BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PUSAT REHABILITASI NARKOBA Dalam bab ini akan dibahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan Pusat Rehabilitasi Narkoba di Bali, studi banding terhadap proyek sejenis dan spesifikasi umum proyek yang diperoleh dari sintesis teori literatur dan studi banding proyek sejenis..
2.1
Tinjauan Terhadap Pusat Rehabilitasi Narkoba Dalam tinjauan ini akan dibahas mengenai tinjauan fisik dan non fisik Pusat
Rehabilitasi Narkoba
2.1.1
Tinjauan Non Fisik Dalam tinjauan non fisik ini akan membahas tentang pengertian narkoba,
jenis-jenis dari narkoba, dan bahaya dari penyalahgunaan narkoba.
│
6
2.1.1.1 Pengertian Narkoba Narkoba (narkotika dan obat/bahan berbahaya) atau Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lain) adalah obat, bahan, atau zat bukan makanan, yang jika diminum, diiisap, dihirup, ditelan, atau disuntikan, berpengaruh pada kerja otak (susunan saraf pusat), dan sering menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Narkoba dapat mengubah perasaan, pikiran, dan perilaku pengguna (Martono dan Joewana, 2006:1). Narkoba yang ditelan akan masuk lambung, kemudian ke pembuluh darah. Jika diisap atau dihirup, zat diserap masuk ke dalam pembuluh darah melalui saluran hidung dan paru-paru. Jika disuntikkan, zat langsung masuk ke aliran darah. Darah membawa zat itu ke otak. Narkoba tergolong racun bagi tubuh, jika digunakan tidak sebagaimana mestinya. Racun adalah bahan atau zat, bukan makanan atau munuman, yang berbahaya bagi manusia. Contoh racun adalah obat anti serangga atau anti hama. Sedangkan obat adalah bahan atau zat, baik sintetis, semisintetis, atau alami yang berkhasiat menyembuhkan. Akan tetapi, penggunaanya harus mengikuti aturan pakai, jika tidak, dapat berbahaya dan berubah menjadi racun. Sebagian jenis narkoba berguna dalam pengobatan, tetapi karena menimbulkan ketergantungan, penggunaannya harus berhati-hati dan harus mengikuti petunjuk dokter atau aturan pakai (Martono dan Joewana, 2008:7).
A. Jenis-jenis Narkoba Narkoba dapat digolongkan menurut undang-undang yang berlaku, yaitu Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Ada pula zat, obat, atau bahan lain, yang tidak tercantum dalam undang-undang, disebut golongan Zat Adiktif Lain. a) Narkotika Menurut undang-undang, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan.
│
7
Ada 3 golongan narkotika yang dibagi menurut potensinya menyebabkan ketergantungan, sebagai berikut: Golongan I berpotensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan dan dilarang
digunakan
untuk
pengobatan.
Golongan
ini
banyak
disalahgunakan untuk pengobatan. Contoh : heroin, kokain, dan ganja. Ketiganya dilarang keras digunakan atau diedarkan di luar ketentuan hokum. Golongan II berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan dan digunakan secara terbatas pada pengobatan. Contoh: petidin dan candu. Golongan III berpotensi ringan menimbulkan ketergantungan dan banyak digunakan pada pengobatan. Contoh: kodein.
b) Psikotropika Menurut undang-undang, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ada 4 golongan psikotropika yang dibagi menurut potensinya menyebabkan ketergantungan, yaitu sebagai berikut: Golongan I sangat tinggi menimbulkan ketergantungan dan selain untuk ilmu pengetahuan dinyatakan sebagai barang terlarang, sehingga dilarang keras digunakan atau diedarkan di luar ketentuan hokum. Contoh: ekstasi (MDMA) yang banyak disalahgunakan dan LSD. Golongan II berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan dan secara selektif dapat digunakan pada pengobatan. Contoh: amfetamin dan metamefetamin (shabu) yang benyak disalahgunakan. Golongan III dan IV berpotensi sedang dan ringan menimbulkan ketergantungan, dan dapat digunakan pada pengobatan, tetapi harus dengan resep dokter. Contoh: bermacam-macam obat penenag (sedativa) dan obat tidur (hipnotika). Yang sering disalahgunakan: Mogadon (MG), Rohypnol (rohyp), pil BK/Koplo, Lexotan (Lexo).
│
8
c)
Zat Psikoaktif Lain Menurut dr. Lidya Harlina Martono dan dr. Satya Joewana, zat psikoaktif lain
adalah zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh terhadap kerja otak. Yang sering disalahgunakan adalah sebagai berikut: Alkohol pada minuman keras, terdiri atas : -
Golongan A dengan kadar etanol 1-5%. Contoh: Beer/ Bir
-
Golongan B dengan kadar etanol 5-20%. Contoh: Wine/ Minuman anggur
-
Golongan c dengan kadar etanol 20-45%. Contoh: Whiskey, vodka, TKW, Manson House, Johny Walker, dan kamput.
Inhalasi atau solven, yaitu gas atau zat pelarut yang mudah menguap berupa senyawa organic yang sering digunakan untuk berbagai keperluan industry kantor, bengkel, took, dan rumah tangga, seperti lem, thiner, aceton, aerosol, bensin. Nikotin, terdapat pada tembakau. Rokok mengandung 4.000 zat. Yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, karbon monoksida (CO). nikotin merupakan bahan penyebab ketergantungan.
B. Akibat Penyalahgunaan Narkoba Akibat yang ditimbulkan oleh narkotika dan obat terlarang adalah sebagai berikut : (Rakhmana,2006:17) a) Habituation : adalah kebiasaan buruk, yaitu menggantungkan diri pada jenis obat-obat tertentu dalam bentuk ketergantungan psikis. Dalam hal ini penyetopan secara mendadak akan menimbulkan efek-efek kejiwaan seperti merasa seolah-olah tidak pernah sembuh, sehingga akhirnya akan memakai obat-obatan lagi. Demikian hal tersebut terjadi berulang-ulang lagi. b) Addiction/ kecanduan Pemakaian narkotika dapat mengakibatkan kecanduan, adapun tanda-tanda orang yang mengalami kecanduan adalah : 1) Tolerance, yaitu kebutuhan akan dosis yang semakin lama semakin meningkat.
│
9
2) Withdrawal, yaitu reaksi kemerosotan kondisi fisik, sehingga pengurangan obat / penyetopan pemakaian akan menimbulkan gejala :
Keringat dingin, gemetaran, gugup dan cemas
Sensitif, depresi
Sakit kepala, tidak bisa tidur
Pupil mata mengecil
Kekurangan gizi, rasa mual, berak-berak dan perut kejang
Bekerja dan berpikir tanpa tujuan
Tidak punya ambisi, kemauan dan perhatian
Detak jantung bertambah cepat
Mudah terkena infeksi
Menjadi seperti gila
Rusaknya sel-sel syaraf dan bagian otak
Mendatangkan kematian
3) Mengasingkan diri dari masyarakat Mereka yang mengalami ketergantungan obat akan mengingkari tata hidup yang berlaku dalam masyarakat bahkan memberontak terhadap tatanan yang berlaku. Sehingga mereka ingin hidup bebas, yaitu tidak teganggu norma-norma atau peraturan.
C. Tingkat Kecanduan Pengguna Narkoba Berikut adalah tingkat kecanduan pengguna pada umumnya yang akan dijelaskan dari kecanduan tingkat rendah sampai pada tingkat paling tinggi, tingkatannya
yaitu
(http://kapeta.org/causes/tingkat-penyalahgunaan-narkoba
diakses tanggal 7 November 2015) :
1) Penggunaan Rekreasional / Eksperimental Penggunaan rekreasional adalah tingkatan penggunaan zat yang paling rendah tingkat keparahannya. Biasanya terjadi dalam tatanan sosial diantara temanteman, jarang terjadi, dan biasanya melibatkan penggunaan zat psikoaktif dalam jumlah kecil sampai sedang. Biasanya juga didorong oleh rasa ingin tahu atau tekanan teman sebaya (teman sepermainan). Orang yang menggunakan secara rekreasional biasanya belum memiliki masalah terkait │
10
penggunaan zatnya, kecuali jika terkait penggunaan zat ilegal. Contoh umum misalnya Anak SMP yang mencoba ganja karena penasaran atau diajak teman-temannya 2) Penggunaan Sirkumstansial / Situasional Penggunaan sirkumstansial sering terjadi ketika seseorang termotivasi mengejar efek yang diinginkan sebagai cara mengatasi (coping) kondisi atau situasi tertentu. Sebagai contoh, orang yang memiliki sifat sangat pemalu akan merasa bahwa dengan mengkonsumsi ganja membuatnya menjadi lebih santai, mampu berbicara dengan orang lain, berdansa, dan merasa lebih gaul. Dalam contoh lain, orang yang mengalami depresi cenderung mencoba mengkonsumsi zat untuk merasa lebih hidup dan lebih baik. Contoh lain yang lebih ekstrim adalah serdadu yang menggunakan ganja, heroin, atau zat lainnya dalam peperangan untuk santai dan terlepas dari stres yang menderanya saat peperangan. Pada tingkat ini, orang secara situasional dapat menggunakan untuk mencari kesenangan atau bersosialisasi.Seseorang pada tingkat ini dapat saja memiliki masalah atau tidak memiliki masalah terkait penggunaannya. 3) Penggunaan Intensif / Reguler Beberapa orang memulai penggunaan zat dari penggunaan rekreasional atau sirkumstansial, namun kemudian mulai menggunakan secara terus-menerus. Ketika penggunaan zat menjadi setiap hari dan terus-menerus, dari dosis rendah sampai sedang, efek yang dirasakan akan meningkat. Pada tingkatan ini, biasanya seseorang termotivasi untuk menggunakan agar terbebas dari masalah
yang
dialami,
seperti
anxietas
atau
depresi,
atau
untuk
mempertahankan kemampuan yang dikehendaki. Pada tingkatan ini, seseorang biasanya mulai mengalami masalah terkait penggunaannya (misalnya: terlambat masuk kerja pada hari Senin karena malamnya habis mabuk tinggi, membuat orang lain prihatin akan penggunaannya). Pada tingkatan penggunaan ini sering juga disebut sebagai tingkat penyalahgunaan. 4) Penggunaan Kompulsif / Adiktif Penggunaan kompulsif merupakan penggunaan paling parah dan paling berbahaya. Pada tingkat ini , dosis tinggi secara rutin atau setiap hari (bisa
│
11
beberapa kali dalam sehari) diperlukan untuk mencapai efek fisik atau psikologis yang diinginkan, atau sekedar untuk menghindari gejala putus zat (seperti sakaw). Pada tingkat ini, zat (narkoba) menjadi sesuatu yang paling penting dalam kehidupan seseorang, melebihi aktivitas lainnya. Pada tingkat ini, orang mengalami masalah terkait penggunaan berkelanjutan, namun tetap menggunakan walaupun tahu itu bermasalah untuk dirinya, yang sering disebut sebagai pecandu.
2.1.1.2 Pengertian Pusat Rehabilitasi Menurut KEPMENKES No. 421 Tahun 2010, pusat rehabilitasi adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan sebuah proses pemulihan pasien baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku untuk mengembalikan fungsi inividu tersebut di masyarakat.
A. Jenis-jenis Rehabilitasi Adapun jenis-jenis dari pelaksanaan rehabilitasi menurut KEPMENKES No. 421 Tahun 2010: a) Out Patient ( Rehabilitasi Non Panti / Non Residensi ), yaitu pasien yang tidak tinggal atau menginap di pusat rehabilitasi yang disebut juga rehabilitasi rawat jalan. Tujuan dari rehabilitasi Out Patient adalah memberikan kesempatan kepada individu untuk tinggal dirumahnya, dan melanjutkan kegiatan dalam keluarga, dan membina hubungan dengan anggota keluarga dengan tetap melakukan olahraga (terapi) secara individu ataupun dibantu oleh instruktur b) In Patient ( Rehabilitasi Panti / Residensi ), yaitu pasien yang tinggal beberapa lama di pusat rehabilitasi tersebut, disebut juga rehabilitasi rawat inap program rehabilitasi ini, biasanya di tujukan kepada masalah inti, penyakit yang serius atau pasien yang "sulit" dan pasien yang gagal dengan program Out Patient.
B. Tahapan-tahapan Rehabilitasi Secara Umum Ada beberapa tahapan rehabilitasi narkoba, yaitu: a) Detoksifikasi, yaitu suatu proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari tubuh dengan menghentikan total pemakaian semua zat
│
12
adiktif atau dengan penurunan dosis obat pengganti. Dalam proses ini seorang korban penyalahgunaan akan mengalam sakaw, atau gejala putus zat seagai akibat dari terhentinya konsumsi narkotika atau drugs jenis lain (Zulkarnaen, 2007:58). Adapun jenis detoksiflkasi adalah: (Zulkarnaen, 2007:56). •
Detoksifikasi dengan abrupt withdrawal (cold turkey) Dalam program ini penderita dibiarkan menghentikan penggunaan narkoba
dengan tiba-tiba (tanpa mengurangi sidikit demi sedikit) dan tanpa diberikan obat-obatan. Disini dengan sendirinya mengalami gejala-gejala putus zat("sakaw") yang luar biasa hebatnya terutama puncaknya, yaitu hari ke -2 dan ke -3. Perlu diketahui bahwa penderita yang mengalami gejala sakaw yang hebat jarang menimbulkan kematian, kecuali bila sebelumnya memang didapatkan dari penyakit fisik baik sebagai akibat lamanya mengkonsumsi obat ataupun sebelumnya memang sudah mempunyai penyakit jantung. •
Detoksifikasi Simptomatis Pada metode ini prisnsipnya sama dengan metode cold turkey , tetapi
penderita disini dibantu dengan menggunakan obat-obatan untuk mengatasi gejala sakawnya agar tidak begitu tersiksa pada saat gejala sakaw tersebut muncul. Obat yang diberikan bersifat simptomatis , artinya hanya menghilangkan gejala saja, misalnya obat peawar (analgesik , mual/muntah, obat anti diare, obat penenang dan obat flu. •
Detoksifikasi Subtitusi Metode ini pada prinsipnya adalah memberikan obat sebagai pengganti
opiat yang mempunyai efek samping lebih sedikit. Obat dimaksud biasanya merupakan agonis (mempunyai efek yang sama) opiat, atau berasal dari golongan yang sama. Diberikan dengan dosis yang ditunkan secara bertahap dengan maksud penderita agar bebas dari gejala sakaw tanpa mengkonsumsi obat pengganti secara terus-menerus. Substitusi yang diberikan, misalnya, codein HCI, klonidin, metadon.
│
13
•
Detok 5 Disebut
demikian karena program ini dijalankan dalam waktu 5 hari
dalam perawatan rumah sakit. Pada hari pertama, penderita menjalani pemerikasaan lengkap untuk mendeteksi kelainan fisik. Sedangkan hari kedua sampai hari keempat penderita ditidurkan dengan obat tidur ringan dan hanya dibangunkan pada saat-saat dibutuhkan . Dalam keadaan tidur ringan ini dilaporkan penderita tidak merasakan gejala putus obat. Pada hari keempat, yaitu pada saat gejala putus obat dianggap sudah minimal, diberikan antagonis opiat (nalrexon) dengan dosis rinagan 5-IOmg. Diharapkan hari kelima penderita sudah bersih dari opiat dan bisa meninggalkan rumah sakit. b) Rehabilitasi Sosial Segala usaha yang bertujuan memupuk, membimbing dan meningkatkan rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial bagi keluarga dan masyarakat. c) Rehabilitasi Edukasional Bertujauan memelihara dan meningkatkan pengetahuan dan mengusahakan agar pasien dapat mengikuti pendidikan lagi, jika mungkin memberikan bimbingan dalam memilih sekolah yang sesuai dengan kemampuan intelegensia dan bakat. d) Rehabilitasi Vokasional Bertujuan menentukan kemampuan kerja pasien serta cara mengatasi penghalang atau rintangan untuk penempatan dalam pekerjaan yang sesuai. Juga memberikan ketrampilan yang belum dimiliki pasien agar dapat bermanfaat bagi pasien untuk mencari nafkah e) Rehabilitasi Kehidupan Beragama Bertujuan membangkitkan kesadaran pasien akan kedudukan manusia di tengah-tengah makhluk ciptaan Tuhan, menyadarkan kelemahan yang dimiliki manusia, arti agama bagi manusia, membangkitkan optimisme pasien.
2.1.1.3 Pusat Rehabilitasi Narkoba Berdasarkan pengertian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pusat Rehabilitasi Narkoba ialah suatu tempat atau wadah yang mengkombinasikan dan mengkoordinasi suatu pelayanan medik, sosial dan religi
│
14
dalam penanganan terhadap orang yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, untuk mendidik dan melatih kembali seseorang mencapai suatu pemulihan dan ketergantungan dengan narkotika serta korban dapat kembali ke dunia luar sebagai masyarakat yang produktif.
2.1.2
Tinjauan Fisik Dalam tinjauan fisik disini akan membahas tentang fasilitas-fasilitas yang
ada dalam Pusat Rehabilitasi Narkoba.
2.1.2.1
Persyaratan Standar Pelayanan Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkoba
dilaksanakan dengan standar tertentu dalam rangka melindungi masyarakat dari malpraktik pelaksana pelayanan dan rehabilitasi sosial. Aspek-aspek yang harus distandarisasi menurut Badan Narkotika Nasional Tahun 2003 adalah :
A. Pemenuhan Kebutuhan Pasien Kebutuhan pokok klien / residen dipenuhi oleh pengelola panti pelaksana pelayanan dan rehabilitasi sosila, dengan mempertimbangkan kelayakan dan proporsionalitas. Kebutuhan yang harus dipenuhi adalah: a) Makan 3 kali sehari ditambah dengan makanan tambahan (bubur kacang hijau, dan sebagainya), dengan mempertimbangkan kecukupan gizi dengan menu gizi seimbang. b) Pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan dengan kerjasama Puskesmas, dokter praktek, dan rumah sakit setempat yang menguasai masalah penyalahgunaan narkoba. c) Pelayanan rekreasional, dalam bentuk penyediaan pesawat televisi, alat musik sederhana, rekreasi di tempat terbuka, dan lain -lain.
B. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Menurut Badan Narkotika Nasional Tahun 2003, kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahguna narkoba dilaksanakan dengan tahap yang baku/standar, meliputi :
│
15
a) Pendekatan Awal Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program kepada masyarakat, instansi terkait, dan organisasi social (lain) guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien/pasien dengan persyaratan yang telah ditentukan. b) Penerimaan Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah diterima atau tidak dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Pengurusan
administrasi
surat
menyurat
yang
diperlukan
untuk
persyaratan masuk panti (seperti surat keterangan medical check up, test urine negatif, dan sebagainya). 2) Pengisian formulir dan wawancara dan penentuan persyaratan menjadi klien/pasien. 3) Pencatatan klien/pasien dalam buku registrasi. c. Asesmen Asesmen merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah untuk mengetahui seluruh permasalahan klien/pasien, menetapkan rencana dan pelaksanaan intervensi. Kegiatan asesmen meliputi : 1) Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang dan keadaan klien/pasien 2) Melaksanakan diagnosa permasalahan. 3) Menentukan langkah-langkah rehabilitasi. 4) Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan. 5) Menempatkan klien/pasien dalam proses rehabilitasi. d) Bimbingan Fisik Kegiatan ini ditujukan untuk memulihkan kondisi fisik klien/pasien, meliputi pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, baris berbaris dan olah raga. e) Bimbingan Mental dan Sosial Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagamaan/spritual, budi pekerti individual dan sosial/kelompok dan motivasi klien/pasien (psikologis).
│
16
f) Bimbingan orang tua dan keluarga Bimbingan bagi orang tua/keluarga dimaksudkan agar orang tua/keluarga dapat menerima keadaan klien/pasien memberi support, dan menerima klien/pasien kembali di rumah pada saat rehabilitasi telah selesai. g) Bimbingan Keterampilan Bimbingan keterampilan berupa pelatihan vokalisasi dan keterampilan usaha (survival skill), sesuai dengan kebutuhan klien/pasien. h) Resosialisasi / Reintegrasi Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabiltasi yang diarahkan untuk menyiapkan kondisi klien/pasien yang akan kembali kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini meliputi: 1) Pendekatan kepada klien/pasien untuk kesiapan kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya. 2) Menghubungi dan memotivasi keluarga klien/pasien serta lingkungan masyarakat untuk menerima kembali klien/pasien. 3) Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan sekolah. i. Penyaluran dan Bimbingan Lanjut (Aftercare) Dalam penyaluran dilakukan pemulangan klien/pasien kepada orang tua/wali, disalurkan ke sekolah maupun instansi/perusahaan dalam rangka penempatan kerja. Bimbingan lanjut dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh/relapse bagi klien dengan kegiatan konseling, kelompok dan sebagainya. j. Terminasi Kegiatan ini berupa pengakhiran/pemutusan program pelayanan dan rehabilitasi bagi klien/pasien yang telah mencapai target program (clean and sober).
C. Sumber Daya Manusia Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkoba adalah kegiatan yang harus dilaksanakan oleh para profesional. Dalam rangka mencapai target yang baik, maka diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai
│
17
kualifikasi tertentu. Dalam bidang administrasi kegiatan pelayanan dan rehabilitasi social korban penyalahgunaan narkoba membutuhkan tenaga pimpinan/kepala / direktur, petugas tata usaha, keuangan, pesuruh / office boy, petugas keamanan / security. Dalam bidang teknis diperlukan tenaga pekerja sosial, bekerja sama dengan psikologi, psikiater / dokter, paramedik / perawat, guru / instruktur, konselor, dan pembimbing keagamaan.
D. Sarana Prasarana (Fasilitas) Sesuai dengan fungsi panti, maka sarana dan prasarana dapat dikelompokan menjadi: Sarana bangunan gedung, misalnya: kantor, asrama, ruang kelas, ruang konseling, ruang keterampilan, aula, dapur, dan sebagainya. Prasarana, misalnya: jalan, listrik, air minum, pagar, saluran air / drainage, peralatan
kantor,
peralatan
pelayanan,
dan
sebagainya.
Untuk
terlaksananya tugas dan fungsi panti secara efektif dan effisien, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, baik jumlah maupun jenisnya termasuk letak dan lokasi panti, yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk
pembangunan
panti
pelayanan
dan
rehabilitasi
korban
penyalahgunaan narkoba sebaiknya dicari dan ditetapkan lokasi luas tanah dan persyaratan sesuai kebutuhan, sehingga dapat menunjang pelayanan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : -
Pada daerah yang tenang, aman dan nyaman.
-
Kondisi lingkungan yang sehat
-
Tersedianya sarana air bersih
-
Tersedianya jaringan listrik
-
Tersedianya jaringan komunikasi telepon
-
Luas tanah proporsional dengan jumlah klien / residen yang ada.
Sebelum menetapkan lokasi panti sebaiknya dilakukan studi kelayakan tentang : Statusnya, agar hak pemakaian jelas dan sesuai dengan peruntukan lahan, sehingga tidak terjadi hal-hal yang kurang menguntungkan
│
18
Mendapatkan dukungan dari masyarakat terhadap keberadaan panti, sehingga proses resosialisasi dan reintegra si dalam masyarakat dapat dilaksanakan.
E. Aksesibilitas Didalam masyarakat, panti pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba tidaklah berdiri sendiri. Panti ini terkait dengan seluruh aspek penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu panti ini harus membuka diri dan menciptakan kerja sama dengan pihak terkait lain, seperti dalam pelaksanaan sistem referal / rujukan. Bentuk aksesibilitas semacam itu harus pula bersifat baku / standar.
2.1.2.2 Kebutuhan Ruang Pusat Rehabilitasi Narkoba Berdasarkan
KEPMENKES
No.996/MENKES/SK/VIII/2002,
sarana
pelayanan rehabilitasi adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan nakotika dan obat terlarang, berupa kegiatan pemulihan dan pengembangan secara terpadu, baik fisik, mental, sosial, dan agama. Sarana pelayanan rehabilitasi minimal harus memiliki sarana dan prasarana,yang meliputi : a. Bangunan fisik -
Sarana rehabilitasi, tersedianya:
Ruang konsultasi/periksa
Ruang tidur yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu bersih, cukup ventilasi, cukup pencahayaan, dan minimal 20 tempat tidur
-
Sarana penunjang, tersedianya:
Ruang makan
Ruang rekreasi/olahraga
Ruang tamu
Ruang ibadah
Kamar mandi/WC
Sarana administrasi, tersedianya:
Ruang pimpinan │
19
2.2
Ruang staf
Ruang administrasi
Studi Banding terhadap Objek Sejenis
2.2.1 Yakita (Yayasan Kasih Kita) Bali
Lokasi : Jl Mohammad Yamin IX no 9, Renon - Denpasar
Latar Belakang : Didirikan pada tahun 2001, didirikannya untuk kepedulian atas sesama korban penyalahgunaan narkoba
Visi : Pecandu dapat hidup bersih dari narkoba dan kembali menjadi masyarakat yang produktif
Misi : Peningkatan pengetahuan tentang dunia adiksi kepada masyarakat
Tujuan : Sebagai pusat rehabilitasi, rujukan, dan pelatihan penderita narkoba
Fungsi : Sebagai tempat atau wadah penampungan penderita narkoba dalam menjalankan pemulihan dari ketergantungan narkoba
Bentuk pelayanan : -
Penjemputan pasien
-
Perawatan pasien
-
Penyuluhan bahaya narkoba
-
Pelatihan keterampilan pada pasien
Melayani maksimal 10 pasien
│
20
Struktur organisasi : Struktur organisasi Yakita dapat dilihat pada Gambar 2.1
Dewan Pendiri
Dewan Pengawas
Dewan Pengurus Ketua Sekretaris Bendahara
Direktur
Program Manager
Konselor
Keuangan
PEKSOS
Keamanan
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Yakita Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
│
21
Ruang yang terdapat pada Yakita dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Ruang-ruang yang terdapat pada Yakita
NO
PENGELOMPOKAN RUANG
JENIS RUANG
1
Fasilitas Publik
Teras Ruang tunggu/Ruang penerimaan
2
Fasilitas Pengelola
Ruang Direktur Ruang Administrasi Ruang Registrasi
3
Fasilitas Ruang Rehabilitasi
Ruang Konseling Ruang Adinistrasi Ruang Detoksifikasi Ruang Konseler Tempat Tidur Ruang Berkumpul Ruang Baca
4
Fasilitas Penunjang
Taman Ruang santai Gudang Dapur Tempat Parkir KM / WC
Sumber : Survey pada 9 Oktober 2015
Sketsa denah Yakita dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2
Gambar 2.2 Sketsa Denah Lantai 1 Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
│
22
Gambar 2.3 Sketsa Denah Lantai 2 Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
Foto-foto Ruangan yang terdapat di Yakita dapat dilihat pada Gambar 2.4 – 2.12
Gambar 2.4 Ruang Kantor Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
│
23
Gambar 2.5 Ruang Baca dan Ruang Konseler Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
Gambar 2.6 Ruang Detoksifikasi Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
Gambar 2.7 Ruang Tidur Pasien Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
Gambar 2.8 Ruang Tunggu/Penerimaan Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
Gambar 2.9 Fasilitas Olahraga Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
│
24
Gambar 2.11 Ruang Makan Yakita Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
Gambar 2.10 Dapur Yakita Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
Gambar 2.12 Yayasan Kasih Kita Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
2.2.2 Yakeba Bali
Lokasi : Jl. Ciung Wanara IVB No.2, Renon – Denpasar.
Tujuan : Menolong korban penyalahgunaan narkoba agar mereka bisa pulih dari ketergantungan narkoba.
Fungsi : Sebagai tempat atau wadah penampungan penderita narkoba dalam menjankan pemulihan dari ketergantungan narkoba.
Bentuk Pelayanan : -
Konseling terhadap pasien
-
Penyuluhan Narkoba
│
25
Ruang yang ada pada Yakeba dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Ruang-ruang yang terdapat pada Yakeba NO
PENGELOMPOKAN RUANG
1
Fasilitas Publik
2
Fasilitas Pengelola
3
Fasilitas Ruang Rehabilitasi
4
Fasilitas Penunjang
JENIS RUANG
S
Teras Ruang tunggu/Ruang penerimaan Ruang Direktur Ruang Administrasi Ruang Registrasi Ruang Konseling Ruang Belajar Tempat tidur Ruang Sosialisasi Taman Sarana Olahraga Dapur Tempat parkir KM / WC
Sumber : Survey pada 9 Oktober 2015
Sketsa denah Yakeba dapat dilihat pada Gambar 2.13
Gambar 2.13 Sketsa Denah Yakeba Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
│
26
Foto-foto ruangan yang terdapat di Yakeba dapat dilihat pada Gambar 2.13 – 2.17
Gambar 2.15 Ruang Pasien
Gambar 2.14 Ruang Sosialisasi
Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
Gambar 2.16 Ruang Kantor Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
Gambar 2.17 Dapur Yakeba Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
│
27
Gambar 2.18 Ruang Belajar Sumber: Survey pada 9 Oktober 2015
2.2.3 Pusat Unit Terapi dan Rehabilitasi Lido
Lokasi : Desa Wates Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor
Tujuan : Sebagai pusat rehabilitasi, rujukan dan pelatihan penderita narkoba
Fungsi : Sebagai pusat pelatihan dan pendidikan tenaga proesional terapi dan rehabilitasi penyalahguna narkoba, sebagai pusat penelitian dan pengembangan di bidang terapi dan rehabilitasi penyalahguna narkoba
Fasilitas Rehabilitasi : -
Poliklinik
-
UGD - ICU
-
Ruang Perawatan
-
Asrama Residen
-
Ruang-ruang Peribadatan
-
Ruang Serbaguna
-
Guest House
-
Asrama Isolasi
Kriteria residen (pecandu) yang dapat menjalani rehabilitasi di UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN : -
Calon residen merupakan pengguna Narkoba aktif dengan pemakaian terakhir kurang dari 12 bulan. Jika terakhir │
28
mengkonsumsi Narkoba lebih dari 3 bulan, wajib melampirkan surat keterangan dokter yang menerangkan bahwa yang bersangkutan adalah pengguna Narkoba -
Berusia 15 – 40 tahun. Jika berusia kurang dari 15 tahun hanya menjalani detoksifikasi
-
Tidak sedang hamil (pada calon residen wanita)
-
Tidak menderita penyakit fisik (diabetes, stroke, jantung) maupun psikis yang kronis (yang dapat mengganggu pelaksanaan program)
-
Calon residen datang dengan didampingi orang tua/wali
-
Bagi residen yang menjalani rehabilitasi karena putusan pengadilan, wajib melampirkan salinan putusan.
-
Calon residen yang menjalani rehabilitasi karena berdasar pada Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2010, harus didampingi oleh pihak pengadilan.
Struktur Organisasi : Struktur Organiasasi Pusat Unitra Lido dapat dilihat pada Diagram 2.2 Deputi Bidang Rehabilitasi
Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah
Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat
Direktorat Pasca Rehabilitasi
Deputi Bidang Rehabilitasi
Gambar 2.19 Struktur Organisasi Lido Sumber: http://jauhinarkoba.com/
diakses tanggal 10 Oktober 2015
│
29
Foto-foto ruangan di Unitra Lido dapat dilihat pada Gambar 2.18 – 2.22
Gambar 2.20 Lobby Sumber: http://jauhinarkoba.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2015
Gambar 2.21 Ruang Pertemuan Sumber: http://jauhinarkoba.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2015
Gambar 2.22 Ruang Tidur Pasien Sumber: http://jauhinarkoba.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2015
Gambar 2.23 Lapangan Basket Sumber: http://jauhinarkoba.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2015
Gambar 2.24 Suasana Depan Sumber: http://jauhinarkoba.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2015
│
30
2.2.4 Kesimpulan Tinjauan Objek Sejenis Setelah survey 3 (tiga) objek sejenis, di dapat perbandingan antara objek berdasarkan Tujuan Pendirian, Status Kelembagaan, Jenis Pelayanan, Pelaku Kegiatan, hingga Fasilitas Ruang pada masing-masing objek. Perbandingan pada tinjauan objek sejenis dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Perbandingan Tinjauan Objek Sejenis OBJEK KRITERIA
YAKITA
YAKEBA
Tujuan Pendirian
Sebagai tempat rehabilitasi, rujukan dan pelatihan penderita narkoba.
Menolong korban penyalahgunaan narkoba agar mereka bisa pulih dari ketergantungan narkoba.
Mendorong peran pemerintah, masyarakat dalam pelayanan dan perlindungan korban penyalahgunaan narkoba
Status Kelembagaan
Dikelola oleh pihak swasta
Dikelola oleh pihak swasta
Dikelola oleh pihak pemerintah
Jenis Pelayanan
Penjemputan pasien Rehabilitasi rawat inap Pelatihan ketrampilan Penyuluhan
Rehabilitasi rawat inap Konsultasi Penyuluhan
Penjemputan Rehabilitasi rawat inap Konsultasi Pengobatan Konseling, Pemulihan Pelatihan keterampilan
Penjemputan Kosultasi Rehabilitasi rawat inap Pengobatan Konseling Pemulihan Pelatihan keterampilan Penyuluhan
Pelaku Kegiatan
Pengelola Kelompok fungsional atau Profesi Korban penyalahgunaan narkoba Fasilitas Publik Teras Ruang tunggu/Ruang penerimaan
Pengelola Kelompok fungsional atau Profesi Korban penyalahgunaan narkoba Fasilitas Publik Teras Ruang tunggu/Ruang penerimaan
Pengelola Kelompok fungsional atau Profesi Korban penyalahgunaan narkoba Fasilitas Publik Lobby Ruang tunggu/Ruang penerimaan
Pengelola Kelompok fungsional atau Profesi Korban penyalahgunaan narkoba
Fasilitas Ruang
│
LIDO
KESIMPULAN Memberikan pelayanan, Meningkatkan pengetahuan, Memberikan kontribusi, Mendorong peran pemerintah, masyarakat dalam pelayanan dan perlindungan bagi korban penyalahgunaan narkoba Dapat dikelola oleh pemerintah
Fasilitas Publik : Teras Lobby Ruang tunggu/Ruang penerimaan
31
Fasilitas Ruang pengelola . Ruang Direktur Ruang Administrasi Ruang Registrasi Fasilitas Ruang Rehabilitasi: Ruang Konseling Ruang Detoksifikasi Ruang Baca Tempat Tidur
Fasilitas Ruang pengelola : Ruang Direktur Ruang Administrasi Ruang Registrasi Fasilitas Ruang Rehabilitasi: Ruang Konseling Tempat Tidur Ruang Sosialisai Ruang Belajar
Fasilitas Ruang pengelola : Ruang Direktur Ruang Administrasi Ruang Registrasi Fasilitas Ruang Rehabilitasi: Poliklinik ICU UGD Ruang Konseling Ruang Perawatan Asrama Pasien Ruang-ruang Peribadatan Ruang Serbaguna Guest House Asrama Isolasi Ruang Pertemuan
Fasilitas Ruang Pengelola : Ruang Direktur Ruang Administrasi Ruang Registrasi
Fasilitas Penunjang : Taman Ruang Santai Sarana Olahraga Gudang Dapur Tempat Parkir KM/WC
Fasilitas Penunjang : Taman Sarana Olahraga Gudang Dapur Tempat Parkir KM/WC
Fasilitas Penunjang : Taman Gudang Dapur Lapangan Basket Tempat Parkir KM/WC
Fasilitas Penunjang : Taman Ruang Santai Sarana Olahraga Lapangan Basket Dapur Tempat Parkir KM/WC
Fasilitas Ruang Rehabilitasi : Ruang Konseling Ruang Detoksifikasi Asrama Pasien/Tempat tidur Poliklinik ICU UGD Ruang Perawatan Ruang Peribadatan Ruang Serbaguna Ruang Baca Guest house Asrama Isolasi Ruang Pertemuan/Sosialisasi
Dari Tabel 2.3 di dapat kesimpulan kajian studi proyek sejenis, dan dapat disimpulkan bahwa: 1) Dari segi tujuan pendirian, ketiga objek memiliki persamaan yaitu untuk membantu pecandu atau korban penyalahgunaan narkoba untuk sembuh dari ketergatungan narkoba dan kembali ke masyarakat sebagai manusia yang produktif. 2) Dari status kelembagaan, Pusat Rehabilitasi Narkoba ini tidak hanya dikelola oleh pihak swasta, namun dapat juga dikelola oleh pihak pemerintah.
│
32
3) Jika dilihat dari jenis pelayanan, pelaku kegiatan, dan fasilitas ruang, Pusat Unit Terapi dan Rehabilitasi Lido yang dikelola oleh BNN lebih lengkap dibandingkan dengan yayasan-yayasan yang dikelola oleh pihak swasta. 4) Dengan melakukan perbandingan terhadap objek sejenis tersebut, akan diketahui bagaimana jenis pelayanan dan fasilitas yang diperlukan dalam suatu Pusat Rehabilitasi Narkoba.
2.3 Spesifikasi Umum Proyek 2.3.1 Pengertian Pusat Rehabilitasi Narkoba adalah tempat atau wadah bagi para korban penyalahgunaan narkoba yang mengkombinaskan pelayanan medik, sosial dan religi bagi para pecandu narkoba dengan menggunakan tahapan-tahapan rehabilitasi , adalah : 1) Detoksifikasi, yaitu suatu proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari tubuh dengan menghentikan total pemakaian semua zat adiktif atau dengan penurunan dosis obat pengganti. Dalam proses ini seorang korban penyalahgunaan akan mengalam sakaw, atau gejala putus zat seagai akibat dari terhentinya konsumsi narkotika atau drugs jenis lain. 2) Rehabilitasi Sosial Segala usaha yang bertujuan memupuk, membimbing dan meningkatkan rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial bagi keluarga dan masyarakat. 3) Rehabilitasi Edukasional Bertujuan memelihara dan meningkatkan pengetahuan dan mengusahakan agar pasien dapat mengikuti pendidikan lagi, jika mungkin memberikan bimbingan dalam memilih sekolah yang sesuai dengan kemampuan pola pikir dan bakat. 4) Rehabilitasi Vokasional Bertujuan menentukan kemampuan kerja pasien serta cara mengatasi penghalang atau rintangan untuk penempatan dalam pekerjaan yang sesuai. Juga memberikan ketrampilan yang belum dimiliki pasien agar dapat bermanfaat bagi pasien untuk mencari nafkah.
│
33
5) Rehabilitasi Kehidupan Beragama Bertujuan membangkitkan kesadaran pasien akan kedudukan manusia di tengah-tengah makhluk ciptaan Tuhan, menyadarkan kelemahan yang dimiliki manusia, arti agama bagi manusia, membangkitkan optimisme pasien.
2.3.2 Syarat Umum Pemilihan Site Untuk pembangunan Pusat Rehabilitasi Narkoba sebaiknya dicari dan ditetapkan lokasi luas tanah dan persyaratan sesuai kebutuhan, sehingga dapat menunjang pelayanan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Pada daerah yang tenang, aman dan nyaman.
Kondisi lingkungan yang sehat
Tersedianya sarana air yang bersih
Tersedianya jaringan listrik
Tersedianya jaringan komunikasi
Luas tanah proporsional dengan jumlah pasien
2.3.3 Aktifitas di Pusat Rehabilitasi Narkoba Adapun ruang lingkup aktifitas yang terjadi pada Pusat Rehabilitasi Narkoba ini antara lain:
Pendaftaran
Detoksifikasi
Konseling Dan Penyuluhan
Pelatihan Ketrampilan
Melakukan Kegiatan Religi
2.3.4 Civitas pada Pusat Rehabilitasi Narkoba
Pasien Rehabilitasi Narkoba
Pengelola
Tenaga kesehatan (psikolog, psikiater, perawat, dokter)
Tenaga pelatihan sebagai pembimbing ketrampilan
Tokoh agama sebagai pembimbing rohani
Pekerja social │
34
2.3.5 Fasilitas Pusat Rehabilitasi Narkoba Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada Pusat Rehabilitasi Narkoba ini antara lain adalah:
Fasilitas Pengelola, Administrasi dan Registrasi
Fasilitas Ruang Detoksifikasi
Fasilitas Medis meliputi: Ruang terapi, klinik, ruang konseling dan lainlain
Ruang Informasi
Ruang Pertemuan
Fasilitas Kamar Tidur Pasien
Fasilitas Pelatihan, Tempat Ibadah, Perpustakaan dan lain-lain.
│
35