Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Satelit 2.1.1 Prinsip Kerja Pada dasarnya satelit memiliki fungsi sebagai repeater (penguat) yang merupakan stasiun pengulang. Satelit komunikasi adalah sebuah pesawat ruang angkasa yang ditempatkan pada orbit di sekeliling bumi dan di dalamnya terdapat peralatan-peralatan penerima dan pemancar gelombang mikro yang mampu me-relay (menerima dan memancarkan kembali) sinyal dari satu titik ke titik lain di bumi. Frekuensi yang sering digunakan dalam sistem komunikasi satelit saat ini adalah, L Band
1 – 2 GHz
S Band
2 – 4 GHz
C Band
4 – 8 GHz
X Band
8 – 12 GHz
Ku Band
12 – 18 GHz
K Band
18 – 26.5 GHz
Ka Band
26.5 – 40 GHz
Sesuai dengan ketinggian orbitnya, sistem komunikasi satelit bergerak berdasarkan tiga jenis orbit, yaitu: 1) Low Earth Orbit (LEO) pada ketinggian orbit 500 Km sampai dengan 2000 Km dari muka bumi. 2) Medium Earth Orbit (MEO) pada ketinggian 5.000 Km sampai dengan 36.000Km.
6
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
3) Geosyncronous Earth Orbit (GEO) pada ketinggian ±36.000 Km. Arsitektur sistem komunikasi satelit dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1 .
Gambar 2.1 Arsitektur Komunikasi Satelit Berdasarkan arsitektur Gambar 2.1 di atas, space segment (satelit) dan master control merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, dimana master control berperan sebagai pengendali utama dari satelit yang digunakan. Agar tetap berada dalam kondisi yang baik dan dapat beroperasi sesuai dengan usia yang diprediksikan, maka keadaan satelit dipantau secara update pada segala kondisinya yang mengacu kepada data-data yang diambil melalui telemetry, tracking command, dan ranging, disamping sebagai interface antara user ke satelit. Berikut proses yang selalu dilakukan Stasiun bumi (Ground Station) untuk menjaga agar satelit dalam kondisi yang baik, diantaranya: a) Telemetry, adalah berupa data-data yang berisi informasi kondisi satelit, baik posisi maupun kualitas respon satelit.
7
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
b) Tracking command atau penjejakan, adalah pengarahan antenna stasiun bumi agar selalu dapat mengikuti posisi dari suatu satelit. c) Ranging, adalah pengukuran jarak satelit terhadap permukaan bumi dengan beracuan kepada jarak satelit terhadap Stasiun bumi 2.1.2 Perangkat Stasiun Bumi Perangkat stasiun bumi terdiri atas antena, High Power Amplifier (HPA), Low Noise Amplifier (LNA), modulator / demodulator, encoder / decoder, dan up/down converter. Bentuk diagram dari perangkat stasiun bumi dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut.
Gambar 2.2 Diagram Umum Perangkat Stasiun Bumi Berikut ini adalah beberapa perangkat yang terdapat pada stasiun bumi:
Antena yang digunakan pada jaringan VSAT pada umumnya adalah antena parabola yang mudah dipasang dan dipindahkan sesuai dengan keinginan pemakai. Antena merupakan suatu komponen utama dari stasiun bumi, mengingat
pengaruhnya akan kemampuan
untuk
memancarkan
dan
menerima, dan juga gain yang berpengaruh pada perhitungan interferensi. Parameter antena menentukan gain dan lebar berkasnya, diameter antena
8
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
bervariasi
dengan
memilih
ukuran
antena
yang
tersedia
dengan
mensubstitusikan harga gain ke dalam persamaan yang sesuai.
Perangkat Pemancar terdiri atas:
1) Encoder Suatu alat yang berfungsi mengolah sinyal analog kedalam bentuk sinyal digital dengan sistem Pulse Code Modulation (PCM). 2) Modulator Berfungsi dalam proses modulasi. Dengan modulasi berarti sinyal informasi ditumpangkan pada sinyal pembawa yang memiliki frekuensi lebih tinggi sehingga dapat mencapai jarak yang lebih jauh. Dari gambar terlihat bahwa masukan pada modulator adalah sinyal pita dasar yang akan memodulasi pembawa Intermediate Frequency (IF). 3) Up Converter Perangkat yang berfungsi untuk mengubah sinyal Intermediate Frequency (IF) menjadi sinyal Radio Frequency (RF). Misalnya sinyal IF 70 MHz keluar dari perangkat modulator menjadi sinyal RF 6 GHz. 4) High Power Amplifier (HPA) Merupakan sub-sistem penguat daya. HPA/penguat daya tinggi adalah suatu perangkat yang berfungsi sebagai penguat sinyal frekuensi tinggi (RF) yang dipancarkan agar dapat diterima satelit. Posisi satelit berada pada orbit geostasioner,
9
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
±36.000 km dari permukaan bumi, tegak lurus. stasiun bumi ke satelit lebih jauh lagi, sehingga sinyal yang dipancarkan dari stasiun bumi akan tiba di satelit dengan arah yang rendah. Oleh karena itu sebelum ditransmisikan ke satelit diperlukan perangkatpenguat sinyal. 5) Decoder Fungsinya berlawanan dengan encoder, yaitu berfungsi mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog dengan Pulse Code Modulation (PCM).
2.2 DVB (Digital Video Broadcasting) DVB
dikembangkan
berdasarkan
latar
belakang
pentingnya
sistem
broadcasting yang bersifat terbuka (open system) yang ditunjang oleh kemampuan interoperability, fleksibilitas dan aspek komersial. Sebagai suatu open system, maka standard DVB dapat dimanfaatkan oleh para vendor untuk mengembangkan berbagai layanan inovatif dan jasa nilai tambah yang saling kompatibel dengan perangkat DVB dari vendor lain. Selain itu program digital yang dikirimkan berdasarkan spesifikasi DVB dapat ditransfer dari satu medium transmisi ke medium transmisi lain dengan murah dan mudah. Pendekatan yang dilakukan oleh DVB adalah dengan memaksimalkan perangkat eksisting dan sistem umum yang tersedia di pasar komersial.
Dengan teknologi digital, DVB dapat memanfaatkan penggunaan bandwidth secara lebih efisien. Satu transponder satelit yang biasanya hanya dapat digunakan
10
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
untuk satu program TV analog, dengan menggunakan DVB dapat digunakan untuk menyiarkan beberapa program TV digital. Selain penambahan kapasitas program TV, pada media transmisi terestrial dapat diperoleh kualitas gambar yang lebih baik dan bahkan pada media kabel TV, DVB-C menawarkan layanan interaksi two-way.
Salah satu keputusan mendasar yang diambil dalam menetapkan standard DVB adalah pemilihan MPEG-2 sebagai "data containers". Dengan konsep tersebut maka transmisi informasi digital dapat dilakukan secara fleksibel tanpa perlu memberikan batasan jenis informasi apa yang akan disimpan dalam "data container" tersebut. Pemilihan MPEG-2 untuk sistem koding dan kompresi dilakukan karena terbukti bahwa MPEG-2 mampu memberikan kualitas yang baik sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Dari sudut pandang komersial, pengadopsian MPEG-2 yang merupakan standard eksisting dan proven sangat menguntungkan karena memungkinkan DVB untuk berkonsentrasi pada upayanya dalam menemukan cara untuk mengemas paket data MPEG-2 melalui media transmisi yang berbeda-beda termasuk satelit, kabel, SMATV, LMDS, maupun terestrial. Chip-sets untuk keperluan coding dan decoding MPEG-2 telah tersedia secara komersial sehingga harga decoder di pasar komersial berharga murah. Walaupun demikian karena MPEG-2 yang terdapat pada dokumen ISO bersifat generik, maka Projek DVB mengembangkan dokumen yang berisikan pembatasan terhadap sintaks dan parameter MPEG-2 serta rekomendasi nilai yang digunakan dalam aplikasi DVB.
Layanan DVB masa depan akan terdiri dari berbagai jenis program yang dikembangkan melalui sejumlah kanal transmisi. Agar IRD dapat ditune untuk
11
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
layanan tertentu secara otomatis melalui sistem navigasi yang user friendly maka DVB menambahkan alat bantu navigasi DVB-SI (Service Information) yang merupakan perluasan Programme Specific Information (PSI) dari MPEG-2. Service information pada DVB berfungsi sebagai header terhadap kontainer MPEG sehingga receiver dapat mengetahui apa yang diperlukan untuk mendecode sinyal.
Selain itu, MPEG-2 memungkinkan desain decoder yang fleksibel seiring peningkatan kualitas pada sisi encoding. Setiap peningkatan unjuk kerja baru karena pengembangan sistem encoding akan secara otomatis direfleksikan pada kualitas gambar dari decoder.
2.2.1 Transmisi Standard DVB dapat diterapkan untuk berbagai media transmisi mulai dari satelit (DVB-S), Kabel (DVB-C) ataupun gelombang radio terestrial (DVB-T). Standard DVB-S adalah produk pertama project DVB yang memungkinkan pengiriman sinyal DVB melalui satelit. Dokumen tersebut menggambarkan berbagai tools untuk keperluan pengkodingan kanal termasuk implementasi modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK). Sistem channel coding dan modulasi DVB pada sistem Cable (CATV) digambarkan pada dokumen standard DVB-C. Dokumen ini menjadi dasar pengembangan lebih jauh bagi spesifikasi [DVB-CS] menggunakan Satellite Master Antenna TV (SMATV). DVB juga mengatur penggunakan media transmisi terrestrial dalam spesifikasi DVB-T. Pemanfaatan gelombang mikro untuk pengiriman sinyal DVB
12
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
melalui MMDS (Multichannel Microwave Distribution System) dibedakan menjadi dua spesifikasi: untuk MMDS pada frekuensi diatas 10 GHz (DVB-MS) menggunakan spesifikasi DVB-S sedangkan untuk Frekuensi dibawah 10 GHz (DVB-MC) terutama didasarkan pada DVB-C. 2.2.2 Conditional Access System CAS (Conditional Access System) adalah subsistem yang berfungsi sebagai kontrol akses terhadap program atau layanan sehingga yang dapat menerima layanan hanyalah user yang sudah mendapat otorisasi. CAS terdiri dari beberapa blok diantaranya mekanisme untuk mengacak program atau layanan, Subscriber Management System (SMS), Subscriber Authorization System (SAS), dll. SMS pada dasarnya adalah data base yang berisi informasi pelanggan suatu layanan, sedangkan SAS berfungsi meng-encrypt dan mengirimkan code-words yang memungkinkan IRD dapat mendescrambler suatu program. DVB Project tidak membuat CAS sebagai bagian dari standard DVB. Namun DVB mengembangkan suatu Common Scrambling Algorithm, yaitu tools untuk mengacak Transport Streams atau Program Elementary Streams. DVB membebaskan penggunaan jenis CAS yang sesuai dengan kebutuhan operator dari beberapa vendor anggota DVB yang menawarkan produk komersialnya secara kompetitif. Disamping
standard
DVB
memungkinkan
terjadinya
cross-medium
interoperabillity yang memungkinkan berbagai media delivery berbeda dapat saling berinteroperasi, salah satu aspek dari interoperability adalah bahwa semua perangkat
13
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
yang DVB-compliant dari vendor yang berbeda dapat dengan mudah saling terhubung dalam satu mata rantai broadcast. Walaupun demikian integrated receiver-decoders (IRD) yang menggunakan teknologi Conditional Access yang berbeda mungkin tidak selalu dapat saling berinteroperasi. Ada dua pendekatan yang dilakukan DVB untuk terjadinya interoperasi di antara berbagai CAS yang berbeda yaitu:
SimulCrypt, dalam hal ini beberapa program provider melakukan negosiasi komersil sehingga memungkinkan pengguna yang telah memiliki IRD dengan CAS proprietary yang embedded di dalamnya dapat menikmati layanan dari CAS yang berbeda karena adanya supply informasi proprietary yang diperlukan.
Multicrypt, berbagai teknologi CAS dapat berada pada satu platform IRD yang sama sehingga dapat menerima program yang dibroadcast secara simultan dari beberapa program yang CASnya berbeda.
2.2.3 Interactivity Sistem DVB mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan return path antara IRD dan Service Provider melalui modul Subscriber Management System. Untuk keperluan return path ini diperlukan modem dan jaringan telepon atau cable TV return path atau bahkan uplink satelit. Return path ini dapat digunakan untuk mengirimkan sinyal balik dari user seperti pada aplikasi televoting, games playing, tele-shopping, dan tele-banking, dan juga untuk mengirimkan command browsing pada website internet. Walaupun keterbatasan bandwidth untuk return path tersebut
14
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
tidak cocok untuk mengirimkan citra video bergerak dari rumah ke broadcaster, pengembangan tahap berikutnya diperkirakan akan memungkinkan hal tersebut terjadi. Selain itu DVB juga menawarkan sejenis interaktifitas tanpa memerlukan return path yaitu penyediaan beragam program pilihan sesuai dengan pilihan user. Banyak layanan yang ditawarkan dalam DVB akan membutuhkan beberapa bentuk interaksi antara pengguna dan program provider atau operator network. Interaksi tersebut bisa berupa transmisi sekelumit perintah tapi mungkin juga memerlukan interaksi cukup intensif seperti yang terjadi pada komunikasi melalui internet. TV interaktif diidentifikasi sebagai salah satu kunci penting yang akan menguasai sistem transmisi digital di masa mendatang. Berbagai anggota DVB telah mengembangkan rencana komprehensif pengenalan TV interaktif sejak tahun 1997. Terjadinya konvergensi dalam area ini memungkinkan terjadinya titik balik pada masa depan dunia broadcasting. Berbagai spesifikasi return channel DVB telah dipublikasikan oleh ETSI termasuk didalamnya DVB-RCC (Cable) dan DVB-RCT (Telephone or ISDN) yang merupakan komplemen dari DVB-NIP (Network Independent Protocols) yang berdasarkan kepada MPEG-2 DSM-CC (Digital Storage Media–Command and Control). DVB memungkinkan terjadinya interaksi tersebut dan menspesifikasikan dua jenis tools untuk keperluan tersebut. Yang pertama adalah tools interatif yang bersifat network-independent yang dapat dianggap sebagai layer 2 atau tiga pada protocol stack ISO/OSI yang diturunkan dari protokol Digital Storage Media Command Control (DSM-CC) dari MPEG.
15
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
Kelompok kedua yaitu berhubungan dengan layer yang lebih rendah (layer 1 atau dua) dari model OSI/ISO yang berupa tools interaktif yang bersifat networkdependent. Ada beberapa spesifikasi yang telah dikembangkan antara lain melalui Public Switched Telephone Networks (PSTN) dan Integrated Services Digital Networks (ISDN). Selain itu juga dikembangkan solusi komprehensif untuk interaksi melalui jaringan CATV, Hybrid Fibre Coaxial (HFC), Terrestrial Systems, Satellite Master Antenna Television Systems (SMATV), LDMS, VSAT, DECT, dan GSM. 2.2.4 Interoperability Sistem DVB didesain dengan memanfaatkan secara maksimal berbagai elemen umum yang ada di pasar komersial. Hal tersebut memungkinkan starndard digunakan dalam mendistribusikan sinyal tanpa harus melakukan proses rumit dalam proses decoding dan coding ulang dari satu medium ke medium lain. Interoperability di antara standard memungkinkan pabrikan untuk mencapai skala ekonomi. Kebanyakan elemen yang sama digunakan dalam semua sistem. 2.2.5 Pengembangan DVB Hasil yang telah dicapai DVB Project berupa berbagai dokumen komprehensif baik yang bersifat teknis maupun non-teknis, menggambarkan solusi yang diperlukan oleh para pemain di pasar untuk mendayagunakan teknologi digital dalam bidang broadcasting. Sejak diterimanya DAVIC (Digital Audio-Visual Council) sebagai badan pusat koordinasi untuk aspek-aspek konvergensi media digital, DVB telah bekerja sama dalam hal menentukan solusi teknis dan operasional dalam pengembangan berbagai media transmisi multimedia. Banyak diantara sistem DVB
16
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
yang diterima sebagai standard DAVIC. Apa yang dilakukan oleh DVB dan DAVIC telah meluas dari hanya sekedar aspek broadcasting menuju ke arah pengembangan end-to-end interoperability. Sistem DVB dengan MPEG-2 sebagai inti skema koding video, audio dan data dapat digunakan untuk mengemas semua macam format yang digunakan untuk keperluan multimedia baik berupa teks, citra, grafik, dan berbagai tipe citra bergerak memungkinkan ekstensi multimedia ditambahkan pada saat kemunculannya, namun yang patut diperhatikan adalah bahwa kunci pokok dari DVB adalah „broadcasting‟, sehingga fokus dari pengembangan DVB adalah untuk pasar broadcasting komersial. Sistem DVB tergolong teknologi baru bagi vendor, broadcaster maupun network providers. Salah satu kekuatan dari teknologi DVB terletak pada kenyataan bahwa DVB memungkinkan transmisi sejumlah besar data pada kecepatan tinggi secara point-to-multipoint dengan cara yang aman dari kemungkinan kesalahan transmisi. Untuk memungkinkan transmisi data yang dimaksud termasuk kemungkinan pengulangan transmisi data yang sama pada interval waktu yang tetap atau tak tetap maka DVB telah mengembangkan spesifikasi untuk data broadcasting. Walaupun DVB project telah mencapai tahap kematangannya namun berbagai aktivitas pengembangan terus berlanjut diantaranya, pengembangan solusi DVB untuk membroadcast High Definition TeleVision (HDTV), Spesifikasi untuk Digital Satellite News Gathering (D-SNG), Spesifikasi untuk interface yang akan menghubungkan dunia sinyal DVB dengan jaringan PDH, ATM dan SDH yang dikelola oleh para operator jaringan telekomunikasi, dll
17
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
2.3 Perkembangan DVB (Digital Video Broadcasting) 2.3.1 DVB-S DVB-S didefinisikan dalam standar Eropa EN 300 421. Secara khusus itu menggambarkan modulasi dan system saluran koding untuk program televisi satelit digital multi (TV)/High Definition Television (HDTV) yaitu jasa yang akan digunakan untuk distribusi primer dan sekunder dalam layanan satelit tetap (FFS) dan Broadcast Satellite Service (BSS) band. DVB-S satelit berada dalam orbit geosynchronous khatulistiwa. Ini berarti bahwa mereka berada di lokasi orbital tetap, selama satu tempat di khatulistiwa. Dalam porsi penduduk dunia, ada siaran satelit di setiap sekitar tiga derajat orbital. Hal ini cukup mudah untuk meluruskan sedikit dan untuk mendapatkan sinyal yang kuat, baik dari satelit yang salah. DVB-S ini dimaksudkan untuk memberikan layanan Direct-To-Home (DTH) untuk Decoder Receiver Konsumen Terpadu (IRD), serta sistem antenna kolektif dan Stasiun TV Kabel. DVB-S cocok untuk digunakan pada bandwidth transponder satelit yang berbeda dan compatible dengan Moving Picture Expert Group 2 (MPEG2) layanan TV coding. Fleksibilitas didefinisikan dalam spesifikasi yang memungkinkan kapasitas transmissi akan digunakan dalam berbagai konfigurasi layanan TV, termasuk layanan data dan suara.
2.3.2 DVB-S2 DVB-S2 (Digital Video Broadcasing Satellite generasi ke-2) adalah standar televisi digital yang telah dirancang sebagai pengganti DVB-S sistem. Ini dikembangkan pada tahun 2003 oleh proyek DVB, sebuah konsorsium industry
18
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
international, dan diratifikasi oleh ETSI (EN 302.307) pada maret 2005. Standard ini didasari pada peningkatan DVB-s dan berita pengumpulan elektronik system yang digunakan oleh unit mobile untuk mengirimkan suara dan gambar dari lokasi terpencil di seluruh dunia kembali ke stasiun televisi mereka dirumah. DVB-S2 dipertimbangkan untuk layanan siaran, termasuk standar SDTV (Standart Definition TV) dan HDTV (High Definition TV), fitur interaktif termasuk akses internet, dan distribusi data konten (digunakan untuk bidang profesional). Pengembangan DVB-S2 bertepatan dengan pengenalan HDTV dan H.264 (MPEG-4 AVC) codec video, dan HDTV, interaktif jasa termasuk akses internet, dan (profesional) distribusi data konten. Pengembangan DVB-S2 bertepatan dengan pengenalan HDTV dan H.264 (MPEG-4 AVC) codec video. Dua fitur kunci baru yang ditambahkan pada DVB-S2, dibandingkan dengan DVB-S, adalah: • Sebuah kuat coding skema yang didasarkan pada modern kode LDPC . Untuk kompleksitas encoding rendah, kode LDPC dipilih memiliki struktur khusus, juga dikenal sebagai Irregular Ulangi-Kumpulkan kode. • VCM (Variable Coding And Modulation) dan ACM (Adaptive Coding Modulation) mode, yang memungkinkan penggunaan bandwidth mengoptimalkan menurut dinamis mengubah parameter transmisi. Sistem DVB-S2 memiliki design untuk beberapa aplikasi satelit broadcasting, yaitu: -
Service broadcasting untuk standard TV dan HDTV
19
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
-
Service interaktiv, termasuk akses internet dan untuk aplikasi consumer
-
Aplikasi berbasis professional, contohnya kontribusi untuk TV digital dan berita, distribusi TV untuk transmitter TV terrestrial VHF/UHF.
Standar DVB-S2 memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Performansi transmissi dengan kualitas terbaik 2. Sangat flexible 3. Respon penerimaan yang kompleks Fitur lain termasuk ditingkatkan modulasi skema hingga 32APSK , tambahan tingkat kode, dan pengenalan mekanisme transportasi umum untuk data paket IP termasuk MPEG-4 audio-video stream, sementara mendukung kompatibilitas dengan transmisi berbasis MPEG-2 TS. DVB-S2 mencapai kinerja yang signifikan lebih baik daripada pendahulunya, memungkinkan untuk peningkatan bitrate tersedia melalui bandwidth transponder satelit yang sama. DVB-S2 diukur kinerja keuntungan selama DVB-S adalah sekitar 30% pada bandwidth transponder satelit yang sama dan kekuatan sinyal yang dipancarkan. Ketika kontribusi perbaikan dalam kompresi video yang ditambahkan, sebuah (MPEG-4 AVC) HDTV layanan kini dapat dikirim dalam bandwidth yang sama yang mendukung sebuah DVB-S awal berbasis MPEG-2 SDTV layanan hanya satu dekade sebelumnya.
20
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
Fitur utama
Langsung masukan dari satu atau lebih MPEG-2 Transport Stream (TS). MPEG-TS didukung menggunakan modus kompatibilitas.
Format aliran asli untuk DVB-S2 disebut Streaming Generic (GS), dan dapat digunakan untuk efisien membawa data berbasis IP, termasuk layanan MPEG4 AVC/H.264.
Kompatibilitas ke DVB-S, ditujukan untuk pengguna akhir, dan DVB-DSNG, digunakan untuk backhauls dan pengumpulan berita elektronik.
Variabel coding dan modulasi (VCM) untuk mengoptimalkan penggunaan bandwidth berdasarkan prioritas dari data masukan, misalnya, SDTV dapat disampaikan dengan menggunakan pengaturan yang lebih kuat daripada layanan HDTV yang sesuai.
Adaptive coding dan modulasi (ACM) untuk memungkinkan fleksibel menyesuaikan parameter transmisi ke kondisi penerimaan terminal, misalnya, beralih ke tingkat yang lebih rendah selama kode memudar.
Empat modulasi mode:
a. QPSK dan 8PSK yang diusulkan untuk aplikasi siaran, dan dapat digunakan dalam non-linear transponder didorong dekat saturasi. b. 16APSK dan 32APSK digunakan terutama untuk profesional, semilinear aplikasi, tetapi juga dapat digunakan untuk penyiaran meskipun mereka membutuhkan tingkat yang lebih tinggi tersedia C / N dan
21
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
adopsi lanjutan pra-distorsi metode di stasiun uplink untuk meminimalkan efek linearitas transponder.
Peningkatan rolloff: α = 0,20 dan α = 0,25 selain roll off DVB-S α = 0,35.
Peningkatan coding: modern besar kode LDPC adalah concatenated dengan luar kode BCH untuk mencapai kuasi-bebas dari kesalahan (QEF) kondisi penerimaan pada AWGN channel. Kode luar diperkenalkan untuk menghindari kesalahan lantai di low bit-tingkat kesalahan. Sebuah tunggal koreksi kesalahan ke depan atau frame FEC mungkin baik 64800 bit (normal) atau 16200 bit (pendek). Jika VCM atau ACM digunakan, siaran bisa menjadi kombinasi frame normal dan pendek.
Beberapa kode tarif untuk konfigurasi yang fleksibel dari parameter transmisi: 1/4, 1/3, 2/5, 1/2, 3/5, 2/3, 3/4, 4/5, 5/6, 8/9, dan 9/10. Kode tingkat 1/4, 1/3, dan 2/5 telah diperkenalkan untuk kondisi penerimaan sangat miskin dalam kombinasi dengan modulasi QPSK. Encoding nilai 8/9 dan 9/10 berperilaku buruk dalam kondisi hubungan marjinal (di mana tingkat sinyal di bawah tingkat kebisingan). Namun, dengan target tempat Ku atau Ka Band downlinks harga ini kode mungkin disarankan untuk mencegah out-ofkawasan tampilan karena alasan hak cipta atau budaya.
Masukan sinkronisasi aliran opsional untuk memberikan penundaan end-toend konstan.
Tergantung pada tingkat kode dan modulasi, sistem dapat beroperasi pada C / N antara -2.4 dB (QPSK, 1/4) dan 16 dB (32APSK, 9/10) dengan tujuan kuasi-bebas
22
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
dari kesalahan dari TS 10 -7 packet error rate. Jarak ke batas Shannon berkisar dari 0,7 dB sampai 1,2 dB.
Gambar 2.3 Empat kemungkinan sistem DVB-S2 sebelum pemilihan acak pada layer physic Tabel 2.1 Mode dan fitur DVB-S2 dibandingkan dengan DVB-S DVB-S
DVB-S2
Masukan
Tunggal Transport
Beberapa Transport Stream dan
Antarmuka
Stream (TS)
Encapsulation Streaming Generic (GSE)
Konstan Coding &
Variabel Coding & Modulation dan
Modulation
Adaptive Coding Modulation
Mode
23
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
Reed Solomon (RS) 1/2, LDPC + BCH 1/4, 1/3, 2/5, 1/2, 3/5, 2/3, FEC 2/3, 3/4, 5/6, 7/8
3/4, 4/5, 5/6, 8/9, 9/10 Pembawa tunggal QPSK dengan Multiple
Modulasi
Pembawa tunggal QPSK Streams
Modulasi QPSK, 8PSK, 16QAM
QPSK, 8PSK, 16APSK, 32APSK
Interleaving
Bit-Interleaving
Bit-Interleaving
Pilot
Tidak Berlaku
Percontohan simbol
Skema
Kasus Penggunaan Skenario dipertimbangkan untuk DVB-S2 oleh dokumen standar adalah:
Jasa penyiaran televisi di SDTV atau HDTV. Opsional, transmisi ini mungkin kompatibel dengan DVB-S, tetapi tidak mendapatkan keuntungan dari bandwidth ekstra 30%.
Layanan interaktif termasuk akses internet. Data yang dihasilkan oleh pengguna dapat dikirimkan oleh kabel (tembaga / serat optik), mobile wireless , atau satelit uplink (DVB-RCS).
Profesional aplikasi, dimana data harus multiplexing secara real time dan kemudian disiarkan di VHF / UHF band (misalnya, digital TV kontribusi, satelit news gathering). Transmisi ini tidak dimaksudkan untuk pemirsa ratarata.
24
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
Gambar 2.4 Blok diagram fungsional sistem DVB-S2
Data berskala besar distribusi konten. Ini termasuk point-to-point dan layanan multicast, serta transmisi ke kepala-ujungnya (re-) distribusi melalui media lain.
Tabel 2.2 Contoh perbandingan antara DVB-S dan DVB-S2 untuk penyiaran TV (Sumber: EBU Technical Review 10/04)
25
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
Tabel 2.3 Konfigurasi sistem dan area pemakaian
DVB-S2 ini ditujukan untuk menyediakan layanan interaktif kepada konsumen IRD dan PC. Dimana DVB-S2 adalah penerus jalur langsung yang menggantikan DVB-S dengan standar untuk system interaktif.
Keuntungan dari DVB-S2: 1.
8PSK Coding: - Material terbesar - Kecepatan hingga 121 Mbps pada transponder 54Mhz - DVB-S2 mendukung QPSK dengan sangat baik
26
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
2.
LDPC: peningkatan efisiensi - Lebih baik dari “Turbocodes” - Peningkatan effisiensi bandwidth dengan LDPC coding yang baru. Low-Density Parity Check (LDPC) adalah effisiensi yang paling baik dibandingkan FEC konvolusional + Reed Solomon atau turbocode -
Code adaptif dan modulasi: effisiensi + Ketersediaan tertinggi
Kemampuan untuk penyesuaan dinamis FEC Outroute dan modulasi outroute berdasarkan feedback dari remote (ACM).
2.4 Satelit Indostar II
Indostar II atau Cakrawarta II adalah satelit komunikasi yang dioperasikan oleh PT Media Citra Indostar (MCI) untuk keperluan siaran Indovision (termasuk Top TV dan Okevision) ke seluruh wilayah Indonesia. Satelit ini merupakan seri 601 HP (High Power) buatan Boeing Satellite System.
27
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
Gambar 2.5 Satelit Indostar II (Sumber: Boeing/Indovision) 2.4.1 Peluncuran
Satelit Indostar II sukses diluncurkan pada tanggal 16 Mei 2009, pukul 06.58 waktu Baikonur, Kazahkstan atau pukul 07.58 Waktu Indonesia Barat (WIB). Peluncuran satelit ini menggunakan roket Proton M/ Breeze M yang dibuat oleh
28
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
Khrunichev Space Center , Moskow, Rusia. Roket ini meluncur dari landasan Baikonur Cosmodome, Kazakhstan. Salah satu faktor pendukung yang membantu keberhasilan peluncuran satelit ini adalah kondisi cuaca di tempat peluncuran yang baik, dengan temperatur udara berkisar antara 14 sampai 16° celsius dan kecepatan angin sebesar 4 hingga 6 m/detik.
Setelah proses peluncuran selesai, satelit Indostar II dikendalikan oleh Boeing yang melakukan serangkain pengujian (In-Orbit Test/IOT) untuk memastikan satelit berfungsi sesuai spesifikasi sebelum diserahkan ke pihak operator. Proses serah terima (hand-over) dari Boeing ke Indovision (PT. MediaCitra Indostar) dilakukan pada tanggal 16 Juni 2006, tepat satu bulan setelah peluncuran.
Satelit Indostar II saat ini beroperasi di orbit geostasioner (GEO) pada ketinggian 35.786 km dan berlokasi di 108.15° Bujur Timur (BT) setelah sebelumnya berada di 107.7 BT
2.4.2 Transponder dan Cakupan Satelit Indostar II
Satelit Indostar II memancarkan siaran Indovision di rentang frekuensi S-band dengan lebar pita 150 MHz (2520-2670 MHz) yang lebih tahan cuaca. Rentang selebar 150 MHz ini dibagi menjadi 5 kanal masing-masing selebar 30 MHz (termasuk guardband selebar 3 MHz). Dengan polarisasi vertical (V) dan horizontal (H), didapatkan 10 kanal (transponder) aktif dan 3 transponder sebagai cadangan (back up).
29
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
Gambar 2.6 Cakupan transponder S-Band satelit Indostar-2 (Sumber: www.satbeams.com) Untuk siaran TV berlangganan Indovision, uplink dilakukan dari Jakarta pada frekuensi X-Band (8120-8270 MHz). Detail frekuensi uplink dan downlink dapat dilihat pada gambar berikut.
X/S-Band: Frequency Plan Uplink Frequency 150 MHz 8120
8270 1.50
27 27
V
3
H
3
8135
1A
27 3
1B
3
8165
2A 2B
27 3 3
8195
3A 3B
27 3 3
8225
4A 4B
1.50
27 3 3
8255
5A 5B
## 3 3
8120
8270
5600.0
LO Frequency:
MHz
Downlink Frequency 150 MHz 2670
2520 1.50
27 27
V H
3 3
2535
27
2565
27
2595
27
2625
1.50
27
2655
##
1B
3
2B
3
3B
3
4B
3
5B
3
1A
3
2A
3
3A
3
4A
3
5A
3
2670
2520
Gambar 2.7 Frekuensi uplink/downlink Indovision (Sumber: Indovision/Boeing)
30
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
Satelit ini mampu menyediakan sekitar 120 saluran berteknologi MPEG-2, 140 saluran berteknologi MPEG-4, dan menghadirkan teknologi high definition yang dimulai pada Maret 2012.
Selain itu, Indostar II juga menyediakan 12 transponder Ku-band yang akan diarahkan ke India (Gambar 9) serta 10 transponder yang diarahkan ke Indonesia (Gambar 8.a) dan Filipina (Gambar 8.b). Dengan demikian, terdapat total 32 transponder aktif yang siap memancarkan siaran ke semua wilayah cakupan yang meliputi India, Indonesia, Filipina, sampai Taiwan.
(a) Ku-Band Indonesia
(b) Ku-Band Filipina
Gambar 2.8 Cakupan transponder Ku-Band Indonesia/Filipina (Sumber: www.satbeams.com)
31
Putri Farah Diba 41411120004
Universitas Mercubuana, Jurusan teknik Elektro
Gambar 2.9 Cakupan transponder Ku-Band India (Sumber: www.satbeams.com)
32
Putri Farah Diba 41411120004