LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
Pelatihan Pembukuan dan Penghitungan Laba Rugi dengan Sistem Kelompok pada Pengerajin Anyaman Bambu di Desa Kayubihi Kabupaten Bangli
Oleh I Gusti Ayu Purnamawati, SE., M.Si., Ak Dewa Gede Sudika Mangku, SH., LL.M Ni Ketut Sari Adnyani,S.Pd.,M.Hum Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 136/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Februari 2014
JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2014
1
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur yang sedalam-dalamnya kami panjatkan atas kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga laporan akhir pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat diselesaikan. Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dari awal sampai dengan selesai. Laporan ini memaparkan kegiatan pengabdian masyarakat tentang pelatihan pembukuan dan penghitungan laba rugi dengan sistem kelompok pada pengerajin anyaman bamboo di desa Kayubihi Kabupaten Bangli. Proses pelatihan disertai dengan pemberian materi dan modul tentang laporan keuangan yang mendukung. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan salah satu wujud dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana nantinya diharapkan para pengerajin anyaman bambu khususnya yang ada di desa kayubihi Kabupaten Bangli dapat menyusun pembukuan dan penghitungan laba-rugi dengan baik dan benar, sehingga dapat meningkatkan pendapatan usaha para pengerajin. Walaupun penyusunan laporan akhir ini masih jauh dari sempurna, namun kami berharap dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Singaraja, 10 September 2014
Ketua Pelaksana
3
DAFTAR ISI
COVER…….………………………………………………………. HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………. KATA PENGANTAR……………………………………………... DAFTAR ISI……………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR ………………………………………………
i ii iii iv v
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan .......................................................................... 1.2. Analisis Situasi ....................................................................... 1.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah .....................................
1 3 5
1.4. Tujuan Kegiatan ..................................................................... 1.5. Manfaat Kegiatan ................................................................... 1.6. Khalayak Sasaran Strategis ....................................................
6 6 7
BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1. Kerangka Pemecahan Masalah ............................................. 2.2. Model Latihan .......................................................................
8 9
2.3. Rancangan Evaluasi ..............................................................
10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil ...................................................................................... 3.2. Pembahasan ..........................................................................
11 13
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan.. .......................................................................... 4.2. Saran.. ....................................................................................
19 20
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
4
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Peta Lokasi Kegiatan……………………………… Lampiran 2: Foto-Foto (Dokumentasi) Kegiatan..……………… Lampiran 3: Daftar Hadir Peserta P2M……….....………………
Halaman 21 22 23
5
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Desa Kayuihi merupakan salah satu desa yang ditetapkan sebagai desa sentra kerajinan rakyat, khususnya kerajinan anyaman bambu. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat Desa Kayubihi menggantungkan hidupnya pada sektor kerajinan anyaman bambu dan ditunjang dengan bahan baku yang sangat berlimpah. Disisi lain Desa Kayubihi merupakan jalur lintas wisata antara objek wisata Tirta Empul dengan objek wisata “Gunung Batur dan Danau batur” yang sangat diminati oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik.
Kondisi ini berimplikasi pada
pemasaran hasil kerjinan yang meningkat dan semakin meluas keberbagai daerah yang ada di Indonesia maupun luar negeri. Seiring dengan meningkatnya jumlah “pesanan” dengan berbagai pariasinya menyebabkan meningkatnya produksi kerajinan anyaman bambu dari waktu-kewaktu. Pada awalnya hasil kerajinan anyaman bambu hanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal masyarakat Bali dengan cara dijual melalui pasarpasar tradisonal yang ada di Bali atau dengan dipesan langsung oleh pembeli kepada pengrajin dan jumlah pesanannya-pun relatif kecil. Dengan berkembangnya industri pariwisata, hasil kerajinan bambu sangat diminati oleh wisatawan untuk dijadikan sebagai sopenir, sehingga anyaman bambu merupakan maskot kerajinan bangi Kabupaten Bangli. Kini pengrajin anyaman bambu yang ada di Desa Kayubihi tidak lagi berkja sendiri, namun telah menggunakan kariawan untuk meladeni kebutuhan industri pariwisata dan pesanan dari pengepul yang akan dikirim keluar negeri dengan menggunakan kontaener (Monografi Desa Kayubihi Tahun 2011). Jumlah pesanan bisa mencapai ratusan sampai ribuan unit dengan model yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan pemesan. Setiap harinya pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi bisa menghasilkan satu sampai dua buah anyaman bambu. Bahkan pada beberapa pengerajin sudah memiliki kariawan yang jumlahnya dua sampai lima orang. Sehingga setiap bulannya mereka mampu menghasilkan enam puluh sampai seratus lima puluh buah ayaman bambu dengan berbagai jenis dan motif. Secara ekonomis kondisi ini sangat menguntungkan bagi masyarakat pengerajin anyaman bambu yang ada di Desa Kayubihi, jika mereka bisa melakukan pembukuan dengan baik. Tetapi para pengerajin 6
anyaman bambu di Desa Kayubihi yang rata-rata tamatan sekolah dasar (SD) mengaku kesulitan didalam melakukan penghitungan biaya produksi (beli bahan, gaji kariawa, perawatan dan pembelian alat-alat produksi) dan modal usaha (sewa tanah dan modal awal). Hal ini disebabkan karena mereka melakukan penghitungan secara konvensional dengan cara mengingat biaya yang mereka keluarkan tanpa melakukan pembukuan. Sehingga seringkali para pengerajin kesulitan menghitung biyaya pruduksi dan modal yang dikeluarkan setiap bulannya. Sehingga tenaga manajemen usaha, sewa tanah dan modal awal sering tidak dihitung dalam menentukan harga jual. Padahal, jika sewa tanah, biaya manajeman dan modal awal dihitung para pengerajin tidak memperoleh keuntungan yang berarti dibandingkan modal yang dikeluarkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para pengepul untuk menawar hasil anyaman bambu dengan semurah-murahnya, karena para pengerajin tidak mengetahui pembukuan dan menggunkan perkiraan dalam menentukan harga jual. Berbagai persoalan yang dialami para pengerajin di Desa Kayubihi ini sangat merugikan para pengerajin anyaman bambu termasuk para kariawan. Sementara para pengepul memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dengan memanfaatkan kelemahan pengerajin yang tidak bisa membuat pembukuan. Berdasarkan hasil analisi kondisi dan prospek profil pengerajin anyaman bambu sebagaimana yang telah tersaji di depan, dapat diidentifikasi masalah utama yang dihadapi oleh para pengerajin anyaman bambu adalah sulitnya membuat pembukuan untuk menghitung bianya produksi dan modal usaha serta penentuan harga jual sesuai dengan harga pasar, sehingga memperoleh keutungan yang memadai. Di sisi lain, permainan para pengepul yang memanfaatkan kelemahan para pengerajin anyaman bambu yang tidak bisa membuat pembukuan untuk menentukan harga jual sering kali membuat para pengerajin ayaman bambu merugi, apalagi bila pesanan produk baru yang diminta oleh pemesan. Karena para pengerajin belum terbiasa memproduksi maka, mereka tidak bisa menentukan jumah modal dan biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat anyaman tersebut, sementara para pengepul berusaha menawar serendah mungkin untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Berdasarkan analisis masalah di atas,
maka dipandang perlu mencarikan soslusi yang tepat guna dan
produktif terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh para pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli. Salah satu alternatif yang dipandang tepat guna 7
adalah dengan memberikan pelatihan pembukuan. Berdasarkan rasional tersebut, maka melalui program ini akan dilakukan pelatihan kepada para pengerajin anyaman bambu dengan sistem kelompok (setiap kelompok akan diberikan materi latihan oleh pakar dengan waktu yang berbeda sesuai dengan kesepakatan kelompok dengan pelaksana). Dengan program ini diharapkan para pengerajin anyaman bambu bisa membuat pembukuan dengan baik, sehingga mampu menghitung laba rugi dan harga jual sesuai dengan biaya produksi dan modal usaha. 1.2. Analisis Situasi Desa Kayubihi merupakan salah satu desa yang dijadikan sebagai sentral pilot projec pengembangan hutan bambu yang berbasis kerakyatan. Artinya pengembangan hutan bambu di wilayah Bangli, khususnya di Desa Kayubihi dilakukan oleh rakyat melalui lembaga Desa Adat dengan menggunakan tanah masyarakat Desa Adat Kayubihi sebagai objeknya. Dengan demikan akan tumbuh kesadaran untuk menjaga dan melestarikan hutan, khususnya hutan bambu yang berfungsi menagkal erosi dan banjir. Di samping program yang memang dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat Desa Kayubihi memang telah melakukan pelestarian dan pengembangan hutan bambu di ladang mereka masing-masing, khususnya di daerah tepi jurang yang ada disebelah barat dan timur wilayah Desa Adat Kayubihi. Hal ini disebabkan karena tanaman bambu selain digunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dan untuk membuat bangunan juga dipergunakan sebagai bahan baku untuk membuat kerajinan anyaman bambu dengan cara tebang pilih. Pola tebang pilih mampu membuat produksi tanaman bambu terus berlanjut, karena hanya pohon bambu yang sudah matang saja yang ditebang dan dipergunakan, sedangkan bambu yang masih muda dibiarkan untuk memproduksi pohon bambu. Masyarakat Desa Adat Kayubihi saat ini berjumlah 278 kepala keluarga (KK). Dilihat dari mata pencaharian, sebagian besar warga masyarakat Desa Kayubihi bekerja pada sektor kerajinan khususnya kerajinan anyaman bambu dan hanya sebagain kecil saja yang bergerak pada sektor pertanian dan peternakan (Monografi Desa Kayubihi tahun 2011). Hal ini disebabkan karena luas tanah yang dimiliki oleh masing-masing kepala keluarga sangat sedikit (rata-rata 23 are/kepala keluarga). Di sisi lain di Desa Kayubihi tersedia bahan baku bambu yang sangat berlimpah untuk diolah menjadi barang kerajinan tangan. Sehingga sebagian besar masyarakat Desa Adat Kayubihi 8
menggantungkan hidupnya pada sektor kerajinan, khususnya kerajinan ayaman bambu. Pada setiap keluarga yang menganyam bambu akan ada pembagian tugas antara lakilaki, perempuan dengan anak-anaknya. Laki-laki bertugas memotong bambu di hutan, memotong bambu sesuai ukurang anyaman, memilah-milah, menguliti dan menjemur. Perempuan bertugas untuk menghaluskan dan menganyam sesuai dengan bentuk dan motifnya. Sedangkan anak-anak membantu orangtuanya menganyam jika memiliki waktu sepulang sekolah. Secara geografis Desa Kayubihi terletak di sebelah utara Kota Bangli (kurang lebih 7 Kilometer) dan termasuk daerah yang datar serta diapit oleh jurang yang sangat dalam namun tidak berair di sebelah barat dan sebelah timur desa. Tanah tegalan yang datar ditanami berbagai macam tanaman kebutuhan pokok, seperti pisang, ketela rambat, jagung, nangka, sayuran dan aneka tanaman lainnya (Monografi Desa Kayubihi Tahun 2011). Sedangkan disepanjang wilayah jurang dan bibir jurang ditanami hutan bambu yang tumbuh dengan suburnya. Jenis tanaman bambu yang banyak ditanam diwilayah Kayubihi ini adalah bambu tali (tiing tali), yaitu sejenis bambu yang mudah diolah (lentur) untuk membuat aneka kerajinan anyaman bambu. Sedangkan bambu tamling yang memilki ciri bersih dan bersinar ketika sudah matang dipergunakan untuk membuat krincingan dan alat musik bambu tradisional. Pada awalnya, hutan bambu digunakan sebagai penahan erosi dan banjir serta dijadikan sebagai bahan bangunan untuk membuat rumah/kandang sapi atau untuk prabotan. Namun dalam perkembangan selanjutnya, bambu menjadi komoditas utama pembuatan anyaman bambu yang dijadikan sebagai aneka prabotan yang dijual ke-berbagai daerah yang ada di Bali bahkan mancanegara. Hutan bambu akhirnya menjadi tumpuan hidup perekonomian masyarakat Desa Kayubihi. Para pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi saat ini berjumlah 96 orang yang terhimpun dalam organisasi Bambu Bali (Monografi Desa Kayubihi Tahun 2011). Perkumpulan ini bertujuan untuk memudahkan saling tukar informasi bagi sesama pengerajin. Dari sembilan puluh enam pengrajin ini empat puluh diantaranya telah memiliki karyawan/ atau membina tenaga muda yang ada didesannya untuk menganyam bambu. Dari kelompok besar (Bambu Bali) ini dibagi lagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan sepuluh sampai dua puluh orang. Kelompok-kelompok pengerajin ini biasanya saling berbagi pesanan dan saling berbagi 9
informasi berkaitan dengan harga jual hasil kerajinan, motif kerajinan sampai pada modal usaha. Aneka kerajinan anyaman bambu yang mereka buat sangat bergam jenisnya sesuai dengan pesanan dan selera konsumen. Beberapa motif anyaman bambu yang biasa diproduksi saat ini atau yang paling laris adalah model lentera lampu, model krincingan, model pas bunga, model keben bertulis dan model alat musik tradisional yang saat ini paling digemari oleh wisatawan. Model ini bisa disesuaikan dengan selera dan pesanan yang diminati konsumen. 1.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan analisi situasi dan kondisi empirik di atas, maka permasalahan yang dialami oleh para pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli adalah: (1) sebagian besar pengerajin anyaman bambu belum bisa membuat pembukuan sederhana yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu yang dibuat, (2) pengerajin anyaman bambu sering keliru dalam menentukan harga jual barang hasil kerajinan yang dibuat, sehingga sangat menguntungkan bagi para pengepul, (3) antara pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang menjadi urusan perempuan (ibu rumah tangga) dengan pengeluaran untuk kegiatan usaha sering dicampur adukkan, sehingga sulit untuk menentukan keuntungan atau kerugian yang timbul akibat usaha yang dikembangkan, (4) penentuan gaji (upah) bagi karyawan yang diajak bekerja sering tidak menentu, disesuaikan dengan kondisi dan situasi keuntungan yang diperoleh dari hasil anyaman bambu yang dibuat. Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, maka permasalahan pokok yang hendak dicarikan solusi dalam pengabdian masyarakat ini adalah: “bagaimanakah caranya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli dalam membuat pembukuan sederhana dan penghitungan laba rugi?”. Melalui pelatihan ini diharapkan para pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi dapat membuat pembukuan sederhana yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan modal awal, biaya produksi, biaya finising, menentukan harga jual yang sesuai dengan biaya produksi dan menentukan laba rugi usaha yang dilakukan.
10
1.4. Tujuan Kegiatan Berdasarkan analisis siatuasi dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan utama dalam program pegabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli dalam membuat pembukuan sederhana dan penghitungan laba rugi. Secara rinci tujuan program pengabdian masyarakat ini adalah untuk: 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pembuatan pembukuan sederhana bagi ibu-bu rumah tangga pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi. 2. Meningkatkan keterampilan penghitungan laba rugi dan penentuan harga jual kerajinan anyaman bambu bagi ibu-ibu rumah tangga pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli. 3. Meningkatkan pendapatan para pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi sesuai dengan usaha dan hasil produksinya. 1.5. Manfaat Kegiatan Berdasarkan tujuan program pengabdian masyarakat di atas, maka secara realistik implementasi pelatihan pembuatan pembukuan sederhana dan perhitungan laba rugi bagi ibu-ibu rumah tangga pengerajin
anyaman bambu di Desa Kayubihi
Kecamatan Bangli diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Para pengerajin, pelatihan pembuatan pembukuan sederhana ini akan sangat membantu mereka dalam menentukan harga jual produk yang mereka hasilkan, sehingga keuntungan yang mereka peroleh akan leih meningkat dan tidak mudah diperdaya oleh para pengepul. 2. Para karyawan, dengan adanya sistem pembukuan, maka semua modal usaha dan biaya produksi dapat terihitung dengan baik dan meningkatkan pendapatan pengerajin sesuai dengan pengelolaan yang dilakukan secara kelompok dengan sistem bagi hasil. 3. Desa Kayubihi, peningkatan pendapatan pengerajin anyaman bambu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Kayubihi dan meningkatkan pendapatan asli desa yang dapat dijadikan untuk melaksanakan berbagai program yang direncanakan oleh Desa.
11
4. Pemerintah Kabupaten Bangli, peningkatan pendapatan para pengerajin ini secara otomatis akan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten bangli dari sektor retribusi dan pajak pendapatan serta meningkatkan kunjungan wisatawan ke wilayah Kabupaten Bangli. 1.5. Khalayak Sasaran Strategis Khalayak sasaran strategis dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. Disisi lain Desa Kayubihi merupakan salah satu desa percontohan sentra kerajinan rakyat, khsusunya kerajinan anyaman bambu. Model pengembangan setra kerajinan rakyat ini diharapkan untuk menjadi contoh desa-desa lainnya yang ada di Kabupaten Bangli dalam mengembangkan kerajinan sesuai dengan potensi yang dimiliki masingmasing desa. Selain itu, kegiatan ini memiliki keterkaitan yang sangat mutualis dengan berbagai pihak, antara lain: (1) Kepala Dinas Koprasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Bangli, (2) Kesatuan Pengerajin Kabupaten Bangli, dan (3) Kepala Desa Desa Kayubihi yang masyarakatnya menjadi sasaran antara yang strategis dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini. Semua fihak di atas, akan memperoleh manfaat yang sangat esesial dan aplikatif dalam kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan para pengerajin.
12
BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1. Kerangka Pemecahan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana program ini akan dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat permasalahan yang saat ini dihadapi oleh parang pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli, yaitu: (1) sebagian besar pengerajin anyaman bambu belum bisa membuat pembukuan sederhana yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu yang dibuat, (2) pengerajin anyaman bambu sering keliru dalam menentukan harga jual barang hasil kerajinan yang dibuat, sehingga sangat menguntungkan bagi para pengepul, (3) antara pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang menjadi urusan perempuan (ibu rumah tangga) dengan pengeluaran untuk kegiatan usaha sering dicampur adukkan, sehingga sulit untuk menentukan keuntungan atau kerugian yang timbul akibat usaha yang dikembangkan, (4) penentuan gaji (upah) bagi karyawan yang diajak bekerja sering tidak menentu, disesuaikan dengan kondisi dan situasi keuntungan yang diperoleh dari hasil anyaman bambu yang dibuat. Salah satu alternatif yang dipandang cukup visibel untuk dilakukan adalah dengan melaksanakan pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli dalam membuat pembukuan sederhana dan penghitungan laba rugi. Melalui pelatihan ini diharapkan para pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi dapat membuat pembukuan sederhana yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan modal awal, biaya produksi, biaya finising, menentukan harga jual yang sesuai dengan biaya produksi dan menentukan laba rugi usaha yang dilakukan. 2.2. Metode Pelaksanaan Program Sesuai dengan fokus masalah dan tujuan dari kegiatan ini, maka metode yang digunakan adalah metode pelatihan terprogram dengan sistem kelompok yang bersifat terminal. Artinya untuk melatih ibu-ibu pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi, akan dilakukan program pelatihan secara terjadwal kepada setiap kelompok pengerajin. Pelatihan tersebut akan menggunakan sistem kelompok, dimana kepada setiap kelompok pengerajin akan diberikan satu paket program pelatihan yang dilakukan 13
secara demokratis, yang diawali dengan pengenalan pengetahuan dan keterampilan tentang pembukuan sederhana, kemudian dilanjutkan dengan praktek langusung membuat pembukuan sederhana dengan tutor dari Undiksha Singaraja (Akhli Akuntansi), kemudian kepada mereka akan dikondisikan untuk bisa membuat pembukuan sederhana secara mandiri dengan tetap didampingi oleh tim pelaksana/tutor. Setelah dianggap mahir maka tim pelaksana akan menghentikan pelatihan pada kelompok tersbut dan beralih kepada kelompok pengerajin lainnya dengan prosedur yang sama. Lama pelaksanaan kegiatan adalah 8 (delapan) bulan yang dimulai dari tahap pengajuan proposal, perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi dengan melibatkan empat kelompok pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli. Pada akhir program setiap peserta akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Adapun materi yang diberikan selama pelatihan meliputi : (1) pentingnya pembukuan sederhana dalam usaha, (2) keuntungan penggunaan pembukuan dalam menjalankan usaha, (3) pengitungan modal usaha dan harga jual dengan sistem pembukuan dan (4) dokumentasi alat-alat poduksi melalui pembukuan. 2.3. Model Latihan Pengembangan model pelatihan pembukuan sederhana dan penghitungan laba rugi sistem kelompok bagi para pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi, akan diawali dengan orientasi lapangan, dilanjutkan dengan identifikasi masalah, studi literatur, dan oprasionalisasi kegiatan. Orintasi lapangan dan identifikasi masalah adalah cara untuk lebih mengenali masalah yang dihadapi oleh para pengerajin di Desa Kayubihi, sehingga dari sana bisa dicarikan alternatif pemecahan masalahnya. Kegiatan selanjutnya adalah mencari solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh para pengerajin anyaman bambu melalui studi literatur. Terakhir adalah pelaksanaan program sebagaimana telah disepakati bersama. Untuk memperlancar pelatihan dengan sistem kelompok ini, maka para pengerajin yang ada di Desa Kayubihi akan dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok akan mendapatkan paket pelatihan dengan materi yang sama.
14
2.4. Rancangan Evaluasi Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk menjastifikasi tingkat keberhasilan kegiatan dapat diuraikan pada tabel 1 berikut : No 1.
2.
3.
Jenis Data
Sumber Data Pengetahuan dan Pengerajin keterapilan anyaman tentang bambu pembukuan sederhana Keterampilan para pengerajin dalam membuat pembukuan sederhana sesuai dengan yang dilatih Kemampuan dan keterampilan pengerajin menggunakan pembukuan dalam usaha anyaman bambu
Pengerajin anyaman bambu
Pengerajin anyaman bambu
Indikator Pengetahuan dan keterampilan pengerajin anyaman bambu Keterampilan pengerajin anyaman bambu
Pengetahuan dan keterampilan pengerajin anyaman bambu
Kriteria Keberhasilan Terjadi perubahan yang positif terhadap pengetahuan dan keterampilan pengerajin Terjadinya perubahan yang positif terhadap keterampilan pengerajin
Terjadinya perubahan kemampuan dan keterampilan pada pengerajin
Instrumen Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dan format observasi
Pedoman wawancara dan format observasi
Pada kegiatan pelatihan ini, ibu-bu pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihi akan dilibatkan secara kolaboratif
dari awal sampai akhir kegiatan. Ibu-ibu pengerajin
anyaman bambu akan dilibatkan dalam merencanakan program, penjadwalan kegiatan, ikut serta dalam pelatihan sampai pada tahap uji coba produk pelatihan. Untuk uji coba produk hasil pelatihan ini akan dilakukan pada semua rumah tangga pengerajin anyaman yang mendapatkan pelatihan.
15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.
Hasil Pelaksanaan Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para pengerajian anyaman
bambu di Desa Kayubihatan Kintamani Kabupaten Bangli dalam kaitannya dengan mengembangkan kemampuan dan keterampilan membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu yang dibuat, maka program pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan bagi para pengerajin anyaman bambu di Desa Kayubihir. Pelatihan membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu yang dibuat bagi pengerajin anyaman bamboo ini dilakukan pada bulan Agustus di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli dengan mendatangkan tim pakar dari Universitas Pendidikan Ganesha, khususnya pakar pembukuan dari jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Adapun alur pelatihan membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu ini dimulai dari, 1) Tahap persiapan, yang terdiri dari tahap : (a) penyiapan bahan administrasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pelatihan, (b) melakukan koordinasi dengan para pengerajin anyaman bamboo di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli, (c) menyiapkan materi pelatihan, (d) menyiapkan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan pelatihan (pakar Akuntansi), dan (e) menyiapkan jadwal pelatihan selama 1 hari efektif, 2) tahap pelaksanaan, yang terdiri dari : (a) melakukan pelatihan membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli, (b) simulasi terbatas membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu yang telah dibuat dalam pelatihan, dan 3) tahap evaluasi, yang terdiri dari (a) persentasi hasil pelatihan, (b) koreksi dari pakar, dan (c) memberikan hasil membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu yang dibuat dalam pelatihan. Pada pelatihan membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu pada para pengerajin terlebih dahulu diberikan pemahaman mengenai pentingnya penggunaan pembukuan dalam melaksanakan usaha. Banyak orang malas membuat pembukuan untuk usahanya. Dan memang topik 16
pembukuan ini merupakan fakta yang sering dihindari oleh para pengusaha, khususnya mereka para pengusaha baru. Sebenarnya apa itu pembukuan? Pembukuan merupakan proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan suatu perusahaan atau organisasi. Pencatatan itu meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca , dan laporan laba rugi untuk periode tahun fiskal tersebut. Pembukuan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha dalam kondisi untung/rugi. Selain itu dengan membandingkan kondisi keuangan tahun sebelumnya dengan tahun saat ini, maka kita dapat mengetahui apakah perusahaan memiliki kenaikan laba, atau justru sebaliknya malah merugi. Beberapa hal yang menjadi parameter sukses tidaknya sebuah perusahaan/usaha ada banyak. Di antaranya adalah kinerja SDM, kinerja keuangan, kinerja operasi dll. Walau demikian semuanya akan berujung pada satu keputusan yaitu perusahaan itu untung atau tidak. Sehingga membuat parameter kinerja keuangan menjadi sangat berperan bagi perusahaan. Laporan keuangan yang bersumber dari pembukuan dapat menunjukkan itu semua. Pembukuan dapat digunakan sebagai alat kontrol keuangan usaha. Kita dapat mengetahui biaya-biaya mana yang tidak perlu, biaya mana yang merupakan pemborosan. Sehingga biaya tersebut dipotong dan akan mengefisienkan usaha dengan lebih baik. Tanpa adanya pembukuan, hal tersebut tidak akan mungkin bisa dilakukan, karena secara nyata angka itu tidak pernah tercatat. Pembukuan dapat dijadikan alat pengambilan keputusan. Mengapa demikian? Karena dengan melihat perkembangan keuangan dari tahun ke tahun, kita dapat melihat, haruskah perusahaan berinvestasi kembali ke alat-alat produksi misalnya (jika memiliki banyak uang kas), atau fokus pada pemasaran (jika angka penjualan turun) atau keputusan-keputusan lainnya, yang didasarkan pada kondisi keuangan saat ini. Dengan melakukan pembukuan berarti kita sudah berperan sebagai warga negara yang baik, yaitu dengan melaporkan pajak hasil usaha yang dilakukan. Perhitungan pajak didasarkan pada laporan keuangan usaha yaitu dari neraca dan laporan laga rugi. Pembukuan usaha, yang nantinya berakhir ke dalam bentuk laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar, layak tidaknya usaha tersebut jika menerima tambahan modal dari pihak lain seperti investor, pihak perbankan, dan perusahaan ventura. Dasar laporan keuangan ini merupakan ketentuan wajib bagi 17
lembaga keuangan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, karena laporan keuangan ini menunjukkan baik tidaknya kondisi perusahaan, dilihat dari untung-rugi, efisienboros, dan pengelolaan aset usaha. 3.2. Pembahasan Salah satu tangtangan pengusaha kecil termasuk pengerajin anyaman bamboo dalam mengembangkan usaha adalah masalah membuat dan mengembangkan pembukuan untuk usaha yang mereka jalankan. Masalah management bisnis kerap menjadi kendala besar terutama bagi para pelaku usaha kecil atau orang yang baru terjun ke dunia bisnis, termasuk pengerajin anyaman bambu. Bukan hanya menyangkut cara mengelola produk atau produksinya, namun yang kerap kedodoran adalah pada pengelolaan keuangannya. Belum lagi semua bidang tak jarang diurus seorang diri sehingga
menyebabkan
perkembangan
usahanya
juga
ikut-ikutan
kedodoran.
Sebenarnya hampir semua bagian dalam sebuah pengelolaan usaha merupakankendala sekaligus tantangan yang dihadapi para pelaku usaha kecil. Sejumlah riset menemukan bahwa masalah manajemen keuangan merupakan problem utama yang sering muncul. Kendala ini terutama tumpang tindihnya antara pengelolaan keuangan bisnis dengan keuangan keluarga. Akibatnya, selain perkembangan bisnisnya seret, dampaknya juga pada keutuhan rumah tangga yang tak jarang ikut terganggu. Forum Daerah Usaha Kecil dan Menengah (Dorda UKM) Yogyakarta juga pernah melakukan riset kecilkecilan tetang kendala utama yang dialami para pelaku bisnis UKM. Ternyata, masalah pemasaran justru lebih mendominasi problem tersebut. Tak sedikit pelaku UKM yang mampu membuat produk yang berkualitas dengan standar tinggi, namun kesulitan dalam memasarkannya. Dengan kata lain, manajemen pemasaran menjadi hambatan untuk pengembangan usaha mereka. Seperti yang ditulis para pengusaha kecil, Tips Memulai Usaha Kecil, jika anda baru pertama kali terjun ke dunia bisnis anda tak perlu teori apapun untuk menjalankan dan mengembangkan usaha anda. Langsung jalankan saja, dan apapun tantangan dan hambatan yang anda alami merupakan pengalaman yang sangat berharga yang dapat menjadikan anda menjadi besar. Rasanya kita semua tentu paham dan sepakat bahwa untuk menjadi besar haruslah berangkat dari yang kecil terlebih dahulu. Tak ada pengusaha besar dan sukses saat ini yang tidak dimulai dari hal kecil. Kalau pun ada, mungkin mereka adalah anak-anak pengusaha yang masuk untuk meneruskan bisnis orang tuanya yang memang sudah besar. Dan jumlahnya, mungkin 18
bisa dihitung dengan jari, dan itu bukan merupakan contoh yang baik dalam membangun sebuah bisnis. Menurut para peserta pelatihan, selama ini mereka tidak menggunakan pembukuan untuk menjalankan usahanya disebabkan karena beberapa factor, yaitu; (1) sebagian besar pengrajin anyaman bamboo hanya menamatkan pendidikan hanya pada bangku sekolah dasar, sehingga secara rasional tidak mengetahui bagaimana cara membuat pembukuan, (2) hampir semua pengerajin anyaman bamboo menjadikan keuangan keluarga dengan keuangan usaha menjadi satu, dan tak jarang harus saling melengkapi satu dengan lainnya, sehingga tidak mungkin bias mengetahui mana keuntungan usaha (3) modal awal usaha tidak ditentukan terlebih dahulu sebelum usaha anyaman bamboo dikembangkan, akan tetapi sambil jalan, sehingga sangat sulit untuk menentukan modal usaha, (4) menurut persepsi masyarakat usaha kecil termasuk usaha anyaman bamboo tidak perlu membuatkan pembukuan, karena akan menyebabkan sebakin banyak waktu tersita untuk membuatkan pembukuan, dan (5) pembukuan menurut masyarakat masih terlalu sulit untuk dibuat dan membutuhkan waktu yang sangat banyak untuk membuatnya. Kondisi ini menyebabkan masyarakat menjadi malas untuk membuatkan pembukuan bagi usahanya. Implikasinya adalah sering sekali para pengerajin anyaman bamboo mengalami kerugian karena kesalahan modal dasar yang mengakibatkan penurunan pada penjualan. Laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Suatu laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan, apabila dengan informasi tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Semakin baik kualitas laporan keuangan yang disajikan maka akan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Menurut Hery (2012:3), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Juminang 19
(2008:2) menyatakan, Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak yang berkempentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Pihak – pihak yang berkempentingan tersebut diantaranya manajemen, pemilik, kreditor, investor, penyalur, karyawan, lembaga pemerintah, dan masyarakat umum. Sedangkan Haryono Jusup (2005:11) menyatakan, Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi. Dalam definisi ini disebutkan bahwa akuntansi merupakan suatu proses yang meliputi (1) pencatatan, (2) penggolongan, (3) peringkasan, (4) pelaporan, dan (5) penganalisisan data keuangan dari suatu organisasi. Kegiatan pencatatan dan penggolongan adalah proses yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang setiap kali terjadi transaksi keuangan. Sedangkan kegiatan pelaporan dan penganalisisan biasanya hanya dilakukan pada waktu tertentu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Sebenarnya laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan, terutama sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan akuntansi ini dinamakan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis. Seorang akuntan diharapkan mampu untuk mengorganisir seluruh data akuntansi hingga menghasilkan laporan keuangan dan bahkan harus dapat menginterpretasikan serta menganalisis laporan keuangan yang dibuatnya. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Sedangkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (2004:25) menyatakan, “ Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewerdship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan pada mereka” . Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi keuangan kepada pemakai informasi keuangan untuk 20
mengetahui posisi, kinerja dan perubahan posisi keuangan perusahaan serta digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara prinsip pembukuan atau laporan keuangan terdiri dari beberapa komponen yang sangat urgen untuk sebuah perusahaan untuk mengetahui sehat tidaknya sebuah usaha. Menurut Standar Akuntansi Keungan (2004), menyatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari: (1) Neraca, (2) laporan Laba-rugi, (3) Laporan Perubahan Modal, (4) Laporan Arus Kas dan (5) Catatan atas laporan keuangan. a) Neraca Neraca atau sering disebut juga laporan posisi keuangan. Menurut AL Haryono Jusuf (2001:21) neraca adalah suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan), kewajiban dan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Neraca dibuat dengan maksud untuk menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada saat tertentu. Komponen neraca antara lain: Aktiva (asset) yang terdiri atas akitva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain. Kewajiban (liability) yang terdiri atas kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Modal yang terdiri dari Modal setor dan Laba yang ditahan. b) Laporan Laba rugi Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menunjukan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan dengan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan dan juga merupakan tali perhubungan dua neraca yang berurutan. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain, laporan laba-rugi menggambarkan keberhasilan atau kegagalan
operasi perusahaan dalam upaya
mencapai tujuannya. Hasil operasi perusahaan diukur dengan membandingkan antara pendapatan perusahaan tersebut (Al Haryono Jusuf, 2001:24). Apabila pendapatan lebih besar daripada biaya, maka perusahaan dikatakan memperoleh laba. Sedangkan apabila terjadi sebaliknya dimana biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh, maka perusahaan dikatakan rugi. 21
c) Laporan Perubahan Modal Menurut Partiwi Dwi Astuti (2012: 155), laporan perubahan modal menyediakan informasi peningkatan atau penurunan modal pemilik dalam periode akuntansi tertentu. Tambahan modal pemilik dan laba bersih merupakan hal yang dapat meningkatkan modal pemilik, sedangkan rugi, prive atau pembagian deviden merupakan pengurang modal pemilik. Informasi yang disajikan dalam laporan perubahan modal berkaitan dengan laporan laba rugi yang telah tersusun sebelumnya. Oleh karenanya, sangat tidak mungkin untuk menyusun laporan perubahan modal tanpa sebelumnya menyusun laporan laba rugi terlebih dahulu. d) Laporan Arus Kas Menurut Kasmir (2008:29), laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas terdiri dari arus kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu. Laporan arus kas terdiri atas: Kas dari atau untuk kegiatan operasional Kas dari atau untuk kegiatan investasi Kas dari atau untuk kegiatan pendanaan e) Catatan atas Laporan Keuangan Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Bilamana penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan dalam lampiran. Penjelasan tiap-tiap akun merinci akun-akun dalam neraca dan laba rugi. Dengan membaca perincian ini akan dapat dilihat bagaimana perilaku akun secara lebih detail. Dalam penjelasan per akun akan diinformasikan berbagai hal, misalnya tingkat suku bunga hutang bank dan sebagainya.Kalau semua komponen tersebut sudah dibuat dalam perusahaan maka dapat dipastikan semuam aktivitas usaha yang dilakukan akan terekam dengan baik. Setelah diberikan pelatihan pengerajin bamboo yang ada di Desa Kayubihi mengakui mereka memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam membuat pembukuan yang digunakan untuk menghitung aliran masuk dan kelurnya 22
dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan pembukuan sederhana yang telah dirasakan oleh para pengerajin bambu di Des Bangli, yaitu: (1) sebagian besar pengerajin anyaman bambu belum bisa membuat pembukuan sederhana yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu yang dibuat, (2) pengerajin anyaman bambu sering keliru dalam menentukan harga jual barang hasil kerajinan yang dibuat, sekarang setalah iberikan pelatihan mengaku tidak lagi mngalami kasus kekeliruan dalam menentukan harga jual, (3) antara pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang menjadi urusan perempuan (ibu rumah tangga) dengan pengeluaran untuk kegiatan usaha sekarang tidak lagi dijadikan satu, astinya antara keuangan rumah tangga dengan usaha sudah dipisahkan, (4) penentuan gaji (upah) bagi karyawan yang diajak bekerja sekarang sudah ditentukan terlebih dahulu, disesuaikan dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil anyaman bambu yang dibuat.
23
BAB IV PENUTUP 4.1.
Kesimpulan Pelatihan membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga
jual barang hasil anyaman bambu yang dibuat bagi pengerajin anyaman bamboo ini dilakukan pada bulan Agustus di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli dengan mendatangkan tim pakar dari Universitas Pendidikan Ganesha, khususnya pakar pembukuan dari jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Adapun alur pelatihan membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu ini dimulai dari, 1) Tahap persiapan, yang terdiri dari tahap : (a) penyiapan bahan administrasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pelatihan, (b) melakukan koordinasi dengan para pengerajin anyaman bamboo di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli, (c) menyiapkan materi pelatihan, (d) menyiapkan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan pelatihan (pakar Akuntansi), dan (e) menyiapkan jadwal pelatihan selama 1 hari efektif, 2) tahap pelaksanaan, yang terdiri dari
: (a) melakukan pelatihan membuat pembukuan sederhana untuk
menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli, (b) simulasi terbatas membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu yang telah dibuat dalam pelatihan, dan 3) tahap evaluasi, yang terdiri dari (a) persentasi hasil pelatihan, (b) koreksi dari pakar, dan (c) memberikan hasil membuat pembukuan sederhana untuk menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu yang dibuat dalam pelatihan. Setelah diberikan pelatihan pengerajin bamboo yang ada di Desa Kayubihi mengakui mereka memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam membuat pembukuan yang digunakan untuk menghitung aliran masuk dan kelurnya dana. Adapun hasil dari kegiatan pelatihan pembukuan sederhana yang telah dirasakan oleh para pengerajin bambu di Des Bangli, yaitu: (1) sebagian besar pengerajin anyaman bambu belum bisa membuat pembukuan sederhana yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan modal dan harga jual barang hasil anyaman bambu yang dibuat, (2) pengerajin anyaman bambu sering keliru dalam menentukan harga jual barang hasil kerajinan yang dibuat, sekarang setalah iberikan pelatihan mengaku tidak 24
lagi mngalami kasus kekeliruan dalam menentukan harga jual, (3) antara pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang menjadi urusan perempuan (ibu rumah tangga) dengan pengeluaran untuk kegiatan usaha sekarang tidak lagi dijadikan satu, astinya antara keuangan rumah tangga dengan usaha sudah dipisahkan, (4) penentuan gaji (upah) bagi karyawan yang diajak bekerja sekarang sudah ditentukan terlebih dahulu, disesuaikan dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil anyaman bambu yang dibuat.
4.2. Saran Berdasarkan pada proses pelatihan dan pendampingan yang dilakukan pada pengerajin anyaman bambu, ada beberapa hal yang bisa dijadikan rekomendasi dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini: 1. Sebaiknya setiap pengerajin anyaman bambu yang telah memiliki karyawan mengembangkan sistem pembukuan sederhana untuk menjamin keshatan usaha yang dijalankan. 2. Semestinya pemerintah daerah, melalui Dinas Koprasi dan perindustrian selalu memberikan pembinaan dan pelatihan bagi ara pengerajin anyaman bambu yang ada di Desa Kayubihi, karena hasil anyaman yang mereka jual turut menyumbang aggaran dan pendapatan belanja daerah Bangli.
25
DAFTAR PUSTAKA Harapan, Sofyan Syafri. 2001. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 1. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada. Hanafi, Mahmud M. dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ke-4. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP STIM YKP Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Juminang. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara _______. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara Jusup, Al. Haryono. 2005. Dasar-Dasar Akuntansi. Edisi 6. Cetakan Ke-5. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta . PT Raja Grafindo Persada.
26
LAMPIRAN 1. PETA LOKASI KEGIATAN Denah Menuju Lokasi Kegiatan P2M (Desa Kayubihi) Monografi Desa Kayubihi Tahun 2011 Dari Singaraja
Pura Penulisan DANAU BATUR
Kantor Camat Kintamani
Ke Gianyar
Lokasi P2M (Desa Kayubihi)
Pusat Kota Kab. Bangli
Ke Denpasar U Keterangan: Jarak Singaraja ke Lokasi P2M 76 Kilo Meter S
27
LAMPIRAN 2: FOTO-FOTO (DOKUMENTASI) KEGIATAN
28
LAMPIRAN 3: DAFTAR HADIR PESERTA P2M
DAFTAR HADIR Hari / Tanggal : Tempat : Acara : NO 1
NAMA
NIP
TANDA TANGAN 1
2 3
2 3
4 5
4 5
6 7
6 7
8 9
8 9
10 11
10 11
12 13
12 13
14 15
14 15
16 17
16 17
18 19
18 19
20 21
20 21
22 23
22 23
24 25
24 25
29
26 27
26 27
28 29 30
28 29 30
30