BAB II KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori 1. Etika Kerja Islam a. Pengertian Etika Kerja Islam Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu.Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sestem nilai yang diyakininya.Dari kata etos ini dikenal pula kata etika, etika mendekati pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk (moral). Etika lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.10Maka Etika diartikan sebagai segala perbuatan yang timbul dari orang yang melakukan dan berkaitan dengan nilai-nilai, tentang baik dan buruknya tindakan dan kesusilaan.11 Kerja merupakan suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan
seluruh
aset,
pikir,
dan
zikirnya
untuk
mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba
10
Toto Asmoro, Membudidayakan Etos Kerja Pribadi Muslim ( Jakarta: Gema Insani Press, 2002) hlm 15 11 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta:Bulan Bintang, 1995), hlm 5
9
10
Allah yang harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat terbaik (khairu umah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakana bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.12 Sedangkan etika kerja islam adalah orientasi yang membentuk dan mempengaruhi keterlibatan dan partisipasi pengikutnya di lingkungan kerja. Etika kerja islam dibangun melalui empat konsep dasar, yaitu usaha, kompetisi, transparansi dan tanggung jawab moral. Usaha dianggap sebagai bahan dasar dalam melayani diri sendiri dan orang lain. Setiap individu harus berkompetisi secara adil dan jujur serta bekerja dengan niat yang baik.13 Islam mengajarkan bahwa dalam menunaikan pekerjaan harus diwarnai oleh suasana ikhlas, sabar, amanah dan istiqamah. Bekerja yang tidak ikhlas, tidak akan mendapatkan pahala. Ikhlas dimaknai sepenuh hati, sungguh-sungguh, dan totalitas.Sabar artinya menerima resiko apapun sebagai konsekuensi dari keterlibatan menjalankan pekerjaan itu sendiri.Amanah artinya menunaikan pekerjaannya itu dengan sepenuh hati, tidak setengah-setengah, dan tidak ada muatan kepalsuan
12
atau
kebohongan.Tepat
waktu,
ukuran
juga
Toto Asmoro, Membudidayakan Etos Kerja Pribadi Muslim ( Jakarta: Gema Insani Press, 2002) hal 25 13 Ali A.j and Owaihan. “Islamic Work Ethic: A Critical Revew” (Kuait: Kuait University, Jurnal Vol 15 No. 1, 2008)hlm 12
11
kualitas.Istiqamah, artinya konsisten hingga pekerjaan itu selesai sampai tuntas.14 Etika
Islam
sesungguhnya
sudah
sangat
jelas
dan
komprehensif.Bekerja tidak saja diukur dari aspek-aspek yang bersifat lahiriah,
melainkan
mengutamakan
juga
aspek-aspek
menyertakan batiniah.Islam
dan tidak
bahkan
justru
membolehkan
apapun dilakukan dengan pura-pura, seolah-olah, setengah-setengah, apalagi palsu.Islam selalu menyeru pada kejujuran, keadilan dan kebenaran.15 b. Dimensi Etika Kerja Islam Secara inovatif Nabi Muhammad SAW banyak menentang praktik-praktik yang ada saat ini dengan intruski-instruksi yang diberikan. Terdapat beberapa isu yang terkait dengan pekerjaan yang sesuai hadits-hadits Nabi dikelompokkan sebagai berikut: 1)
Pursuing
legitimates
business.
Nabi
Muhammad
secaraexplisitmemerintahkanpengikutnyabahwapekerjaaan
yang
bergunaadalah yang bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat. Selanjutnya, mereka yang bekerja keras harus diakui dan dihargai, artinya bahwa seseorang yang bekerja keras akan diberikan pahala.
14
Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Membangun Etos Kerja dan Logika Berpikir Islami(Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm 2-3 15 Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Membangun Etos Kerja dan Logika Berpikir Islami (Malang: UIN Malang Press, 2009),hlm 3
12
2)
Wealth Must be earned. Dalam islam, diakui bahwa setiap orang memiliki kapastitas yang berbeda. Dengan kata lain kapasitas yang ada yang memungkinkan mereka memperoleh kesejahteraan.
3)
Quality of work. Pra Islam bangsa arab kurang memiliki disiplin dan komitment mereka sebagian besar hanya sebatas pada kelompok saja. Nabi Muhammad sebagai negarawan dan pembaharu, beliau beruahan untuk mengubah masyarakat Arab sebagai
masyarakat
yang
fungsional.
Penekanan
yang
dilakukannya terhadap kedisiplinan dan niat komitmen tidak hanya untuk menyoroti esensi dari bekerja, akan tetapi juga untuk menggambarkan
hubungan
di
antara
kepercayaan
dengan
pekerjaan dan akhirnya dapat mengarahkan umat muslim menjadi entitas aktif secara ekonomi dan politik. 4)
Wages. Nabi Muhammad SAW menyuruh untuk memberikan gaji secara adil dan tepat waktu pada karyawannya.
5)
Reliance of self. Salah satu fungsi dari bekerja adalah keyakinan dan kemandirian.
6)
Monopoly. Monopoli, dalam islam dianggap sebagai kesalahan besar yang dapat menghasilkan kerugian, laba yang tidak sah, dan menimbulkan ketidaksetaraan.
7)
Bribery. Seperti Monopoli dan kecurangan, penyuapan sangat tidak diperbolehkan dalam islam.
13
8)
Deeds and intention. Hal ini merupakan pilar yang penting dalam Etika Kerja Islam. Sangat jelas dibedakan Etika kerja islam dengan agama lain. Salah satu asumsi dasar dalam Ilam adaha bahwa niat kriteria di mana pekerjaan dievaluasi dari segi manfaat bagi masyarakat daripada hasil. Setiap kegiatan yang merugikan dan dianggat membahayakan serta tidak mensejahterakan, meskipun menghasilkan kekayaan yang signifikan bagi mereka yang melakukan, dianggap melanggar hukum.
9)
Transparency. Bisnis dan pekerjaan secara umum harus bertumpu pada dasar etis dan moral. Prasyarat untuk menyebarkan dan mewujudkan tujuan ini adalah transparansi. Seperti perusahaan yang harus memberitahukan pada konsumen keadaan yang sebenarnya tentang produknya.
10) Greed. Dalam Islam, keserakahan dianggap sebagai ancaman bagi keadilan social dan ekonomi. 11) Generosity. Kedermawanan merupakan suatu kebajikan dalam Islam.16 c. Indikator Etika Kerja Islam Indikator yang digunakan menurut Intrumen Abbas Ali17yang terdiri dari 17 item (versi pendek), yaitu:
16
Ali A.j and Owaihan. “Islamic Work Ethic: A Critical Revew” (Kuait: Kuait University, Jurnal Vol 15 No. 1, 2008) hlm 11-12
14
1) Rajin 2) Dedikasi pekerjaan 3) Bekerja dengan baik bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain 4) Keadilan dan kemurahan hati ditempat kerja adalah kondisi yang diperlukan untuk kesejahteraan karyawan 5) Menghasilkan lebih dari yang dibutuhkan seseorang memberikan kontribusi terhadap kemakmuran masyarakat secara keseluruhan 6) Seseorang harus bekerja sesuai dengan kemampuannya 7) Bekerja bukanlah sebuah tujuan melainakn sarana untuk mengembangkan diri dan meningkatkan hubungan sosial 8) Hidup tidak akan bermakna tanpa bekerja 9) Lebih banyak waktu yang menganggur akan berdampak buruk bagi karyawan 10) Hubungan baik dalam organisasi harus ditumbuhkan dan dikembangkan 11) Bekerja memungkinkan seseorang untuk dapat mengontrol sifatnya 12) Bekerja kreatif merupakan sumber kebahagiaan dan prestasi 13) Setiap
orang
yang
bekerja
memiliki
kesempatan
untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik
17
Abbas Ali, “Scalling Of Islamic Rork Ethic” (Jurnal of Social Pshycolgy, 1998) hlm
579-581
15
14) Bekerja memberikan seseorang kesempatan untuk mandiri 15) Seseorang
yang berhasil
adalah
seseorang
yang mampu
menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu 16) Seseorang sebaiknya bekerja keras untuk memenuhi tanggung jawabnya 17) Nilai dari suatu pekerjaan berasal dari niat bukan hasil yang menyertainya. 2. Komitmen Organisasi a.
Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi sebagai suatu kadaaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuantujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.18Pengertian lain menyebutkan bahwa komitmen organisasi sebagai (1) keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok, (2) kemauan uasaha yang tinggi untuk organiasi, (3) suatu keyakinan tertentu dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. 19 Komitmen pegawai seringkali digambarkan sebagai bentuk keterikatan, identifikasi, dan keterlibatan dari individu.Komitmen organisasi merupakan hal yang penting bagi organisasi, terutama untuk menjaga kelangsungan dan pencapaian tujuan.Komitmen pegawai
18 19
Edy Sutrisna, Budaya Organisasi, (Jakarta : Kencana, 2013) hlm171 Edy Sutrisna, Budaya Organisasi, … hlm 292
16
merupakan hal yang penting bagi organisasi, terutama untuk menjaga kelangsungan dan pencapaian tujuan.Namun untuk memperoleh komitmen yang tinggi, diperlukan kondisi-kondisi yang memadai untuk pencapaiannya.20 Seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, terlibat sungguh dalam pegawaian dan ada loyalitas serta afeksi positif organisai. Selain itu tampil tingkah laku berusaha kearah tujuan organiasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu yang lama. 21 Jadi dapat disimpulkan bahwa komitmen merupakan sikap loyalitas pekerja terhadap
organisasinya
dan
juga
merupakan
suatu
proses
mengekspresikan perhatian dan partisipasinya terhadap organisasi.22 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi Komitmen karyawan pada organisasi ditentukan oleh sejumlah faktor.Terdapat dua faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu: 1) Faktor Personal, yaitu meliputi usia, masa jabatan dalam organisasi, dan diposisi individu seperti afektif positif atau negative,
20
Edy Sutrisna, Budaya Organisasi, (Jakarta : Kencana, 2013) hlm 295 Alwiyah Jamil, “Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Sikap-Sikap Perubahan Organisasi: komitmen organisasi sebagai mediator” (Undip, tesis, th) hal 28 22 Edy Sutrisna, Budaya Organisasi, (Jakarta : Kencana, 2013) hlm 296 21
17
dan control atribusi baik internal maupun eksternal. Keluhan faktor ini akan membentuk fase awal. 2) Faktor Organisasional, yaitu meliputi rancangan tugas dan gaya kepemimponan supervisor. Semua faktor itu akan membentuk atau memunculkan tanggung jawab. 23
c. Tipe-tipe Komitmen Organisasi Komitmen organisasi atas tiga tipe, yaitu : 1) Affective Commitment, didefinisikan sebagai tingkat keterikatan secara psikologis dengan organisasi berdasarkan seberapa baik perasaan
mengenai
organisasi.
Individu
menetap
dalam
suatuorganisasi karena keinginan sendiri 2) Continuance Commitment, didefinisikan sebagai keterikatan anggota secara psikologi pada organisasi karena biaya yang dia tanggung sebagai konsekuensi keluar organisasi. Individu memutuskan untuk menetap pada suatu organisasi karena menganggapnya sebagaisuatu pemenuhan kebutuhan 3) Normative Commitment, merupakan keterikatan anggota secara pikologis dengan organisasi karena kewajiban moral untuk
23
Edy Sutrisna, Budaya Organisasi, ... hlm 296-297
18
memelihara hubunganorganisasi. Individu tetap tinggal pada suatu organisasi karena merasa loyal kepada organisasi tersebut.24 3. Kepuasan Kerja a. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang karyawan terhadap pekerjaannya. Pengertian lain menyebutkan bahwa kepuasan kerja merupakan derajat sejauh mana seseorang memihak pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya, dan menganggap kinerjanya penting bagi harga diri.25Kepuasan kerja menunjukkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.Hal tersebut dapat dilihat dari sikap positif dari karyawan terhadap pekerjaan dan segala hal yang dihadapi di dalam lingkungan kerjanya. Kepuasan
kerja
didefinisikan
sebagai
keadaan
yang
menyenangkan atau emosi positif yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan
atau
pengalaman
kerja
seseorang.Kepuasan
kerja
dihasilkan dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka menyediakan hal yang dipandang penting.26 Kepuasan kerja didefinisikan sebagai serangkaian perasaan senang dan emosi seseorang pekerja berkenaan dengan beberapa 24
Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta : Kencana, 2013) hlm 292-293 Stephen P.Robbins. Perilaku Organisasi, (Jakarta : Pronhalindo, 1996) hlm170 26 Dian kristianto, Suharmono, Intan Ratnawati, “Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening” (Undip. Jurnal, t,th) hlm 3 25
19
baik pekerjaan mereka memberikan sesuatu yang dianggap penting bagi dirinya.27 Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan positif yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya.Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual.Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda.28 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuaan Kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan kerja : 1. Kerja yang menantang 2. Ganjaran yang pantas 3. Kondisi kerja yang mendukung 4. Rekan sekerja yang mendukung 5. Jangan lupakan kesesuaian kepribadian-pekerjaan.29 Terdapat 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain : a)
Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pegawai yang meliputi minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, perasaan kerja.
27
Malayu Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) hlm 124 Malayu Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, … hlm 125 29 Stephen P.Robbins. Perilaku Organisasi, (Jakarta : Pronhalindo, 1996) hlm 171 28
20
b)
Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik pegawai, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja, perlengkapan kerja, sirkulasi udara, kesehatan pegawai.
c)
Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan pegawai, yang meliputi sistem penggajian, jaminan sosial, besarnya tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan lain-lain.
d)
Faktor Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi social baik antara sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. 30
c. Indikator Kepuasan Kerja Indikator-indikator kepuasan kerja yang digunakan adalah menurut Hardiandja31 sebagai berikut: 1) Gaji/Upah 2) Pekerjaan itu sendiri 3) Rekan sekerja 4) Pimpinan 5) Promosi atau kesempatan untuk maju 30
Titis Nelani dan Suhaji. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepasan Kerja (Studi pada karyawan STIF “Yayasan Farmasi”Semarang”(Semarang. Jurnal STIE Widya Manggala, t, th) hlm 6 31 Ahmad Sani Supriyanto, “Manajemen Suberdaya Manusia”. (Malang: UIN Malang Press, 2013) hlm 216
21
6) Lingkungan kerja 4.
Kinerja Karyawan a. Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan
dengan
moral
dan
etika.Anwar
mengemukakan
pengertian kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantititas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.32 Pengertian lain menyebutkan kinerja adalah kuantitas dan tau kualitas hasil kerja individu atau sekelompok didalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisas33 Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.34
32
Asri Laksmini Riani, Budaya Organisasi, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2011) hlm 26 Syamsir Torang, Organisasi dan Manajemen, (Bandung :Erlangga, 2014) hlm 74 34 Malayu Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) hlm 134 33
22
Kinerja merupakan wujud hasil kerja yang dihasilkan seseorang.Kinerja karyawan adalah prestasi yang diperoleh seseorang dalam melakukan tugas.35 Keberhasilanorganisasi tergantung pada kinerja para pelaku organisasi bersangkutan, dengan kata lain mutu kerja karyawan secara langsung mempengaruhi kinerja karyawan. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Karyawan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah sebagai berikut: 1) Efektivitas dan efisiensi 2) Otoritas dan tanggung jawab 3) Disiplin 4) Inisiatif. 36 c.
Indikator Kinerja Karyawan Terdapat enam kinerja primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja, yaitu :
35
Edy Sutrisna, Budaya Organisasi, (Jakarta : Kencana, 2013) hlm 171 Edy Sutrisna, Budaya Organisasi, … hlm 176-177
36
23
1) Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati keempurnaan atau mendekat tujuan yang diharapkan. 2) Quantity, Merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, unit, dan siklus kegiatan yang dilakukan. 3) Timeliness, Merupakan sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki. 4) Cost effectiveness, Merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumber daya organisasi (manusia, keuangan, teknologi dan material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya. 5) Need for supervision, Merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan. 6) Interpersonal impact, merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara harga diri, nama baik, dan kerja sama di antara rekan kerja dan bawahan.37
37
Edy Sutrisna, Budaya Organisasi, (Jakarta : Kencana, 2013) hlm 179-180
24
B. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Taufiq Hidayat38dengan judul “Pengaruh Komitmen Organisasi pada Kinerja Karyawan dengan Etika Kerja Islami sebagai variabel moderator” studi pada karyawan cv. Arafah group, Sukoharjo. Penelitian dianalisis menggunakan uji analisis regresi berganda dan analisis of variance.Hasil menunjukkan bahwa etika kerja islami memoderasi pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zainuri39dengan judul “Pengaruh Etika Kerja dan Kepemimpinan Islam Terhadap Kinerja Karyawan” studi pada UJKS/KJKS Koperasi Pati.Penelitian dianalisis menggunakan
uji
analisis
regresi
berganda.
Secara
parsial
hasil
menunjukkan bahwa etika kerja Islam tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan diKJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati, dan variabel kepemimpinan islam berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan secara simultan etika kerja dan kepemimpinan islam berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
38
Muhammad Taufiq Hidayat “Pengaruh Komitmen Organisasi pada Kinerja Karyawan dengan Etika Kerja Islami sebagai Variabel Moderator” (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, Skripsi, 2009) 39 Ahmad Zainuri. “Pengaruh Etika Kerja dan Motivasi Islam terhadap Kinerja Karyawan” (Semarang, IAIN Walisongo, skripsi, 2011)
25
Penelitian yang dilakukan oleh Agus Lukman Fitriyan40 dengan judul “Pengaruh Etika dan Motivasi Kerja Islam terhadap Produktivitas Kerja Karyawan” studi pada BNI Syariah Cabang Semarang. Penelitian ini dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda.Hasil menunjukan secara silumtan etika kerja Islam dan motivasi kerja Islam berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produktivitas karyawan, dan secara parsial etika kerja Islam mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.Hal ini menunjukan semakin tinggi etika kerja Islam semakin tinggi pula produktivitas kerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Alfa Shafissalam dan Misbahudin Azzuhri41dengan judul “Pengaruh Etos Kerja Islam terhadap Kinerja Karyawan” studi pada karyawan Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syariah Jawa Timur. Penelitian ini dianalisis menggunakan uji regresi berganda.Hasil menunjukan bahwa etos kerja Islami tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Peneltian yang dilakukan oleh Awais Isman et al42dengan judul “The Impact Of Islamic Work Ethics On Employee Performance: Testing Two Models Of Personality X And Personality Y” studi pada Universitas 40
Agus Lukman Fitriyan, “Pengaruh Etika Kerja Islam dan Motivasi Kerja Islam terhadap Produktivitas Kerja Karyawan BNI Syariah Cabang Semarang” (Semarang: IAIN Walisongo, Skripsi , 2011) 41 Alfa Shafissalam dan Misbahudin Az-zuhri, “Pengaruh Etika Kerja Islam terhadap Kinerja Karyawan PT. Kanindo” (Yogyakarta, Jurnal, t.th) 42 Awais Isman et al, “The Impact Of Islamic Work Ethics On Employee Performance: Testing Two Models Of Personality X And Personality Y” (Pakistan: Virtual University of Pakistan, Journal, 2013)
26
Pakistan. Studi diikuti ex-post desain facto dan analisis meditasi dengan desain acak. Pengujian model dilakukan dengan menggunakan model persamaan struktural. Hasil penelitian menunjukan bahwa etika kerja Islam secara signifikan dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Selain itu, etika kerja Islam juga mempengaruhi kepribadian X dan tipe karyawan kepribadian
Y
karyawan.Penelitian
yang
secara
signifikan
inimenunjukkan
bahwa
mempengaruhi perspektif
Islam
kinerja dapat
menambah pemahaman kinerja karyawan, dengan dua model yang berbeda dari kepribadian X dan kepribadian Y, bersama dengan karakteristik karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Mohamed Farah Abdi et al43 dengan judul “The Impact of Islamic Work Ethics on Job Performance and Organizational Commitment” studi pada karyawan dan dosen di Insaniah University College, Kedah. Pengujian dianalisis menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pekerjaan secara bermakna dikaitkan dengan etika kerja Islam tapi di sisi lain komitmen organisasi tidak bermakna dikaitkan dengan etika kerja Islam.
43
Mohamed Farah Abdi et al, “The Impact of Islamic Work Ethic on Job Perfornance and Organizational Commitment” (Malaysia, Jurnal, 2014)
27
Penelitian
yang dilakukan oleh
Kuemala
Hayati
dan
Indra
Chaniago44dengan judul “Islamic Work Ethic: Teho Role of Itrinsik Motivasion, Jib Satisfaction, Organizational Commitment and Job Performance” studi pada karyawan perbankan syariah di Bandar Lampung. Penelitian dianalisis menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh etika kerja islam memberikan pengaruh lebih besar terhadap kinerja karyawan dibanding motivasi intrinsic, komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Marsalia Indica45 dengan judul
“Pengaruh
Etos
Kerja
Islami
Dan
Gaya
Kepemimpinan
Transformasional Terhadap Komitmen Organisasional Dan Kinerja Karyawan”. Studi pada waroeng stik dan shake di kota Malang. Penelitian dianaisis menggunakan anaisis regresi deskriptif dan path. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etos kerja islami berpengaruh positif dan signifikan terhadap
komitmen
organisasional
dan
kinerja
karyawan
,
gaya
kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional dan kinerja karyawan, komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, komitmen
44
Kuemala Hayati dan Indra Chaniago, “Islamic Work Ethic: The Role of Intrinsic Motivation, Job Satisfaction, Organizational Commitment and Job Performance” (Lampung: Universitas Lampung, Journal 2012) 45 I Wayan Marsalina Indica, “Pengaruh Etos Kerja Islami Dan Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Komitmen Organisasional Dan Kinerja Karyawan” (Malang: Universitas Brawijaya, Jurnal, t.th)
28
organisasi memediasi pengaruh etos kerja islami terhadap kinerja karyawan, dan komitmen organisasi memediasi pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan Wakhibur Rokhman46 dengan judul “The Effect of Islamic Work Ethics on Work Outcomes”. Studi pada 10lembaga keuangan mikrosyariahdi Kabupaten Demak , Jawa Tengah. Penelitian dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda.Hasil menunjukkan bahwa etika kerja Islammemiliki efek positif padakepuasan kerja dan komitmen organisasi, sedangkan tidak adabukti yang signifikan dari efeketika kerja Islam pada omsetniat. Penelitian yang dilakukan oleh Diana Sulianti K.l. Tobing47 dengan judul “Pengaruh Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan” Studi pada karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Sumatera Utara.Penelitian dilakukan menggunakan uji analisis Structural Equation Modeling (SEM).Hasil menujukkan bahwa komitmen afektif, Komitmen kontinuan, dan komitmen normatif berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan, hal ini berarti bahwa kinerja seseorangmeningkat ketika kepuasan kerja dan individun berada pada posisi yang tinggi. 46
Wakhibur Rokhman, “The Effect of Islamic Work Ethics on Work Outcomes” ( Semarang, Jurnal Vol. 15, No. 1, 2010) 47 Diana Sulianti K.I Tobing, “Pengaruh Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Sumatera Utara” (Jember : Universitas Jember, Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan Vol. 11 No. 1, 2009)
29
C. Kerangka Berfikir 1. Hubungan Eika Kerja Islam terhadap Kinerja Karyawan Karyawan adalah aset dan sumber daya organisasi yang penting dalam mencapai tujuan organisasi.Dalam melaksanakan pekerjaan karyawan dituntut untuk memiliki etika yang baik. Etika kerja merupakan acuan yang dipakai oleh suatu individu atau perusahaan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya, agar kegiatan yang mereka lakukan tidak merugikan individu atau lembaga lain. Apabila kinerja kryawan baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan atau organisasi tersebut akan baik. Etika kerja islam berkontribusi untuk kinerja yang lebih tinggi untuk penyebaran kekayaan dan kesejahteraan sosial. Hubungan antara etika kerja islam dengan kinerja karyawan dapat dilihat pada penelitian Zainuri (2011) dan Alfa Shafissalam yang keduanya menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara etika kerja islam terhadap kinerja karyawan. Lain dengan penelitian Awais (2014) dan Hayati (2012) hasil keduanya menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara etka kerja islam terhadap kinerja karyawan.
30
2. Hubungan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Keberhasilan suatu organisasi daam mencapai tujuannya tidak hanya ditentukan oleh hal-hal yang kasat mata, seperti struktur organisasi, laporan keuangan, aset, gedung dan sebagainya.Melainkan jugan oleh hal-hal yang tidak kasat mata, tergantung ada komitmen seseorang terhadap pekerjaannya.Komitmen organisasi menyiratkan hubungan pegawai
dengan
organisasi
secara
aktif
karena
pegawai
yang
menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi ditempatnya bekerja. Hubungan komitmen organiasi terhadap kinerja karyawan dapat dilihat pada penelitian Diana (2012) dan I Wayan (t.th)yang menunjukkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja karyawan. 3. Hubungan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Pekerjaan merupakan kegiatan wajib dalam pemenuhan kebutuhan manusia.Dalam suatu perusahaan pekerjaan menuntut adanya interaksi dengan seama rekan kerja, atasan, peraturan serta kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja dan sebagainya.Seeorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukan sikap positif terhadap pekerjaan
31
itu, sebaliknya seseorang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap negative terhadap pekerjaan itu. Hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan dapat dilihat pada penelitian Diana (2009) dan Hayati (2012) yang menunjukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.Hal ini mengindikasikan adanya hubungan antara kepuasan kerja dan inerja karyawan Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Etika Kerja Islam
H1
(X1)
Komitmen Organisasi (X2)
Kepuasan Kerja
Kinerja Karyawan
H2
(Y)
H3
(X3) H4 Sumber: data diolah penulis
32
D. Hipotesis Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya atau dapat dikatakan proposi tentatif tentang hubungan dua variabel atau lebih. Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta tinjauan pustaka yang telah diuraiakn tersebut diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha1: Etika kerja Islam berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan Ha2: Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan Ha3: Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan Ha4: Secara simultan etika kerja Islam, komitmen organisasi dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan
33