7
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa identik dengan media massa. Ini karena komunikasi massa menggunakan media massa untuk mengkomunikasikan informasi kepada masyarakat yang bersifat heterogen. Pada dasarnya media memiliki fungsi penting. Asumsi tersebut ditopang oleh dalil media sering berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma norma. Selain itu media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi kelompok masyarkat dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa menurut pakar komunikasi Jalaludin Rahmat diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak, surat kabar, majalah, elektronik, radio, televisi, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Dalam bukunya mass communication an introduction (1980) Bittner mengatakan bahwa komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. 1. Karateristik Komunikasi Massa
8
Karateristik komunikasi massa di sini, dibatasi pada lima jenis media massa dikenal sebagai the big five of mass media, yaitu koran, majalah, radio, televisi dan film. Berikut ini adalah penjelasan secara konsepsionis dari karateristik komunikasi massa. 1. Komunikasi melalui media massa pada dasarnya ditunjukkan kepada khalayak luas, heterogen, anonim, tersebar serta tidak mengenal batas geografis cultural. 2. Bentuk kegiatan komunikasi melalui media massa bersifat umum, bukan perorangan/pribadi. 3. Pola penyampaian pesan media massa. 4. Penyampaian pesan melalui media massa cenderung berjalan satu arah. 5. Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana, terjadwal dan terorganisasi. 6. Penyampaian pesan melalui media massa, dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer. 2. Efek Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakan proses sosial kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi komunikasi dapat merusak suatu berita yang sebenarnya itu merupakan berita kecil menjadi besar, begitu pula sebaliknya. Untuk itu untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa tidaklah mudah.
9
Oleh karena itu efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologis dan analisis social. Yang dimaksud dengan analisis psikologis adalah kekuatan social yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis social adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat unik serta komplek.
2.1.2 Media Massa Media massa adalah sarana untuk menyampaikan pesan kepada khalayak secara massal. Media massa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Media Cetak Media cetak atau menurut Eri Barrow disebut “printed page” adalah meliputi barang yang dicetak, yang ditujukan untuk umum atau suatu public tertentu. Dengan demikian yang dimaksud adalah meliputi surat kabar, majalah, poster, serta segala macambarang cetakan yang ditujukan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Media cetak merupakan suatu media yang bersifat statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. 1
1
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinyadi Indonesia,Cetakan 2 (Jakarta: Erlangga,2003) hal 507
10
Nilai keseluruhan dari suatu media periklanan tergantung pada kebutuhan khusus pengiklanan dalam situasi tertentu. Hal ini tergantung pada keadaan yang dihadapi suatu merk pada waktu tertentu, tujuan periklanan yang ingin dicapai, pasar sasaran yang ditju, serta jumlah anggaran yang ada.Tida ada satu media yang menjadi pilihan yang terbaik seluruhnya tergantung pada tujuan pengiklan, kebutuhan kreatif, tantangan, persaingan dan ketersediaan anggaran. 2
2. Media Elektronik Menurut Dr. Yosal Iriantara, media baru merupakan istilah yang dipergunakan untuk sema bentuk media komunikasi massa muthakhir yang berbasiskan teknologi komunikasi dan informasi, biasanya digunakan untuk media komunikasi elektronik atau digital, khususnya internet dan word wide web (WWW). 3 Selain itu media elektronik juga mencakup radio, telvisi, dan film. Media massa-pers, televisi, radio dan lain lain serta proses komunikasi massa (peran yang dimainkannya) semakin banyak dijadikan sebagai objek studi. Gejala ini seiring dengan kian meningkatnya peran media massa itu sendiri sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat. Asumsi tersebut ditopang oleh dalil:
2
Terence A shimp, Periklanan promosi, Aspek tambahan Komunikasi terpadu, jilid I, edisi revisi (Jakarta: Erlangga, 2003) hal 507 3
Yosal Iriantara, media relations (konsep, pendekatan, dan publik) bandung: Simbiosa rektama media, 2008, hal 118
11
1. Media massa merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barnag dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait, media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi lainnya. 2. Media massa merupakan sumber kekuatan – alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. 3. Media massa merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. 4. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas social, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan nilainilai dan penilaian normative yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
2.2 Periklanan 2.2.1 Pengertian Iklan Setelah khalayak memberikan perhatian terhadap suatu iklan, maka selanjutnya ia akan mencoba untuk memahami dan menginterpretasikan iklan tersebut, tahap terakhir
12
disebut dengan comprehension. Mulai tahap ini penelitian dapat mengetahui bagaimana khalayak memahami dan menginterpretasikan elemen-elemen dalam iklan layanan masyarakat anti narkoba, apakah mempengaruhi atau tidak. Proses pemahaman bergantung pada bagaimana stimulus dikatagorikan dan dielaborasi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki khalayak. 4 Iklan juga didefisinikan sebagai bentuk komunikasi berbayar yang bersifat nonpersonal yang bertujuan untuk member informasi tentang sebuah organisasi, produk, layanan, atau ide dari sebuah sponsor tertentu. Alasan disebut berbayar adalah karena umumnya, raung ataupun waktu bagi sebuah iklan merupakan sesuatu yang harus dibayar. Alas an sifat dari iklan yang non-personal adalah karena umumnya target dari sebuah iklan adalah orang banyak yang melibatkan media massa. 5 Iklan juga bentuk promosi yang paling umum digunakan. Beberapa hal menjadi alasannya yaitu, kemampuan melakukan fungsi kepada konsumen dan kemampuannya untuk menciptakan citra/image yang sangat berguna bagi perusahaan. Oleh karena itu, kebeadaan iklan menjadi sangat penting bagi pencapaian tujuan promosi. Sebuah iklan dapat memiliki tujuan yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Advertising melibatkan aktivitas visual maupun lisan yang diarahkan pada khalayak
sasaran
tertentu
(target
Audience)
dengan
tujuan
menginformasikan/mempengaruhi mereka tentang suatu produk/jasa tertentu. Maka dari
4
James Fengel & Roger D. Blackwell, consumer behavior. Ed. 6 (Orlando: The Dryden Press 1990) hal 376.
5
R.S Alexander, Marketing Definitions, Chicago; American Marketing Association, 1995, hal 123
13
itu juga advertising bertujuan untuk membuat pembeli sadar terhadap produk/jasa dan juga mempengaruhi sikap mereka terhadap brand.6 Iklan adalah suatu upaya dan cara untuk menyampaikan pesan dengan maksud dan tujuan tertetu kepada masyarakat agar mengerti apa yang diinginkan atau bahkan mengikuti apa yang disarankan dalam senuah iklan tersebut yang tujuannya untuk kepentingan positif bersama. Iklan tersebut dibagi menjadi dua yaitu: 1. Iklan Komersil Iklan komersil adalah iklan dari sebuah perusahaan untuk memasarkan produk mereka kepada masyarakat. Dengan iklan tersbut perusahaan dapat mengenalkan produk mereka agar dibeli oleh masyarkat. Iklan ini bersifat komersil karena didalam iklan tesebut terdapat perputaran uang antar jasa iklan dengan pihak perusahaan. 2. Iklan Layanan Masyarakat Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat penyuluhan atau pencegahan terhadap suatu tindakan yang nyata dan konkrit di masayarakat. Iklan ini tidak komersil karena berupa penyuluhan yang positif untuk masyarakat. Suatu pengumuman atau pemberitahuan yang bersifat non komersial yang mempromosikan program-program kegiatan, layanan pemerintah, layanan organisasi non-bisnis dan pemberitahuanpemberitahuan lainnya tentang kebutuhan masyarakat diluar ramalan cuacan dan pemberitahuan yang bersifat komersial. Di Negara-negara 6
W.Ronald Lane & J.Thomas Russel,Advertising a Frame Work (NewJersey; Precentice hall, 2001) hal 6
14
maju ILM telah dimanfaatkan untuk memperbaiki masalah – masalah yang menyangkut kebiasaan masyarakat atau perubahan nilai. Suatu upaya untuk menggeretak solidarias masyarakat terhadap masalah yang mereka hadapi yakni kondisi masalah yang mereka hadapi yang bias mengancam keserasian dan kehidupan umum (Khasali, 1990:20). Di Indonesia sendiri, iklan layanan masyarakat pertama kali dipelopori oleh biro iklan Intervisa pada tahun 1968 yang bertujuan untuk menanggulangi masalah mercon (petasan) yang pada saat itu banyak menimbulkan korbat cacat maupun kematian. Kemudia dikuti oleh biro iklan matahari yang mengikrarkan pentingnya kesehatan ibu dan anak. (Khasali, 1990:204). Biasanya pesan ILM ini berupa ajakan atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum atau mengubah suatu kebiasaan atau perilaku masyarakat. Iklan Layanan Masyarakat merupakan bagian dari kampanye sosial marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, iklan layanan masyarakat harus merancang komunikasi yang efektif agar pesan mudah diterima oleh komunikan. Komunikasi efektif harus menarik perhatian komunikan, dan untuk dapat menarik perhatiannya tidaklah tergantung kepada bentuknya semata-mata akan tetapi juga isi pesannya. Suatu iklan
15
akan dianggap
memiliki kredibilitas tinggi
apabila pihak
yang
mengeluarkannya adalah pihak yang berpengaruh atau sudah terkenal. Mengukur efektifitas iklan sama dengan mengukur kekuatan iklan dalam mendapatkan perhatian, mudah tidaknya iklan dibaca secara seksama, mudah tidaknya iklan dipahami, kemampuan iklan itu untuk mengubah perilaku. 2.2.2 Pengertian Periklanan Periklanan adalah komunikasi yang ditranmisikan ke suatu khalayak organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal, seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau kendaraan umum. 7 Secara sederhana periklanan merupakan suatu bentuk presentasi non personal atau missal dan promosi ide, barang dan jasa dalam media massa yang di bayar oleh suatu sponsor tertentu. Pendapat lain dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong, bahwa periklanan merupakan suatu bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi mengenai gagasan, barang atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi. Definisi periklanan menurut para praktisi adalah “ Periklanan merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan”. Dilihat dari pengertian antara iklan dan periklanan, hamper tidak ada bedanya, karena kedua-duanya merupakan pesan yang dituju kepada khalayak. Tetapi sebenarnya ada cirri yang membedakan yaitu; iklan lebih cenderung kepada produk atau ia merupakan hasil dari periklanan. Sedangkan periklanan merupakan keseluruhan proses
7
Lee Monle & Carla Johnson, Prinsip Prinsp Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global, Kencana, 2007, hal 3
16
yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelakasanaan, dan pengawasan penyampaian iklan. Secara umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya. Fungsifungsi periklanan antara lain: 1. Informing. Periklanan membuat konsumen sadar akan merek-merek yang telah ada, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Iklan membuat konsumen sadar akan
adanya produk baru, memberikan informasi mengenai merek
tertentu, dan menginformasikan karateristik serta keunggulan suatu produk. 2. Persuading. Iklan yang efektif akan mampu, mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang persuasi berbentuk mempengaruhi permintaan primer yakni, menciptakan permintaan bagi keseluruhan katagori produk. 3. Reminding. Iklan akan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya. 4. Adding Value. Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing. 8
8
Shimp, Terene A, Periklanan Promosi aspek tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jilid 1 edisi 5, Jakarta, Erlangga, 2003. Hal 357
17
2.3 Khalayak Khalayak bisa disebut dengan istilah Penerima, Sasaran, Pembaca, Pendengar, Audience, Decorder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi, karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu komunikasi ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti itu akan gagal dalam mencapai tujuannya. Dalam komunikasi massa, ukuran khalayak tidak memungkinkan komunikator untuk bertatap muka dengan anggota-anggota khalayaknya. Selain merupakan kelompik beraneka ragam, kebanyakan penerima pesan (khalayak) dalam komunikasi massa juga tidak dikenal sumber pesa. Ini tidak berarti bahwa anggota-anggota khalayak dalam komunikasi massa terisolasi dari manusia-manusia lainnya. Sebenaarnya kita sangat mungkin mengalami komunikasi massa sebagai anggota suatu pasangan orang, kelompok kecil atau organisasi. Suatu khalayak sangat aktif mencari apa yang mereka inginkan, menolak lebih banyak isi media dari pada menerimanya, berinteraksi dengan anggota-anggota kelompok yang merea masuki dan isi media yang mereka terima, dan sering menguji media massa dengan membicarakannya dengan orang-orang lain atau membandingkannya dengan isi media lainnya. 9 Khalayak dalam komunikasi berupa individu, kelompok, dan masyarakat menjadi tugas seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khalayak sebelum proses komunikasi berlangsung. Ada tiga aspek yang perlu diketahui seorang komunikator menyangkut tentang khalayak, yaitu 10: 9
Steward L. Tubs and Sylvia Moss, Human Communication “Konteks-konteks Komunikasi”, Terjemahan Deddy Mulyana, Bandung, 1998, PT Remaja Rosdakarya, hal 209 10
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, (Remaja Karya CV, Bandung 1985) hal 151.
18
1. Aspek Sosiodemografik Khalayak dapat dilihat dari bentuk demografi melalui jenis kelamin, usia, populasi, tingkat pendidikan, agama, pekerjaan, ideologi dan kepemilikan media. 2. Aspek Psikologi Aspek ini memahami dari segi kejiwaan khalayak melalui proses emosi, pendapatpendapat mereka selama ini bisa menyimpan rasa kecewa atau frustasi. 3. Aspek Karateristik Aspek ini menyangkut bentuk perilaku khalayak dan perlu diketahui melalui hobi, nilai norma, mobilitas sosial dan perilaku komunikasi.
a. Remaja Remaja adalah suatu jenjang kehidupan dimana tahap tersebut datang setelah kita melewati jenjang anak-anak. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan menta, emosional social dan fisik (Hurlock, 1992). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan nak tetapi juga golongan dewasa atau tua. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004:53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
19
mengalamai perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Pada jenjang ini kita akan mencoba melakukan hal baru yang sebelumnya belum pernah kita lakukan. Disini kita akan mencari jati diri sebenernya dan apa yang kita inginkan dalam hidup.
2.4 Efek 2.4.1 Pengertian Efek
Suatu peristiwa yang dikomunikasikan pasti mempunyai tujuan, yakni memberikan efek khalayak. Efek adalah perbedaan antara yang difikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Efek adalah salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang kita ingikan. Efek bisa terjadi dalam bentuk pengetahuan, sikap dan perilaku. Pada tingkat pengetahuan efek bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan pendapat.11
Sementara itu, perubahan persepsi pendapat terjadi bilamana terdapat perubahan penilaian terhadap suatu objek karena adanya informasi yang lebih baru, antara perubahan persepsi dan perubahan pendapat terdapat hubungan yang sangat erat, sebab persepsi yang dilakuan dengan interpretasi dapat diorganisasi menjadi pendapat.
1. Jenis – jenis Efek Media Massa 11
Jalaludin Rakhmat, Op Cit hal 165
20
1. Kognitif, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, dan informasi. Yang termasuk kegiatan psikis pengetahuan adalah gejala-gejala seperti: pengamatan, tanggapan, ingatan, asosiasi, fantasi, berfikir dan intlegensi. 12 2. Afektif, timbul bila ada perubahan
pada apa yang dirasakan,
disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap, atau nilai. 3. Konatif atau behafioral, meunjuk pada perilaku n nyata yang diamati, meliputi pola pola tindakan,kegiatan atau
kebiasaan
perilaku.13
2.4.2 Teori Stimulus Organism Response (SOR) Apakah yang dimaksud dengan Teori Stimulus-Organisme-Response (S-O-R)? dan apa saja unsur-unsur dalam Teori Stimulus-Organisme-Response (S-O-R) itu? Pada dasarnya sebagai manusia kemampuan kita sangat terbatas untuk berhubungan dengan lingkungan kita serta dengan sesama kita. Secara fisiologis, setidak-tidaknya kita hanya memiliki lima alat indera. Fenomena lingkungan itu yang terkandung dalam banyak penjelasan psikologis, termasuk penjelasan teoritis di luar kecenderunagnbehaviorisme, adalah konsep stimuli sebagai satuan masukan alat indera. Akan tetapi, apa yang 12
Alisuf sabri, Pengantar psikologi Umum dan Perkembangan, Pedoman Ilmu Jaya, 2001, hal 40
13
Jalaludin Rakhmat, Op Cit, hal 219
21
membuat objek itu sebagai stimulus bukanlah karena ia ada dalam lingkungan manusia akan tetapi karena ia diterima sebagai satu satuan yang dapat diterima oleh alat indera manusia. Stimuli memberikan alat input kepada alat indera dan akibatnya memberikan data yang dipergunakan dalam penjelasan tentang perilaku manusia. Hal ini memberikan gambaran bahwa manusia adalah makhluk yang peka terhadap rangsangan di lingkungannya, secara alamiah memang berlaku hokum ada aksi maka ada reaksi. Teori S-O-R menjelaskan bagaimana suatu rangsangan mendapatkan respon. Tingkat interaksi yang paling sederhana terjadi apabila seseorang melakukan tindakan dan diberi respon oleh orang lain.
1. Latar Belakang Kelahiran Teori
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponenkomponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.
Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi
merupakan
proses
aksi-reaksi.
Artinya
model
ini
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara
22
tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.
2.
Uraian Teori
A. Teori Stimulus Organism Response (SOR) Apakah yang dimaksud dengan Teori Stimulus-OrganismeResponse (S-O-R)? dan apa saja unsur-unsur dalam Teori StimulusOrganisme-Response (S-O-R) itu? Pada dasarnya sebagai manusia kemampuan kita sangat terbatas untuk berhubungan dengan lingkungan kita serta dengan sesama kita. Secara fisiologis, setidak-tidaknya kita hanya memiliki lima alat indera. Fenomena lingkungan itu yang terkandung dalam banyak penjelasan psikologis, termasuk penjelasan teoritis di luar kecenderunagnbehaviorisme, adalah konsep stimuli sebagai satuan masukan alat indera. Akan tetapi, apa yang membuat objek itu sebagai stimulus bukanlah karena ia ada dalam lingkungan manusia akan tetapi karena ia diterima sebagai satu satuan yang dapat diterima oleh alat
23
indera manusia. Stimuli memberikan alat input kepada alat indera dan akibatnya memberikan data yang dipergunakan dalam penjelasan tentang perilaku manusia. Hal ini memberikan gambaran bahwa manusia adalah makhluk yang peka terhadap rangsangan di lingkungannya, secara alamiah memang berlaku hokum ada aksi maka ada reaksi. Teori S-O-R menjelaskan bagaimana suatu rangsangan mendapatkan respon. Tingkat interaksi yang paling sederhana terjadi apabila seseorang melakukan tindakan dan diberi respon oleh orang lain.
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;
1. Pesan (stimulus, S) 2. Komunikan (organism, O) 3. Efek (Response, R)14
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
14
Onong Uchaba Effendi, Teori dan Filsafat Komuinkan, Citra Aditya Bhakti, Bandung 2000, hal 254
24 A. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima
atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. B. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya yaitu emosi. C. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). D. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Dalam kaitan dengan skripsi ini, stimulusnya berupa iklan layanan masyarakat. Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
25
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :
(a) perhatian,
(b) pengertian, dan
(c) penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi komunikasi
dengan
(sources)
organisme. misalnya
Artinya
kredibilitas,
kualitas
dari
sumber
kepemimpinan,
gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
26
B. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Para psikolog menyebut mata sebagai kamera dan retina sebagai film yang merekam pola-pola cahaya yang jatuh diatasnya. Para ilmuanmodern, menentang asumsi itu:kebanyakan orang percaya bahwa apa yang kita amati dipengaruhi sebagian oleh citra retina dan terutama oleh kondisi pikiran pengamat. Oleh karena itu, kita biasanya mempunyai kesan yang berlainan mengenai lingkungan kita: benda,situasi, orang ataupn peristiwa disekitar kita, mungkin kita memiliki informasi mengenai hal-hal itu. Sebabnya tidak mengetahui dunia disekeliling kita yang sederhana yang kita duga. Persepsi adalah penilaian individu mengenai apa yang dilihat dan dirasakan mengenai suatu objek yang berlangsung mulai dari tahap seleksi, organisasi dan interpretasi. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna stimuli. 15 Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasi, dan menafsirkan rangsangan dilingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi lingkungan kita. Persepsi dalah makna yang kita perhatikan berdasarkan pengalaman masa lalu, 15
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, (Remaja Karya CV, Bandung 1985) hal. 51
27
stimulus (rangsangan) yang kita terima melalui lima indera. Jadi persepsi adalah memnberikan makna pada stimuli inderawi. Persepsi merupakan proses menggantikan stimulasi didalam diri kita, maka kita mengerti sesuatu. Persepsi berdasarkan pengalaman, yang bersifat paling kuat dalam persepsi yang ada. Persepsi konsumen adalah proses dimana seorang menyeleksi, mengatur, dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan suatu gambar yang berarti. 16 Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini jelas tampak pada definisi Jhon R Wenburg dan William W. Wilmot: “Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara orgaisme member makna”. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Pengertian persepsi didalam aktivitas individu ketika menjalin hubungan dengan lingkungan memiliki dimensi yang cukup luas. Meskipun kata, “persepsi” sering digunakan sebagai sinonim untuk kata “see” (memikat atau memandang), pengertian mempersepsi tidak sama dengan melihat. Tim O’sullivan menyebut persepsi sebagai:
16
Philip Kotler. Analisis Perencanaan Implementasi & Pengendalian. (Jilid 1993) hal 219.
28
‘intial consciousness of sensory: a process implying awareness of surrounding stimuli or events". Jadi persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi. Dalam perkembangan ilmiah persepsi bukan lagi-lagi semata-mata persepsi terhadap objek dalam lingkungan sosial. Pada persepsi sosial ini kita mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera. Tidak hanya melihat pelaku seseorang, tetapi juga mengambil kesimpulan terhadap karateristiknya dan memahami pelakunya. 17 2. Proses Persepsi Dalam proses persepsi banyak rangsangan sampai kepada kita melalui panca indera kita, namun kita tidak mempersepsikan semua itu secara acak. Alih-alih, kita mengenali objek-objek tersebut sebagai spesifikasi dari kejadian tertentu. Alasannya sederhana saja, karena persepsi kita adalah suatu proses aktif yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai rangsangan yang kita terima. Umumnya hanya dapat memperhatikan suatu rangsangan saja secara penuh. Kalau kita memperhatikan dua atau lebih rangsangan pada saat yang sama, kualitas perhatian kita akan berkurang terhadap rangsangan tersebut.
17
Jalaludin Rakhmat. Op.Cit hal 102
29
Menggunakan kata-kata R. D. Laing, “manusia selalu memikirkan orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, dan apa yang orang lain pikirkan mengenai apa yang ia pikirkan mengenai orang lain, dan seterusnya”. Dalam buku psikologi Komunikasi, Jalaludin Rakhmat menjelaskan bahwa proses persepsi terdapat tiga tahap yaitu: 18 4. Atensi adalah tahap yang mengawali proses persepsi terjadi saat memperhatikan stimuli. Etensi terjadi karena setiap individu tidak dapat menghindari stimuli yang menerpanya. Perhatian yang merupakan proses muncul ketika stimuli atau rangkaian menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. 5. Interpretasi adalah suatu perhatian dalam tahap ini yang mengundang makna dan persepsi, terjadi proses penyederhanaan, pengolahan,
serta
penyusunan.
Beberapa
faktor
yang
mempengaruhi interpretasi antara lain: o
Pengalaman Awal Terhadap stimuli atau objek yang diperoleh dengan cara
belajar dari lingkungannya, merupakan masukan bagi otak untuk membuat keputusan. o
18
Jalaudin Rahkmat. Op.Cit. hal. 65
Pengharapan Persepsi
30
Otak memiliki kebebasan untuk menginterpretasikan segala sesuatu berdasarkan harapannya. o
Faktor Budaya Interpretasi setiap orang dapat berbeda berdasarkan latar
belakang sosial atau budayanya. o
Motivasi dan Kerangka Referensi Persepsi seseorang dipengaruhi oleh apa dan bagaimana
stimuli atau objek yang diamati, serta kemampuan stimuli tersebut dalam memberikan kepuasan. 3. Kognisi adalah aspek penting yang harus diketahui untuk membangun program komunikasi yang efektif. Proses kognisi merupakan proses dimana stimuli-stimuli yang masuk dan ditransformasikan, dikurangi, diperinci, disimpan,
maupun
digunakan. Dalam proses kognitif berfungsi sebagai pengatur dalam menentukan arah dan langkah yang akan diambil untuk mencapai kepuasan dari kebutuhan-kebutuhannya. Persepsi
sebagai
proses
stimulus
yang
diterima
oleh
panca
indera
diinterpretasikan untuk kemudian menjadi dasar bagi individu dalam memberikan tanggapan terhadap karateristik, slogan, gambar, isi pesan endorer dan bahasa yang digunakan dalam iklan yang ditayangkan media televisi.
31
Menurut Edward Sapir, menyatakan bahwa “Bahasa adalah metode manusia yang murni dan bukan instingtif untuk mengkomunikasikan ide-ide, perasaan, keinginan, dengan alat sistem lambing-lambang yang dihasilkan secara suka-suka”. 19 Pada hakekatnya bahasa berhubungan langsung dengan persepsi manusia dan menggambarkan bagaimana ia menciptakan dunia dan mewarnainya dengan simbolsimbol yang digunakannya. Bahasa atau dialek merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang termasuk faktor fungsional dan dapat mempengaruhi persepsi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Menurut David Krech dan Richard S. Cruthfield, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah: 1. Faktor Fungsional Faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, pendidikan, dan kebudayaan. 2. Faktor Struktual Faktor yang berasal dari stimuli fisik yang ditimbulkan pada saraf individu. Menurut Kenneth E. Anderson, atensi adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.20 Dengan kata lain perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan alat indera lainnya. 19
Riyono Pratiko. Lingkaran-lingkaran Komunikasi, Alumni Bandung, 1982. Hal 172
20
Jalaudin R. Psikologi Komuniksi, Edisi Revisi PT. Remaja Karya, Bandung, 2001, hal 67
32
Menurut Jalaudin Rakhmat, perhatian dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1. Faktor Eksternal Pada
faktor
ini
stimuli
diperhatikan
karena
mempunyai sifat-sifat yang menonjol antara lain:gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan perulangan. 2. Faktor Internal Pada faktor ini stimuli diperhatikan karena adanya faktor-faktor biologis dan faktor-faktor psikologis. Bila telah belajar mengharapkan sesuatu untuk terjadi, merekan akan mempersepsi informasi yang menunjukkan kepada mereka bahwa apa yang mereka harapkan telah terjadi. Mereka tidak akan memperhatikan informasi yang menunjukkan pada mereka bahwa pengharapan mereka tidak terpenuhi. C. Emosi 1. Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu,
33
sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seorang berperilaku menangis. Emosi adalah suatu bentuk tindakan dan perasaan yang bercampur satu jika kita mengalami suatu hal yang membuat kita merasakan adanya perbedaan dalam diri kita. Emosi membuat semua perubahan dalam tubuh kita sehingga kita dapat bertindak diluar nalar bahkan dapat berujung negatif. Namun tidak semua tindakan dari emosi berujung negatif, ada pula yang sangat membantu orang tersebut keluar dari sebuah masalah yang sedang dihadapinya. Emosi merupakan sebuah perasaan dimana kita akan membuat suatu keputusan yang nanti akan kita lakukan. Tanpa emosi kita tidak dapat membedakan atau menyimpulkan suatu hal dalam kehidupan. Dapat disumpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian. 2. Macam-macam Emosi
34
Beberapa tokoh mengemukakan temtamg macam-macam emosi, antara lain Descrates, JB Watson dan Daniel Goleman. Menurut Descrates, emosi terbagi atas:
Hasrat (desire)
Benci (hate)
Sedih/duka (sorrow)
Heran (wonder)
Cinta (love)
Kegembiraan (joy)
Sedangkan JB Watson mengemukaan tiga macam emosi, yaitu; Ketakuan (fear), Kemarahan (anger), Cinta (love). 3. Proses Terjadinya Emosi Proses kemunculan emosi melibatkan factor psikologis maupun faktor fisiologis. Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah peristiwa, yang bias netral, positif, ataupun negative. Stimulus tersebut kemudia ditangkap
oleh
reseptor
kita,
lalu
melalui
otak.
Kita
menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan kebiasaan kita dalam mempersepsikan sebuah kejadian, Interpretasi yang kita buat kemudian memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh kita. Perubahan tersebut misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada
35
menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah kita. Pandangan teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bias memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilaian negative, tidak menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan. Persepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang mengharukan, atau membahagiakan. Interpretasi yang kita buat atas sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis kita secara internal, ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih fisiologis kita pun menjadi lebih positif. 4. Teori Emosi Para ahli mengemukakan beberapa teori dalam upaya menjelaskan timbulnya gejala emosi. Beberapa teori emosi tersebut antara lain: A. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja seperti hati berdebar, tekanan darah naik, bafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah. Jika rangsangannya menyenangkan seperti diterima di
36
perguruan tinggi idaman, emosi yang timbul dinamakan senang,
sebalikanya
jika
rangsangannya
membahayakan misalnya melihat ular berbisa, emosi yang timbul dinamakan takut. B. Teori Emosi James-Lange Teori ini menjelaskan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorag terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang dating dari luar. Jika seseorang misalnya melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara. Respons tubuh ini kemudia dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Rasa takut timbul oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang bersangkutan dari hasil pengalamannya telah mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai rasa takut. C. Teori emosi “Emergency” Cannon Teori ini menyatakan emosi timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik. Teori Cannon kemudia diperkuat oleh Philip Bard, sehingga kemudian lebih dikenal
dengan
teori
Cannon-Bard
atau
teori
37
emergency. Teori ini mengatakan pula bahwa emosi adalah reaksi yang diberikan oleh organism dalam situasi darurat atau emergency. Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa ada antagonism antara saraf-saraf simpatis dengan cabang-cabang cranial dan sacral daripada susunan saraf otonom. Jadi, kalau saraf-saraf simpatif aktif, saraf otonom nonaktif, dan begitu sebaliknya.
D. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap menurut kamus besar bahasa Indonesia, diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak. Sedangkan menurut Oxford Advanced Learnet Dictionary (dalam Ramdhani. 2008), sikap merupakan cara menempatkan atau membawa diri, merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Masri, dalam widiyanta (2002) mendefisinikan sikap sebagai suatu kesediaan dalam menanggapi atau bertindak terhadap sesuatu, Allport, dalam Widayanta (2002), mengartikan sikap sebagai suatu keadaan siap yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap objek tertentu yang mengarah pada arah yang mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable).
38
Sikap adalah suatu perbuatan yang akan kita lakukan ketika sistem otak kita menerima rangsangan baik dari dalam diri kita ataupun dari luar diri kita. Sikap adalah suatu cerminan atau tindakan yang akan membuat tubuh kita melakukan sesuatu yang telah diproses dalam otak kemudian mengaplikasikan kesebuah tindakan. Baik atau buruknya tindakan tersebut akan sesuai dengan rangsangan yang kita terima. Sikap merupakan bentuk finalisasi dari sebuah pemikiran atau rangsangan yang kita terima. Namun dari apa yang kita akan lakukan tentu sudah melalui proses yang ada dalam pikiran kita. Dalam Widiyanta (2002), Assael (1984) dan Hawkins (1986), menjelaskan sikap memiliki beberapa karateristik, antara lain; arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas. Karateristik arah menunjukkan bahwa sikap mengarah pada setuju atau tidak setuju. Mendukung atau menolak terhadap objek tertentu. Karateristik intensitas mengarah pada perbedaan derajat kekuatan sikap setiap indivu. Karateristik keluasan sikap menunjuk pada cakupan luas tidaknya aspek dari objek sikap. Karateristik spontanitas menunjukkan sejauh mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan sikapnya secara spontan. Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu bentuk evaluasi perasaan untuk berekasi secara bipolar yakni positif maupun negative terhadap
39
objek tertentu yang dibentuk dari interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif.
2. Komponen Sikap Banaji dan Heiphetz, dalam Bernstein (2010), menjelaskan tiga komponen sikap yang saling menunjang satu sama lain. Pertama, komponen kognisi.
Komponen kognisi
mencakup penerimaan
informasi yang ditangkap oleh panca indera, yang kemudia diproses dan dipersepsikan, dibandingkan dengan data/infromasi yang telah dimiliki, diklasifikasikan, lalu disimpan dalam ingatan dan digunakan dalam merespon rangsangan. Sawono
dan
Meinarmo
(2009)
menambahkan
bahwa
komponen kognisi berisi pemikiran, ide-ide, maupun pendapat yang berkenaan dengan objek sikap, dapat berupa keyakinan atau tanggapan, kesan, atribusi dan penilaian terhadap objek sikap. Kedua, komponen afeksi berhubungan dengan perasaan atau emosi individu yang berupa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Ketiga, komponen konasi yang merujuk kepada kecenderungan tindakan atau respon individu terhadap objek sikap yang berasal dari masa lalu. Respon yang dimaksud dapat berupa tindakan yang dapat
40
diamati dan dapat berupa niat atau intensi untuk melakukan perbuatan tertentu
sehubungan
dengan
objek
sikap
(Sarwono
dan
Meinarno,2009). Haddock & Maio (2005), menjelaskan bahwa komponen afeksi dan kognisi memegang peranan paling penting dalam pembentukan sikap. Berbeda dengan komponen afeksi dan kognisi, perilaku sebagai komponen sikap yang dapat diamati seingkali menjadi perdebatan para ahli terkait konsistensiny a dengan sikap individu.
E. Unsur Visual Unsur visual adalah bagian dari pandangan atau sesuatu yang dapat dilihat. Baik itu berupa gambar, huruf, warna serta tata letaknya sehingga pesan dan gagasan dapat diterima oleh sasarannya. Jika kita mengamati sesuatu yang ada disekitar kita seperti majalah, iklan, papan informasi, poster, kita akan menemukan banyak gagasan untuk merancang bahan visual yang menyangkut penataan elemen-elemen visual. Tatanan elemen-elemen itu harus dapat menampilkan visual yang dapat dimengerti, terang/dapat dibaca, dan menarik perhatian sehingga mampu menyampaikan pesan yang diinginkan oleh penggunanya. Unsur – unsur visual media sederhana sebagai berikut: 1. Bentuk
41
Bentuk yang aneh dan asing bagi seorang dapat mebangkitkan minat dan perhatian oleh karena itu pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan perlu diperhatikan.
2. Garis Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menuntun perhatian untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus. 3. Tekstur Tekstur adalah unsur yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halus yang dapat digunakan untuk penekanan unsure, seperti warna.
4. Warna Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan, penekanan, untuk membangun keterpaduan, mempertinggi tingkat realism objek, menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan respons emosional tertentu. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan warna yaitu: 1. pemilihan warna khusus 2. Nila warna
42
Sintesis atau kekuatan warna untuk memberikan dampak yang diinginkan. 5. Tipografi Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan
pengaturan
penyebarannya
pada
ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu,
sehingga
dapat
menolong
pembaca
untuk
mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Tipografi merupakan unsur penegasan suatu pesan yang tertera
pada
suatu
objek
dimana
tulisan
tersebut
memberikan tanda kepada orang yang melihatnya agar mereka tau bahwa pesan yang disampaikan itu merupakan suatu bentuk ajakan atau himbauan.
F. Poster Poster adalah gambaran pada selembar kertas berukuran besar yang digantung atau ditempel di dinding atau permukaan lain. Poster merupakan alat untuk mengiklankan sesuatu alat proganda, dan protes serta maksud-maksud lain untuk menyampaikan sebagai pesan. Selain itu poster juga digunakan secara perorangan sebagai dekorasi yang murah meriah terutama bagi anak muda. Dari kedua definisi tersebut diatas, jelaslah bahwa poster adalah salah satu bagian seni grafis yang memiliki gaya, aliran,
43
maupun trend tersendiri yang tidak lepas dari suatu zaman. Oleh karena itu poster dibuat untuk menyampaikan pesan atau informasi, maka poster akan menjadi elemen dalam desain komunikasi visual. Jenis poster berdasarkan tujuannya: a. Poster Kampanye b. Poster Wanted c. Poster Cheesecake d. Poster Film e. Poster Komik Buku f. Poster Affirmation g. Poster Riset dan Kegiatan Ilmiah h. Poster didalam kelas i. Poster Karya Seni j. Poster Pelayanan Masyarakat k. Poster Komersial Teknik merancang poster sebagai media pembelajaran merupakan acuan utama untuk membuat suatu media pembelajaran, dalam hal ini poster. Karena sebuah media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diingikan. Materi pembelajaran juga harus diperhatikan karena inilah yang akan menjadi konten sebuah media pembelajaran. Strategi atau metode pembelajaran juga harus menjadi bahan pertimbangan,
44
karena ketidaksesuaian dengan metode yang digunakan juga akan berpengaruh pada ketercapaian tujuan pembelajaran. Hlal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan Poster a. Aturan Penyampaian Visual 1. Mudah dilihat 2. Menarik dan berwarna 3. Terstruktur 4. Komunikatif dan interaktif 5. Mudah dipahami 6. Mengikuti persyaratan b. Keterbacaan Visual 1. Menyediakan referensi kongkrit dari sebuah ide atau konsep 2. Membnerikan informasi dalam format yang berbeda 3. Meberikan efek atau pengaruh sesuai dengan tujuan poster tersebut