BAB III ANALISIS NERACA PERUSAHAAN/LABA RUGI 3.1.
Kesehatan Perusahaan Neraca perusahaan pada saat tertentu mencerminkan aktiva, hutang dan
modal. Dan suatu neraca dapat dianalisis lebih lanjut kesehatan perusahaan dengan menggunakan ratio finansial. Kesehatan perusahaan dapat dinilai dari : A. Likuiditas B. Solvabilitas C. Rentabilitas Riyanto (1981) menjelaskan sebagai berikut: A. Likuiditas Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untu.k memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan “kekuatan membayar” (Zahlungskrafl) dan perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan uang mempunyai “kekuatan membayar” belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera hams dipenuhi. Atau dengan kata lain, perusahaan tersebut belum tentu mempunyai “kemampuan membayar” (Zahlungsfahigkeit). “Kemampuan
membayar”
baru
terdapat
pada
perusahaan
apabila
“kekuatan membayar”nya adalah demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya yang segera hams dipenuhi. Dengan demikian maka kekuatan membayar itu baru dapat diketahui setelah kita membandingkan “Kekuatan membayar”nya di satu pihak dengan kewajiban-kewajiban finansialnya yang segera hams dipenuhi dilain pihak. Untuk suatu unit perusahaan HPH dilapangan likuiditas diperlukan untuk penyediaan kas untuk pembayaran upah tenaga kerja, penyediaan bahan makanan di camp, penyediaan material dll untuk keperluan operasi perusahaan sehari-hari. Suatu indikasi perusahaan tidak likuid di camp nampak misalnya pada bulan tertentu gaji tidak dapat dibayar secara penuh, penundaan pembayaran bahan makanan, material kepada pemasok dllnya.
Disebabkan adanya selisih waktu yang sulit diperkirakan antara produksi dan penjualan kayu bulat (penerimaan kas) maka pada suatu perusahaan hutan likuiditas harus dilakukan secara cermat. Persoalan akan bertambah lagi apabila penjualan tersebut tidak seluruhnya dengan kas sehingga ada masaIah kredit dan piutang. Rasio Likuiditas
Hutang Lancar Kemampuan untuk membayar hutang yang hams segera dipenuhi dengan aktiva lancar. Misalnya nilainya 2 atau 200%, maka setiap hutang lancar Rp 1,dijamin oleh aktiva lancar Rp 2,-
Kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas (uang tunai) dan efek yang segera dapat diuangkan. Misalnya 0,8 atau 80%, maka setiap hutang lancar RP 1,- dijamin oleh kas dan efek Rp 0,80,-. Piutang dan persediaan diperhitungkan karena untuk dicairkan menjadi kas (tunai memerlukan waktu, terlebih apabila memang sudah terjadwal tidak segera dapat dicairkan (sesuai dengan perjanjian).
Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih iikuid. Misalnya nilainya 100%, berarti setiap hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh “quick asset” Rp. 1,-
Rasio menunjukkan likuiditas total aktiva dan posisi modal kerja (neto). Modal Kerja diperlukan untuk operasi perusahaan sehari-hari sehingga hams tersedia cukup.
B. Solvabilitas Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat dilikuidasikan. Disini persoalannya ialah apabila suatu perusahaan itu dilikuidasikan, apakah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut cukup untuk memenuhi semua hutang-hutangnya. Dengan demikian, maka pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya (baik pendek maupun jangka panjang). Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar hutanghutangnya tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvabel (tidak solvabel) tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut adalah juga likuid. Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada 4 kemungkinan yang dapat dialami oleh perusahaan, yaitu: 1. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable 2. Perusahaan yang likuid dan solvable 3. Perusahaan yang solvabel tetapi illikuid 4. Perusahaan yang insovabel dan illikuid Baik perusahaan yang insolvabel maupun yang illikuid, kedua-duanya suatu waktu akan menghadapi kesukaran finansial yaitu pada waktu tiba satnya untuk memenuhi kewajibannya. Perusahaan yang insolvabel tetapi likuid tidak segera dalam keadaan kesukaran finansial, tetapi perusahaan yang illikuid tidak segera dalam kçadaan kesukaran karena segera hams memenuhi kewajiban segera dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rasio solvabilitas
Apabila rasio ini semakin kecil maka berarti hutang tersebut dijamin oleh modal sendiri cukup besar. Jaminan modal sendiri diperlukan untuk kekuatan finansial perusahaan secara intern.
Apabila nilai rasio di atas makin kecil berarti nilai jaminan terhadap hutang makin baik. Akan tetapi secara riil jaminan tersebut apabila digunakan untuk melunasi hutang rnisalnya aktiva harus dijual lebih dulu.
Sama halnya dengan rasio di atas, modal sendiri diperlukan untuk menjamin hutang jangka panjang. Pada perusahaan hutan akan diperlukan hutang jangka panjang karena harus ada modal untuk alat-alat pemungutan hasil dengan masa pakai lebih dari 5 tahun. Dengan mengacu hal tersebut suatu perusahaan hutan juga dituntut untuk dari segi likuiditas mapun solvabilitas. Kemampuan likuiditas hams cuKupi untuk keperluan operasional perusahaan sehari-hari terutama ilitas/dana pendukung untuk upah/gaji karyawan; dana untuk memenuhi keperluan operasional alat berat/kendaraan, bahan bakar, oh, material, suku cadang; pendukung pelayanan kantor/base camp, fasilitas listrik/air, komunikasi (telepon, fax, radio); bahan makananlobat-obatan untuk keperluan karyawan di base camp. Seperti diketahui unsur likuiditas yang sangat penting adalah KAS. dan persediaan karena dapat segera berllingsi apabila diperlukan, sedangkan piutang dapat berflingsi apabila pihak yang berhutang sudah membayar sehingga berubah menjadi KAS. Dalam operasional perusahaan keperluan likuiditas (KAS dll) merupakan sesuatu yang dinamik, berubah dan waktu ke waktu dapat dalam bulanan
bahkan
mingguan.
Oleh
sebab
itu
manajer
keuangan
hams
mempersiapkan likuiditas secukupnya sesuai dengan jenis dan volume kegiatan operasi menurut tata waktunya. Dari aspek solvabilitas, misalnya perusahaan hutan di HPH luar Jawa menggunakan sistem mekanisme sebaiknya aktiva tetap berupa alat berat (traktor dll), pembeliaannya dengan modal sendiri. Apabila untuk pembelian alat berat dengan hutang di bank, maka resikonya harus membayar angsuran dan bunga yang bersifat tetap. Dalam keadaan perusahaan yang kemungkinan tidak stabil karena terjadi penurunan produksi; ada permasalahan harga jual dsbnya maka beban hutang bank mi akan sangat memberatkan perusahaan. Dalam keadaan tertentu apabila diperlukan penambahan alat berat berupa penggantian yang
mencakup sebagian dan aktiva tetap, dapat saja dilakukan hutang di Bank dengan berbagai pertimbangan (antara lain produksi, nilai penjualan produksi, predeksi keuntungan dllnya). C. Profitabilitas Tolok ukur kesehatanan perusahaan dan segi profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan secara keseluruhan unsur-unsur yang 1iperhitungkan meliputi biaya dan ini merupakan hubungan masukan dengan keluaran (kinerja perusahaan); penjualan merupakan hubungan antara produksi (kinerja) dengan harga; hubungan antara keuntungan (profit) dengan besarnya modallaktiva dllnya. Dalam hal ini perlu ada catatan bahwa dalam perusahaan hutan, hutan belum diperhitungkan sebagai modal/aktiva (belum masuk dalãm neraca perusahaan). Dengan demikian dapat terjadi profitabilitas tinggi, akan tetapi modal (hutan) menurun: Untuk mendapatkan kinerja yang baik diperlukan masukan (input) berupa aktiva tetap: mesin dan peralatan, biaya operasional mesin/peralatan, sumber daya manusia (operator, tenaga kerja), metode kerja/SOP (standar operation procedure) dan dukungan aspek manajerial perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalianlpengawasan dllnya. Selanjutnya kinerja tersebut diukur dengan produksi dalam hal perusahaan hutan yang menghasilkan produksi kayu bulat. Hubungan antara masukan dan kinerja dalam bentuk rasio/perbandingan berupa biaya per kesatuan (unit cost) dalam hal ini Rp/M3. Apabila kinerja/produksinya baik maka biaya per kesatuan akan menurun dengan asumsi harga jual per kesatuan sama, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan per M3 yang lebih besar. Biaya per kesatuan tersebut
dalam
internal
perusahaan
adalah
gabungan
dan
seluruh
kegiatan/departemen satuan-satuan organisasi perusahaan yang mempunyai tugas/ wewenang dan tanggung jawab terhadap jenis pekerjaan tertentu. Untuk setiap jenis pekerjaan ini dapat dilakukan analisis masukan dan kinerjanya. Kebijaksanaan penghematan biaya dllnya dapat dilakukan melalui bag.ianl departemen
masing-masing.
Demikian
pula
usaha
peningkatan
kinerja
masingmasing departemen. Dalam perusahaan hubungan masukan dan kinerja setiap bagianldepartemen diarahkan melaiui penyusunan budget. Untuk keperluan monitoring dan evaluasi terhadap biaya dan kinerja maka setiai bulan perlu ada laporan secara terperinci seluruh kegiatan perusahaan.
pelaksanaan biaya/kinerja perlu dievaluasi berdasarkan budget, sehingga apabila ada penyimpangan dapat segera diperbaiki pada bulan berikutnya. Demikian secara terus menerus sampai dengan satu tahun untuk perhitungan laba rugi perusahaan. Disamping dari sisi biaya dan kinerja maka keuntungan juga ditentukan oleh pemasaranlpenjualan, dalam hal ini adalah harga penjualan. Dalam penetapan harga penjualan perlu dilakukan akurat mengingat adanya variasi jenis kayu, ukuran kualitas kayu dll. Disamping itu harga juga dipengaruhi oleh adanya hubungan “supply-demand” yang lazim berlaku di pasar. Rasio Profitabilitas
Misalnya nilai 25%, berarti setiap satu rupiah penjualan menghasilkan laba bruto Rp. 0,25,-
Misalnya nilainya 10%, laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan. setiap sam rupiah penjualan adalah Rp. 0,10,- (setiap rupiah penjualan menghasilkan laba operasional Rp. 0,10,-)
Misalnya nilainya 80%. Biaya opeiasionai per rupiah penjualan. Setiap rupiah njualan mempunyai biaya operasional Rp. 0,80,-. Makin besar nilai rasionya makin buruk karena keuntungan semakin kecil (biaya operasi besar).
Hal ini menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam luruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor megang obligasi dan saham). Setiap satu rupiah modal menghasilkan tungan Rp. 0,14,- untuk semua investor apabila misalnya nilai rasio di atas 14%.
Ini mencerminkan kemampuan modal yang diinvestasikan ke dalam aktiva menghasilkan keuntungan netto.
Ini menunjukkan kemampuan modal sediri untuk pemegang saham dan saham biasa. Berdasarkan pengalaman empirik perusahaan hutan sebenarnya rasio-rasio dapat dipelajari dengan menghubungkan beberapa variasi: a. HPH Sistem mekanis penuh b. HPH sistem semi mekanis c. HTI luar Jawa d. HTI: Perum Perhutani Variasi tersebut masing-masing dapat dipelajari lebih lanjut dalam hubungannya: •
Skala usaha/skala produksi
•
Jenis kayu
•
Daur
•
Teknologi yang dipakai dll Disamping rasio di atas masih ada rasio lain yang berhubungan dengan
aktivitas misalnya perputaran aktiva: persediaan, piutang dllnya yang tidak berhubungan dengan kesehatan perusahaan secara langsung. Dalam analisis kesehatan perusahaan hutan dengan menggunakan rasi.o tersebut di atas dapat dilakukan analisis perbandingan: 1) Untuk perusahaan yang sama dan waktu ke waktulhistoris misalnya untuk 3 (tiga) tahun terakhir. Apabila keadaan 3 tahun terakhir kesehatan perusahaan dengan Tolok Ukur rasio-rasio di atas baik maka dapat diharapkan perusahaan tersebut mempunyai masa depan yang baik. informasi ini diperlukan oleh pemerintah misalnya untuk penerimaàn pajak, bagi pemberi kredit (Bank) untuk menilai kemapuan perusahaan mengembalikan kredit, pemilik perusahaan (pemegang saham) dalam hal memberikan devidend atas dasar keutungan yang diperoleh.
2) Perusahaan HPH yang satu dengan HPH lainnya (satu jenis industri perusahan hutan). Untuk hal mi maka unit HPH yang dibandingkan hendaknya mempunyai sekala produksi yang kurang iebih sama, potensi hutan yang kurang lebih sama, sama Sistemnya misalnya mekanis atau semi mekanis dllnya. Seperti telah diketahui pada kenyataannya variasi unit HPH satu sama lainnya cukup besar. 3) Perusahaan HPH dapat dibandingkan dengan perusahaan jenis lain atau industri pada umumnya. Dan pengalaman yang ada telah ditemukan beberapa tolak ukur (rasio) yang dapat berlaku secara umum. Yang diperlukan adalah interpretasi secara khusus untuk setiap jenis industri.