji – bijian Sarang : berbentuk cawan, terbuat daari daun atau serat kayu. Telur : 4 – 5 butir Burung ini memiliki ekor yang panjang, kurang lebih 20 – 30 cm. dengan warna hitam di bagian kepala, oranye pada bagian dada sampai di paha. Kemudian ekor bagian bawah terdapat warna putih. Lihat gambar 2.8 Gambar 2.8 Burung Murai Batu
Sumber : www.muraibatu.com
34
Ukuran kandang peternakan, lebar 3 m panjang 2,5 tinggi 2m yang berjumlah 4 unit. untuk lantai kandangnya dibeberapa bagian dibuat becek dan sebagian dibuat kering dengan alas kerikil – kerikil kecil, Juga terdpat bak kecil untuknya mandi. Dengan sarang berbentuk cawan yang terbuat dari akar tumbuh – tumbuhan tapi masih di dalam glodok tempatnya untuk bersarang. 2.2.4
Aspek Alami Kepunahan Burung Kepunahan terjadi pada hewan mamalia, akibat dari penurunan populasi
dan menyempitnya lahan pertanian sebagai habitat aslinya. Aspek fisik yang di maksud adalah menyangkut kondisi fisik dan perubahan yang terjadi seiring dengan semakin padatnya permukiman masyarakat. Perubahan yang terjadi dapat di bagi menjadi 2 yaitu normal dan abnormal. Perubahan normal (alami )tidak dapat di hindari. Cepat atau lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor iklim, dan kebutuhan makanannya. Penurunan populasi tersebut tampak pada habitat aslinya antara lain : 1. Semakin jarang terdengar kicauan burungnya. 2. Burungnya jarang terlihat pada kawasan makanan burung tersebut. 3. Berkurangnya anakan yang tersebar di wilayah habitat aslinya. Perubahan abnormal ( tidak normal ) pada populasi burung dapat dicegah melalui penyuluhan tentang pentingnya burung yang berada pada habitat aslinya tersebut. Perubahan tersebut meliputi : perburuan burung yang membabi buta, kurang tersedianya lahan tempat untuk mencari makanan, terkikisnya lahan tempat burung berkembang biak.
35
2.3
Pemahaman Fasilitas Sejenis Tinjauan fasilitas sejenis dilakukan melalui observasi langsung dan media
internet adapun obyek yang dikunjungi adalah Bali Bird Park yang terdapat di Singapadu, Batu bulan Gianyar. Dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang terletak di br Betan Kendal Suwung Denpasar selatan. 2.3.1
Bali Bird Park Bali bird park terletak di Serma Cok Ngurah Gambir, Singapadu, Batu
bulan, Gianyar. Berikut adalah gambar site Bali Bird Park. Lihat gambar 2.9 Gambar 2.9 Site Bali Bird Park
Sumber : Visitor Map Bali Bird Park
36
Bali Bird Park memiliki kurang lebih 200 spesies burung. Dari berbagai belahan dunia dengan landscape yang luas, di sesuaikan dengan habitat burung, dan sirkulasi pengunjung yang di buat berbelok – belok menambah indah taman di bali bird park. Dan membuat pengunjung yang datang merasa nyaman untuk berkeliling. Penglolaan dari bali bird park badan usaha milik swasta yaitu PT Aviary yang mengelola kebutuhan burung dari lingkungan Bali Bird Park. Burung – burung yang ada di Bali Bird Park di biarkan lepas di sesuaikan dengan habitatnya. Namun bebrapa burung di letakan di kandang dan di ciptakan suasana yang sesuai dengan habitatnya. Jalan setapak sejauh 1,2 km menjadi jalur pengunjung untuk berputar – putar dan melihat spesies – spesies burung yang ada di sana yaitu Afrika Selatan, Papua, Kalimantan, Bali, Jawa dan Asia. 1. Fasilitas a. Fasilitas utama Adapun bebrapa fasilitas yang terdapat di Bali Bird Park antara lain 1) Kandang Aviary (kandang kubah ) Kandang aviary di tata sedemikian rupa agar terlihat sesuai kehidupan burung yang ada di hutan. Di dalam kandang Aviary ini bermacam – macam spesies burung di biarkan terbang tanpa ada kandang kecil yang melingkupinya. Berikut adalah gambar di dalam kandang aviary lihat gambar 2.10
37
Gambar 2.10 Di dalam ruangan kandang aviary
Di sini pengunjung bisa berpoto dengan burung – burung yang sangat jinak. 2) Word of darknes Tempat ini merupakan area bagi burung- burung yang spesiesnya mencari makan di malam hari, yaitu burung hantu, burung ini terdapat di rumah tongkonan, yang di dalemnya terdapat kandang yang tertata. b. Fasilitas Penunjang 1) Bird Nursery Fungsi dari Bird Nursery adalah sebagai klinik, laboratorium dan pengolahan obat untuk merawat burung. Untuk burung yang sedang sakit di pisahkan dan di taruh di kandang karantina.
38
2) Breeding (Perkembangbiakan ) Breeding merupakan area kandang – kandang yang di dalam nya
di
tempatkan
sepasang
burung
yang
produktif,
sejenis
pengembangbiakan. Lihat gambar 2.11 Gambar 2.11 Kandang breeding
Sumber : Bali Bird Park c. Fasilitas Pelengkap 1) Café & restaurant Café dan restaurant dimanfaatkan sebagai fasilitas dari Bali bird park. Di dalam restaurant pada sore hari diadakan meet bird show, sehingga pengunjung dapet berpoto dan melakukan interaksi denngan burung – burung bintang unggulan dari bali bird park. Di restaurant pengunjung dapet menikmati makan siang dengan suasana hutan. Burung secara langsung.
39
2) Souvenir shop Menyediakan barang – barang khas bali bird park pengunjung dapet memperoleh souvenir dengan tema – tema unik burung – burung yang ada di bali bird park. 3) Children corner Tempat ini digunakan sebagai tempat bermain khusus anak yang terletak di dekat restaurant bali bird park. 4) Guyu – Guyu corner Guyu – guyu corner merupakan tempat bagi wisatawan dapat berpoto langsung dengan burung – burung dari Bali Bird Park. Photographer mengambil poto dari pengunjung dan hasil poto dapet langsung diambil saat pengunjung pulang. 2.3.2
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali (BKSDA Bali) Merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen PHKA Kementerian
Kehutanan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.02/MenhutII/2007 tanggal 1 Pebruari 2007. Yang memiliki tugas pokok yaitu : 1. Penyelenggaraan
Konservasi
Sumber
Daya
Alam
Hayati
dan
Ekosistemnya 2. Melaksanakan pengelolaan kawasan konservasi ( Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata Alam dan Taman Buru) 3. Koordinasi Teknis Pengelolaan Tahura
40
Balai konservasi sumber daya Alam bali ini memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Penataan blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru, serta konservasi TSL di dalam dan di luar kawasan konservasi. 2. Pengelolaan kawasan cagar alam, taman wisata alam serta konservasi TSL di dalam dan di luar kawasan konservasi. 3. Koordinasi teknis pengelolaan Tahura dan hutan lindung 4. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam Berikut adalah uraian jabatan yang terdapat pada BKSD Bali yang turut dalam bertugas untuk melakukan konservasi beserta jumlah anggota : lihat tabel 2.1 Tabel 2.1 Jabatan fungsional di Balai KSDA Bali
Sumber : BKSDA Bali 2014
41
Tabel 2.2 Struktur Organisasi BKSDA Bali
Sumber : BKSDA Bali 2014
Adapun sebaran pegawai yang turut membantu dalam proses kegiatan konservasi pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali sebagai berikut : 1. Urusan kepegawaian ada 6 0rang 2. Urusan umum dan perlengkapan ada 4 orang 3. Urusan keuangan ada 5 orang 4. Urusan program, evaluasi dan pelaporan ada 3 orang 5. Urusan SAI ada 3 orang 6. Satuan perlindungan ada 5 0rang 7. Urusan LK dan Penangkaran ada 3 orang 8. Urusan peredaran TSL ada 4 0rang 9. Urusan pengendalian kebakaran hutan ada 2 orang 10. Urusan konservasi kawasan ada 2 orang 42
11. Urusan wisata alam ada orang 12. Urusan pengawasan peredaran TSL bandara ada 7 orang Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali memiliki wialayah konservasi adapun wilayahnya sebagai lihat gambar 2.12 Dan gambar 2. 13 : Gambar 2.12
Wilayah hutan BKSDA Bali Sumber : BKSDA bali 2014 Gambar 2.13 Wilayah BKSDA Bali
Sumber : BKSDA Bali
43
Salah satu penangkaran yang berada di bawah pengawasan BKSDA bali yaitu Begawan Foundation yang berlokasi di sibang kaja abiansemal lihat gambar 2.14 Gambar 2.14 Penangkaran bagawan foundation
Sumber : BKSDA Bali
Bagawan foundation memiliki 3 jenis burung yang di tangkarkan antara lain 1. Jalak bali 2. Julang emas 3. Nuri pelangi
44
2.4
Spesifikasi Umum Peternakan Burung Peternakan Burung ini yang dimaksud dalam penulisan ini adalah suatu
wadah yang diciptakan dan di sediakan bagi para penggemar burung untuk bisa mendapatkan burung yang aman dari segala penyakit. Dan juga sebagai tempat dedikasi bagi para pemula dibidang perburungan di samping juga sebagai sarana atau tempat menjalankan hobi juga berperan sebagai tempat berkumpulnya para penggemar burung. 2.4.1
Pengertian Peternakan Burung Peternakan merupakan tempat pemeliharaan dan pengembang biakan
burung yang berorientasi kemenejemen penjualan. 2.4.2
Tujuan Peternkan Burung Peternakan memiliki tujuan untuk melestarikan kelangsungan hidup
Burung. 2.4.3
Fungsi Peternakan Burung Fungsi dari Peternakan ini adalah untuk mewadahi hewan – hewan kecil
khususnya burung dari ancaman kepunahan akibat pemburu liar di habitat aslinya. 2.4.4
Fasilitas Dalam Peternakan Burung Adapun fasilitas yang akan tersedia di dalam peternakan ini antara lain Fasilitas Utama : 1. Kandang karantina 2. Kandang Pembiakan 3. Kandang Sapihan
45
4. Tempat Lomba 5. Klinik Burung 2.4.5
Sistem Pengelolaan Untuk sistem pengelolaan Peternakan Burung ini di kelola oleh
pemerintah dan dibantu oleh balai konservasi sumber daya alam setempat kemudian dikelola khusus oleh masyarakat setempat. Dalam pengelolaan Peternakan terdapat pengelolaan administrasi dan pengelolaan dilapangan dimana untuk meningkatkan hasil produksi dari peternakan itu sendiri. 2.4.6
Syarat dan Lokasi Peternakan Burung Adapun syarat – syarat utamanya yaitu : 1. Tempat memiliki cuaca yang sedang dan mudah dalam pencapaian menggunakan transportasi darat. 2.
Mudah mendapatkan pakan alami maupun buatan
3.
Jauh dari keramaian dan kebisingan
4. Tidak terganggu oleh polusi udara 5.
Tersedia nya pakan alami berupa sayuran dan buah – buahan dengan mudah.
46