1
2
PELATIHAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN PEMBUKUAN (AKUNTANSI) PADA PENGERAJIN TENUN DI DESA TANGLAD KECAMATAN NUSA PENIDA Oleh I Wayan Bagia Fridayana Yudiaatmaja I Ketut Kirya
ABSTRAK Kegiatan pelatihan dan pendampingan pada pengerajin tenun di desa Tanglad dilakukan dengan tujuan untuk (1) mendeskripsikan pengetahuan awal, (2) meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, dan (3) mendeskripsikan tanggapan peserta pelatihan terhadap pelatihan dan pendampingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) yang telah diikutinya. Pelatihan ini dilakukan selama dua hari dari tanggal 2-3 Agustus 2015 bertempat di SDN No. 1 Tanglad yang diikuti oleh 50 orang pengerajin tenun yang tersebar di tujuh dusun/banjar di desa Tanglad. Kegiatan dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu (1) ceramah dan tanya jawab, (2) pelatihan dan pembimbingan, dan (3) evaluasi. Data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini adalah pengetahuan awal, pengetahuan dan ketrampilan setelah pelatihan dan pendampingan, data praktik pelaksanaan akuntansi, dan data tanggapan peserta pelatihan terhadap pelatihan dan pendampingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi). Data pertama dan kedua dikumpulkan dengan tes tertulis, data ketiga dengan praktik pelaksanaan pembukuan (akuntansi), dan data keempat dengan angket. Data dianalisis secara deskriptif. Pelaksanaan kegiatan menunjukkan hasil sebagai berikut. Pertama, pengetahuan awal peserta tentang penulisan artikel ilmiah termasuk dalam kategori rendah. Kedua, pengetahuan dan ketrampilan peserta tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan pelatihan dan pendampingan termasuk dalam kategori tinggi. Ketiga, kemampuan praktik pelaksanaan pembukuan (akuntansi) selama pelatihan dan pendampingan termasuk kategori tinggi. Keempat, tanggapan peserta pelatihan terhadap pelaksanaan dan proses pelatihan dan pendampingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) adalah positif. Secara iiumum, pelatihan dianggap sudah relatif mampu mengoptimalkan peningkatakan pengetahuan, ketrampilan, dan praktik manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) pada pengerajin tenun. Di samping itu, pengerajin tenun sebagai peserta pelatihan dan pendampingan juga telah menunjukkan antusiasme yang relatif tinggi dalam mengikuti pelatihan dan pendampingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi). Kata kunci: pelatihan manajemen dan pelaksanaan akuntansi
3 ii ii
THE TRAINING OF MANAGEMENT AND IMPLEMENTATION OF BOOKKEEPING (ACCOUNTING) AT WEAVING ARTISAN IN TANGLAD VILLAGE NUSA PENIDA SUBDISTRIC By I Wayan Bagia Fridayana Yudiaatmaja I Ketut Kirya The training and guiding activity at weaving artisan in Tanglad Village had been done by the porpuse of (1) descripting the prior knowledge, (2) increasing the knowledge and skills, and (3) descripting the response of the training and guiding participant on the training of management and implementation of bookkeeping (accounting) at weaving artisan in Tanglad Village. The training and guiding were conducted in two days, from August 3 until 4 2015 which was located in SDN No. 1 Tanglad. The training activity were attended by the 50 weavers artisan which have been spread at seven of orchards/banjar in Tanglad Village. The activity was conducted by three stages, i.e. (1) takactive and question and answer, (2) training and guiding of management and implementation bookkeeping (accounting), and (3) evaluation. The data w e r e collected in this activities are prior knowledge, knowledge and skills, and response of the training and guiding participant on the training of management and implementation of bookkeeping (accounting) at weaving artisan in Tanglad Village. The first and the second data were collected the test, the third data was collected by pracitical performance, and questionaire. Data were analysed by the descriptive technique. The results of the activity were as followes. Firstly, prior knowledge o f t h e weavers artisan in training of management and implementation of bookkeeping (accounting) were still low. Secondly, the knowledge and skills o f t h e weavers artisan in training of management and implementation of bookkeeping (accounting) were high. Thirdly, the response of the training and guiding participant on the training of management and implementation of bookkeeping (accounting) were positive. Generally, the training and guiding of management and implementation of bookkeping (accounting) had been relative considered to ability in optimizing the raising of the knowledge, skills, and pracitce a management and accounting in weaver artisan in Tanglad Village. However, the weavers artisan were very enthusiastic in the the training and guiding of management and implementation of bookkeeping (accounting). Keywords: training of management and implementation of accounting
iii 4 ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya, laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang
bertema “Pelatihan Manajemen dn Pelaksanaan Pembukuan
(Akuuntansi) Pada
Pengerajin Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida” dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan pengabdian kepada masyarakat ini telah dikerjakan secara optimal namun hasilnya masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Terlaksananya kegiatan pengabdian pada masyarakat ini telah mendapatkan uluran tangan dari berbagai pihak, baik moral maupun finansial. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami menghaturkan terima kasih pada pihak-pihak berikut. 1. Bapak Rektor Universitas Pendidikan Ganesha atas izin dan dukungan yang telah diberikan dalam pelaksanaan kegiatan ini. 2. Bapak Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) atas dukungan moral dan izin yang diberikan serta atas koordinasinya dalam pemerolehan hibah dari dana DIPA Undiksha. 3. Staf LPM Undiksha atas dukungan moral dan bantuan administrasi yang diberikan demi kelancaran terlaksananya kegiatan ini. 4. Rekan-rekan panitia pelaksana dan tim monitoring kegiatan ini atas partisipasinya. 5. Kepala Desa Tanglad, Kepala Dusan dan pengerajin tenun di Dusun/Banjar Tanglad, Julingan, Watas, Anta, Soyor, Penyancangan, dan Caruban yang terlibat dalam kegiatan ini atas antusiasme dan partisipasinya yang baik. Akhirnya, atas kerja sama yang baik, semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua dan diberikan kesejahteraan lahir dan batin. Semoga laporan pengabdian pada masyarakat ini dapat memberikan manfaat yang optimal dalam meningkatkan kemampuan dan ketrampilan para pengerajin tenun dalam bidang manajemen dan pelaksanaan pembukuan/akuntansi sehingga dapat mendukung kelancaran binis kerjinan tenun yang ditekuni untuk bi sa bersaing baik ditataran lokal, r e gi o n a l , nasional maupun global.
Singaraja, 30 September 2015 Penulis, 5iv ii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
i
ABSTRAK........................................................................................................
ii
ABSTRACT.....................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR......................................................................................
iv
DAFTAR ISI....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1.1 Analisis Situasi.................................................................................. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah................................................. 1.3 Tujuan Kegiatan................................................................................ 1.4 Manfaat Kegiatan.............................................................................. 1.5 Target Luaran....................................................................................
1 2 3 4 4 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 2.1 Pengertian dan Cara Kerja SPSS....................................................... 2.2 Window yang Tersedia Dalam SPSS............................................... 2.3 Cara Membuka Program SPSS.......................................................... 2.4 Cara Membuat Variabel dan Mangisi Data dalam SPSS 2.5 Langkah-Langkah Pemasukan Data ke SPSS................................... 2.6 Cara Mendefinisikan Variabel.......................................................... 2.7 Cara Menyimpan Data dalam SPSS..................................................
6 6 7 8 8 9 10 10
BAB III METODE KEGIATAN...................................................................... 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah.......................................................... 3.2 Realisasi Pemecahan Masalah.......................................................... 3.3 Khalayak Sasaran.............................................................................. 3.4 Metode Kegiatan............................................................................... 3.4.1 Keterkaitan Kegiatan........................................................... 3.4.2 Tahapan Kegiatan................................................................. 3.4.3 Rancangan Evaluasi.............................................................. 3.4.4 Teknik Analisis Data.............................................................
11 11 11 12 12 12 13 13 13
BAB IV HASIL KEGITAN DAN PEMBAHASAN....................................... 4.1 Deskripsi Kegiatan............................................................................ 4.2 Hasil Kegiatan................................................................................... 4.3 Pembahasan.......................................................................................
15 15 17 21
BAB V PENUTUP........................................................................................... 6v
23
ii
5.1 Simpulan............................................................................................ 5.2 Saran..................................................................................................
23 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
25
LAMPIRAN.....................................................................................................
26
7
DAFTAR TABEL Nomor Tabel
Judul
Halaman
3.1
Kriteria Penggolongan Nilai Peserta..................................................
14
4.1
Nilai Pre-test, Post-test, dan Ketrampilan Peserta Pelatihan Analisis dan Pengolahan Data Statistik dengan Program SPSS.......................
18
4.2
Sebaran Jawaban Peserta Dalam Angket Tentang Tanggapannya Terhadap Pelatihan Pengolahan dan Analisis Data Statistik Dengan Program SPSS....................................................................................
8
20
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul
Halaman
3.1
Kerangka Pelaksanaan Pelatihan Aplikasi Komputer SPSS..............
11
9
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Judul
Halaman
1
Makalah Statistical Package for Social Science (SPSS) dan Aplikasinya Menganalisis dan Mengolah Data Statistik.................
27
2
Angket Untuk Peserta Pelatihan Pengolahan Data Statistik............
36
3
Soal Pra-test dan Pasca-test.............................................................
37
4
Daftar Absen Peserta Pelatihan........................................................
40
5
Foto Dokumentasi Kegiatan............................................................
42
10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi Desa Tanglad merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Nusa Penida yang terdiri dari tujuh banjar, yaitu Banjar (1) Tanglad, (2) Watas, (3) Julingan, (4) Anta, (5) Soyor, (6) Nyancangan, dan (7) Caruban. Jumlah peduduk Desa Tanglad kurang lebih mencapai 1.040 jiwa orang dengan mata pencaharian: 60% sebagai petani, 5% sebagai PNS, 10% sebagai buruh tukang, 8% sebagai pedagang, 5% sebagai pengerajin tenun, dan sisanya 12% bekerja di sektor jasa lainnya. Mata pencaharian sebagai pengerajin tenun kain “ endek” ini sudah cukup lama ditekuni oleh masyarakat di Desa Tanglad dan kerajinan ini diwariskan secara turun temurun dalam keluarga. Salah satu produk kerajinan tenun kain endek masyarakat Desa Tanglad yang unik dan terkenal coraknya adalah rangrang. Rangrang adalah suatu corak desain produk kerajinan tenun Desa Tanglad berbentuk segi tiga yang dibuat dari bahan baku benang sutera dengan warna alami dari tumbuh-tumbuhan dan peralatan tenunnya masih menggunakan alat yang tradisional. Harga kain endek rangrang yang menggunakan warna alami dari tumbuhtumbuhan per lembar harganya mencapai Rp 400.000,- sampai Rp 500.000,- sedangkan untuk kain endek yang diproduksi dengan warna buatan (tidak alami) harganya mencapai Rp 250.000,- sampai Rp 300.000,- Harga kain endek rangrang yang relatif tinggi disebabkan karena pembuatannya masih tradisional, harga benang sutera yang mahal, sulitnya untuk mencari bahan pewarnaan yang alami, serta belum memiliki pengetahuan tetang pengeloaan tenun kerajinan kain endek rangrang yang profesional, padahal produk tenun kerjinan endek rangrang cukup diminati oleh konsumen baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Hal ini memberikan indikasi bahwa produk kerajinan kain endek rangrang Desa Tanglad memiliki pangsa pasar yang cukup potensial. Hasil pengamatan sementara terhadap 5 orang pengerajin tenun rangrang di Desa Tanglad menunjukkan beberapa kelemahan yang dimiliki oleh pengerajin tenun, antara lain: (1) lemahnya kemampuan para pengerajin untuk memberdayakan dan menggunakan (mengelola) sumber daya manusia dan fisik yang dimilikinya; (2) para pengerajin belum bisa melakukan pencatatan administrasi keuangan dalam bentuk akuntansi (pembukuan) yang sistematis dan 11
logis sehingga belum ada ketegasan yang memisahkan aset pribadi/pemilik dengan aset sebagai pengrajin; (3) keterbatasan kemampuan untuk mengakses modal dalam rangka untuk meningkatkan kapasitas usaha; (4) terjadi persaingan harga yang tidak sehat di antara para pengerajin tenun; (5) lemahnya kemampuan untuk membuat desain produk tenun kain rangrang yang inovatif dan memenuhi selara konsumen yang cepat berubah;
(6) belum mampu
membangun jaringan saluran distribusi pemasaran di tingkat nasional dan pemasaran internasional melalui e-marketing sehingga yang diuntungkan adalah eksportir bukan pengerajin; (7) kualitas SDM yang masih relatif rendah; dan (8) belum menguasai dan tidak memiliki teknologi produksi yang memadai sehingga tidak dapat memenuhi pesanan dalam jumalah besar dengan waktu yang pendek. Bertitik tolak dari analisis situasional tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan kegiatan P2M yang dituangkan dalam judul kegiatan “Pelatihan Manajemen dan Pelaksanaan Pembukuan (Akuntansi) Pada Pengerajin Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida”
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi dan fakta yang terungkap dari observasi dan survei pada Pengerajin Tenun Di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida dapat diidentifikasi masalahmasalah sebagai berikut. (1) Para pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida belum pernah mendapatkan pelatihan tentang manajemen dan pelaksanaan pebukuan (akuntansi). Dampak dari hal ini adalah para pengrjin tenun belum bisa memberdayakan dan menggunakan (mengelola) sumber daya manusia dan fisik yang dimilikinya serta belum mimisahkan antara aset pribadi pemilik dengan aset sebagai pengerajin tenun. (2) Para pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida sebagian besar mengalami permasalahan (a) terjadi persaingan harga kain tenun yang tidak sehat di antara para pengerajin tenun; (b) lemahnya kemampuan untuk membuat desain produk tenun kain rangrang yang inovatif dan memenuhi selara konsumen yang cepat berubah; (c) belum mampu membangun jaringan saluran distribusi pemasaran di tingkat nasional dan pemasarn internasional melalui e-marketing sehingga yang diuntungkan adalah eksportir; (d) kualitas SDM yang masih relatif rendah; dan (e) belum menguasai dan tidak memiliki 12
teknologi produksi yang memadai sehingga tidak memenuhi pesanan dalam jumlah besar dengan waktu yang pendek. Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut di atas, maka berikut ini diajukan rumusan masalah yang diupayakan pemecahannya dalam pelaksanaan program pengabdian melalui pelatihan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut. (1) Bagaimana pengetahuan pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida terhadap manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi)? (2) Apakah pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) dapat meningkatkan pengetahuan manajemen dan akuntansi pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida? (3) Bagaimana respon pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida terhadap pelaksanaan pelatihan manajemen dan akuntansi?
1.3 Tujuan Kegiatan Ruang lingkup kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida yang jumlahnya mencapai 50 orang pengerajin. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) para pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Pnida dalam menglola kerajinan tenunnya.
1.3 Manfaat Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui pelatihan manajemn dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) pada pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. (1) Bagi pengerajin tenun, hal ini akan memberikan bekal dan landasan pengetahuan serta keterampilan yang kuat kepada pengerajin tenun dalam mengelola kerajinan tenunnya sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan para pengerajin. (2) Bagi dosen sebagai pelaksana kegiatan akan memberikan manfaat terutama untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan melaksanakan dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat dan laporan pelaksanaan kegiatan ini dapat dipakai sebagai bahan untuk kenaikan pangkat maupun jabatan dosen ke jenjang yang lebih tinggi. 13
1.5 Target Luaran Adapun yang menjadi target luaran dari kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. (1) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pengerajin tenun pada bidang manajemen dan akuntansi dalam mengelola kerajinan tenunnya. (2) Artikel ilmiah yang siap dipublikasikan pada jurnal nasional.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manajemen Banyak
para ahli manajemen yang memberikan pengertian manajemen dengan
ungkapan bahsa yang berbeda-beda, namun makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut pada hakekatnya adalah sama, yaitu bahwa manajemen adalah proses pemberdayaan dan prnggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada dalam organisasi agar organisasi bisa ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai tujuan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen. Jadi manajemen itu proses memberdayakan dan menggunakan sumber daya manusi dan sumber daya fisik. Kalau sumbser daya manusia dan fisik hanya diberdayakan tetapi tidak digunakan maka ini bukan manajemen. Pencapaian tujuan organisasi dengan ekonomis, efektif, dan efisien. Ekonomis, yaitu kemampuan organisasi untuk mendapatkan sumber daya yang paling hemat dalam menjalankan aktivitasnya. Efisiensi adalah optimalisasi penggunaan sumber daya dalam operasi organisasi, dan efektivitas adalah tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan (Bayangkara, 2008). Hal ini didukung oleh pendapat pakar manajemen seperti Schermerhorn (1999), Stoner (1999), dan Jackson dan Musselman (2001) yang menungkapkan bahwa manajemen adalah proses perencnaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi agar organisasi bisa efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Banyak pakar manajemen yang mengelompokkan fungsi amnajemen dengan fungsi yang yang berbeda-berbeda sesuai dengan daya pandang mereka, namun sesungguhnya ada tiga fungsi yang harus ada dalam fungsi manajemen, yaitu fungsi (1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian
(organizing), dan (3) pengendlian (cotrolling). Fungsi-fungsi yang lain
seperti fungsi actuating (menggerakkan), directing (mengarahkan), leading (memimpin), dan staffing (kepegawaian). Fungsi actuating (menggerakkan), directing (mengarahkan), leading (memimpin), dan staffing (kepegawaian) sebenarnya sudah masuk dalam fungsi organizing. Perencanaan (planning) adalah sustu proses untuk menentukan tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dan mengambil langkah-langkah yang strategis guna mencapai tujuan tersbut. 15
Melalui fungsi perencnaan ini pengelola organisasi akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Dalam proses perencanaan akan diidentifiksi sasaran organisasi, strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran, dan penyusunan serangkaian rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan dalam organisasi. Pengorganisasian adalah proses membangun hubungan tingkah laku yang efektif antara orang-orang sehingga mereka dapat bekerja sama dengan efisien dalam melaksanakan tugas dalam kondisi lingkungan tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini dilakukan penyatuan dan pengalokasian pekerjaan diantara anggota-anggota organisasi agar tujuan organisasi bisa dicapai secara efisien. Dalam pengorganisasian ini dilakukan pengelompokan aktivitas yang diperlukan untuk merealisasikan rencana-rencana ke dalam administratif dan para pekerja ke dalam unit kerja, penyatuan individu dan sumber daya perusahaan agar bekerja sama mencapai tujuan, dan menciptakan/mendesain struktur organisasi. Pengendalian adalah upaya sistematik untuk menetapkan standar kinerja, proses yang berupaya untuk memperoleh keyakinan bahwa kegiatan sesuai dengan perencanaan, dan koreksi terhadap penyimpangan. Jadi proses pengendalian mencakup tiga hal, yaitu
(1)
mengukur kinerja yang ditetapkan sebelumnya, (2) membandingkan kinerja aktual dengan yang direncanakan, dan (3) mengambil tindakan perbaikan. Pengendalian perlu dilakukan karena pengendalian dapat menciptakan kualitas yang lebih baik, beradaptasi dengan perubahan, menciptakan keunggulan dan menambah nilai, serta mempermudah delegasi dan kerja tim.
2.3 Pelaksanaan Akuntansi (Pembukuan) Dasar hukum pelaksanaan akuntansi (pembukuan) bagi perusahaan di Indonesia menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab II Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang yqng menyelenggarakan suatu perusahaan diwajibkan memebuat catatancatatan dengan cara demikian, sehingga sewaktu-waktu dari catatan tersebut diketahui segala hak dan kewajibannya. KUHD inilah yang mewajibkan setiap organisasi untuk melaksanakan akuntansi (pembukuan) agar setiap organisasi dengan mudah mengethui apa yang menjadi hak dn kewajibannya. 2.4 Pengertian Akuntansi (Pembukuan) dan Komponenya Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan panganalisaan data keuangan suatu organisasi. Dari pengertian ini menunjukkan bahwa 16
kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan menyangkut berbagai kegiatan. Pada dasarnya akuntansi harus: (1) mengidentifikasi data yang berkaitan atau relevan dengan keputusan yang diambil, (2) memproses atau menganalisis data yang relevan, dan (3) mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Akuntansi (pembukuan) memiliki beberapa kegunaan bagi penggunanya, yaitu untuk (1) mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan, (2) menentukan/mengkur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi untuk menntukan tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, (3) menilai dan mengukur kinerja tiap-tiap orang yang diserahi wewenang dan tanggung jawab, dan (4) menentukan perlu atau tidaknya digunakan kebijakan/prosedur
baru untuk mencapai hasil yang lebih baik. Hasil akhir dari proses
akuntansi adalah laporan. Berkaitan dengan sistem informasi, laporan keuangan merupakan salah satu alat yang dapat digunakan oleh pihak
intern dan ekstern dalam menetapkan
keputusan bisnis yang terbaik bagi perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari 4 komponen, yaitu (1) neraca (balance sheet), (2) laporan laba-rugi (income statement), (3) laporan perubahan ekuitas pemilik (capital statement), dan (4) laporan arus kas (cash flow report).
17
BAB III METODE KEGIATAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah yang diajukan dan sekaligus untuk mencapai tujuan kegiatan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida ini dapat digambarkan sebagai berikut. Observasi dan Orientasi Lapangan
Evaluasi Kegiatan Pelatihan
Identifikasi Masalah
Pemecahan Secara Teoritik
Kajian Manajemen dan Akuntansi
Pelaksanaan Pelatihan
Persiapan Pelatihan
Gambar 3.1 Kerangka Pelaksanaan Pelatihan Manajemen dan Akuntansi Pada Pengerajin Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida Sebagai langkah awal dalam realisasi pemecahan masalah ini adalah melakukan observasi dan orientasi lapangan dengan mengadakan pertemuan bersama anatara pengerajin tenun melalui koordinasi dengan bapak kepala dan kepala dusun di Desa Tanglad, dan pelaksana P2M untuk melakukan kesepakatan bersama tentang waktu, tempat, dan tata cara pelaksanaan kegiatan. Tata cara kegiatan adalah terkait dengan cara peserta, lama kegiatan setiap hari, dan materi kegiatan. Peserta pelatihan ditetapkan berdasarkan minat para pengerajin. Lama kegiatan 10 jam setiap hari, mulai pukul 08.00 sampai dengan 18.00. Materi kegiatan ditetapkan sesuai dengan rencana pelatihan dan pendampingan. Subjek sasaran kegiatan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) adalah pengerajin tenun di Desa Tanglad yang jumlahnya mencapai 50 orang. Kegiatan pelatihan manajemen dan akuntansi ini merupakan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang melibatkan tenaga dosen yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam manajemen dan akuntansi. Kegiatan pelatihan ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu (1) tahapan persiapan pengembangan pengetahuan dan teknik operasional tentang manajemen dan akuntansi, (2) tahapan pelatihan manajemen dan akuntansi, dan (3) tahapan evaluasi. Pada kegiatan pelatihan, masing-masing tahapan akan dilaksanakan kegiatannya sebagai berikut. 18
Tahapan pertama dilakukan dengan metode diskusi dan tanya jawab dengan fasilitator atau istruktur adalah dosen yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam manajemen dan akuntansi sebagai pemrasaran, sedangkan pengerajin tenun berperan sebagai peserta. Antara pemrasaran dan peserta berkolaborasi menjalankan peran sebagai kelompok belajar sehingga secara psikologis tidak ada jurang pemisah diantara keduanya. Kegiatan ini dilaksanakan di SDN No. 1 Desa Tanglad. Tahap kedua, dilakukan dengan metode pelatihan dalam proses pelaksanaan pelatihan manajemen dan akuntansi. Pengerajin mengikuti pelatihan sesuai dengan materi pelatihan yang telah disusun dan bimbingan dilakukan secara intensif baik secara individu maupun kelompok. Materi bimbingan mencakup kendala-kendala yang dihadapi pengerajin dalam pelatihan manajemen dan akuntansi. Tahap ketiga, dilakukan dengan metode pengujian secara tertulis dan penilaian kinerja. Pengujian tertulis bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan pengerajin tenun dalam menguasai manajemen dan akuntansi. Penilaian kinerja difokuskan untuk menilai kemampuan praktik pembukuan (akuntansi) dalam melaksanakan pelatihan manajemen dan akuntansi di Desa Tanglad. Data yang dibutuhkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berbentuk pelatihan manajemen dan akuntansi ini, adalah (1) data pengetahuan awal tentang konsep manajemen dan akuntansi bagi pengerajin tenun sebagai peserta pelatihan, (2) data kemampuan praktik atau penilaian kinerja pembukuan atau akuntansi pengerajin tenun, dan (3) data tentang respon para pengerajin tenun terhadap proses pelatihan manajemen dan akuntansi yang diikutinya. Semua data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Pengerajin tenun di Desa Tanglad sebagai mitra dalam kegiatan P2M dari hasil observasi dan wawancara sangat antusias dan akan memiliki tingkat partispasi yang tinggi karena kegiatan P2M ini memiliki manfaat yang baik bagi pengerajin tenun dalam mengelola kerajinan tenunnya dan untuk mendukung pengembangan kerajinan tenunnya baik sekarang maupun di masa yang akan datang.
19
3.2 Khalayak Sasaran Sasaran kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah 50 orang pengerajin tenun rangrang di Desa Tanglad kecamatan Nusa Penida yang sudah menjalankan usaha kerajinannya lebih dari setahun.
3.3 Metode Kegiatan Metode yang digunakan untuk kegiatan ini Adalah metode pelatihan dan pendampingan karena kegiatan ini adalah melatih dan mendampingi pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida dalam hal meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya dalam manajemen kerajinan tenun dan melakukan pencatatan dengan sistem dan prosedur akuntansi yang benar sehingga menghasilkan informasi keuangan yang akurat serta akuntabel yang menbantu para prngerajin dalam mengambil keputusan bisnis. . 3.4 Rancangan Evaluasi Evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan pelatihan manajemen dan akuntansi ini dibedakan atas dua jenis, yaitu evaluasi sebelum pelatihan dan evaluasi setelah pelatihan. Evaluasi sebelum pelatihan bertujuan untuk mengungkapkan pengetahuan awal para pengerajin tenun tentang pelatihan manajemen dan akuntansi. Evaluasi setelah pelatihan dilakukan dengan dua model, yaitu pengujian tertulis dan penilaian kinerja.
3.5 Teknik Analisis Data Data yang dibutuhkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berbentuk pelatihan dan pendampingan manajemen kerajinan tenun dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi), adalah (1) data pengetahuan awal tentang manajemen dan akuntansi para pengerajin tenun, (2) data kemampuan praktik atau penilaian kinerja manajemen dan akuntansi para pengerajin tenun,
dan
(3)
data
tentang
respon
pa r a p e n ge ra j i n
terhadap p roses pelatihan dan pendampingan m a n a j e m e n d a n a k u n t a n s i diikutinya. Semua data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.
20
yang
BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kegiatan Kegiatan pelatihan dan pendampingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) pada pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida dilaksanakan dua hari pada tanggal 3 dan 4 Agustus 2015 dari pukul 08.00 WITA sampai dengan pukul 18.00 yang diikuti oleh 50 orang pengerajin tenun. Kegiatan dilakukan di SDN No. 1 Tanglad. Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan manajemen dan pelksanaan pembukuan (akuntansi)
dimulai pukul 08.00 WITA diawali dengan pembukaan yang diteruskan
dengan kegiatan ceramah mengenai manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi). Sebelum melaksanakan ceramah diawali oleh kegiatan pemberian tes awal kepada peserta pelatihan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan para peserta mengenai manajemen dan akuntansi. Materi tes menyangkut pengetahuan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi). Pelatihan dengan makalah dan pendampingan dilaksanakan selama tiga jam. Peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan ditanggapi oleh pemateri. Pertanyaan yang mucul dari peserta adalah (1) Manajemen seperti apa yang bisa kami terapkan sebagai pengerajin tenun agar usaha kami hidup terus dan memberikan kesejahteraan? (2) Uapaya apa yang bisa kami lakukan untuk mendapatkan pasokan bahan baku tenun murah dan kualitas produk kain tenun yang berkualitas tinggi sehingga mampu bersaing di pasar? (3) Bagaimana cara untuk mengtasi kesulitan permodalan pengerajin tenun dan penjualan produk kain tenun yang tidak sehat di antara kami sebagai pengerajin? (4) Bagaimana cara untuk membangun jaringan pemasaran agar produk kain tenun rangrang bisa memasuki pasar regional, nasional, dan internasional? (5) Model pembukuan atau akuntansi seperti apa yang paling cocok untuk pengerajin tenun sehingga informasi keungan dan pengambilan keputusan cepat, mudah, dan bagi kami sebagai pengerajin tenun? Semua pertanyaan tersebut dapat ditanggapi oleh pembicara dan peserta merasa puas dengan penjelasan yang telah diberikan. Setelah pertanyaan selesai ditanggapi, dilanjutkan dengan makan siang.
Peserta menikmati santap siang
yang telah disediakan oleh
pelaksana pelatihan. Setelah selesai makan siang, dilanjutkan dengan latihan pelaksanaan 21
pembukuan (akuntansi) yang sudah diaplikasikan pada kerajinan tenun. Besoknya para peserta didampingi dalam m en yusun pel a ksanaan pem buku a n dari m en ys un pers am a an dasa r a kunt ansi sam pai m em buat l aporan n e raca, l aba/ ru gi , perubahan m odal , dan perubahan a rus kas oleh pemateri. Pukul 14.00 WITA, kegiatan pendampingan usai dan diakhiri dengan penutupan hari kedua.
4.2 Hasil Kegiatan Hasil kegiatan yang dilaporkan mencakup tiga hal pokok, yaitu hasil tes awal, tes akhir, praktik pelaksanaan pembukuan, dan tanggapan peserta terhadap pelatihan yang telah dilaksanakan. Hasil tes awal, tes akhir, dan kinerja (praktik) pelatihan manajmen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) seperti yang nampak pada Tabel 4.1 dan tanggapan (persepsi) peserta terhadap pelatihan seperti yang nampak pada Tabel 4.2. Tabel 4.1 Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir, dan Kinerja (Praktik) Pserta Pelatihan Pengerajin Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida (n = 50) N0
Aspek Penilaian
Skor Minimal
Maksimal
Rata-Rata
Kategori
1
Tes Awal
30
60
50,00
Rendah
2
Tes Akhir
50
90
67,30
Sedang
3
Tes Praktik (Kinerja)
60
90
69,00
Sedang
Sumber: Lampiran 1
Tabel 4.2 Tanggapan Peserta Terhadap Pelatihan Manajemen dan Pelaksanaan Pembukuan di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida (n = 50) N0
Tangggapan Pserta Terhadap Pelatihan Manajemen dan Pelaksanaan Pembukuan pada Pengerajin Tenun 1 Sangat Setuju 2 Setuju 3 Kurang Setuju 4 Tidak Setuju Total Sumber: Lampiran 2 22
Frekuensi (%) 58,00 28,00 14,00 0,00 100,00
Hasil pelaksanaan kegiatan P2M pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pengetahuan awal peserta pelatihan tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) berada pada kategori rendah dengan skor rata-rata baru mencapai 50 yang berada di antara rentang skor tertinggi 60 dan terendah pada skor 30.
23
Hasil tes akhir tentang pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan pada pengerajin tenun di Desa Tanglad pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa setelah mengikuti pelatihan pengetahuan peserta tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) berada pada kategori sedang dengan skor rata-rata mencapai 67,30 yang berada pada rentang skor tertinggi 90 dan skor terendah 50. Diukur dari tes awal, nampak terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 34,60% (dari skor rata-rata tes awal sebesar 50 menjadi 67,30 pada tes akhir). Hasil pelaksanaan kegiatan P2M pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tes kinerja (praktik) peserta pelatihan
tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi)
berada pada sedang dengan skor rata-rata mencapai 69 yang berada di antara rentang skor tertinggi 90 dan terendah pada skor 60. Hasil pelaksanaan P2M pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebanyak 86,00% peserta pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida memberikan tanggapan positif terhadap pelaksanaan dan proses pelatihan ini dalam upaya untuk mendukung kemampuan pengerajin tenun dalam meningkatkan produktivitas usahanya sebagai pengerajin.
4.3 Pembahasan Pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) dipandang sangat strategis dalam memfasilitasi pengerajin tenun untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola usahanya melalui pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) yang selama ini belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat baik yang dilakukan atas kerjasama terkait dengan Undiksha ataupun lembaga atau universitas lainnya. Pelaksanaan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) mendapat perhatian dan antusiasme dari pihak pengerajin tenun sebagai peserta pelatihan. Namun karena keterbatasan dana yang dimiliki, kegiatan pelatihan ini tidak bisa merekrut peserta yang terlalu banyak pada desa lain yang ada di Kecamatan Nusa Penida. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa nilai rata-rata awal yang diketahui dari hasil pre-tes dan pertanyaan yang dilontarkan peserta yang mencerminkan pengetahuan awalnya tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) termasuk dalam kategori rendah. Fakta 24
ini mengidentifikasikan, bahwa kegiatan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan bagi pengerajin tenun dalam rangka untuk mengelola usahanya sangat perlu dilakukan. Setelah dilakukan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan, peserta menunjukkan skor rata-rata 67,30. Diukur dari peningkatan skor, pengetahuan peserta tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) telah mengalami peningkatan kuatitas sebesar 34,60% (dari skor rata-rata tes awal sebesar 50 menjadi 67,30 pada tes akhir) dengan kualifikasi dari kategori rendah sebelum pelatihan menjadi kategori sedang setelah pelatihan. Masih
rendahnya pengetahuan peserta tentang m a n a j e m e n d a n p e l a k s a n a a n
p e m b u k u a n , walaupun telah diadakan pelatihan, lebih disebabkan oleh relatif rendahnya pengetahuan awal peserta tentang konsep-konsep manajemen dan pembukuan (akuntansi). Artinya pengerajin tenun awalnya memang sangat asing dengan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi). Hal ini memang merupakan sebuah kelemahan bagi para pengerajin tenun dan merupakan tantangan bagi pelaksana kegiatan dalam pencapaian kriteria keberhasilan pelatihan. Namun, dari segi peluang untuk pelatihan berikutnya, bahwa peserta menunjukkan antusiasme tinggi dalam pelatihan ini, terbukti dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang esensial tentang manajemen dan akuntansi yang dilontarkan oleh pengerajin sebagai peserta pelatihan ketika ceramah di ruangan. Ketika pembimbingan manajemen dan akuntansi, peserta juga menunjukkan usaha-usaha yang sangat serius, namun karena pendeknya waktu pelatihan dan banyaknya peserta, membuat pembimbingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan tidak terjadi secara optimal. Implikasi dari temuan-temuan dan pembahasan kegiatan pelatihan manajemen dan akuntansi ini, bahwa pelatihan tidak cukup dilakukan hanya sekali pelaksanaan, namun memerlukan proses yang berulang. Semakin sering pelatihan dilakukan pada subjek yang sama, semakin besar peluang keberhasilannya. Lebih-lebih jika pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) dilanjutkan dengan proses pendampingan secara intensif dalam pelaksanaan pembelajaran secara atual di lapangan. Hal ini sangat penting untuk dilakukan, karena pelaksanaan pelatihan manajemen dan akuntansi (pembukuan) merupakan salah satu cara yang efektif untuk memfasilitasi para pengerajin tenun dalam meningkatkan kemampuan untuk mengelola usaha kerajinannya dalam rangka untuk meningkatkan daya saing produknya baik di pasar lokal, regional, nasional maupun global. 25
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disajikan beberapa simpulan sebagai berikut. (1) Pengetahuan awal peserta pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) baru mencapai skor rata-rata sebesar 50,00 yang termasuk dalam kategori rendah. (2) Pengetahuan peserta setelah pelatihan sudah mencapai skor rata-rata sebesar 67,30 yang sudah termasuk dalam kategori sedang. Diukur dari tes awal, nampak terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 34,60% (dari skor rata-rata tes awal sebesar 50 menjadi 67,30 pada tes akhir). (3) Knerja (praktik) peserta pelatihan tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) berada pada sedang dengan skor rata-rata mencapai 69 yang berada di antara rentang skor tertinggi 90 dan terendah pada skor 60. (4 Sebanyak 86,00% peserta pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida memberikan tanggapan positif terhadap pelaksanaan dan proses pelatihan ini dalam upaya untuk mendukung kemampuan pengerajin tenun dalam meningkatkan produktivitas usahanya sebagai pengerajin.
5.2 Saran Berdasarkan pembahasan hasil kegitan dan simpulan di atas maka dapat dijukan beberapa saran sebagai berikut. (1) Pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) tidak cukup sekali pelaksanaan, tetapi memerlukan proses dan pembimbingan yang lebih intensif. Semakin sering kegiatan dilakukan pada subjek yang sama tingkat keberhasilannya akan lebih besar. Oleh sebab itu, disarankan kepada pihak terkait terutama pelaksana P2M berikutnya untuk melakukan koordinasi dan kerjasama yang terprogram dengan unit-unit
yang
ada, terutama Undiksha melalui Lembaga Penelitian dan Lembaga 26
Pengabdian pada Masyarakat dalam rangka memfasilitasi para pengerajin tenun agar dapat meningkatkan kemampuan mengelola usahanya khususnya dalam aspek manajemen dan akuntansinya. (2) Untuk menambah kemampuan manajemen dan akuntansi pengerajin tenun di Desa Tanglad, maka pelatihan yang serupa dengan ini seyogyanya dilanjutkan dengan proses pendampingan secara intensif dan kontinu. Untuk itu, disarankan kepada pihak terkait dosen FEB dan unit-unit yang terkait seperti Lembaga P2M untuk menyelenggarakan pelatihan secara lengkap dengan pendampingan yang kontinu. Jangan hanya sekali, karena jika sekali tanpa adanya pendampingan yang kontinu dapat dipastikan para pengerajin cukup mendengar ceramah mengenai apa yang disampaikan di ruangan pelatihan tetapi pelaksanaan dalam praktiknya hanya menjadi impian belaka.
27
DAFTAR RUJUKAN Jackson and Musselman. 2001. Management. South-Western. Thomson Learning. Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2009. Manajemen Pelayanan. Pnerbit Pustakan Pelajar. Schermerhorn, John R.. 1999. Management. John Wiley & Sons Inc. Stoner, W. J..1999. Management. McGraw-Hill Book Company. Tim Penyusun. 2012. Akuntansi. Materi PLPG Kelompok Ekonomi. Universitas Pendidikan Ganesha.
28
LAMPIRAN 1 Nilai Tes Awal, Tes Akhir dan Praktik Peserta Pelatihan Manajemen dan Pelaksanaan Pembukuan (Akuntansi) Pengerajin Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Pengerajin Nyoman Tirtawati Nyoman Rentis Ketut Kerti Wayan Resin Nyoman Dani Made Embung Made Cinta Wayan Ekawati Ketut Sukerti Wayan Siram Made Setari Made Jarni Made Dayuh Wayan Tantri Men Jagra Men Tangkas Men Jaten Wayan Suari Luh Sarining Luh Sari Nyoman Sukreni Men Distrik Wayan Antari Putu Sriani Men Pering Tetut Kartini Wayan Karti Made Yuliani Men Galih Men Pundem Made Purnami Luh Ginten Gede Suarni Nyoman Sukerni Ketut Nadi Nyoman Dewi Gede Ariani
Banjar
Tes Awal
Tanglad Tanglad Tanglad Tanglad Tanglad Tanglad Tanglad Tanglad Tanglad Tanglad Tanglad Julingan Julingan Julingan Julingan Julingan Julingan Julingan Julingan Watas Watas Watas Watas Watas Watas Watas Watas Watas Anta Anta Anta Anta Anta Anta Anta Anta Soyor
60 50 60 40 50 40 50 50 50 40 60 60 50 50 30 40 40 50 30 40 30 40 50 30 30 30 40 30 40 30 50 60 50 50 40 50 60
29
Skor Tes Akhir tes 85 70 80 70 60 60 70 60 70 60 70 80 80 60 60 70 60 60 70 70 60 60 70 70 60 50 60 70 70 60 70 80 70 80 60 70 90
Praktik 90 80 80 80 70 70 80 70 70 80 80 80 80 70 70 70 60 60 70 70 70 60 70 70 60 60 70 60 70 70 80 80 70 80 70 70 90
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nyoman Sarining Luh Pande Madri Nengah Santi Nyoman Tini Kadek Sudi Wayan Sukri Gede Sukmayanti Nyoman Darti Luh Sutriani Komang Antari Komang Sarini Made Sutarmi Kadek Darni Total Rata-rata
Soyor Soyor Soyor Nyancangan Nyancangan Nyancangan Nyancangan Caruban Caruban Caruban Caruban Caruban Caruban
40 50 60 50 40 50 30 40 50 40 50 40 30 2320 50,00
30
70 80 90 70 70 60 60 60 60 60 70 60 60 3365 67,30
80 70 90 80 80 70 70 60 70 60 70 70 70 3450 69,00
LAMPIRAN 2 Tanggapannya Peserta Terhadap Pelatihan Manajemen dan Pelaksanaan Pembukuan (Akuntansi) Pada Pengerajin Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida No. 1. 2. 3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
Pernyataa n dan pelaksanaan akuntansi pada Saya telah memahami manajemen kerajinan tenun Saya termotivasi untuk belajar manajen dan pelaksanaan pembukuab (akuntansi) Manajemen dan pelaksanaan pada kerajinan tenun wajib dipahami oleh pengerajin agar dapat menjalankan usaha secara akuntabel dan tranparan Sebagai pengerajin tenun saya mampu mengembangkan sendiri sikap, perilaku, dan keterampilan serta bertanggungjawab terhadap manajemen dan pelaksanaan pembukuan pada kerajinan yang saya tekuni Sebagai pengerajin profesional s saya mampu mengaplikasikan manajemen dan pelaksanaan pembukuan pada kerajinan tenun yang saya geluti Menerapkan kemampuan m a n a j e m e n d a n p e l a k s a n a a n akuntansi saya pada kerjinanan tenun dapat meningkatkan produktivitas tenun yan g dihasilkan.
SS 25
Pemahan terhadap m a n a j e m e n d a n a k u n t a n s i p a d a pengerajin tenun dapat mengurangi kekawatir pengerajin dalam memproduksi kain tenun 11. Keberhasilan dalam p ener apa n ma naj e me n dan a ku nt an si p ada p en ger aj i n t en un merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi pengerajin dalam menjalankan usaha Total kerajinannnya Rata-Rata Persentase
31
TS 0
25
20
5
0
30
15
15
0
20
25
5
0
30
10
10
0
35
5
10
0
20
5
0
10
10
0
10
5
0
40
5
5
0
25
15
10
0
320 29,00 58,00
155 14 28,00
85 7 14,00
0 0,00 0,00
25 Kemandirian dalam mengelola dan pelaksanaan pembukuan pada kerajinan tenun dapat meningkatkan efisensi biaya dan waktu. Dalam prroduksi Tujuan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan 30 erkait erat dengan upaya pengerajin tenun untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya dalam mengelola kerajinan sehingga dapat memperpendek jaam kerja 35 Pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan pada pengerajin tenun merupakan langkah awal untuk saling meyakinkan diri antara pengerajin dalam memproduksi kain tenun rangrang dan endek
10.
Pilihan Jawaban ST KS 20 5
LAMPIRAN 3 PELATIHAN MANAJEMEN PADA PENGERAJIN TENUN
Makalah Disampaikan pada P2M di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida Tanggal 3- 4 Juli 2015
Oleh Dr. I Wayan Bagia, M.Si.
32
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA AGUSTUS 2015 PELATIHAN MANAJEMEN PADA PENGERAJIN TENUN Oleh I Wayan Bagia Jurusan Manajemen FEB Undiksha Makalah ini memberikan paparan singkat tentang manajemen kerajinan tenun pada pengerajin tenun di desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida dengan harapan agar para pengerajin dapat meningkatkan pemahamannya tentang manajemen kerajinan tenun dan mengaplikasikan pemahamannya dalam mengelola kerajinan tenun yang telah digeluti selama ini. Hal-hal pokok yang dibahas pada aspek manajemen kerajinan tenun adalah (1) pengertian manajemen kerjinan tenun, (2) esensi penting manajemen kerjinan tenun, dan (3) fungsi-fungsi operasional manajemen kerjinan tenun. Pendahuluan Persaingan dunia bisnis yang semakin ketat, lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian, dan kelangkaan sumber daya manusia yang kompeten dan keterbatasan sumber daya fisik menuntut pengerajin tenun yang ada di Desa Tanglad untuk memberdayakan dan menggunakan sumber daya manusia dan fisiknya yang dimiliki secara optimal agar dapat mencapai tujuan telah ditetapkan sehingga mampu memenuhi harapan atau kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) pada kerajinan tenun yang ada di desa ini. Di balik idealisme yang mulia ini, ternyata pengerajin tenun di Desa Tanglad ini menghadapi berbagai permasalahan, seperti rendahnya pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman dalam mengelola kerjinan tenun baik pada bidang sumber daya manusia, keuangan atau permodalan, produksi maupun pemasaranya. Dari aspek manajemen sumber daya manusia (SDM), pengerajin tenun belum bisa memberdayakan dan menggunakan SDM yang ada di desa karena karakteristik pengerajin dan pekeja tenun pada umumnya memilki tingkat pendidikan yang relatif rendah, susah merekrut pekerja trampil, dan pekerja biasanya ibu-ibu rumah tangga yang sudah tua sebagai pekerjaan sambilan l sehingga produktivitas keja dan imbalan yang terima pekerja rendah. Dilihat darri sisi manajemen keuangan, pengerajin tenun masih memiliki kemampuan yang lemah untuk mengakses modal pada sumber dana dengan bunga yang rendah, membuat anggaran dari sumber dana yang didapai, dan lemahnya kemampuan untuk melakukan strategi investasi. Kalau dilihat dari produksi pengarajin mengalami kesulitan membuat desain, mendapatkan bahan baku dan pewarna berkualitas, belum punya hak paten sehingga produk mudah ditiru pesaing, dan belum memiliki standar kualitas produksi. Dari sisi pemasaran masih berorientasi pada produksi bukan pada pelanggan, tidak memiiki pasar sasaran yang jelas, jaringan kerja pemasaran masih lemah, dan terjadi persaingan penurunan harga di antara pengerajin dalam memasarkan produk tenunya sehingga pengerajin yang lain dirugikan. Bertitik tolak dari analisis situasi seperti di atas maka pelatihan ini akan akan disajikan materi pelatihan mengenai (1) pengertian manajemen kerajinan tenun, (2) esensi penting manajemen kerjinan tenun, dan (3) fungsi-fungsi manajemen teknis kerjinan tenun.
33
A. Pengertian Manajemen Kerajinan Tenun Pengertian atau konsep manajemen kerajinan tenun sebenarnya mengadopsi konsep manajemen yang diaplikasikan pada kerajinan tenun. Oleh karena itu, manajemen kerajinan tenun dalah proses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada pada organisasi pengerajin tenun agar pengerajin tenun bisa efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen kerjinan tenun, yaitu perencanaan; pengorganisasian, dan pengendalian pada bidang teknis atau operasional bisnis, yaitu SDM, keuangan, produksi, dan pemasaran. Sumber daya manusia yang ada pada kerajinan tenun yang belum berdaya diberdayakan melalui pendidikan dan pelatihan, dan setelah berdaya digunakan agar memberikan kontribusi produktivitas yang optimal. Setelah karyawan bekerja secara produktif perlu diracang sistem evaluasi kenerja dan kompensasi yang kompetitif dan berkeadilan agar dapat meningkatkan kesejahteraan pengerajin dan karyawan pengerajin tenun serta menahan (meretensi) karyawan pengerajin tenun agar tidak berpidah bekerja ke luar desa Tanglad. Pengerajin tenun agar bisa mengembangkan kapasitasnya sangat diperlukan adanya modal finansial di samping modal yang lain, dilihat dari segi manajemen keuangan pengerajin harus mampu mencari sumber dana yang menawarkan bunga rendah, mengalokasikan dana yang telah didapat, merancang pembagian pendapatan, serta merangcang strategi investasi. Agar mendapatkan sumber dana, maka pengerajin tenun harus mampu meyakinkan pihak lembaga keuangan bahwa usaha yang dijalankan oleh pengerajin memiliki prospektif yang menguntungkan sehingga nantinya akan bisa mengembalikan modal pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan. Pada aspek manajemen produksi, pengerajin tenun harus mampu merancang desain lokasi, desain produk, pengadaan bahan baku dan pewarnaan produksi yang murah, merancang standar dan pengendalian kualitas, penggunaan teknologi produksi, dan penyimpanan produk-produk tenun yang dihasilkan. B. Esensi Penting Manajemen Kerajinan Tenun Para pengerajin dan karyawan tenun yang ada di desa Tanglad wajib memehami konsep manajemen kerajinan tenun dan mengaplikasikan konsep manajemen kerajinan tenun yang telah dipahami tersebut dalam mengelola kerajinan tenun agar organisasi kerajinan tenun bisa efektif dan efisian dalam mencapai profit yang optimal sehingga bisa memenuhi keinginan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kerajinan tenun. C. Fungsi-Fungsi Manajemen Teknis/Operasional Kerjinan Tenun Pada bagian ini akan diuraikan fungsi-fungsi teknis manajemen kerajinan tenun, yaitu manajemen SDM, manajemen keuangan, manajemen produksi, dan manajemen pemasaran. Secara detail masing-masing fungsi tersebut, akan diuraikan sebagai berikut. (1) Fungsi Manajemen SDM Pada Kerajinan Tenun Manajemen SDM adalah proses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia pada kerajinan tenun dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia, seperti: rekrutmen, seleksi, orientasi dan penempatan, pengembangan dan pelatihan, kompensasi, evaluasi dan penilaian kinerja, dan pengembangan karir agar organisasi dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Rekrutmen adalah proses atau aktivitas untuk mencari dan memikat pelamar kerja pada kerajinan tenun agar dapat mengisi lowongan atau kesempatan kerja yang sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang dituntut deskripsi kerja pada kerajinan tenun. Rekrutmen diawali pada saat calon mulaii dicari dan diakhiri pada saat lamaran diserahkan. Proses rekrutmen yang dilakukan dengan strategi atau metode yang tepat diharapkan akan
34
dapat merekrut dan menyaring calon pelamar karyawan bermutu dan paling memenuhi persyaratan yang dituntut oleh pekerjaan. Seleksi adalah proses yang dilakukan oleh pengerajin tenun untuk memilih dari sekelompok atau orang-orang yang paling memenuhi kriteria seleksi pada posisi pekerjaan yang tersedia berdasarkan kondisi yang ada pada saat seleksi. Tujuannya untuk menyocokkan dengan benar antara kualifikasi yang dimiliki oleh calon karyawan dengan kualifikasi kemampuan dan keahlian yang dituntut oleh pekerjaan. Tentu untuk memilih calon karyawan yang terbaik diperlukan adanya metode instrumen tes seleksi yang valid dan reliabel baik mengenai wawasan pengetahuan maupun praktik tentang pertenunan. Calon karyawan yang telah terpilih melalui proses seleksi akan ditempatkan pada posisi pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Pada penempatan ini karyawan akan disosialisasikan atau diperkenalkan dengan lingkungan kerja fisik dan sosial. Di samping itu juga, akan dijelaskan sejarah berdirinya kerajinan tenun serta tugas dan tanggung dalam melakukan pekerjaan. Setelah karyawan ditempatkan dan melakukan pekerjaan dalam periode waktu tertentu, perlu ditinjau dan evaluasi kembeli untuk melihat apakah mereka telah bekerja secara produktif atau mmemenuhi standar yang telah ditentukan, jika maka mereka harus diberdayakan dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan supaya kompetensi mereka meningkat sehingga standar kinerja yang ditetapkan bisa tercapai. Karyawan pengerajin tenun yang sudah secara produktif dan memenuhi standar yang telah ditentukan harus diberikan kompensasi atau imbalan yang adil dan proporsinal sesuai dengan kinerjanya agar mereka hidup sejahtera dan tetap tinggal bersama pengerajin tenun dengan loyal walaupun ada pada sektor lain yang menawarkan pekerjaan yang lebih baik. Tingkat kesejahteraan yang diberikan melalui pemberian kompensasi ini akan membuat karyawan nyaman untuk bekerja dalam jangka panjang. Penilaian dan evaluasi kinerja karyawan pada kerajinan tenun harus dilalukan secara kontinu dalam priode waktu dengan harapan agar dapat memantau kinerja yang telah direncakan apakah sudah seseuai dengan standar yang telah ditentukan dan kalau belum diupayakan melakukan perbaikan terhadap kegagalan yang telah dilakukan. Penilaian dan evaluasi kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara standar kinerja yang telah direncanakan dengan kinerja yang dicapai oleh karyawan pengerajin tenun. Dalam jangka panjang kerajinan tenun ini diharapkan dapat mengembangkan karir karyawan pengerajin sehingga menjadikan kerajinan tenun sebagai sebuah pekerjaan yang harus dikelola dan ditekuni secara profesional dan dibudayakan secara berkelanjutan agar ke depan kerajinan tenun menjadi sebuah industri yang menjadi sumber kehidupan masyarakat setempat. (2) Fungsi Manajemen Keuangan Pada Kerajinan Tenun Manajemen keuangan pada kerajinan tenun merupakan proses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada pada kerjinan tenun agar produktif dalam mencapai tujuan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen keuangan, yaitu pencarian sumber dana murah, mengalokasikan penggunaan dana, pembagian pendapatan, dan merancang strategi investasi. Dalam mencari sumber dana dengan bunga murah, para pengerajin tenun masih mengalami kesulitan yang selama ini masih mengandalkan modal sendiri dan bantuan dari pemerintah daerah (gerbang sadu). Kesulitan ini disebabkan karena volume usaha yang masih relatif sehingga belum mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan. Di sisi lain, juga disebabkan karena belum bisa memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh lembaga keuangan, seperti proposal bisnis yang ditentukan lembaga keuangan. Di samping
35
itu, para pengerajin tenun juga belum merencanakan pengangaran atau pengalokasian dana dari dana yang telah dimiliki, akibatnya susah untuk mekakukan pengandalian terhadap pendanaan bisnis. Demikian juga mengenai pembagian pendapatan yang tidak jelas dan kadang dicampuradukkan dengan sumber pendapatan pada sumber usaha yang lain, akibatnya bagian keuntungan digunakan untuk menambah modal dan meningkatkan kesejahteraan karyawan menjadi tidak ada. Lalu koskuensi dari hal ini adalah usaha kerjinan tenun menjadi kerdil dan karyawan banyak yang mangkir. Demikian juga, ketika para pengerajin punya modal yang menganggur mereka juga tidak tahu kemana dana itu harus diinvestasikan agar produktif menghasilkan keuntungan bagi pengerajin. (3) Fungsi Manajemen Produksi Pada Kerajinan Tenun Manajemen produksi pada kerajinan tenun merupakan proses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada pada kerjinan tenun agar produktif dalam mencapai tujuan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen produksi, yaitu merancang lokasi produksi, merancang desain produk, pengadaan bahan baku, pengedalian kualitas produk, dan merancang penyimpanan produk. Pengejajin tenun memang diharapkan mampu untuk merancang desain lokasi kerajinan yang layak dan nyaman sehingga mampu memberikan dukungan optimalisasi kinerja yang maksimal sebagai akibat terbangunnya kondisi lingkungan kerja nyaman. Di samping itu, harus mampu merancang desain produk yang kreatif dan inovatif dalam rangka menarik konsumen dan kejenuhan pasar. Kelemahan pada kerjinan tenun saat ini belum mampu untuk mendesain produk inovatif yang seseuai dengan selera pelanggan. Sampai saat ini pengerajin memiliki desain yang monotun dan ruti, yaitu rangrang dengan corak warna sama. Hal ini bisa terjadi karena pengerajin melakukan produksi belum berfokus pada pelanggan. Pengadaan bahan baku pada pengerajin tenun masih relatif mahal karena pemabelian bahan masih dalam kapasitas relatif kecil dan lokasi pembeliaannya di pasar kabupaten yang sudah melalui beberapa tangan. Di samping itu, pengerajin juga mengalami kesulitan dalam mencari bahan pewarna kain yang bersifat alami dari alam (pohon sunti). Kedua kesulitan ini menjadi penyebab mahalnya harga kain rangrang dan endek yang dihasilkan oleh pengerajin yang ada di Nusa Penida. Hal ini dipecahkan dengan cara membeli bahan baku pada penjual tangan pertama dan dalam kapasitas yang besar. Kemudian dari segi pewarnaan karena mengggunakan bahan alami dari pohon sunti, maka memberdayakan masyarakat setempat untuk menanam pohon sunti. Dalam rangka untuk menjamin dan mempertahankan mutu/kualitas kain rangrang dan endek pada masyarakat pengerajin tenun diperlukan adanya standar dan pengendalian kualitas sehingga hal dapat menjamin kualitas kain tenun kepada pelanggan dan hal ini juga akan mempermudah untuk mengecek keaslian kain tenun yang dihasilkan masyarakat desa Tanglad dengan rangrang atau endek yang dhasilkan pengerajin yang lainnya. Hal ini juga bisa menekan persaingan tidak sehat di antara pengerajin yang berupaya untuk menguasai pasar dengan menurunkan harga. Selama ini para pengerajin kain tenun dalam melakukan masih menggunakan cara yang tradisional. Mereka dalam melakukan produksi belum menggunakan teknologi sehingga produktivitas kerja rendah dan harga produksi menjadi tinggi. Kondisi ini juga memperlemah daya pengerajin tenun dalam industri pertektikan. (4) Fungsi Manajemen Pemasaran Pada Kerajinan Tenun Manajemen pemasaran kerajinan tenun adalah prses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada pengerajin tenun dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen pemasaran, yaitu fungsi distribusi, transaksi,
36
promosi, dan pelayanan purna jual agar pengerajin tenun bisa efekti dan efisien dalam mencapai tujuan. Fungsi distribusi merupakan salah bagian dari manajemen pemasaran pengerajin tenun, yaitu sebagai upaya menyalurkan produk tenun rangrang dan endek dari tempat penyimpanan (gudang) sampai ke tangan pengguna (pelanggan). Sampai saat ini distribusi pemasaran yang digunakan masih bersifat pasif, yaitu menunggu pembeli yang datang ke desa atau pelanggan yang memesan (meng-order). Mestinya jaringan distribusi harus diperluas agar produk bisa segara memenuhi pelanggan dan harus produsen mendistribusikan produknya ke pelanggan (jemput bola). Fungsi transaksi pada pemasaran kerajinan tenun sebagai implikasi dari produk sudah didistribusikan dan disetujui untuk dibeli oleh pelanggan. Fungsi promosi adalah upaya untuk memperkenalkan produk kepada pelanggan potensial agar pelanggan tertarik untuk tertarik dan loyal untuk melakukan pembelian baik memlalui iklan, pameran, sales maupun media internet. Promosi yang efektif akan mendorong terjadinya peningkatan volume penjualan. Di samping itu, fungsi pelayanan purna jual juga ikut memegang peranan penting dalam pemasaran. Pelyanan yang ramah dan responsif akan mendorong pelanggan tertarik untuk melakukan pembelian ulang dan merekomendasikan pembelian dari mulut ke mulut.
DAFTAR RUJUKAN
Jackson and Musselman. 2001. Management. South-Western. Thomson Learning. Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2009. Manajemen Pelayanan. Pnerbit Pustakan Pelajar. Schermerhorn, John R.. 1999. Management. John Wiley & Sons Inc. Stoner, W. J..1999. Management. McGraw-Hill Book Company. Tim Penyusun. 2012. Akuntansi. Materi PLPG Kelompok Ekonomi. Universitas Pendidikan Ganesha.
37
LAMPIRAN 4
SOAL TES AWAL DAN AKHIR Petunjuk Pilihlah salah satu jawaban dari a, b, c, dan d yang bapak/ibu anggap paling benar 1. Proses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada pada pengerajin tenun agar produktif dalam mencapai, adalah a. manajemen produksi kerajinan tenun b. manajemen SDM kerajinan tenun c. manajemen kerajinan tenun d. Manajemen keuangan kerajinan tenun 2. Di bawah ini semuanya termasuk fungsi manajemen operasional pada kerjinan tenun, kecuali a. manajemen SDM b. manajemen keuangan c. manajemen produksi d. manajemen akuntansi 3. Di bawah ini yang bukan merupakan fungsi manajemen pemasaran kerjinan tenun adalah fungsi a. transaksi b. promosi c. desain lokasi d. distribusi 4. Fungsi manajemen keuangan pada kerjinan tenun adalah a. pemasaran b. produksi c. penganggaran d. penentuan lokasi pengerajin 5. Fungsi Manajemen SDM pada kerajinan tenun adalah a. mencari sumber dana b. rekrutmen karyawn tenun c. mensurvei pasar b. membeli bahan baku 7. Menawarkan produk tenun rangrang ke rumah-rumah termasuk fungsi manajemen........kerajinan tenun. a. keuangan b. produksi c. pemasaran d. sumber daya manusia 8. Melatih karyawan tenun agar profesional dalam bekerja fungsi manajemen..... dari kerjinan tenun. a. keuangan b. produksi c. pemasaran d. sumber daya manusia 9. Mengalokasikan pendapatan kerajinan tenun untuk kepentingan permodalan usaha, pemilik, dan karyawan, termasuk fungsi manajemen........ pada kerjinan tenun. a. keuangan
38
b. produksi c. pemasaran d. sumber daya manusia 10. Pengendalian kualitas produk tenun rangrang pada kerajinan tenun termasuk fungsi manajemen.... a. keuangan b. produksi c. pemasaran d. sumber daya manusia
39
LAMPIRAN 5 PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN AKUNTANSI (PEMBUKUAN) PADA PENGERAJIN TENUN
Makalah Disampaikan pada P2M di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida Tanggal 3 - 4 Juni 2015
Oleh Dr. I Wayan Bagia, M.Si.
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA JULI 2015 40
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN AKUNTANSI (PEMBUKUAN) PADA PENGERAJIN TENUN
Oleh I Wayan Bagia Jurusan Manajemen FEB Undiksha Makalah ini memberikan paparan singkat tentang akuntansi (pembukuan) pada pengerajin tenun di desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida dengan harapan agar para pengerajin dapat meningkatkan pemahamannya tentang akuntansi kerajinan tenun dan mengaplikasikannya dalam melakukan pencatatan keungan pada kerjinan tenun yang telah digeluti selama ini. Hal-hal pokok yang dibahas pada akuntansi (pembukuan) adalah (1) alasan pentingnya akuntansi (pembukuan), (2) pengertian
akuntansi
(pembukuan)
serta
kegunaannya,
(3)
akun
dan
penggolongannya, dan (3) laporan keuangan. Pendahuluan Organisasi di samping memberdayakan dan menggunakan sumber daya manusia dan fisiknya dengan ekonomis, efektif dan efisien organisasi juga harus membuat pembukuan (akuntansi) agar sewaktu-waktu dari catatan tersebut dapat mengetahui segala hak dan kewajibannya secara transparan dan akuntabel yang didukung oleh bukti-bukti transaksi benar dan akurat. Artinya pelaksanaan akuntansi (pembukuan) sebagai informasi keuangan terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan yang disediakan dengan memadai dan mudah dimengerti, serta dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Ratminto dan Winarsih, 2009). Pelaksanaan pembukuan (akuntansi) mulai dari pencatatan transaksi sampai informasi keuangan harus disediakan secara detail dan dapat diakses pihak intrnal dan eskternal organisai. Tentu pola pelaksanaan pembukuan (akuntansi) keuangan seperti ini akan membangun dan menumbuhkan modal kepercayaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
tehadap
organisasi
yang
nantinya
akan
berdampak
pada
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya di masa sekarang dan yang akan datang.
41
Kemampuan sebuah organisasi untuk mengelola atau memberdayakan dan menggunakan sumberdaya manusia dan fisik dengan ekonomis, efektif, dan efisien; serta mampu menata pelaksanaan akuntansi (pembukuan) keuangannya dengan tranparan dan akuntabel menunjukkan bahwa orgnisasi tersebut telah dikelola secara
profesional dan telah menerapkan pripsip-prinsip manajemen modern.
Idealnya di masa depan organisasi apapun agar bisa tumbuh dan berkembang serta mencapai tujuannnya harus cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan dengan menerapkan kebijakan, praktik, dan aktivitas manajemen modern serta didukung oleh pelaksanaan pembukuan (akuntansi) yang transparan dan akuntabel. Kenyataan di lapangan atau pada masyarakat banyak organisasi yang bergerak di bidang bisnis maupun pelayanan kepada publik yang pertumbuhannya mengalami kemandulan dan bahkan ada yang nyaris bangkrut yang disebabkan karena berbagai hal, seperti organisasi dikelola secara konvensional atau kekeluargaan, pemberdayaan SDM dan fisik masih lemah, pelaksanaan akuntansi (pembukuan) keuangan yang tidak jelas, belum ada ketegasan yang memisahkan aset pribadi/pemilik dengan aset orgnisasi, konflik kepentingan, kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada organisai, kualitas SDM yang rendah, keterbatasan sumberdaya fisik yang dimiliki, persaingan tidak sehat, dll. Melihat kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh organisasi bisnis maupun pelayanan kepada publik seperti ini, maka organisasi sebaiknya sebelum merumuskan tujuannya harus melakukan kajian yang mendalam terhadap lingkungan ekternal untuk menemukan peluang dan ancamannya, serta kajian lingkungan internal untuk melihat apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan. Setelah mengkaji kedua lingkungan ini secara mendalam lalu merumuskan tujuan, strategi, program, paosedur dan penganggaran. Setelah semua ini dirumuskan lalu dalam
implementasinya
perlu
menerapkan
prinsip-prinsip
manajemen
dan
pencatatan adminstrasi keuangan yang tranparan dan akuntabel. Dengan demikian diharapkan permasalahan yang dihadapi oleh organisasi bisa dicari solusinnya dan bisa meraih kesuksesan di masa depan.
42
A. Pelaksanaan Pembukuan (akuntansi) Dasar hukum pelaksanaan akuntansi (pembukuan) bagi perusahaan di Indonesia menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab II Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang yqng menyelenggarakan suatu perusahaan diwajibkan memebuat catatan-catatan dengan cara demikian, sehingga sewaktuwaktu dari catatan tersebut diketahui segala hak dan kewajibannya. KUHD inilah yang mewajibkan setiap organisasi untuk melaksanakan akuntansi (pembukuan) agar setiap organisasi dengan mudah mengetahui apa yang menjadi hak dn kewajibannya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai: pengertian akuntansi (pembukuan) dan
kegunaannya, akun dan penggolongannya, persamaan dasar
akuntansi, dan laporan kauangan. B. Pengertian akuntansi (Pembukuan) dan Kegunaannya Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan
panganalisaan
data
keuangan
suatu
organisasi.
Dari
pengertian
menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks menyangkut
berbagai
kegiatan.
Pada
dasarnya
akuntansi
harus:
ini dan (1)
mengidentifikasi data yang berkaitan atau relevan dengan keputusan yang diambil, (2) memproses atau menganalisis data yang relevan, dan (3) mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Akuntansi (pembukuan) memiliki beberapa kegunaan bagi penggunanya, yaitu untuk (1) mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan, (2) menentukan/mengkur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi untuk menentukan tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, (3) menilai dan mengukur kinerja tiap-tiap orang yang diserahi wewenang dan tanggung jawab, dan (4) menentukan perlu atau tidaknya digunakan kebijakan/prosedur baru untuk mencapai hasil yang lebih baik. B. Akun dan Penggolongannya Akun (account) atau disebut perkiraan atau rekening adalah daftar untuk mengelompokkan transak-transaksi yang sejenis. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) akun dapat digolongkan menjadi dua, yaitu (1) akun riil atau permanen dan (2) akun nominal atau laba rugi. Akun riil atau permanen adalah 43
akun yang saldo-saldonya pada akhir tahun periode akuntansi dipindahkan ke neraca (akun neraca), yang meliputi: semua aktiva, kewajiban (utang), dan ekuitas (modal). Akun nominal (laba rugi) adalah akun yang saldo-saldonya pada akhir tahun periode akuntansi dipindahkan ke laba rugi dalam rangka untuk membuat laporan laba-rugi. Laporan laba-rugi akan mempengaruhi perubahan ekuitas (modal). Akun nominal dapat dikelomokkan menjadi akun beban (biaya) dan akun pendapatan. Seacara umum penggolongan akun disesuaikan menurut jenis dan susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan sebagai berikut.
Tabel 1 Pengelompokan Akun Dalam Akuntansi Jenis akun
Akun
Aktiva (1)
sub-akun
No kode
Aktiva lancar (current asset)
10
investasi jangka panjang
11
Aktiva tetap:
12
berwujud tidak berwujud 13
Aktiva lain-lain Akun riil
Utang/kewajiban (2)
Ekuitas/Modal (3)
utang jangka pendek (current
liabilities)
20
utang jangka panjang (long term debt)
21
Utang lain-lain
22
Modal sendiri
30
Modal saham
31
modal laba ditahan
32
modal Penilaian kembali
33
Modal sumbangan
34
Akun
Pendapatan (4)
4
nominal
Biaya (5)
5
C. Persamaan Dasar Akuntansi Pencatatan transaksi secara sistematis dan teratur dalam akuntansi selalu membentuk persamaan atau keseimbangan, artinya di satu sisi mencatat kekayaan dan sedangkan di sisi lain mencatat sumber kekayaan dalam jumlah yang sama. Jadi persamaan akuntansi merupakan suatu keadaan perhitungan ruas kiri atau
44
aktiva yang sama dengan ruas kanan atau pasiva. Jika dinyatakan dalam persamaan akuntansinya sebagai berikut. (1) Prinsip keseimbangan antara aktiva dan ekuitas. Aktiva suatu perusahan menunjukkan kekayaan yang dimiliki perusahaan itu sendiri sedangkan ekuitas merupakan sumber kekayaan sehingga jumlah aktiva sama dengan ekuitas. Jika dinyatakan dalam persamaan akuntansi nampak sebagai berikut. HARTA = MODAL atau AKTIVA = EKUITAS (2) Rumus aktiva sama dengan utang ditambah ekuitas Aktiva perusahaan merupakan sumber ekonomi yang diharapkan akan mendatangkan manfaat dalam kegiatan usaha melelui sumber kekayaan yang diperolehnya. Apabila sumber ini diperoleh dari pihak ketiga atau luar perusahaan maka akan menimbulkan kewajiban perusahaan yang harus dibayar di kemudian hari, yang disebut dengan utang. Dengn demikian jika aktiva yang diperoleh itu berasal dari pemiliknya dan sebagian dari pihak luar maka persamaan akuntansinya berbentuk: HARTA = UTANG + MODAL AKTIVA = KEWJIBAN + EKUITAS Hubungannya dengan konsep kesatuan usaha, pada rumusan ini adalah cukup jelas, yaitu hubungan aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang mencerminkan bahwa sebuah perusahaan merupakan satu kesaatuan usaha yang terpisah dengan pemiliknya. D. Laporan Keuangan Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan. Berkaitan dengan sistem informasi, laporan keuangan merupakan salah satu alat yang dapat digunakan oleh pihak intern dan ekstern dalam menetapkan keputusan bisnis yang terbaik bagi perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari 4 komponen, yaitu (1) neraca (balance sheet), (2) laporan laba-rugi (income statement), (3) laporan perubahan ekuitas pemilik (capital statement), dan (4) laporan arus kas (cash flow report). Laporan neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi. Neraca manyajikan satuan aktiva/harta (assets), kewajiban/utang (liability), dan modal pemilik (owners equity). Tiga kelompok ini 45
biasanya disebut akun riil atau akun neraca. Aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan dapat memberikan manfaat dalam sebuah usaha. Kewajiban adalah utang perusahaan kepada kreditur atas jasa keuangan yang dipinjam dalam menjalankan aktivitas usaha yang disertai dengan perjanjian pengembalian utang dan adanya jaminan. Modal pemilik adalah perbedaan antara aktiva dengan kewajiban dan merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik untuk menyerahkan sebagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan sebagai balas jasa atas modal yang ditanamkan. Bentuk laporan neraca sebagai berikut. Pengerajin Tenun Rangrang Neraca Per 31 Desember 2014 Aktiva Aktiva lancar Kas Aktiva tetap
Rp Rp ------ +
Total aktiva
Rp
Kewajiban Kewjiban jangka pendek Rp Kewajibaan jangka panjang Rp ------- + Total kewajiban Ekuitas pemilik Modal sendiri Modal pinjaman
Rp
Rp Rp ----------- +
Total Modal Total kewajiban + Ekuitas pemilik
Rp Rp
Laporan laba rugi Laporan laba rugi adalah suatu ringkasan dalam laporan keuangan yang memperlihatkan unsur-unsur unsur-unsur yang digunakan dalam menghitung laba atau rugi. Secra garis besar laporan ini terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok pendapatan (revenue) dan kelompok beban (expense). Dengan menggunakan prinsip pemaduan (matching) dalam akuntansi antara pendapatan dengan beban nantinya akan diketahui apakah selama periode teersebut perusahaan memperoleh laba atau rugi. Pendapatan ini ada 2 macam, yaitu pendapatan operasional dan 46
pendapatan non-opreasional. Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas utama perusahaan dan pendapatan non-operasional pendapatan yang diperoleh dari hasil tambahan di luar pendapatan operasional. Beban juga dikelompokkan menjadi 2, yaitu beban operasional dan beban nonoperasional. Beban operasional adalah sejumlah beban yang dikeluarkan untuk membiayai aktivitas operasional persuhaan untuk mendapatkan hasil dari usaha pokoknya dan beban non-operasional adalah beban yang dikeluarkan yang penggunaannya tidak berkaitan langsung dengan aktivitas operasional perusahaan. Berdasarkan struktur akuntansi laporan laba rugi dapat dgambakan sebagai berikut. Pengerajin Tenun Rangrang Laporan Laba Untuk periode yang berkhir pada 31 Desember 2014 Pendapatan Pendapatan Operasional Pendapatan lain-lain
Rp Rp ---------- +
Jumlah pendapatan Beban Beban operasional Beban lain-lain
Rp
Rp Rp --------- +
Jumlah beban
Rp ---------
Laba kotor sebelum pajak Pajak ( ...% x laba kotor
Rp Rp -------- Rp
Laba bersih setelah pajak
Laporan Perubahan Ekuitas pemilik (Capital statement) Laporan perubahan ekuitas pemilik menggambarkan perubahan yang terjadi pada modal pemilik yang disebabkan karena adanya operasi perusahaan selama periode akuntansi. Laporan perubahan modal yang disajikan meliputi empat unsur, yaitu (1) modal awal, (2) laba/rugi bersih, (3) pengambilan pribadi/prive, dan (4) modal akhir. Modal awal adalah jumlah setoran uang atau aktiva yang diberikan pada saat berdirinya perusahaan. Laba/rugi bersih adalah besarnya perolehan laba/rugi bersih selama periode akuntansi yang diperoleh dari perhitungan laporan laba rugi. Pengambilan pribadi adalah pengambilan sebagian modal oleh pemilik 47
untuk keperluan pribadinya. Modal akhir adalah jumlah posisi akhir modal setelah disesuaikan dengan perolehan laba/rugi atas operasional perusahaan dan prive yang diambil oleh si pemilik modal. Struktur perubahan modal disajikan dalam bentuk laporan perubahan moal sebagai berikut. Pengerajin Tenun Rangrang Laporan Perubahan Modal per 31 Desember 2014 Modal pengerajin, 1 Januari 2014 Laba/ Rugi bersih *) Rp Prive pengerajin (Rp) --------- Kenaikan/Penurunan Modal**)
Rp
Rp -------Rp
Modal Pengerajin, 31 Desember 2014 Keterangan:
*) jika terjadi laba harus dikurangi dengan prive, jika terjadi rugi maka rugi ditambah dengan prive. **) jika terjadi laba, maka yang terjadi adalah kenaikan modal sedangkan jika terjadi rugi maka yang terjadi adalah penurunan modal. Laporan arus kas (statement of cash flow) Laporan keuangan yang melaporkan arus kas masuk dan arus kas kelua ryang utama dari suatu perusahaan selama satu periode. Sebenarnya laporan arus kas adalah salah satu dari laporan keuangan dasar yang berguna bagi manajer untuk mengevaluasi masa lain dalam merencanakan aktivitas investasi serta pembiayaan di masa depan. Tujuan laporan arus kas adalah untuk (1) memperkirakan kas di masa mendatang dan (2) mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen.
Contoh: Transaksi sebagai berikut (1) Tanggal 1 Mei 2014 Bu Nyoman Tirtawati
memulai usahanya membuka
Kerajinan tenun Rangrang dan Endek yang diberi nama Artanadi. Ia akan menginvestasikan uang sebesar Rp 20.000.000 sebagai ekuitas pertamanya.
48
(2) Pada tanggal 5 Mei 2014 perusahaan membeli alat tenun tradisional dengan harga Rp 7.000.000 tunai. (3) Pada tanggal 15 Mei 2014 perusahaan membeli bangunan sederhana tempat tenun dengan harga Rp 7.000.000 dibayar Rp 5.000.000 sisanya dengan kredit. (4) Pada tanggal 20 Mei 2014 perusahaan menerima pendapatan usaha tenunsebesar Rp 1.000.000. (5) Pada tanggal 23 Mei 201 perusahaan membeli peralatan tenun dari toko Merpati Jaya dengan harga Rp 500.000 secara kredit. (6) Pada tanggal 35 Mei 2014 perusahaan menerima pendapatan dari usaha tenun sebesar Rp 1.600.000 (7) Pada tangal 30 Mei 2012 perusahaan membayar gaji karyawan sebesar Rp 800.000 (8) Pada tanggal 31 Mei 2014 pemilik mengambil uang dari perusahaan untuk pribadi sebesar Rp Rp 500.000 Pertanyaan: a. Buatlah dasar persamaan akuntansi mulai tanggal 1 Mei 2014 sampai dengan 31 Mei 2014 b. Buatlah laporan keuangan Neraca, laporan laba/rugi, laporan prubahan ekuitas pemilik, dan laporan arus kas perusahaan Tenun Artanadi tersebut. Jawab: Sebelum menyusun persamaan dasar akuntansi perlu dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap masing-masing transaksi. Transaksi 1 Uang kas perusahaan bertambah (+)
Rp 20.000.000
Ekuitas perusahaan bertambah (+)
Rp 20.000.000
Transaksi 2 Aktiva berupa kas berkurang (-)
Rp 6.000.000
Aktiva berupa mesin tenun bertamabah (+) Rp 6.000.000 Trasaksi 3 Aktiva berupa kas berkurang (-) sebesar
Rp
Aktiva berupa gedung bertambah (+)
Rp 7.000.000
Utang bertambah (+)
Rp 2.000.000 49
5.000.000
Transaksi 4 Aktiva berupa kas bertambah (+)
Rp 1.000.000
Ekuitas/modal bertambah (+)
Rp 1.000.000
Transaksi 5 Aktiva berupa peralatan tenun bertambah (+) Rp 500.000 Utang bertambah (+)
Rp 500.000
Transaksi 6 Akiva berupa kas bertambah (+)
Rp 1.600.000
Ekuitas bertamabah (+)
Rp 1.600.000
Transaksi 7 Aktiva berupa kas berkurang (-)
Rp 800.000
Ekuitas modal berkurang (-)
Rp 800.000
Transaksi 8 Aktiva berupa kas berkurang (-)
Rp 500.000
Ekuitas perusahaan berkurang (-)
Rp 500.000
Dari hasil analisis disusun persamaan dasar akuntansinya sebagai berkut. dalam ribuan Aktiva Tanggal
Mei
1 5 15
20
23
25
30
31 Saldo
Kas
Peralatan
Pasiva
Gedung
20.000
Mesin tenun
Utang
Ekuitas
Keterangan
Tirtawati
7.000
20.000
7.000
20.000
(7.000) 13.000 (5000)
7.000
8.000
7.000
2.000 7.000
2.000
1.000
1.000
9.000
7.000
7.000
500 9.000
500
2.000
7.000
7.000
2.500
7.000
7.000
2.500
(800) 9.800
21.000
500
7.000
7.000
2.500
7.000
7.000
50
2.500
beban gaji
21.800 (500)
500
pdpt tenun
22.600 (800)
(500) 9.300
21.800
1.600 500
pdpt tenun
500
1.600 10.600
20.000
21.300
Prive
Kalau dikembangkan persamaan : AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS AKTIVA = KEWAJIBAN + (PENDAPATAN – BEBAN)
Dari persamaan dasar akuntansi ini bisa dibuat laporan keuangan sebgai berikut. Laporan Laba Rugi Artanadi Untuk Periode 31 Mei 2014 Pendapatan Pendapatan jasa Rp 1000.000 + Rp 1.600.000 Beban Beban gaji Rp 800.000 Laba usaha Beban lain-lain Laba bersih sebelum pajak
Rp 2.600.000 (Rp 800.000) --------------------Rp 1.800.000 Rp 0 --------------------Rp 1.800.000
Laporan Perubahan Ekuitas (Modal) Artanadi Untuk Periode 31 Mei 2014 Ekuitas Tuan Adi (awal) Investasi Laba
Prive
Rp Rp 20.000.000 Rp 1.800.000 -------------------Rp 21.800.000 (Rp 500.000) ---------------------
Ekuitas Tuan Adi (akhir)
51
0
Rp 21.300.000 --------------------------Rp 21.300.000
Neraca Artanadi Per 31 Mei 2014 Aktiva Kas Mesin tenun Peralatan Gedung
Rp 9.300.000 Rp 7.000.000 Rp 1.500.000 Rp 7.000.000 --------------------Rp 23.800.000
Jumlah aktiva Pasiva Utang usaha Ekuitas BuTirtawati Jumlah pasiva (kewajiban + modal pemilik)
Rp 2.500.000 Rp 21.300.000 --------------------Rp 23.800.000
Laporan Arus Kas Artanadi Untuk Periode 31 Mei 2014 Arus kas dari kegiatan operasi tenun Laba bersih Ditambah: Dikurangi ------------------Arus kas masuk bersih dari aktivitas operasi tenun
Rp 1.800.000
-------------------Rp 1.800.000
Arus kas dari kegiatan investasi Ditambah: Dikurangi: pembelian mesin tenun Pembelien gd tenun Peralatan Kredit Gedung
Rp (7.000.000) Rp (7.000.000) Rp (500.000) Rp 2.000.000 -----------------------Arus kas yang digunakan untuk aktivitas investasi Rp (12.500.000)
Arus kas dari kegiatan pendanaan Ditambah: investasi pemilik Dikurangi: pengambilan pemilik
Rp 20.000.000 Rp ( 500.000) -----------------------Arus kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan Rp 19.500.000 52
----------------------Rp 8.800.000 Rp -----------------------Rp 8.800.000 ------------------------
Sisa kas 1 Mei 2014 Sisa kas 31 Mei 2014
53
DAFTAR RUJUKAN Jackson and Musselman. 2001. Management. South-Western. Thomson Learning. Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2009. Manajemen Pelayanan. Pnerbit Pustakan Pelajar. Schermerhorn, John R.. 1999. Management. John Wiley & Sons Inc. Stoner, W. J..1999. Management. McGraw-Hill Book Company. Tim Penyusun. 2012. Akuntansi. Materi PLPG Kelompok Pendidikan Ganesha.
54
Ekonomi. Universitas
LAMPIRAN 6 SOAL LATIHAN DAN PENDAMPINGAN
1. Tanggal 1 Mei 2015 Bu Tika Mulyawati memulai usahanya membuka Kerajinan tenun Rangrang dan Endek yang diberi nama Sinar Mulya. Ia akan menginvestasikan uang sebesar Rp 40.000.000 sebagai ekuitas pertamanya. 2. Pada tanggal 5 Mei 2015 perusahaan membeli alat tenun tradisional dengan harga Rp 14.000.000 tunai. 3. Pada tanggal 15 Mei 2015 perusahaan membeli bangunan sederhana tempat tenun dengan harga Rp 4.000.000 dibayar Rp 10.000.000 sisanya dengan kredit. 4. Pada tanggal 20 Mei 2015 perusahaan menerima pendapatan usaha tenunsebesar Rp 2.000.000. 5. Pada tanggal 23 Mei 2015 perusahaan membeli peralatan tenun dari toko Merpati Jaya dengan harga Rp 1.000.000 secara kredit. 6. Pada tanggal 35 Mei 2015 perusahaan menerima pendapatan dari usaha tenun sebesar Rp 3.200.000 7. Pada tangal 30 Mei 2015 perusahaan membayar gaji karyawan sebesar Rp 1.600.000 8. Pada tanggal 31 Mei 2015 pemilik mengambil uang dari perusahaan untuk pribadi sebesar Rp Rp 1.000.000 Pertanyaan: a. Buatlah dasar persamaan akuntansi mulai tanggal 1 Mei 2015 sampai dengan 31 Mei 2015 b. Buatlah laporan keuangan Neraca, laporan laba/rugi, laporan prubahan ekuitas pemilik, dan laporan arus kas perusahaan Tenun Sinar Mulya tersebut.
55
56
57
58
59
LAMPIRAN 8
60
61
62