Kerajinan Kain Tenun Rangrang Dusun Karang, Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Bali (Pemertahanan, Proses Pembuatan) Potensinya Sebagai Sumber Belajar Ips Di Smp
OLEH : I KOMANG WISUJANA PUTRA 1014021034
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014
1
Kerajinan Kain Tenun Rangrang Dusun Karang, Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Bali (Pemertahanan, Proses Pembuatan Dan Potensinya) Sebagai Sumber Belajar Ips Di Smp I Komang Wisujana Putra, Dr. I Wayan Mudana, M.Si, Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected], pembimbing1, pembimbing2}@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Latar belakang masyarakat Dusun Karang, Desa Pejukutan mempertahankan usaha kerajinan Tenun Rangrang, (2) Sistem Produksi usaha kerajinan tenun rangrang, (3 Potensi kerajinan Tenun Rangrang di Dusun Karang, Desa Pejukutan sebagai Sumber Pembelajaran IPS di SMP. Langkah-langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu 1) Teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, dan studi dokumen) 2) Analisis data, 3) Penulisan hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan (1) Pemertahanan usaha kerajinan tenun Rangrang dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu ; meningkatkan pendapatan keluarga, melestarikan warisan dari kebudayaan leluhur, faktor lingkungan dan pendidikan non formal ;2) sistem produksi meliputi : Alat, bahan dan tenaga kerja. Alat yang digunakan adalah tenun cagcag, Bahan yang dipergunakan: benang metris dan rayon, pewarna alami menggunakan daun tarum, daun jati, kulit kayu (jamblang, mangga, kepundung/menteng, mengkudu),dan kayu secang/sepang, penguat warna alami digunakan tunjung/mimusops elengi, kapur tohor/calcium carbonate, dan tawas/ potasium alum sulfide), sedangkan pewarna kimia menggunakan pewarna direk dan nandrin, serta metanol sebagai penguat pewarna kimia; (3) Aspek yang terdapat pada kerajinan Tenun Rangrang sebagai sumber belajar meliputi: Aspek ketekunan, Aspek sumber daya alam dan aspek kewirausaha. Kata kunci: pemertahanan, Tenun Rangrang, produksi, sumber belajar, IPS, SMP Abstract This study aimed to determine describing (1) The background of Dusun Karang community, Pejukutan village in preserving handicraft of Tenun Rangrang, (2) The production system of handicraft of Tenun Rangrang, (3 The potential of handicraft of Tenun Rangrang, Pejukutan village as social learning resources of social study in SMP. The steps of which are used to collect data: 1) data collection technique (observation, interviews, and studies document) 2) data analysis, 3) Writing research results. The result of the study indicates 1) The preserving of Tenung Rangrang handicraft’s business is affected by several factors, namely; increasing family income, preserving the cultural heritage of the ancestors, environmental factors and non formal education faktor; 2) the production system includes: equipment, materials and labors. The tools which is used is the Tenun Cagcag, the materials used: metric and rayon yarn, natural dyes using Tarum leaf, teak leaves, bark (jamblang, mango, kepundung, Morinda citrifolia), and a Sepang wooden, natural color boosters which are used namely lotus / mimusops elengi, calcium oxide / calcium carbonate, and alum / alum potassium sulfide), while the use of chemical are direk and dyes Nandrin, and methanol as a chemical dye amplifier; (3) the aspects which are contained in Tenun Rangrang as a learning resource include: Aspects of preseverance, Aspects of natural resources and personal business aspects. Key Words: preservance, Tenun Rangrang, production, learning resources, IPS, junior high school
2
PENDAHULUAN Bali terkenal akan kreativitas dalam mengembangkan berbagai karya seni. Kesenian yang tumbuh di Bali beragam jenisnya, sebagai hasil olah budaya masyarakat yang hidup di suatu Desa sesuai dengan adat istiadat dan kondisi lingkungan masing-masing. Bahkan karena kekayaannya akan seni, Bali juga sering diberi julukan sebagai “Pulau Kesenian” (Kartodirdjo, 1987: 47). Berpijak pada hal tersebut maka dalam setiap karya seni yang di hasilkan selalu erat kaitannya dengan nilai – nilai tidak saja nilai estetika tetapi juga nilai ekonomi dan nilai sosial. Keberadaan karya seni sebagai suatu dari kebudayaan sebagai suatu pola perilaku dan pola untuk berprilaku melekat padanya. (Geert, dalam Arnaya,2011:12). Salah satu hasil kerajinan yang menjadi ciri khas masyarakat Bali adalah kerajinan tenun.Kerajinan tenun tumbuh dan berkembang dengan sendirinya seirama dengan peradaban manusia dan kebudayaan daerah setempat.Kain tenun bukan hanya buah kerajinan turun – temurun bagi masyarakat, melainkan juga bentuk identitas kultural dan artefak ritual yang terus berkembang sebagai komoditas berbasis budaya.Beberapa daerah di Bali memiliki kain tenun dengan ciri khas tersendiri, baik dari segi motif hias, jenis benang yang digunakan, maupun pewarna (Kahlenberg, 1977, h.5 – 8). Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini banyak bermunculan produk tenun yang
terbuat dari pabrik dengan menggunakan peralatan canggih sehingga hasil produksinya dikatakan lebih berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau. Proses produksi dengan menggunakan pabrik tidak menyita waktu yang cukup lama dan hasil produksinya lebih banyak dibandingkan dengan peralatan tradisional. Walaupun demikian di Bali Kerajinan tenun tradisional masih tetap bertahan sampai sekarang. Seperti di Desa Jineng Dalem yang terkenal dengan kain songketnya, kota Jembrana yang terkenal dengan kain songketnya, Kota Klungkung yang terkenal dengan kain songket Gelgel dan juga Kota Karangasem yang terkenal dengan kain songket Sidemen yang bertahan dan berkembang sampai sekarang. Alat yang digunakan untuk mengerjakan kain tenun tersebut berupa alat tradisional yakni Cag – Cag, atau sering dikatakan dengan sebutan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).ATBM yaitu alat yang digunakan untuk menenun yang tidak menggunakan tenaga mesin melainkan menggunakan peralatan kayu yang tradisional. Disamping kota-kota tersebut, kerajinan tenun juga di temukan di Desa Pejukutan. Berdasarkan data – data yang ditemukan di Desa Pejukutan terdapat usaha kerajinan Tenun yaitu usaha kerajinan Tenun Rangrang. Kain tenun ini memiliki keunggulan warna yang beragam dan menarik. Ciri tenun Rangrang Desa Pejukutan, yakni pada bagian tengah
3
kain di beri beragam motif, antara lain saksak bunga tunjung, angket rumput, dan pohon cemara. Sedangkan pada pinggirannya sering di beri hiasan berupa motif kumpulan bunga julit, daun bakung, kupu-kupu, dan hiasan katak. Keunikan dari kain tenun rangrang ini adalah selalu terdapat garis putih (Sekapur Sirih Cepuk & Rangrang,2013 :17). Kain Tenun Rangrang merupakan hasil karya nenek moyang mereka dan telah diwariskan secara turun temurun ke anak keturunannya.Hampir sebagian besar masyarakat disana bisa menenun kain tenun Rangrang.Kain Tenun Rangrang merupakan salah satu jenis olahan tesktil masyarakat khas Nusa Penida yang berbeda dengan jenis kain lainnya yang ada di Bali seperti, Endek, Songket, Parada, Poleng dan Batik. Kerajinan Tenun Rangrang di Dusun Karang, Desa Pejukutan ini juga diharapkan kedepannya dapat dijadikan sebagai sumber dalam pelaksanaan Pembelajaraan IPS di SMP. Dan nilai – nilai kebudayaan yang ada didalam alat – alat yang digunakan dalam proses pembuatan kerajinan tenun Rangrang sangat penting untuk digunakan jika dihubungkan dengan kurikulum 2013 SMP kelas VII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa masyarakat Desa Pejukutan, Dusun Karang mempertahankan usaha kerajinan tenun Rangrang, untuk mengetahui sistem produksi usaha kerajinan Tenun Rangrang Dusun Karang, Desa pejukutan, dan untuk mengetahui Potensi Kerajinan Tenun Rangrang di Dusun Karang, Desa Pejukutan sebagai Sumber Pembelajaran IPS di SMP.
Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini menyangkut pemertahanan usaha kerajinan tenun. Dalam proses pemertahanan dan pewarisan kerajinan tenun dapat dilakukan melalui proses sosialisasi. Horton dan Hunt memberi batasan sosialisasi sebagai “suatu proses dengan mana seseorang menghayati (mendarah dagingkan, internalize norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbulah “diri yang unik.” Sedangkan menurut David A. Goslin, sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai – nilai dan norma – norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya. (Damsar, 2011: 66). Dari kedua definisi diatas dapat di simpulkan bahwa terdapat dua hal penting dalam suatu proses sosialisasi yaitu pertama, tentang proses yaitu suatu transmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma, dan prilaku esensial. Kedua, tentang tujuan yaitu sesuatu yang diperlukan agar mampu berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan dapat melalui beberapa agen sosialisasi yaitu: (1). Keluarga, Menurut Duvall dan Logan (dalam Damsar, 2010: 67) “Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (2). Teman Pergaulan atau masyarakat,Menurut Andi Mappiare
4
(1982: 157) “kelompok teman beregaul merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya”.(3).Lembaga Pendidikan Pendidikan Informal adalah proses yang berlangsung sempanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari – hari.
Nusantari. (3) Instrumen Penelitian. instrumennya adalah peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data utama, karena peneliti yang memahami secara mendalam tentang objek yang dikaji; (4) Teknik Pengumpulan Data. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga teknik yaitu teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen; (5) Teknik Pengelolahan Data / Analisis Data (Bungin, Burhan 2011:64).
Kajian teori yang digunakan dalam penelitian juga menyangkutsistem produksi hasil usaha kerajinan. Menurut Asyari (1999: 12) Sistem Produksi adalah suatu usaha yang dapat menghasilkan jumlah produksi selama satu tahun akan dapat distribusikan ke dalam masing – masing bulan, minggu, dan hari secara berkala. (Chourmain dan Prihatin, 1994:4)Hal – hal yang menjadi kajian dalam proses produksi meliputi (1) faktor produksi Alam (2) faktor produksi SDM dan ; (3) faktor produksi Modal.
HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Masyarakat Desa Pejukutan mempertahankan Kerajinan Tenun Rangrang Latar Belakang Masyarakat Desa Pejukutan mempertahankan Kerajinan Tenun Rangrang antara lain; (1) Melestarikan warisan dari kebudayaan leluhur. Masyarakat Desa Pejukutan sebagai pengerajin tenun sejak kerajaan majapahit sebagai adat kebersamaan untuk memperlihatkan keagungan seorang nenek moyang yang sudah meninggal dengan abadi, dan sebagai rasa nasionalisme terhadap leluhur kita yang seorang pengerajin;
METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif diantaranya terdapat (Suharsaputra, 2012 :181) : (1) teknik penentuan lokasi penelitian. Lokasi yang dituju yaitu Dusun Karang, Desa Pejukutan karena merupakan tempat awal berkembangnya dan pusat kerajinan tenun Rangrang di Desa Pejukutan; (2) teknik penentuan informan. Informan yang dituju untuk memperoleh data yakni I wayan sukerta, Ni Wayan Witri, I Wayan Pica, Ni Ketut Niyob, Ni Nyoman Suci, dan Ni Luh
Gambar 4.4 Wawancara dengan mangku linggih desa Pejukutan
5
diperoleh dari penjulannya sangat tinggi dan dari segi bahan – bahan yang digunakan untuk untuk membuat benang dan pewarna bisa diperoleh dari kebun masyarakat sendiri; Dari hasil wawancara yang di lakukan dengan salah satu pengerajin tenun Rangrang yang ada di Desa Pejukutan yakni Ni Wayan Witri yang mengungkapkan bahwa : saya menekuni usaha kerajinan Tenun Rangrang ini karena berdasarkan pada pendapatan yang diperoleh dari usaha ini lumayan besar. Selain itu bahan-bahan yang saya butuhkan dalam proses menenun sangat mudah saya dapatkan karena bahan – bahan untuk membuat benang tersebut banyak terdapat di kebun tetapi jika bahan-bahan yang tersedia di kebun sudah tidak mencukupi saya akan membeli bahan-bahan yang sudah jadi yang tinggal diolah menjadi kerajinan Tenun.
Sumber: Dokumentasi Ikomang Wisujana Putra, 2014 (2) faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksud yaitu faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan sosial. Lingkungan alam seperti bahanbahan pewarna yang digunakan dalam proses menenun sangat mudah didapatkan yang bersumber dari dikebun masyarakat itu sendiri. Sedangkan lingkungan sosial seperti masyarakat desa Pejukutan mayoritas sebagai pengerajin tenun Rangrang. (3) Lembaga pendidikan non formal. Lembaga pendidikan biasanya dijadikan sebagai proses transformasi nilai untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai dan sikapnya, serta keterampilannya (Damsar 2010:72). Sistem pewarisan kerajinan tenun Rangrang bisa dilakukan melalui proses lembaga pendidikan non formal. Cara atau metode yang dilakukan oleh pengerajin untuk mewariskan kerajinan tenun Rangrang yaitu dengan metode cerama didalam keluarga. Metode ceramah yang dilakukan dalam keluarga dengan menjelaskan kepada anak atau anggota keluarga lainnya, bagaimana proses pembuatan, bahan- bahan dan alat-alat apa saja yang digunakan dalam proses menenun kerajinan tenun Rangrang. (4) membantu meningkatkan pendapatan keluarga. Masyarakat desa Pejukutan menekuni usaha kerajinan tenun Rangrang karena keuntungan yang
Sistem Produksi Alat dan bahan yang terdiri atas beberapa bagian alat jika disatukan akan menjadi alat tenun tradisional cagcag.
Foto 1.Penggunaan alat tenun cagcag (Foto oleh I Komang Wisujana Putra, 2014)
Keterangan: f
6
Palet
l. Pelutlutan
g Batis Cagcag m. Benang Guun h Bungan Cagcag n Belida i Pandalan o. Serat j. Sipsip p. Apit k. Bumbungan q. Por Adapun alat-alat yang digunakan dalam produksi kain tenun Rangrang dengan cagcag antara lain; (1) Undar adalah alat yang digunakan untuk merentangkan benang lungsinyang kemudian di ikatkan pada ulakan yang terpasang pada pegrerekan;
Foto 10.Lihingan (Foto oleh I Komang Wisujana Putra, 2014)
(4)Ulakan adalah alat tenun yang terbuat dari bambu buluh yang dipotong berukuran satu jengkal atau lebih. Fungsi dari ulakan adalah sebagai tempat menggulung benang lungsin yang akan mengalami proses nganyinin, dan menggulung benang pakan sebelum dipindahkan pada palet.; (5)Penganyinan adalah alat yang terbuat dari kayu berukuran panjang, pada bagian ujungnya terdapat tiang-tiang yang berfungsi untuk mengukur benang dan beberapa jumlah kain yang akan ditenun; (6) Palet adalah alat tenun yang digunakan untuk tempat menggulung benang pakan. Palet berbentuk pipih terbuat dari bambu yang dihaluskan.Namun karena faktor kenyamanan dan keawetan penenun saat ini beralih menggunakan pipa paralon yang dipipihkan; (7) Bungan cagcag, yaitu dua buah kayu yang berdiri di atas batis cagcag.Bungan cagcag inilah yang berbunyi pada saat proses menenun karena bungan cagcag dan pandalan saling berbenturan; (8) Pandalan adalah potongan kayu yang berbentuk persegi panjang. Pandalan ini diletakan pada bungan cagcag yang berfungsi untuk menggulung benang lungsin yang sudah dianyinin dan dicukcuk.Pandalan biasanya dibungkus dengan koran agar benang lungsin tidak mudah putus. (9) Sipsip adalah alat tenun yang terbuat dari
Foto 2.Undar (Foto oleh I Komang Wisujana Putra, 2014)
(2)Pengrerekan/pengretekan adalah alat tenun yang berfungsi untuk memutar ulakan yang akan digulung dengan benang lungsin yang sebelumnya direntangkan pada undar;
Foto 3.Pengrerekan/pengretekan (Foto oleh I Komang Wisujana Putra, 2014)
(3)Lihingan adalah alat yang digunakan untuk menempatkan ulakan pakan secara berjejer kemudian benang pada ulakan pakan digulung pada palet;
7
kayu atau bambu yang berbentuk penggaris. Fungsi alat ini sebagai alat bantu pada saat nyuntik dan nyasah; (10) Bungbungan adalah potongan bambu panjang yang pada salah satu ujungnya dibuat runcing untuk mempermudah penenun memasukan benang pakan pada persilangan benang lungsin (ada juga dibuat datar kedua sisinya); (11) Pelutlutan/geligik adalah sepotong kayu yang digunakan untuk menggantung benang guun (ukuran benang guun lebih besar dari benang mesin). Benang ini berfungsi untuk membuat persilangan benang lungsin dengan cara mengangkat benang guun atau pelutlutan; (12) Benang guun adalah sejenis benang nilon yang lebih besar dari benang mesin. Benang ini berfungsi membuat persilangan atau mengikat benang lungsin dengan mengangkat benang guun ini yang telah digantungkan pada pelutlutan; (13) Belida merupakan potongan kayu yang berbentuk pipih memanjang.Pada ujung-ujungnya dibuat runcing supaya mudah masuk disela-sela benang lungsin, belida dibuat halus dan selicin mungkin.Belida digunakan untuk menekan serat agar merapat ke tenun sehingga tenunan menjadi tebal dan merata; (14) Serat adalah bagian alat tenun yang dibuat dengan bambu yang menyerupai sisir;
(15) Apit-apit merupakan alat penggulung kain yang sudah ditenun; (16) Por adalah alat tenun yang berbentuk busur panah yang dibagian tengah dibentuk sedemikian rupa agar pas dengan ukuran pinggang si pengerajin, ukuran panjang por sesuai dengan apit-apit; (17) Sihidan merupakan kentongan yang panjangnya satu ruas bambu, kemudian di tengahnya terdapat lubang berbentuk persegi panjang; (18) Tundak merupakan peralatan tenun yang terbuat dari bambu atau buluh yang lubangnya dibiarkan sebagai tempat pakan untuk dimasukan pada benang lungsin; (19) Sumpil merupakan alat yang terbuat dari belahan bambu dibuat bulat dan dililit dengan benang; (20) Meteran adalah alat untuk mengukur kain yang biasanya dipakai oleh tukang jahit (21) Gunting merupakan salah satu jenis alat potong. Bahan Kain Tenun Rangrang Beberapa bahan yang dipergunakan dalam pembuatan kerajinan tenun, antara lain: benang (benang bahan alami dan benang sintetis), pewarna (pewarna alami: padang tahum/tarum, daun jati, kulit kayu jambu mente, kulit kayu jamblang, kulit kayu mangga, kunyit, babakan kepundung/menteng, babakan kayu secang, dan pewarna sintetis terdiri dari pewarna direk, dan metanol).
Foto 25.Serat (Foto oleh I Komang Wisujana Putra, 2014)
Foto 30.Babakan poh (Foto oleh I Komang Wisujana Putra, 2014)
8
menenun(Sekapur Sirih Rangrang. 2013 :20)
Proses Pembuatan Kain Tenun Rangrang Proses pembuatan kain tenun rangrang melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut; (1) Pembuatan benang.Adapun proses pembuatan benang oleh penenun kain rangrang di Desa Pejukutan yaitu penyikatan, penyisiran, pemintalan, penganjian; (2) Pewarnaan. Dalam sistem pewarnaan kain tenun rangrang ada dua proses pewarnaan, yaitu pewarnaan bahan alami dan kimia. Adapun Proses pewarnaan alami adalah antara lain: penyacahan/pemotongan, perebusan, penyaringan, penyeluban, fiksasi dan penirisan.
Cepuk
&
Foto Ngeliying (Foto oleh I Komang Wisujana Putra, 2014)
Motif Hias Yang Terdapat Pada Kain Tenun Rangrang Perajin tenun rangrang di Desa Pejukutan secara turun-temurun telah membuat beberapa jenis motif tenun rangrang, antara lain: motif hias wajik, motif hias iled, motif hias bianglala, motif hias jalur, motif hias porosan, motif hias skoci, motif hias gablak, motif hias silang, motif hias taji, dan motif hias sirang. Motif Pinggiran Dalam kain tenun rangrang hanya terdapat satu jenis motif pinggiran, yaitu motif pinggiran gunung.Motif pinggiran gunung tersusun atas bentuk giometris segitiga yang berbentuk gunung. Motif ini biasanya dipergunakan pada motif utama seperti motif wajik, iled, porosan, silang, bianglala, gablak, sirang, taji, dan skoci.
Foto peyceluban (Foto oleh I Komang Wisujana Putra, 2014)
Adapun proses pewarnaan kimiaantara lain: perebusan, penceluban, penguatan warna dan penirisan. Proses Penenunan Setelah benang melalui proses pewarnaan, proses selanjutnya, yaitu proses penenunan. Untuk penggunaan benang sintetis berwarna tidak melalui tahapan pertama (pembuatan benang) dan kedua (pewarnaan). Berikut ini tahap-tahap penenunan antara lain: ngeliying, Benang lungsin, benang pakan, nganyinin, nyucuk, nyahsah,
Motif Utama Kain rangrang memiliki motif hias yang sangat sederhana. Adapun motifmotif tenun rangrang, antara lain; (1) Motif Wajik; (2) Motif iled (berasal dari asal kata ilud yang berarti
9
membengkokkan) tersusun dari beberapa gabungan garis zig-zag yang disusun sedemikian rupa; (3) Motif bianglala merupakan motif pengembangan dari motif wajik yang digabungkan dengan motif iled; (4) Motif Jalur yaitu motif dengan pola vertikal (disusun dengan beberapa garis vertikal dengan jarak tertentu sehingga menjadi satu kesatuan motif jalur) yang pada penerapan motif hiasnya diselingi dengan motif hias wajik;
Dalam pola pemasaran tidak langsung, pemilik usaha Kerajina Tenun Rangrang memasarkan produk ke pengepul di desa kota dalam bentuk kodi. Dan dari pengepul, hasil produksi kerajinan baru dipasarkan kepada konsumen. Pola pemasaran langsung merupakan suatu pola pemasaran yang digunakan pengusaha kerajinan tenun Rangrang yang secara langsung memasarkan kerajinannya kepada konsumen, jika konsumen mendatangi langsung ketempat usaha kerajinan Rangrang dan menjajakan hasil produksinya di depan rumah.
Potensi Kerajinan Tenun Rangrang di Dusun Karang, Desa Pejukutan Sebagai Sumber Pembelajaran IPS di SMP Kerajinan Tenun Rangrang tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk bersembahyang saja tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar IPS di SMP. Berdasarkan potensi yang dimiliki kerajinan Tenun Rangrang sebagai sumber belajar memungkinkan bisa diterapkan dipembelajaran IPS sebagai salah satu kurikulum pendidikan di sekolah.Pendekatan yang dapat diterapkan adalah pembelajaran IPS berbasis lingkungan sekitar. Dalam kurikulum 2013 yaitu menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap karya yang dihasilkan oleh leluhur kita. Berdasarkan hal tersebut maka diharapkan dengan penulisan ini akan memberikan sebuah alternatif dalam pembelajaran IPS kelas VII di SMP. Beberapa aspek yang terdapat pada
Foto Motif jalur (Foto oleh I Komang Wisujana Putra, 2014)
(5)Motif porosan merupakan motif yang disusun oleh bentuk yang menyerupai porosan; (6)Motif gablag hampir sama dengan motif wajik namun pada aplikasinya motif gablag memiliki ukuran yang lebih besar; (7) Motif silang yang tersusun sedemikian rupa sehingga menjadi motif dengan bentuk menyilang (X); (8) Motif taji merupakan motif yang disusun oleh bentuk yang menyerupai taji (taji adalah salah satu peralatan yang digunakan dalam sabung ayam); (9) Motif sirang hampir sama dengan motif taji. Sistem Pemasaran kerajinan Tenun Rangrang Pemasaran hasil kerajinan tenu Rangrang dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Pola Pemasaran tidak langsung; dan (2) pola pemasaran langsung.
10
proses pembuatan kain tenun diantaranya; (1) Aspek ketekunan; (2) Aspek Pengetahuan Tentang Sumber Daya Alam; (3) Aspek Kewirausahaan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan I Nyoman Mara, S.pd (45 tahun) guru IPS di SMP N 2 Nusa Penida mengatakan bahwa seperti yang kita ketahui tatkala pembuatan kain tenun Rangrang ini proses pembuatannya sangat rumit dan dibutuhkan keseriusan, kesabaran dalam proses pembuatannya sehingga menjadi kain tenun yang menarik. Dalam pembelajaran IPS jika dikaitkan dengan siswa, maka aspek ketekunan juga menjadi salah satu syarat dalam proses belajar mengajar, karena dengan ketekunan materi sesulit apapun pasti bisa dipahami. Dengan paham maka siswa tersebut pasti sukses dalam mempelajari suatu materi tertentu. Adapun aspek-aspek yang terdapat pada proses pembuatan kain tenun dijadikan sebagai sumber belajar IPS berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang diterapkan dalam kurikulum 2013 pada mata IPS di tingkat SMP.
kebertahanan suatu usaha kerajinan yakni (1) Dapat Meningkatkan Pendapatan Keluarga (2) Melestarikan Warisan Dari Kebudayaan Leluhur, dan (3) Faktor Lingkungan. Pada umumnya cara menenun kain di Bali mempergunakan seperangkat alat-alat sederhana yang disebut dengan istilah “cagcag”. Alat tenun tradisional mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan alat tenun mesin, terutama dalam pembuatan tenun Rangrang.Adapun alat-alat yang digunakan dalam produksi kain tenun Rangrang dengan cagcag adalah sebagai berikut: undar, Pengrerekan/Pengretekan Lihingan Ulakan, Penganyinan, Palet batis cagcag Bungan Cagcag/Cagak pandalan,sipsip, Bumbungan, Pelutlutan/geligik, Benang Guun Belida Serat,apit Sihidan por, Tundak,sumpil,meteran dan Gunting. Aspek-aspek yang terdapat pada proses pembuatan kerajinan tenun rangrang yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar adalah aspek pengetahuan tentang sumber daya alam, aspek ketekunan dan aspek kewirausahan dengan jalan menyertakan topik tentang proses pembuatan dan kebertahanan usaha kerajinan tenun rangrang di Desa Pejukutan Dusun Karang,Nusa Penida,Klungkung dalam RPP IPS Kelas VII semester Genap
SIMPULAN Bertahannya suatu usaha kerajinan Rangrang di Desa Pejukutan, Dusun Karangdidasarkan atas faktor modal, alat, dan bahan yang digunakan untuk untuk usaha kerajinan Tenun Rangrang mudah dijangkau. Karena keberadaan modal, alat, bahn baku menentukan bertahanya suatu usaha kerajinan Tenun Rangrang. Selain ketiga faktor tersebut diatas yang menentukan kebertahanan suatu usaha kerajinan Tenun Rangrang, juga terdapat beberapa faktor lainnya yang nendorong
DAFTAR PUSTAKA Asyari,Agus.1999. Manajemen Pemasaran Dan Sistem Produksi. Yogyakarta: BPLE Bungin, Burhan 2011 Metode Penelitian Kuantitatif, Surabaya: Kencana
11
Chourman, Iman dan Prihatin. 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi,Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Tim Penyusun Sekapur Sirih Cepuk & Rangrang. 2013.Sekapur Sirih Cepuk & Rangrang. Denpasar: Bayangkari Daerah Bali.
Damsar, (2010), “Pengantar Sosiologi Pendidikan, Padang : Kencana
Suharsaputra, Uhar, (2012) Metode Penelitian, Bandung: PT Refika Aditama
Gede Arnaya, I wayan. 2011 industri kerajinan tenun cepuk di desa tanglad, klungkung Bali, dilampirkan)
Undiksha
Wawancara dengan I Nyoman Mara,S.Pd tanggal 24 April 2014 Wawancara dengan Wayan Witri, tanggal 10 April 2014
(tidak
Kartodirjo, sartono.1978 Kebudayaan pembangunan dalam perspektif sejarah. Yogyakarta: gajah mada university Press. Kahlenberg Mary Hunt : Textile traditions of Indonesia, Los Angeles country Museum of Art, California, 1977.
12