Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
BAB II PEMAHAMAN EKOWISATA, PENATAAN KAWASAN DAN ARAHAN REGULASI
2.1
Penataan Kawasan
2.1.1 Pengertian Penataan Kawasan Penataan kawasan merupakan salah satu upaya rekayasa sosial yang diselenggarakan di suatu wilayah dan dilakukan bersamaan dengan upaya menciptakan suatu sistem yang komprehensif terkait aktivitas yang berlangsung di kawasan, dengan memperhatikan kualitas lingkungan hidup. Hal ini berarti yang diharapkan dari penataan kawasan adalah hadirnya suatu tatanan baru yang dapat memberikan harapan kualitas kehidupan yang lebih meningkat. Diharapkan proses dan hasil penataan kawasan merupakan bagian dari upaya mendidik perilaku warga masyarakat sekitar dan juga merupakan pendidikan bagi para pengguna manfaat dari kawasan tersebut agar sesuai dengan tujuan penataan kawasan. Penataan kawasan dengan konsep seperti ini bermaksud untuk mengembangkan kehidupan sosial masyarakat setempat, meningkatkan ekonomi masyarakat setempat dan
mengembangkan kualitas lingkungan serta menjaga kelestarian
lingkungan (Pingkan, 2013).
Seminar Tugas Akhir
|6
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
2.1.2 Jenis-Jenis Penataan Kawasan Penataan kawasan meliputi berbagai jenis dimana hal ini didasari pada fungsi-fungsi yang diwadahi dan terdapat bermacam-macam kawasan, baik itu kawasan lindung maupun kawasan perkotaan. Dan berikut merupakan jenis-jenis kawasan yang ada di dunia (Adisasmita, 2010:58-62) : 1.
Kawasan Budidaya Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
2.
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan yang merupakan lokasi hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentuk geologi alami yang khas.
3.
Kawasan Industri Kawasan khusus untuk kegiatan pengolahan atau manufaktur.
4.
Kawasan Lindung Kawasan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan
5.
Kawasan Pantai Kawasan pesisir laut atau pantai yang merupakan habitat alami hutan bakau yang menjadi tempat perlindungan bagi peri kehidupan pantai dan laut.
6.
Kawasan Pedesaan Kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaam sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan.
7.
Kawasan Perkotaan Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi, pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi perkotaan.
Seminar Tugas Akhir
|7
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
8.
Kawasan Permukiman Sebidang tanah atau lahan yang diperuntukan bagi pengembangan permukiman.
9.
Kawasan Perkebunan Lahan luas unit perkebunan tanaman komoditas, biasanya dalam pemilikan perusahaan.
10.
Kawasan Suaka Alam Kawasan dengan ciri tertentu baik di darat maupun perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pelestarian perlindungan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
2.1.3 Prinsip dan Skenario dalam Penataan Kawasan Sebelum menyusun skenario di dalam penataan kawasan, perlu diketahui prinsip-prinsip di dalam penataan kawasan, dan berikut merupakan prinsip-prinsip di dalam penataan kawasan (Pingkan, 2013) : 1.
Tujuan Penataan Kawasan dilakukan bertujuan untuk mengembangkan kehidupan sosial masyarakat setempat, meningkatkan ekonomi masyarakat setempat, dan mengembangkan kualitas lingkungan dan menjaga kelestarian lingkungan.
2.
Lingkup Lingkup Penataan Kawasan meliputi pola sistem sosial, pengembangan ekonomi masyarakat, dan penanganan lingkungan.
3.
Syarat Agar Penataan Kawasan sukses, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu kesesuaian sumber daya kawasan dengan jenis kawasan yang akan dikembangkan, adanya potensi pengguna kawasan, dukungan terhadap pengembangan kualitas lingkungan, menyelenggarakan sistem pengelolaan lingkungan yang baik.
Seminar Tugas Akhir
|8
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
4.
Perencanaan yang Baik Penataan kawasan membutuhkan perencanaan yang baik, dan hasil dari perencanaan harus memperlihatkan adanya jaminan keberhasilan ide penataan kawasan yang
direkomendasi. Jaminan yang dimaksudkan
diperlihatkan dengan hadirnya suatu sistem penanganan kawasan yang logis untuk dilakukan. Setelah mengetahui prinsip-prinsip dasar penataan kawasan, maka yang dilakukan selanjutnya adalah pembuatan skenario pengembangan kawasan. Langkah-langkah pembuatan skenario pengembangan kawasan adalah sebagai berikut: 1.
Analisis dan penetapan potensi kawasan, jenis kawasan harus sesuai dengan potensi yang dimiliki kawasan atau potensi yang diharapkan dapat diciptakan.
2.
Analisis dan penetapan pengguna kawasan, menunjuk pada para pengguna kawasan dan sebaran asal pengguna kawasan.
3.
Analisis aktivitas dan penetapan aktivitas yang akan berlangsung di kawasan.
4.
Analisis dan penetapan desain pembangunan fisik.
5.
Analisis dan penetapan sistem penanganan lingkungan.
6.
Analisis kebutuhan dana dan sumber-sumbernya.
7.
Analisis manfaat penataan kawasan
8.
Analisis dan penetapan sistem pengelolaan kawasan
9.
Penetapan jangka waktu pelaksanaan penataan kawasan
2.2
Ekowisata
2.2.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata atau pariwisata alam adalah sebuah perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan alam, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut (Adisasmita, 2010:129). Selain itu, ekowisata juga merupakan salah satu jenis pariwisata yang Seminar Tugas Akhir
|9
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
berwawasan lingkungan. Maksudnya, melalui aktivitas yang berkaitan dengan alam, wisatawan diajak untuk melihat alam dengan dekat dan menikmati kondisi alam dan lingkungan yang masih asli atau yang lebih dikenal dengan sebutan back-to-nature (Yoeti, 2009:35) Berbeda dengan pariwisata yang selama ini kita kenal, ekowisata dalam penyelenggaraannya tidak banyak menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang akomodasi yang mewah atau modern yang banyak dilengkapi dengan peralatan yang mewah serta bangunan artifisial yang berlebihan. Pada dasarnya, penyelenggaraan ekowisata lebih mementingkan pada aspek kesederhanaan, memelihara keaslian alam dan lingkungan, memelihara kesenian dan kebudayaan, adat-istiadat,
kebiasaan
hidup, menciptakan kesunyian
dan
ketenangan,
memelihara flora dan fauna serta terpeliharanya lingkungan hidup yang tentunya dapat menciptakan sebuah keseimbangan antara kehidupan manusia dengan alam sekitarnya (Yoeti, 2009:36). Jadi, pada intinya ekowisata adalah salah satu jenis pariwisata yang tidak semata-mata menghamburkan uang atau mewah, melainkan salah satu jenis pariwisata yang dapat meningkatkan pengetahuan, memperluas wawasan, atau mempelajari sesuatu dari alam, flora dan fauna serta sosial budaya etnis masyarakat atau tempat tertentu. Dalam ekowisata sendiri ada empat unsur yang cukup penting, diantaranya adalah unsur pro-aktif, kepedulian terhadap pelestarian lingkungan, keterlibatan penduduk lokal dan unsur pendidikan (Yoeti, 2009:36). Ekowisata sendiri merupakan bagian dari sustainable tourism. Sustainable tourism adalah sektor ekonomi yang lebih luas dari ekowisata yang mencakup sektor-sektor pendukung kegiatan wisata secara umum, meliputi wisata bahari (beach and sun tourism), wisata pedesaan (rural and agro tourism), wisata alam (natural tourism), wisata budaya (cultural tourism), atau perjalanan bisnis (bussines travel) atau ekowisata lebih berpijak pada tiga aspek yang cukup penting, yaitu wisata pedesaan, wisata alam dan wisata budaya (Nugroho, 2011:15). Hubungan antara sustainable tourism dan ekowisata dapat dilihat pada gambar 2.1 : Seminar Tugas Akhir
| 10
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Bussines Travel Beach Tourism
Sustainable tourism
SunTourism
Rural Tourism Ecotouris m
Natural Tourism Cultural Tourism
Gambar 2.1 : Hubungan antara Sustainable Tourism dan Ekowisata Sumber : Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan
2.2.2 Penerapan Konsep Ekowisata Konsep dan implementasi ekowisata tidak dapat dilepaskan dari pengembangan kawasan konservasi. Jasa ekowisata dianggap sebagai salah satu pintu masuk sebagai suatu pendekatan ekonomi yang dimana di dalamnya lebih mengedepankan pada aspek sumber daya alam dan lingkungan dalam kaidahkaidah konservasi. Ekowisata sendiri merupakan salah satu sektor yang cukup riil di dalam menjaga konservasi lingkungan dan budaya sehingga menghasilkan manfaat yang banyak bagi kepentingan pembangunan berkelanjutan (Nugroho, 2011:19). Tabel 2.1 Kategori Pengelolaan Kawasan Konservasi IUCN No
Deskripsi
Keterangan Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik itu di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
I
I a. Kawasan Suaka Alam
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan (UU No. 5 tahun 1990).
Seminar Tugas Akhir
| 11
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Cagar alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan I b. Cagar Alam
alamnya
tumbuhan,
satwa
yang
memiliki
kekhasan
dan
ekosistemnya
perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami (UU No. 5 tahun 1990). Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang I b. Suaka Margasatwa
mempunyai
ciri
khas
berupa
keanekaragaman jenis satwa yang digunakan untuk kelangsungan hidupnya dan
pembinaan
terhadap hidupnya (UU No. 5 tahun 1990). Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dimanfaatkan II
Taman Nasional
untuk
tujuan
penelitian,
ilmu
pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata (UU No. 5 tahun 1990). Monumen alam atau monumental adala hal-hal III
Monumen Alam
yang menjadi sebuah warisan, seperti warisan dunia (World Heritage Site) dan situs ramsar. Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian
IV
Taman Hutan Raya (Grand Forest Park)
alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau buatan yang dimanfaatkan bagi kepentingan
penelitian,
pendidikan,
budaya,
pariwisata dan rekreasi (UU No. 5 tahun 1990). Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian V
Taman Wisata Alam
alam
yang
terutama
dimanfaatkan
untuk
pariwisata (UU No. 5 tahun 1990).
VI
Taman Buru (Hunting Park)
Taman
buru
adalah
kawasan
hutan
yang
ditetapkan sebagai tempat wisata berburu (UU No. 41 tahun 1999).
Tabel 2.1 : Kategori Pengelolaan Kawasan Konservasi IUCN Sumber : Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan
Seminar Tugas Akhir
| 12
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Pengembangan ekowisata dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, dan umumnya menggunakan cara pengembangan pariwisata. Di dalam ekowisata sendiri ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aspek destinasi dan aspek market. Meskipun aspek market perlu diperhatikan dalam ekowisata, namun macam sifat dan perilaku objek dan daya tarik wisata alam dan budaya perlu juga diperhatikan untuk menjaga kelestarian dan keasliannya. Dan pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat jauh lebih terjamin di dalam penerapannya dibanding dengan hanya berkelanjutan, hal ini dikarenakan dalam penerapan konsep ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan untuk memenuhi pengetahuan dan psikologis wisatawan. (Fandeli dalam
Yoeti 2009). Dan konsep ekowisata dengan output yang
memperhatikan kepentingan alam dapat dilihat pada gambar 2.2 : ALAM Output tak langsung (penyadaran mensikapi alam di hari esok) MANUSIA
Input Output langsung (konservasi swadaya)
Ecotourism Input
Gambar 2.2 : Konsep Ekowisata dengan output yang memperhatikan kepentingan alam Sumber : Buku Pariwisata Berwawasan Lingkungan
Sedangkan untuk Pengembangan jasa ekowisata dalam tingkat pengelolaan senantiasa berhubungan dengan kawasan-kawasan konservasi dan tidak ada batasann yang jelas di dalam memilih kategori jasa ekowisata yang akan dilayani. Namun, berdasarkan beberapa definisi dan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, pengembangan jasa ekowisata dapat diarahken kepada beberapa kriteria berikut (Nugroho, 2011:27) : 1.
Kawasan konservasi, secara tidak langsung atau tidak melekat budaya masyarakat lokal dengan waktu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Seminar Tugas Akhir
| 13
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Interaksi budaya dan lingkungan ini dalam wujud kelembagaan lokal, cara pandang, pola pikir dan perilaku ekonomi yang mencerminkan kearifan lokal dan dapat memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam upaya konservasi. 2.
Kawasan konservasi yang memiliki aspek legalitas, diperkuat dengan struktur kelembagaan pengelolaan ekosistem, yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
pendidikan,
penelitian
dan
pengembangan
serta
ketrampilan melengkapi jasa pariwisata secara umum. 3.
Kawasan konservasi yang memiliki standar dan prosedur sesuai dengan baku mutu pengelolaan lingkungan, keamanan dan kenyamanan.
4.
Kawasan konservasi yang memberikan peluang kerja sama internasional, partisipasi pengelolaan oleh operator dan pengembangan promosi. Pengembangan jasa ekowisata juga diharuskan memiliki sebuah manajemen
yang profesional dimana dalam hal ini kegiatan wisata yang akan berlangsung dapat memberikan unsur pendidikan yang sistematis dalam rangka pemahaman lingkungan secara komprehansif (Nugroho, 2011:27). Dan berikut merupakan kriteria dalam pengembangan manajemen ekowisata yang profesional : 1.
Pemasaran yang spesifik menuju tujuan wisata. strategi pemasaran memiliki posisi yang cukup penting untuk menjangkau dan menarik pengunjung seluruh dunia yang berfungsi untuk membantu konservasi lingkungan dan pengembangan mayarakat lokal.
2.
Ketrampilan dan layanan kepada pengunjung secara intensif. Layanan ekowisata adalah pengalaman dan pendidikan terhadap lingkungan atau wilayah baru.
3.
Keterlibatan penduduk lokal dalam memandu dan menerjemahkan objek wisata. penduduk lokal akan memiliki insentif konservasi lingkungan apabila dilibatkan dalam jasa-jasa ekowisata, pemberian informasi, dan memperoleh manfaat yang pantas.
4.
Kebijakan pemerintah dalam rangka melindungi aset lingkungan dan budaya. Kebijakan penataan ruang, pemberdayaan kemasyarakatan atau dikombinasikan dengan instrumen ekonomi dan akan mencegah mekanisme pasar beroperasi di wilayah tujuan ekowisata.
Seminar Tugas Akhir
| 14
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
5.
Pengembangan
kemampuan penduduk lokal.
Penduduk lokal
dan
lingkungannya adalah kesatuan untuk wilayah ekowisata. Mereka perlu dikembangkan potensi dan partisipasinya untuk memperoleh benefit agar tercipta insentif dan motivasinya untuk ikut serta mengkonservasi lingkungan. Sedangkan prinsip di dalam mengembangkan ekowisata di dalam sebuah kawasan konservasi
dapat menjamin sebuah keutuhan dan kelestarian dari
ekosistem yang ada. Ecotravel menghendaki persyaratan dari kualitas ekosistem, oleh sebab itu terdapat beberapa prinsip pengembangan dari ekowisata yang harus dipenuhi karena dengan mengikuti prinsip-prinsip ini dapat menjamin pembangunan yang Ecological Friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan, dan berikut merupakan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan di dalam pengembangan ekowisata menurut The Ecotourism Society (Eplerwood dalam Nugroho, 2011) : 1.
Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.
2.
Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.
3.
Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan Conservation Tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.
4.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.
5.
Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.
Seminar Tugas Akhir
| 15
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
6.
Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya yang tidak harmonis dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat.
7.
Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.
8.
Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.
2.2.3 Perencanaan Wilayah Ekowisata Perencanaan merupakan sebuah gambaran mengenai keadaan akan datang dari wilayah ekowisata yang efisien dan berkelanjutan. Perencanaan sendiri memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah dan dilandasi dengan dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya serta memuat uraian mengenai langkah-langkah strategis, manajemen aksi dan penetapan wilayah (zoning). Perencanaan
ekowisata
bertujuan
untuk
memaksimalkan
benefit
dan
meminimalisir dampak negatif yang akan ditimbulkan dari pengelolaan ekowisata (Nugroho, 2011:29). Pengembangan ekowisata dalam konteks perencanaan wilayah menyajikan karakteristik dari pendekatan sistem dan sumber daya publik yang menjadi sebuah landasan konseptual di dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Dan jasa wisata menjadi salah satu komponen yang sangat penting di dalam perencanaan wilayah ekowisata dimana sektor jasa wisata ini sendiri menjadi salah satu sektor yang riil yang dapat mengemas jasa lingkungan dan budaya
Seminar Tugas Akhir
| 16
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
dalam upaya pembangunan wilayah untuk daerah konservasi. Dan berikut merupakan tahapan-tahapan di dalam perencanaan sebuah wilayah ekowisata : 1.
Pendekatan Sistem Perencanaan ekowisata dengan pendekatan sistem dimaksudkan untuk
mengembangkan sebuah wilayah dengan lebih spesifik, teknis dan dalam tingkat interaksi yang terbatas untuk menciptakan sebuah kawasan ekowisata yang baik. Dan secara konseptual, (Weaver dalam Nugroho, 2011) menyatakan bahwa di dalam perencanaan wilayah ekowisata
terdapat sebuah pengelolaan jasa
ekowisata untuk menghadapi pilihan dari konsekwensi dampak atau implementasi lingkungan. Hal ini dimaksudkan karena di dalam mengimplementasikan dampak lingkungan itu sendiri terdapat dua alasan yang melandasi kondisi ini, dimana yang pertama adalah micro sustainability, yaitu prinsip-prinsip konservasi yang dilaksanakan terbatas di tempat atau lokasi wisata sedangkan yang kedua adalah macro sustainability, yaitu dimana prinsip sustainability diterapkan pada wilayah tujuan wisata dan tempat lain yang mempengaruhi atau yang dipengaruhi (Nugroho, 2011:30). 2.
Sumber Daya Publik dan Penilaian Ekonomi Wilayah ekowisata memiliki banyak komponen yang masuk dalam kategori
barang atau sumber daya publik. Komponen barang atau sumber daya publik memiliki banyak karakteristik yang khas dan berbeda dengan barang pada umumnya, dimana barang yang dipahami secara umum masuk kategori barang private, dimana kepemilikannya mudah dipahami. Pemahaman terhadap barang publik sendiri menjadi landasan konsep penilaian ekonomi terkait dengan tujuan efisiensi alokasi dan menjadi faktor kritikal dalam perencanaan wilayah ekowisata (Nugroho, 2011:38). 3.
Instrumen Pembangunan Wilayah Perencanaan wilayah ekowisata memiliki hal spesifik dibanding wilayah
tujuan wisata yang lainnya, dimana dalam hal ini tujuan wisata pada umumnya banyak mengundang pengunjung, layanan di tempat terbatas, melibatkan banyak orang dan tanpa interprestasi. Sebaliknya dalam wilayah ekowisata beroperasi kegiatan-kegiatan yang membatasi jumlah pengunjung dengan skala kecil, ruang Seminar Tugas Akhir
| 17
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
dan tempat layanan yang luas dan menjelajah, berhadapan dengan barang dan jasa publik serta penuh dengan interpretasi. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan operasional dari mekanisme pasar secara hati-hati dan dapat memberikan manfaat secara optimal dan berkelanjutan terhadap alokasi sumber daya alam dan lingkungan untuk memberi manfaat secara optimal dan berkelanjutan (Nugroho, 2011:41). Dua dikotomi ini memberikan deskripsi penting dan spesifik untuk perencanaan wilayah ekowisata. Dengan memuat karakteristik sistem dan sumber daya publik, kebijakan perencanaan wilayah ekowisata disusun secara komprehansif, dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Perencanaan wilayah ekowisata dapat dilihat pada gambar 2.3 : EKOWISATA
Identifikasi: Penduduk lokal, kaitan ekonommi, soft ecotourism, pendekatan holistik, ehance susteinability Macro Sustainability Wilayah
Inter-System Approach
Pengembangan dan Pemasaran Produk
Gambar 2.3 : Pilihan Perencanaan Wilayah Ekowisata (Weaver, 2002) Sumber : Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan
4.
Perencanaan Manajemen Kebijakan tingkat ekosistem dapat menjadi landasan operasional untuk
perencanaan manajemen, dimana dalam rencana manajemen terdeskripsi prosedural yang baku dimana keputusan dapat dipahami dan sesuai dengan nilaiSeminar Tugas Akhir
| 18
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
nilai ekologi wilayah. Pengambilan keputusan manajemen pada dasarnya tidak mudah karena banyak melibatkan dan mengakomodasi manajemen, penduduk lokal atau wilayah sekitarnya dan pengunjung. Perencanaan manajemen ekowisata pada dasarnya merupakan sebuah proses yang tidak akan pernah berhenti yang artinya ia akan berjalan mengikuti siklus untuk menggapai visi sebagai tujuan akhir dari pengelolaan. Dalam perjalanan manajemen, tahapan evaluasi dan review manajemen menjadi salah satu indikator yang sangat bermanfaat bagi pengendalian dari ekowisata itu sendiri. Pengendalian dilakukan untuk menelaah apakah sistem, prosedur dan capaian sudah sesuai dengan yang seharusnya. Hasilnya digunakan oleh pihak manajemen untuk melaksanakan pembenahan atau perbaikan terhadap pelaksanaan manajemen. Pada sisi yang lain revolusi manajemen dapat dilanjutkan untuk mengakselerasi atau menyelaraskan tercapainya tujuan sebagaimana diketahui tujuan ekowisata itu adalah sebagai media untuk konservasi lingkungan, keuntungan swasta dan kesejahteraan penduduk lokal (Nugroho, 2011:48). Perencanaan manajemen ekowisata dapat dilihat pada gambar 2.4 : Tujuan Manajemen : Kemana akan menuju
Review Manajemen : Kebutuhan apa yang diperlukan
Adjusment
Manajemen Aksi : Bagaimana mencapai tujuan
Evaluasi : Sampai dimana? Apa yang sudah diperoleh
Gambar 2.4 : Siklus Perencanaan Manajemen Ekowisata Sumber : Buku Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan
Seminar Tugas Akhir
| 19
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
2.3
Tinjauan Mengenai Langgam Arsitektur Tinjauan mengenai langgam arsitektur memiliki hubungan yang sangat erat
di dalam penentuan tema rancangan dimana dalam hal ini digunakan tinjauan teori yang akan menjadi dasar terbentuknya tema. Adapun tinjauan teori yang digunakan didasari pada aspek arsitektur dengan lingkungan dan budaya dimana hal ini sangat berkaitan erat dengat prinsip utama dari pendekatan yang digunakan, yaitu ekowisata. 2.3.1 Arsitektur dan Lingkungan atau Ekologis Arsitektur dan lingkungan atau ekologis adalah sebuah pendekatan dalam bidang arsitektur untuk menciptakan rancangan yang ekologis, ada berbagai cara yang dilakukan dari pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, tetapi pada umumnya mempunyai inti yang sama. (Yeang dalam Widigdo, 2010), menyatakan bahwa Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and low energy design. Dan menekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi yang rendah, diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, fasade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai dengan mulus dan ramah (Widigdo, 2010) 2.3.2 Arsitektur dan Budaya Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. (Melville J. Herskovits dalam Sukawi, 2009) mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Sedangkan menurut (Selo Soemardjan dalam Sukawi, 2009) kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga Seminar Tugas Akhir
| 20
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, arsitektur dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan yang dimiliki setiap daerah tentunya berbeda-beda hal ini didasari pada kemampuan dan kreativitas yang dimiliki untuk mengolah sebuah kebudayaan khususnya pada bidang arsitektur.
Hal ini mengakibatkan
beragamnya kekhasan arsitektur yang dimiliki masing-masing daerah yang mencerminkan budaya daerah. Rumah dengan segala perwujudan bentuk, fungsi dan maknanya senantiasa diatur, diarahkan, dan ditanggapi atau diperlakukan oleh penghuni
menurut
kebudayaan
yang
mempengaruhi
masyarakat
yang
bersangkutan (Sukawi, 2009)
2.4
Arahan Regulasi Terkait Arahan regulasi terkait menjadi salah satu komponen yang sangat penting di
dalam perancangan, dimana arahan regulasi ini terdapat beberapa peraturanperaturan terkait yang dijadikan sebagai payung hukum di dalam perancangan ekowisata cagar budaya Gunung Kawi Sebatu, dan berikut merupakan beberapa regulasi terkait di dalam perancangan: (1)
Keputusan Bupati Gianyar Nomor 402 Tahun 2008 Tentang Penetapan Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Gianyar, Bupati Gianyar.
Menimbang a.
:
Bahwa dalam upaya menumbuh kembangkan dan mempertahankan nilainilai
budaya
dan
keindahan alam sejalan dengan perkembangan
pembangunan sarana dan kegiatan kepariwisataan di kabupaten Gianyar, dipandang perlu menetapkan Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Gianyar.
Seminar Tugas Akhir
| 21
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
b.
Bahwa penetapan Obyek dan daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditetapkan dengan keputusan Bupati.
Mengingat : (1)
Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655).
(2)
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1990, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227).
(3)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389).
(4)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).
(5)
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2238).
(6)
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 5 Tahun1984 tentang Obyek Wisata (Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2008 Nomor 5, Tamabahan Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 5).
(7)
Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2008 Nomor 5, Tamabahan Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 5).
Seminar Tugas Akhir
| 22
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
(8)
Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Gianyar (Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2008 Nomor 6, Tamabahan Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 6).
(2)
Peraturan Daerah No 16 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar 2012-2032 Dalam peraturan daerah no 16 tahun 2012 tentang rencana tata ruang dan
wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar 2012-2032 dijelaskan pada paragraf 7 tentang kawasan Pariwisata, dimana Kawasan Cagar Budaya Gunung Kawi Sebatu sendiri masuk kedalam pasal 52 ayat 3 tentang DTW Purbakala, dan berikut merupakan isi dari peraturan daerah no 16 tahun 2012 tentang rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar 2012-2032 pasal 52 : Paragraf 7 Kawasan Peruntukan Pariwisata Pasal 52 (1)
Kawasan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (1) huruf b meliputi :
(2)
a.
DTW budaya.
b.
DTW purbakala.
c.
DTW remaja.
d.
DTW rekreasi.
DTW budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas : a.
Desa Celuk, Desa Buahan, dan Desa Batubulan di Kecamatan Sukawati.
b.
Puri Agung Gianyar, Kelurahan Gianyar di Kecamatan Gianyar.
c.
Desa Mas, Desa Peliatan, Kelurahan Ubud, Museum Rudana, Museum Neka, Museum Ratna Warta atau Puri Lukisan dan Museum Arma di Kecamatan Ubud.
(3)
DTW purbakala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas : a.
Tegal Jambangan di Desa Sayan, Kecamatan Ubud.
Seminar Tugas Akhir
| 23
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
b.
Sindu Raja, Gunung Kawi tampak Siring di Kecamatan Tampak Siring.
c.
Candi Tebing di Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampak Siring.
d.
Goa Garba dan Pura Ukur-ukuran di Desa Pejeng Kelod, Kecamatan Tampak Siring.
e.
Pura Penataran Sasih dan Lingkungan Pura Kebo Edan, di Desa Pejeng, Kecamatan Tampak Siring.
f.
Tirta Empul di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring.
g.
Candi Tebing Tegallinggih di Desa Kenderan, Kecamatan Tegallalang.
h.
Gunung Kawi Sebatu di Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang.
i.
Pura Gaduh di Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh.
j.
Wenara Wana di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud.
k.
Relief Yeh Pulu, Mandala Wisata Samuan Tiga,Goa Gajah, Museum Purbakala dan Candi Tebing Tegallinggih di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh.
l.
Pura Puseh Canggi di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati.
m. Lingkungan Pura Mengening di Desa Payangan, Kecamatan Payangan. n. (4)
Lembah Dharma Durga Kutri di Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh.
DTW remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, yaitu wisata remaja Bukit Jati de Kelurahan Samplangan, Kecamatan Gianyar.
(5)
DTW rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yang terdiri atas: a.
Taman Burung, Rimba Reptil dan Bali Zoo Park di Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati.
(3)
b.
Wisata Gajah di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang.
c.
Taman Safari de Desa Serongga, Kecamatan Gianyar.
Peraturan Daerah Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Bali Tahun 2009-2029 Dalam peraturan daerah Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 tentang rencana
tata ruang dan wilayah (RTRW) Provinsi Bali Tahun 2009-2029 yang dijelaskan pada paragraf 2 tentang kriteria pengembangan kawasan lindung, dan berikut merupakan isi dari paragraf 2 pada pasal 50 ayat 1 sampai 3 : Seminar Tugas Akhir
| 24
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
(1)
Kawasan suci sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) huruf a, ditetapkan dengan kriteria: a.
Kawasan suci gunung merupakan kawasan gunung dengan kemiringan sekurang- kurangnya 45 (empat puluh lima) derajat sampai ke puncak.
b.
Kawasan suci danau disetarakan dengan kawasan resapan air.
c.
Kawasan suci campuhan disetarakan dengan sempadan sungai selebar 50 meter yang memiliki potensi banjir sedang.
d.
Kawasan suci pantai disetarakan dengan kawasan sempadan pantai.
e.
Kawasan suci laut disetarakan dengan kawasan perairan laut yang difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu.
f.
Kawasan suci sekitar mata air disetarakan dengan kawasan sempadan sekitar mata air.
(2)
Kawasan tempat suci sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) huruf b, ditetapkan mengacu Bhisama PHDIP Tahun 1994, dengan kriteria: a.
Kawasan tempat suci di sekitar Pura Sad Kahyangan dengan radius sekurang-kurangnya apeneleng agung setara 5.000 (lima ribu) meter dari sisi luar tembok penyengker pura.
b.
Kawasan tempat suci di sekitar Pura Dang Kahyangan dengan radius sekurang- kurangnya apeneleng alit setara dengan 2.000 (dua ribu) meter dari sisi luar tembok penyengker pura.
c.
Kawasan tempat suci di sekitar Pura Kahyangan Tiga dan pura lainnya, dengan radius sekurang-kurangnya Apenimpug atau Apenyengker.
(3)
Penetapan status Pura-pura Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan dilakukan oleh Gubernur setelah mendapat rekomendasi dari PHDI Bali dan MUDP.
2.5
Tinajuan Objek Sejenis Berikut ini merupakan tinjauan objek sejenis yang dijadikan acuan di dalam
perencanaan ekowisata cagar budaya Gunung Kawi Gianyar, antara lain : 2.5.1 Kawasan Cagar Budaya dan Wisata Religius Pura Tirta Empul Pura Tirta Empul merupakan salah satu destinasi wisata spritual yang ada di Kabupaten Gianyar, yaitu tepatnya berada di Kecamatan Tampak Siring. Pura Seminar Tugas Akhir
| 25
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Tirta Empul juga tercatat menjadi salah satu warisan Dunia UNESCO hal ini dikarenakan kawasan ini merupakan salah satu dari beberapa peninggalan purbakala yang ada di Bali. Pada saat ini, Pura Tirta Empul menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, dimana hal menarik yang terdapat pada objek wisata ini adalah terdapatnya mata air suci yang digunakan oleh masyarakat pemeluk agama Hindu maupun wisatawan yang berkunjung untuk pemandaian atau melukat dalam istilah Bali dan juga memohon tirta suci. 1.
Potensi dan Daya Tarik Daya tarik utama yang dimiliki oleh objek wisata cagar budaya Pura Tirta
Empul adalah terdapatnya mata air suci dan tempat pemandian atau tempat melukat. Selain itu, Pura Tirta Empul juga berbatasan langsung dengan Istana Kepresidenan yang didirikan oleh presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Kawasan Pura Tirta Empul yang berada di Kecamatan Tampak Siring sendiri masih memegah teguh nilai seni dan budaya, dimana disekitar kawasan ini masih banyak kita jumpai pengerajin-pengerajin tradisional dengan kerajinan yang menjadi ciri khas kawasan ini adalah kerajinan tulang dan juga batok kelapa. Potensi wisata yang dimiliki oleh Pura Tirta Empul yang menjadikan kawasan ini menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi orang adalah sebagai berikut : A.
Areal Tempat Melukat Areal tempat melukat yang ada di kawasan Pura Tirta Empul menjadi salah
satu daya tarik yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke kawasan ini, dimana wisatawan yang berkunjung dapat menikmati sensasi air suci yang dimiliki oleh pura ini namun wisatawan yang mau melukat di areal ini juga harus mematuhi semua peraturan yang ada. Selain itu, pada areal tempat melukat ini juga terdapat beberapa pancoran yang memiliki nilai magis yang berbeda-beda menurut kepercayaan masyarakat setempat. Kondisi areal melukat dapat dilihat pada gambar 2.5 :
Seminar Tugas Akhir
| 26
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Gambar 2.5: Areal Pemandian Suci (Melukat) pada Kawasan Pura Tirta Empul Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Oktober 2015
B.
Istana Kepresidenan Tampak Siring Di sebelah barat Pura Tirta Empul juga terdapat kawasan Istana
Kepresidenan yang berbatasan langsung dengan kawasan Pura ini. Namun wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pura Tirta Empul tidak bisa semabarang masuk ke areal Istana mengingat areal ini merupakan tempat khusus untuk presiden Indonesia jika datang ke Bali, akan tetapi para wisatawan masih bisa melihat Istana dari luar. Kondisi Istana Kepresidenan Tampak Siring dapat dilihat pada gambar 2.6 :
Gambar 2.6: Istana Kepresidenan di Tampak Siring Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Oktober 2015
C.
Art Market Di kawasan Pura Tirta Empul terdapat art market yang letaknya berdekatan
dengan parkir pengunjung, pada areal art market disini banyak menjual kerajinan Seminar Tugas Akhir
| 27
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
tangan yang merupakan kerajinan ciri khas daerah Tampak Siring, yaitu kerajinan tulang dan batok kelapa. Selain itu areal ini juga menjadi salah satu daya tarik pada kawasan ini karena banyak wisatawan yang datang ke Pura Tirta Empul singgah ke areal art market untuk membeli hasil karya dari pengerajin lokal yang dijadikan sebagai souvenir. Kondisi art market dapat dilihat pada gambar 2.7 :
Gambar 2.7: Art Market Kawasan Pura Tirta Empul Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Oktober 2015
2.
Fasilitas Pariwisata dan Religi Di kawasan objek wisata cagar budaya Pura Tirta Empul sudah terdapat
beberapa fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan pariwisata dan religi yang ada, dimana fasiliitas-fasilitas tersebut dibangun untuk menunjang kegiatan yang ada dan fasilitas-fasilitas tersebut dimiliki oleh daerah dan selanjutnya disewakan kepada masyarakat setempat untuk meningkatkan nilai perekonomian disekitar kawasan ini. Di tempat ini untuk fasilitas parkir dipisahkan antara pengunjung lokal dan asing atau luar Bali serta sistem penanda pada areal ini juga tersedia untuk menuntun para wisatawan yang datang. Dan berikut merupakan beberapa fasilitas-fasilitas yang terdapat pada kawasan objek wisata cagar budaya Pura Tirta Empul :
Art Market
Restaurant
Tourism Information
Loket Tiket
Seminar Tugas Akhir
| 28
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Tempat Penyewan Selendang
Loker
Toilet
Parkir kendaraan
Bale Pesandekan Pemangku
Dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya dapat dilihat pada gambar 2.8 dan 2.9 :
Gambar 2.8: Fasilitas Restaurant dan Loket Tiket pada Objek Wisata Pura Tirta Empul Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Oktober 2015
Gambar 2.9: Fasilitas Parkir dan Pasar Seni Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Oktober 2015
3.
Sistem Pengelolaan Kawasan Pengelolaan pariwisata pada kawasan objek wisata Pura Tirta Empul
dikelola oleh pemerintah Kabupaten Gianyar dan dibantu oleh kecamatan Tampak Siring dan Desa Adat Manukaya. Untuk pengelolaan di dalam objek wisata ini juga terdapat ruang koordinasi bagi pengelola. Pengelolaan dari objek wisata ini juga sudah tersedia dengan cukup baik, dimana hal ini dapat dilihat dari kondisi Seminar Tugas Akhir
| 29
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
lingkungan yang cukup baik, selain itu antara areal suci dan wisata juga diberi pembatas untuk menjaga nilai kesakralan. Sistem pengelolaan kawasan dapat dilihat pada gambar 2.10 :
Gambar 2.10: Penanda sebagai Arah Tempat Tujuan dan Pembatas antara Areal Suci dan Wisata Sumber : Dokumentasi Pribadi, 22 Oktober 2015
2.5.2 Kawasan Cagar Budaya dan Wisata Religius Pura Taman Ayun Pura Taman Ayun merupakan salah satu cagar budaya yang masuk kedalam warisan dunia UNESCO yang teletak di Kabupaten Badung, tepatnya di kecamatan Mengwi. Pura Taman Ayun sendiri merupakan objek wisata Religius dan unsur nilai sejarah pada Pura ini juga masih cukup kental mengingat banyaknya peninggalan-peninggalan bersejarah pada masa kerajaan yang di areal ini. Suasana yang dihadirkan di Pura Taman Ayun juga cukup menenangkan dan pada areal ini juga dikelilingi taman yang cukup luas dengan penataan yang tertata dengan rapi seperti namanya, yaitu Pura Taman Ayun. Selain tamannya yang cukup luas, kita juga dapat melihat peninggalan arsitektur yang terdapat di kawasan ini, seperti kemegahan dari pura dan juga pahatan-pahatan seni dari zaman kerajaan serta adanya bangunan meru yang tinggi, yaitu ada yang sampai tumpang sebelas. 1.
Potensi dan Daya Tarik Daya tarik utama yang dimiliki oleh objek wisata Pura Taman Ayun adalah
keindahan arsitektur yang dimiliki serta keagungan dari peninggalan-peninggalan bersejarah dari kerajaan Mengwi. Selain itu suasana yang tenang, unik, dan Seminar Tugas Akhir
| 30
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
adanya unsur seni dan magis menjadi salah satu komponen yang menjadikan tempat ini banyak dikunjungi oleh wisatawan asing maupun lokal. Hal lainnya yang menjadi daya tarik pada objek wisata ini adalah perpaduan antara tempat ibadah dengan tempat rekreasi dan pada areal depan kawasan ini juga terdapat sebuah wantilan yang digunakan untuk memajang diorama dari kegiatan masyarakat pada zaman dahulu, selain itu juga banyak terdapat pepohonan yang tinggi dan rindang serta terdapat areal taman yang cukup luas seperti namanya, yaitu Pura Taman Ayun. Pura Taman Ayun juga dikelilingi oleh kolam yang cukup luas yang menyerupai danau dan banyak dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan memancing. Potensi wisata yang dimiliki oleh Pura Taman Ayun yang menjadikan kawasan ini menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi orang adalah sebagai berikut : A.
Bangunan Meru pada Areal Tempat Ibadah Di area tempat peribadahan terdapat sepuluh buah Meru yang menjadi ciri
khas Pura Taman Ayun sendiri, dimana Meru disini merupakan bangunan yang bersejarah peninggalan dari kerajaan Mengwi dan arsitekturnya juga terlihat sangat tradisional dengan pahatan-pahatan seni yang ada di dalamnya. Namun, wisatawan tidak dapat masuk langsung ke areal ini dikarenakan tempat dari Meru berada pada bagian sakral yang ada di Pura Taman Ayun yang digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah. Kondisi bangunan Meru dapat dilihat pada gambar 2.11 :
Gambar 2.11: Meru dan Bangunan Tempat Ibadah pada Pura Taman Ayun Sumber : Dokumentasi Pribadi, 25 Oktober 2015
Seminar Tugas Akhir
| 31
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
2.
Taman yang Cukup Luas Taman yang terdapat di kawasan Pura Taman Ayun cukup luas dan juga
banyak ditumbuhi pepohonan yang tinggi-tinggi dan juga cukup rindang, selain itu disekitar taman juga di tata dengan penataan beberapa buah gazebo yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk istirahat dan juga berteduh sambil melihat kondisi taman yang tertata dengan rapi dan juga susana yang cukup menenagkan. Pda tamannya sendiri dibatasi dengan pembatas supaya tman yang sudah tertata dengan rapi itu tidak dapat dirusak oleh pengunjung yang datang. Kondisi taman dapat dilihat pada gambar 2.12 :
Gambar 2.12: Taman pada Pura Taman Ayun Sumber : Dokumentasi Pribadi, 25 Oktober 2015
3.
Diorama Pada bagian depan kawasan Pura Taman Ayun atau dekat dengan pintu
masuk kawasan objek wisata ini terdapat sebuah wantilan yang digunakan untuk memajang diorama dari kehidupan masyarakat pada zaman dahulu, dan hal ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang serta bentuk dari wantilan itu sendiri juga memiliki arsitektur yang cukup khas dan menarik. Kondisi diorama dapat dilihat pada gambar 2.13 :
Gambar 2.13: Diorama pada Pura Taman Ayun Sumber : Dokumentasi Pribadi, 25 Oktober 2015
Seminar Tugas Akhir
| 32
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
2.
Fasilitas Pariwisata Pada kawasan objek wisata Taman Ayun fasilitas yang disediakan sudah
cukup baik, dimana beberapa fasilitas tersebut dapat mengakomodasi kegiatan pariwisata yang ada, dimana fasilitas-fasilitas tersebut dibangun oleh Puri Mengwi untuk menunjang kegiatan yang ada. Fasilitas-fasilitas yang disediakan ini beberapa ada yang disewakan untuk masyarakat setempat yang digunakan untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar kawasan Pura Taman Ayun. Fasilitasfasilitas yang disediakan seperti parkir dan juga kantin berada di luar areal Pura Taman Ayun sehingga tidak merusak pemandangan yang ada. Dan berikut merupakan fasilitas-fasilitas yang tersedia di Kawasan Pura Taman Ayun :
Tourism Information
Loket tiket
Bale Pesandekan
Ruang Pengelola
Gallery
Toilet
Parkir
Gazebo
Kantin/Cafetaria
Dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya dapat dilihat pada gambar 2.14 dan 2.15 :
Gambar 2.14: Fasilitas Kantin dan Parkir Sumber : Dokumentasi Pribadi, 25 Oktober 2015
Seminar Tugas Akhir
| 33
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Gambar 2.15: Fasilitas Loket Tiket dan Toilet Sumber : Dokumentasi Pribadi, 25 Oktober 2015
3.
Sistem Pengelola Kawasan Pengelolaan pariwisata pada kawasan objek wisata Pura Taman Ayun
ikelola oleh Puri Mengwi dan di bantu oleh desa setempat yang ada di Kecamatan Mengwi. Pada kawasan ini juga terdapat ruang pengelola yang dijadikan sebagai tempat koordinasi antara pegawai objek wisata dan pengelola. Pengelolaan dari objek wisata ini juga sudah dikelola dengan baik, dimana hal ini dapat dilihat dari kondisi lingkungan yang cukup baik dengan penataan taman tertata dengan rapi dan kebersihan lingkungan yang dijaga dengan baik, selain itu kesakralan dari areal suci juga masih terjaga dengan baik. Sistem pengelolaan kawasan dapat dilihat pada gambar 2.16 dan 2.17 :
Gambar 2.16: Kondisi Taman dan Ramps untuk Difable Sumber : Dokumentasi Pribadi, 25 Oktober 2015
Seminar Tugas Akhir
| 34
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Gambar 2.17: Fasilitas Tong Sampah dan Pedestrian Sumber : Dokumentasi Pribadi, 25 Oktober 2015
2.5.3 Kawasan Objek Wisata Pura Gunung Kawi, Tampak Siring Gunung Kawi Tampak Siring merupakan salah satu warisan dunia UNESCO yang ada di Bali, dimana objek wisata ini terletak di Kecamatan Tampak Siring Kabupaten Gianyar. Sama seperti Pura Tirta Empul yang samasama terletak di Kecamatan Tampak Siring, kawasan ini juga banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun Mancanegara. Hal menarik yang terdapat di tempat ini adalah terdapatnya Candi Tebing yang sudah berumur ratusan tahun dan menjadi salah satu bukti sejarah yang ada di tempat ini, selain itu jarak yang ditempuh untuk mencapai Candi ini juga cukup jauh sehingga cukup melelahkan untuk sampai ke areal Candi, namun hal ini akan terbayar lunas sesuadah sampai ke areal Candi karena kita dapat melihat pahatanpahatan Candi yang sangat menakjubkan, selain itu suasana yang ada juga cukup menenangkan sehingga sangat cocok digunakan untuk menghilangkan stress 1.
Potensi dan Daya Tarik Daya tarik utama yang terdapat pada objek wisata Gunung Kawi Tampak
Siring adalah Candi Tebing yang bersejarah, dimana candi ini merupakan merupakan bukti bahwa keindahan Bali tak hanya terletak pada alamnya yang menawan dan asri melainkan juga pada peninggalan sejarahnya yang cukup kental. Areal ini juga dilewati sungai Pakerisan yang memiliki sejarah yang cukup terkenal di Bali, dan kondisi dari sungai ini pun saat ini terjaga dengan baik sehingga banyak wisatawan yang turun ke sungai untuk sekedar berfoto ataupun menikmati jernihnya air yang mengalir. Seminar Tugas Akhir
| 35
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Selain wisata bersejarah yang ditawarkan pada areal ini, terdapat juga huntaian persawahan yang menghijau dengan teraserinnya dan terlihat cukup asri dan menawan sehingga banyak wisatawan yang singgah ke tempat ini sebelum mencapai areal Candi. Potensi wisata yang dimiliki oleh Gunung Kawi Tampak Siring yang menjadikan kawasan ini sebagai salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi orang adalah sebagai berikut : A.
Candi Tebing Daya tarik utama pada objek wisata ini adalah terdapatnya Candi Tebing
yang menjadi bukti sejarah atau menjadi peninggalan sejarah abad ke-11, dimana kompleks Candi ini merupakan areal pemakaman keluarga raja pada zaman dahulu. Pahatan-pahatan pada Candi pun memiliki nilai seni yang cukup tinggi sehingga tidak heran wisatawan banyak datang ke areal ini. Kondisi candi tebing dapat dilihat pada gambar 2.18 :
Gambar 2.18: Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Sumber : Dokumentasi Pribadi, 28 Oktober 2015
B.
Areal Persawahan Selain pemandangan indah pada Candi Tebing yang dimiliki kawasan
Gunung Kawi Tampak Siring, Kawasan ini juga memiliki areal persawahan yang indah, dimana areal persawahan ini berada disekitar kawasan Pura dan Candi Tebing. Persawahan yang ada juga menggunakan sistem terasering yang tentunya juga menambah kesan indah dan asri pada kawasan ini. Areal persawahan dapat dilihat pada gambar 2.19 :
Seminar Tugas Akhir
| 36
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Gambar 2.19: Areal Persawahan pada Gunung Kawi Tampak Siring Sumber : Dokumentasi Pribadi, 28 Oktober 2015
C.
Pasar Seni Di kawasan Gunung Kawi Tampak Siring terdapat pasar seni yang letaknya
berdekatan dengan parkir pengunjung, pada areal pasar seni disini banyak menjual kerajinan tangan, yaitu berupa kerajinan tulang dan batok kelapa. Selain itu areal ini juga menjadi alternatif bagi wisatawan yang datang ke Gunung Kawi Tampak Siring untuk membeli oleh-oleh khas Bali. Pasar seni dapat dilihat pada gambar 2.20 :
Gambar 2.20: Areal Pasar Seni pada Gunung Kawi Tampak Siring Sumber : Dokumentasi Pribadi, 28 Oktober 2015
2.
Fasilitas Pariwisata dan Religi Di kawasan objek wisata cagar budaya Gunung Kawi Sebatu terdapat
beberapa fasilitas yang dapat mengakomodasi kegiatan pariwisata dan religi. Selain itu, di tempat ini fasilitas parkir dipisahkan antara kendaraan roda empat
Seminar Tugas Akhir
| 37
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
dan dua. Dan berikut merupakan beberapa fasilitas-fasilitas yang terdapat pada kawasan objek wisata cagar budaya Pura Tirta Empul :
Pasar Seni
Restaurant
Tourism Information
Loket Tiket
Tempat Penyewan Selendang
Toilet
Parkir kendaraan
Dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya dapat dilihat pada gambar 2.21 dan 2.22 :
Gambar 2.21: Fasilitas Parkir dan Restaurant Sumber : Dokumentasi Pribadi, 28 Oktober 2015
Gambar 2.22: Fasilitas Toilet dan Pasar Seni Sumber : Dokumentasi Pribadi, 28 Oktober 2015
3.
Sistem Pengelolaan Kawasan Pengelolaan pariwisata pada kawasan objek wisata Gunung Kawi tampak
Siring dikelola oleh pemerintah Kabupaten Gianyar dan dibantu oleh kecamatan Tampak Siring.. Pengelolaan dari objek wisata ini juga sudah tersedia dengan Seminar Tugas Akhir
| 38
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
cukup baik, dimana hal ini dapat dilihat dari kondisi lingkungan yang cukup baik, selain itu kawasan Candi Tebing juga dijaga dengan baik agar tidak terjadi kerusakan. Sistem pengelolaan kawasan dapat dilihat pada gambar 2.23 dan 2.24
Gambar 2.23: Fasilitas Tong Sampah dan Kondisi Kawasan Candi Tebing Sumber : Dokumentasi Pribadi, 28 Oktober 2015
Gambar 2.24: Jalur Pedestrian dan Penanda pada Objek Wisata Gunung Kawi Tampak Siring Sumber : Dokumentasi Pribadi, 28 Oktober 2015
Seminar Tugas Akhir
| 39
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Eksisting Tinjauan Objek Sejenis, Pura Tirta Empul Bale Pesandekan Pemangku
Loker
Bale Pesandekan Pasar Seni
Parkir
Pancoran/Genah Melukat
Loket Tiket & Tourist Information Pura Tirta Empul
Toilet Koprasi & Restaurant
Seminar Tugas Akhir
Penyewaan Selendang
| 40
Ekowisata Cagar Buda ya G unun g Ka wi Sebatu, G ianyar
Seminar Tugas Akhir
| 60