PEWARNA ALAMI KAIN TENUN DESA SERAYA TIMUR, KARANGASEM I Kadek Susila Priangga¹, Agus Sudarmawan¹, I Gusti Ngurah Sura Ardana² 123
Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected]¹,
[email protected] om¹,
[email protected]²}@undiksha.ac.id Abstrak Desa Seraya Timur terletak di ujung timur pulau Bali, berlokasi di ujung timur Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Sampai sekarang penggunaan bahan alami sebagai pewarna benang kain tenun dan pembudidayaan tanaman penghasil warna membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui tentang (1) alat dan bahan yang digunakan untuk pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem, (2) Proses pewarnaan kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem. Objek penelitian adalah pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) pendokumentasian dan (4) kepustakaan, untuk mendapatkan data yang diperlukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1)Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pemvuatan warna alami menggunakan alat sederhana yang masih tradisional dan bahan utama penghasil warna alami berasal dari tumbuhan tarum, pinang, mengkudu, delima, sidawayah dan secang dan juga menggunakan bahan lain seperti karat (2) Proses pembuatan pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem menggunakan dua cara yaitu melalui proses ekstraksi dan fermentasi. Kata kunci: kain tenun, pewarna alami. Abstract EastSeraya Village located at the eastern most of Baliisland, at the eastern most of Karangasem District, Karangasem Regency. Until now, the using of natural materials for coloring the woven cloth and the cultivating of natural color materials plants makes researcher intersted for studying if futher. This research is a qualitative descriptive which aims for (1) the tools and materials used tocoloring the woven cloth EastSeraya Village, Karangasem Regency,(2) The process of coloring the woven cloth in East Seraya Village, Karangasem Regency.Object of this research is the natural material color of woven cloth in East SerayaVillage, Karangasem Regency.Thetechnique used in this research is (1) observation, (2) interviews, and (3) documentation and (4) literature, to obtain the necessary datas. The results of this research is(1) the tools and materials used in process of making a natural color materials are still simple and traditional. And the main natural color are produced from tarum plant (indigofera tinctoria), palm, noni, pomegrade, sidawayah (woodfordia floribunda salibs), secang (caelapinia sappan), and also use other natural color such as iron stain. (2) the process of natural color making for coloring the woven
cloth in East Seraya Village, Karangasem Regency, used two technique such as , extraction process and fermentation process. Keywords: woven cloth, natural color.
PENDAHULUAN Kriya tekstil berhubungan erat dengan kain. Kain merupakan bahan dasar pembuatan karya kriya tekstil, yang nantinya akan dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi barang siap jual di pasaran. Istilah tekstil sangat luas mencakup berbagai jenis kain yang dibuat dengan cara ditenun, diikat, dipres, dan berbagai cara lain yang dikenal dalam pembuatan kain (Budiyono, 2008). Proses pembuatan kain pada umumnya dari pemilihan serat kemudian dipintal agar menghasilkan benang panjang untuk ditenun atau dirajut sehingga menghasilkan kain sebagai barang yang sudah jadi. Tenun di Indonesia menjadi sebuah warisan budaya yang secara turun temurun dilanjutkan kelestariannya di daerahdaerah penghasil tenun.Setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing yang memperlihatkan motif asli daerah tersebut.Tenun menjadi produk yang sangat digemari semua kalangan, baik itu dari segi bentuk, warna,motif, kegunaandan sumber warna dalam pewarna benang sebelum proses penenunan yang cukup lama serta alat tenun yang digunakan. Tenun merupakan karya warisan budaya bangsa Indonesiayang telah mengalami perkembangan seiring dengan perjalanan waktu.Perkembangan itu dapat berupa pewarna benang yang digunakan, kualitas benang yang digunakan, alat tenun yang dipakai, dan kegunaan kain tenun tersebut.Perkembangan tersebut terjadi karena begitu menariknya tenun di pasaran dan jumlah produksi yang begitu banyak. Menurut Setyawardhani (2009) kurang optimalnya pengolahan air limbah industri tekstil yang menggunakan zat pewarna sintetis jika dibuang ke sungai maka air sungai menjadi tercemar dan tidak dapat dimanfaatkan lagi.Ia lebih lanjut
menyatakan bahwa saat ini air sungai yang telah tercemar dapat meresap ke sumursumur penduduk yang merupakan sumber air utama untuk keperluan seharihari.Sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan pemanfaatan produk ramah lingkungan, pemanfaatan sumbersumber pewarna alami yang dulu sempat ditinggalkan kembali dilakukan. Di ujung timur Pulau Dewata, sebuah Desa terpencil di Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem terdapat sebuah industri kecil penghasil tenun. Satu Desa Pakraman Seraya yang di pecah menjadi tiga Desa Dinas yakni Desa Seraya Barat, Desa Seraya Tengah dan Desa Seraya Timur. Ialah I Wayan Karya, yang tinggal di Banjar Dinas Kangin, Desa Seraya Timur yang tetap melestariakan produksi kain tenun warisan budaya asli daerah tersebut. Dengan kelompok kecil yang diberi nama Kelompok Karya Sari Warna Alam beliau merekrut muda mudi yang tidak memiliki pekerjaan tetap untuk bekerja bersama, belajar melestaraikan budaya leluhur dengan menenun dan membuat warna alam yang bisa dipasarkan ke berbagai Negara. Proses pewarnaan yang masih menggunakan bahan dari alam yang hidup di daerah tersebut serta dibudidayakan sendiri menjadi sebuah daya tarik dan keunikan tersendiri kain tenun yang dikenal dengan namaKain Tenun Bebali. Hal tersebut diataslah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai proses pewarnaan kain tenun berbahan alami ini. Beberapa bahan alamiyang digunakan untuk pewarnaan kain tenun diperoleh dari akar, daun, buah, atau kulit pohon tanaman tertentu yang tumbuh di daerah tersebut. Proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan pewarna siap pakaipun dilakukan secara
manual dengan alat-alat yang sederhana. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur ini terutama alat dan bahan yang digunakan serta proses pembuatan pewarna kain tenun di Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Dan diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi serta menambah wawasan bagi siapapun yang membacanya. Berdasarkan latarbelakang di atas ada beberapa permasalahan yang dirumuskan, diantaranya: (1) Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem. (2)Proses pembuatan warna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem. Dengan tujuan (1)Mendeskripsikan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem. (2)Mendeskripsikan proses pembuatan pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem.Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: (1)Penulis mendapatkan pengetahuan baru tentang pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem.(2)Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Disamping itu penelitian ini juga bisa menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat yang tertarik dengan pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem.(3)Penelitian ini dapat dijadikan arsip dan bahan informasi apabila di butuhkan untuk bahan perkuliahan yang menyangkut masalah pewarna alami. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Subjek dalam penelitian ini adalah para perajin kain tenun Bebali Desa Seraya Timur, Karangasem, namun tempat yang peneliti pilih sebagai tempat penelitian adalah tempat kediaman pengerajin yang bernama I Wayan Karya sebagai sumber informasi dalam proses pengumpulan data.Adapun pemilihan tempat penelitian tersebut karena dirumah I
Wayan Karya adalah salah satu orang yang masih bergelut dibidang kaintenun.Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan warna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa jenis instrument pengumpulan data yang digunakan, yaitu:Instrumen observasi, instrument wawancara serta instrumen observasi.Proses pengumpulan data yaitu :Persiapan,Mengumpulkan data,dan kepustakaan.Proses analisis data dalam penelitian Analisis domain (Domainanalysis) danAnalisis Taksonomi (Taxsonomic Analysis) HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan Yang Digunakan Dalam Pewarna Alami Kain Tenun Desa Seraya Timur, Karangasem a. Tarum
Gambar 1. Daun TarumDokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Tarum(Sunda) / tom (Jawa) / nila / indigo / taum (sebutan di daerah Seraya) merupakan tanaman penghasil warna biru atau sering disebut Anthocyanin. Tumbuhan ini berasal dari kelas: magnoliophyta, family: fabaceae, genus: indigofera dan dikenal dengannama latin indigofera tincitoria.Tumbuhan ini dapat hidup di daerah tropis, tersebar di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dengan tinggi 50 cm dan tumbuh dengan cara meluas. Warna biru yang dihasilkan dengan cara merendam daun dengan jumlah yang banyak. Di setiap daun terdapat klorofil atau zat hijau daun, namun pada daun tarum terdapat juga zat warna biru yang dimanfaatkan
untuk pewarnaan.Tumbuhan tarum dikenal sebagai penghasil warna biru alami, yang sudah dimanfaatkan sejak dulu sebagai pewarna alami kain. Di dalam daun tarum, terdapat kandungan zat biru, yang apabila direndam dengan jumlah yang banyak dan dengan waktu yang lama, kandungan zat biru pada daun tarum itu akan keluar. Daun tarum direndem dalam keadaan segar dan baru di petik.Kandungan zat biru itulah yang dimanfaatkan untuk pewarna kain. b. Pinang
Gambar 2. Pohon pinang dan buah pinangDokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Pinang atau Areca Catechu adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah pasifik, asia dan afrika bagian timur. Tumbuh dengan batang lurus langsing mencapai 25 meter, membuat tumbuhan ini sangat mudah dikenali. Dari kelas liliopsida, family arecaceae, genus areca, pinang adalah pohon yang sangat sering di temui. Pinang sangat lazim di telinga kita, karena pinang dapat tumbuh di hampir semua wilayah di Indonesia.Pinang dalam proses pewarna alami untuk mewarnai benang yang akan di tenun dipakai sebagai bahan penghasil warna krem. Warna krem ini muncul dengan memanfaatkan buah dari pohon pinang yang sudah matang dan kulit buahnya mulai mengkerut atau layu melalui proses perebusan.
Gambar 3.Pohon mengkudu dan akar pohon mengkudu Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Tumbuhan dengan nama latin Morinda Citrifolica dari family :Rubiceaedan genus : Morinda, mengkudu dapat tumbuh dan berkembang di daerah rendah dan tropis. Dikenal dengan namakeumeudae di daerah Aceh, pace/kudu di daerah Jawa, cengkudu di daerah Sunda dan tibah di daerah Bali. Mengkudu hidup hampir di semua daerah di Indonesia yang berasal dari Asia Tenggara. Tumbuhan ini tumbuh dengan ketinggian mencapai 4-6 meter dengan batang bengkok-bengkok dan dahan kaku serta kasar. Mengkududigunakan sebagai bahan penghasil warna merah untuk mewarnai benang sebelum ke proses penenunan. Bagian dari tumbuhan ini yang dimanfaatkan sebagai bahan penghasil warna adalah kulit akarnya. Karatenoid yang terkandung di kulit akar mengkudu dimanfaatkan menjadi pewarna alami tekstil. Yang melalui proses yang cukup lama serta campuran bahan lain kulit akar ini dapat membuat benang putih menjadi berwarna merah alami d. Delima
Gambar 4.Pohon delima dan kulit buah delima Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga c. Mengkudu
Dengan nama latin Punica Granatum, dari kelas Magnoliopsida, family
Lythraceae dan genus Punica ini dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropics. Tanaman buah ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 5-8 m yang menyukai tanah yang kondisinya gembur dan tidak tergenang air.Delima sering ditanam di kebun dan sebagai tanaman hias.Tumbuhan dengan banyak cabang dan ranting-ranting kecil ini memiliki duri di ketiak daunnya.Pewarna yang dihasilkan dari tumbuhan ini adalah warna kuning, dengan memanfaatkan kulit buah yang sudah dikeringkan.Dari warna kuning yang dihasilkan oleh kulit buah delima, dapat membuat warna hijau juga pada benang. Dengan bahan benang yang sudah diberi warna biru, kulit buah delima dapat merubah warna biru menjadi hijau yang tentunya melalui proses perebusan kirakira 2-3 jam. e. Bunga Sidawayah
Gambar 5.Pohon sidawayah dan bunga sidawayahDokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Sidawayah atau Woodfordia Floribunda adalah tumbuhan yang berasal dari kelas Dicotyledoneae, dari family Lythraceae dan genus Woodfordia.Sidawayah atau sidowayah dapat tumbuh di daerah tropis yang tumbuh hingga ketinggian 1-4 m yang berbatang tegak, berbulu kasar dan pendek yang berwarna putih kotor.Bunga yang dimanfaatkan sebagai pewarna berbentuk bergerombol, warna merah, yang muncul di cabang dan ketiak daun.Sidawayah digunakan sebagai bahan penghasil warna cokelat dengan memanfaatkan bunga tumbuhan tersebut.Bunga sidawayah juga dimanfaatkan untuk pembuatan warna hitam pada benang. Dengan proses yang sama dengan pembuatan warna cokelat namun bahan benang yang berbeda yaitu berwarna biru. Benang biru yang proses dengan bunga sidawayah akan
menghasilkan benang berwarna dengan waktu perebusan 2-3 jam. f.
hitam
Kayu Secang
Gambar 6.Pohon secang dan kayu pohon secang Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Secang atau Caesalpinia Sapan adalah tumbuhan yang berasal dari kelas Magnolipsida, family Fabaceae dan genus Caesalpania.Secang dapat tumbuh di daerah Asia Tenggara yang beriklim tropis dan subtropics.Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 6 meter, dengan batang tegak kokoh. Kayu tumbuhan ini dapat menghasilkan zat pewarna untuk produksi kain tenun.Secang merupakan bahan penghasil warna merah muda. Dengan memanfaatkan kayu batang pohon secang warna merah muda untuk mewarnai benang dapat dihasilkan dengan proses yang cukup lama. Kayu secang dapat dipergunakan untuk proses pewarnaan secara berulang-ulang, sampai 4-5 kali pewarnaan. g. Karat Besi
Gambar 7. Perendaman karat besiDokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Selain tumbuhan, bahan utama untuk pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem menggunakan
karat besi. Besi bekas pakai yang sudah mengkarat secara alami dimanfaatkan airnya untuk menghasilkan warna ungu. Benang berwarna dasar merah muda berubah warna menjadi ungu ketika di rendam di air karat besi selama 2 jam. h. Kapur
Gambar 8. KapurDokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Kapur atau kapur sirih merupakan bahan pendukung dalam proses pewarnaan benang menggunakan bahan alami. Kapur dimanfaatkan sebagai bahan campuran untuk proses pembuatan pewarna biru dan merah. Yang dicampur ke dalam air sisa remdaman daun tarum agar terbentuk pasta dan untuk membangkitkan warna merah pada kulit akar kayu mengkudu. Kapur menjadi bahan pendukung terjadinya pembusukan atau proses fermentasi, yang terjadi pada daun tarum dan kulit akar kayu mengkudu. i.
alami, yang berfungsi sebagai pembangkit warna biru pada pasta. Proses membangkitkan warna biru pada pasta yang sudah tersimpan pada tempat yang tepat dan lembab bertujuan agar pasta yang masih berbentuk bahan pewarna mentah menjadi bahan pewarna siap pakai. Proses ini dilakukan dengan cara mencampur gula aren dengan pasta ke dalam air, dengan perbandingan 2 : 1 artinya, dua kg pasta berbanding 1 kg gula aren dan air yang tentunya dapat merendam gula dan pasta. Gula aren dan pasta diaduk sampai rata dan berbuih, kemudian benang siap di warnai. Alat yang digunakan dalam pembuatan pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem adalah sebagai berikut : a. Pisau
Gula Aren Gambar 10. Pisau Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Pisau digunakan untuk memisahkan kulit akar dengan kayu akar mengkudu.
Gambar 9. Gula arenDokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Gula aren / gula bali / gula jawa merupakan bahan yang mendukung pembuatan pewarna alami Kain Tenun Desa Seraya Timur, Karangasem. Gula dimanfaatkan dalam pembuatan warna biru
b. Gergaji
Gambar 11. Gergaji Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Gambar 14. Panci Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga
Gergaji digunakan untuk memitong kayu secang agar mudah melalui proses perebusan. c. Lesung/tumbukan tradisional
Panci berfungsi sebagai memasak bahan pewarna. f.
Gambar 12. Tumbukan tradisional Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Lesung/tumbukan tradisional digunakan untuk menghaluskan kulit akar kayu mengkudu sehingga mudah di proses.
alat
untuk
Baskom
Gambar 15. Baskom Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Baskom digunakan sebagai alat merendam benang yang akan di warnai. g. Dayung
d. Gentong/genuk
Gambar 13. Gentong/genukDokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga
Gambar 16. Dayung Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga
Gentong dari tanah liat ini digunakan untuk menyimpan pasta biru agar bisa dimanfaatkan lagi dalam proses pewarnaan selanjutnya
Dayung digunakan untuk mengaduk air rendaman daun tarum dengan bahan lain yaitu kapur.
e. Panci
h. Bambu/stic bambu
Gambar 17. Stic bambu Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Stic bambu atau batang bambu kecil digunkan untuk mengaduk bahan pewarna saat dan benang saat perebusan. i.
Gambar 19. Ember Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Ember digunakan untuk menampung pasta biru, alternatif gentong. k. Blender
Penyaring
Gambar 20. Blender Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Gambar 17. Penyaring Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Penyaring digunakan untuk mengangkat bahan sisa perebusan dan benang yang sudah selesai proses pewarnaan.
Blender digunakan untuk bahan yang ukurannya kecil. l.
mencampur
Bak penampungan
Gambar 21. Bak penampungan Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga j.
Ember
Bak penampungan digunakan untuk merendam daun tarum yang jumlahnya banyak.
Dalam proses pembuatan pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem, pembuatan zat warna alam dilakukan dengan2carayaitudengancaraekstraksidanf ermentasi. Proses fermentasi meliputi pewarnaan benang biru dan merah.
proses pembusukan kulit mengkudu bisa lebih cepat.
akar
kayu
Proses ekstraksi meliputi proses pewarnaan benang krem, kuning, coklat, merak muda, hijau, hitam, ungu. a. Benang krem
a. Benang biru
Gambar 22. Benang biru Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Pewarnaan benang biru yang melaui proses fermentasi menggunakan bahan pendukung berupa kapur dan gula aren, kapur digunakan untuk membentuk pasta dan gula aren digunakan sebagai pembangkit warna biru pada pasta.
Gambar 24. Benang krem Dokumnentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Pewarnaan benang krem menggunakan buah pinang yang di rebus dan muncul warna pada air rebusan, benang direbus bersamaan dengan pewarna. b. Benang kuning
b. Benang merah
Gambar 25. Benang kuning Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga
Gambar 23. Benang merah Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Pada proses pewarnaan benang merah, menggunakan bahan yaitu kapur untuk
Proses pewarnaan pada benang kuning melalui tahap perebusan kulit buah delima kemudian setelah muncul pewarna dalam rebusan benang direbus bersamaan dengan pewarna.
c. Benang coklat
e. Benang hijau
Gambar 28. Benang hijau Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga
Gambar 26. Benang cokelat Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Proses pewarnaan untuk mendapatkan pewarna cokelat melalui perebusan bunga sidawayah sampai terbentuk pewarna cokelat kemudian benang dimasak bersamaan dengan pewarna coklelat. d. Benang merah muda
Gambar 27. Benang merah muda Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Warna merah muda didapat dari kayu secang yang dimasak sampai muncul pewarna merah muda kemudian benang dimasak bersamaan dengan pewarna.
Pewarna hijau di dapat dari kulit delima yang dimasak sampai muncul pewarna, kemudian benang yang sudah berwarna biru di masak bersamaan dengan pewarna kuning yang muncul dari kulit delima yang telah dimasak. f.
Benang hitam
Gambar 29. Benang hitam Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Warna hitam didapat dari memanfaatkan bunga sidawayah yang digunakan sebagai pewarna cokelat. Bunga sidawayah di masak sampai muncul pewarna cokelat kemudian benang yang sudah berwarna biru di masak bersamaan dengan pewarna tersebut.
g. Benang ungu
Gambar 32. Kain tenun Bebali motif rangrang Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Gambar 30. Benang ungu Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga Pewarna ungu didapat dari memanfaatkan benang yang sudah berwarna merah mudah dari proses kayu secang dengan air karat besi. Karat besi yang mengkarat alami digunakan untuk mengubah benang merah muda menjadi ungu dengan merendam benang merah muda ke dalam air karat besi. Kain tenun yang dihasilkan dengan pewarna alami ada beberapa jenis seperti kain tenun motif bebintangan, rangrang, sekordi, songket dan poleng. Dengan perpaduan warna yang bermacam-macam serta pembuatan atau penenunan yang masih menggunakan cara tradisional dan turun temurun dan masih dipertahankan.
Gambar33. Kain tenun Bebali motif sekordi Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga
Gambar 34. Kain tenun Bebali motif songket Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga
Gambar 31. Kain tenunBebali motif bebintangan Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga
Gambar 35. Kain tenun Bebali motif poleng Dokumentasi oleh : I Kadek Susila Priangga
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil observasi dan wawancarayangtelah dilakukan di tempat penelitian yaitu di Kelompok Karya Sari Warna Alam yang berlokasi di Desa Seraya Timur, Karangasemmengenaipewarna alami kain tenun Seraya Timur,dapatdisimpulkanbeberapa hal sebagai berikut:(1) Alat yang dugunakan dalam proses pewarnaan kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem berupa alatalat sederhana yaitu pisau, gergaji, lesung/ tumbukan, gentong/genuk, panci, baskom, dayung, bambu kecil/stic bambu, penyaring, ember, dan didukung dengan beberapa alat pelengkap seperti blender, dan bak penampungan untuk produksi yang cukup banyak. Bahan yang digunakan dalam pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem yang dibudidayakan di daerah produksi kain tersebut seperti tumbuhan tarum, pinang, delima, mengkudu, sidawayah, secang sebagai sumber pewarna alami. Selain tumbuhan, karat besi juga digunakan sebagai penghasil warna alami serta kapur, gula aren dan cuka. (2) Dalam proses pembuatan pewarna alami kain tenun Desa Seraya Timur, Karangasem, pembuatan zat warna alam dilakukan dengan2carayaitudengancaraekstraksidanf ermentasi.Proses ekstraksi antara lain padapinang, delima,secang, sidawayah.Sedangkantumbuhanyang diolahmelalui proses fermentasi adalah mengkudu dan daun tarum. DiharapkanKelompok Karya Sari Warna Alam mampumempertahankanpenggunaan zat pewarna alami dan memperluas pemasaran.Untukparapekerja diharapkandapatmemaksimalkanhasilprodu ksiagardapat memproduksi produk lebih efektif, efisien, dan berkualitas.Kepada penelitiselanjutnya diharapkan mampu mendeskripsikan proses penenunan sampai kain siap jual, dan membandingkan pewarna alami dengan pewarna sintetis.
DAFTAR PUSTAKA Afiyati,
Ami. 2012. All About Proses Pewarnaan Alami.http://amiafiyati.blogspot.com/ 2011/12/mari-gunakan-pewarnaalami.html. Diakses Pada tanggal 13Juni 2016.
Afiyati, Ami. 2011. Mari Gunakan Pewarna Alami. http://amiafiyati.blogspot.com/2011/1 2/mari-gunakan-pewarna-alami.html. diakses pada tanggal 13Juni 2016.
Setyawardhani, Wiyatno dkk. 2009. Zat Pewarna Tekstil Dari Kulit Buah Manggis. Semarang: UNS.