15
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Modal Kerja 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Pada masa sekarang ini dunia usaha dan industri sedang berkembang dengan pesat dan menjadi pemegang peranan penting dalam pembangunan suatu negara atau wilayah tersebut. Salah satu penentu berhasil atau tidaknya sebuah usaha atau industri adalah modal kerja yang dimiliki perusahaan tersebut dan bagaimana pengelolaan modal kerja itu. Setiap usaha yang bergerak di bidang apapun membutuhkan modal kerja yang cukup untuk membiayai kegiatan operasionalnya, dimana perusahaan juga berharap bahwa modal kerja yang mereka miliki dapat berputar kembali dengan cepat sehingga dapat memberikan untung yang maksimal bagi mereka. Ada banyak pengertian modal kerja dalam perusahaan menurut para ahli ekonomi yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Menurut Lukas Setia Atmajaya dalam Ririn Setiorini (2009:12), modal adalah Dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Menurut Kashmir (2008:248-249) dalam praktiknya pengertian dana atau fund dibagi ke dalam beberapa pengertian yaitu: 1. Dana dianggap sebagai kas (uang tunai) Dana sebagai uang kas, artinya dana sepeti yang tertera di dalam neraca dan langsung dapat menjadi uang tunai saat dibutuhkan. Sebagai uang kas
15 Universitas Sumatera Utara
16
dapat juga diartikan sebagai dana yang yang sesungguhnya dimiliki perusahaan dan siap digunakan setiap waktu dibuthkan. 2. Dana dianggap sebagai uang yang disimpan di bank dalam bentuk giro atau tabungan. Dana sebagai uang yang disimpan di bank mengandung arti bahwa dana tersebut ditempatkan dalam bentuk simpanan. Biasanya jenis simpanan (rekening) yang dikelompokkan disini adalah rekening giro (demand deposit) dan rekening tabungan (saving deposit). 3. Dana dianggap sebagai modal kerja. Dana sebagai modal keja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, terutama yang memiliki jangka pendek. 4. Dana dianggap sebagai seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan Dana diartikan sebagai seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan, artinya seluruh harta perusahaan yang dimiliki perusahaann. 5. Dana dianggap sebagai aktiva yang memiliki sifat sama dengan kas. Artinya semua aktiva yang memiliki fungsi seperti kas, dapat dikatakan dana. Dana dalam penelitian kali ini khusus membahas dana yang dianggap sebagai modal kerja. Menurut Agnes Sawir (2005:129) modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja juga dapat diartikan sebagai kekayaan/aktiva yang
16 Universitas Sumatera Utara
17
diperlukan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang/jasa atau untuk membelanjai kegiatan perusahaan sehari-hari, dan selalu berputar dalam periode tertentu dalam menopang usaha perusahaan (Bambang Riyanto 1998:58). Setiap perusahaan akan selalu membutuhkan modal kerja yang cukup dan bahkan maksimal agar setiap keperluan atau kebutuhan perusahaan tersebut dapat terpenuhi dengan baik pula. Jika sebuah perusahaan mengalami kekurangan kas maka ia akan memiliki kesulitan atau gangguan dalam pembayaran hutang atau kewajiban jangka pendek, sedangkan jika ia mengalami kekurangan persediaan (inventory) perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan karena pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan sehingga tidak terjadi piutang (S. Munawir, 2004:116). Pemahaman arti modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung kebutuhan modal keja. Pengertian modal kerja yang berbeda akan menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja juga berbeda (Kamaruddin, 2002:2). Menurut
Kasmir
(2008:250-251)
modal
kerja
secara
mendalam
terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi 3 macam, yaitu: 1. Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut modal kerja kotor (gross working capital). 2. Konsep kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva
17 Universitas Sumatera Utara
18
lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih atau net working capital. 3. Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi, dalam kenyataanya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian. 2.1.2 Jenis-jenis Modal Kerja. Dari pengertian modal kerja tersebut terdapat beberapa jenis modal kerja yang ada di dalam sebuah perusahaan. Menurut Kamaruddin (2002:4) jenis modal kerja adalah: a. Modal kerja permanen, modal kerja yang harus terus – menerus ada dalam rangka kontinuitas usaha. Modal kerja permanen digolongkan menjadi 2 jenis: 1. Modal kerja primer, yaitu modal kerja minimum 2. Modal kerja normal, modal kerja untuk menyelenggarakan luas produksi normal dan bersifat fleksibel. b. Modal kerja variabel, modal kerja yang mengalami perubahan sesuai dengan situasi yang dihadapi perusahaan. Jenis modal kerja ini dibedakan atas: 1. Modal kerja musiman, yang mengalami perubahan karena fluktuasi musim.
18 Universitas Sumatera Utara
19
2. Modal kerja siklus, yang perubahannya mengikuti pola atau fluktuasi konjuntur. 3. Modal kerja darurat (Emergency working capital). Modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan situasi darurat yang diperkirakan akan terjadi atau situasi yang tidak diketahui sebelumnya. Atas dasar keterangan di atas, jumlah modal kerja suatu perusahaan adalah: Gambar 2.1 Jenis-Jenis Modal Kerja Perusahaan Primer PERMANEN
Normal
TOTAL MODAL KERJA Musiman VARIABEL
Sumber : kamaruddin (2002:5)
Siklus Darurat
2.1.3 Unsur –unsur Modal Kerja Modal kerja memiliki beberapa komponen yang sangat berpengaruh antara lain: kas, surat –surat berharga, piutang, dan persediaan. Pengertian kas di sini tidak hanya meliputi uang kas yang berada dalam perusahaan atau di bank, melainkan juga termasuk investasi dalam surat-surat berharga jangka pendek yang dapat digunakan dengan segera. Kas merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Piutang adalah akun yang timbul akibat adanya kebujaksanaan penjualan secara kredit. Semakin besar proporsi penjualan secara kredit akan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Semakin besarnya jumlahnya piutang berarti
19 Universitas Sumatera Utara
20
resiko semakin besar, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitas (Riyanto,2001:86) Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terusmenerus mengalami perubahan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kerugian karena kerusakaan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusaahaan. Investasi yang terlalu kecil dalam inventory akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga. Akibat kekurangan material, perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal. Ini berarti capital assets dan direct labor tidak dapat didaya gunakan dengan sepenuhnya, sehingga akan mempertinggi biaya rata-rata yang pada akhirnya akan menekan keuntungan juga. 2.1.4 Peranan Modal Kerja Pada hakekatnya modal kerja yang dimiliki perusahaan akan terus berubah-ubah karena manajemen perusahaan selalu menggunakan modal kerja itu untuk kebutuhan operasional peusahaan. Menurut Kamaruddin (2002:6) peranan modal kerja bagi perusahaan ada 2 yaitu: a. Menopang kegiatan produksi dan penjulaan atau sebagai jembatan saat pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali hasil pembayaran.
20 Universitas Sumatera Utara
21
b. Menutup dana atau pengeluaran tetap dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan. 2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Perusahaan dalam setiap periode membutuhkan modal kerja yang harus segera dipenuhi oleh pihak manajemen. Tetapi pada kenyataanya terkadang modal kerja yang dibutuhkan itu tidak selalu ada dan cukup. Sehingga manajemen harus menaruh perhatian khusus bagi pemenuhan modal kerja dan segala faktor yang mempengaruhi modal kerja. Menurut Kasmir (2008:254) ada beberapa fakor yang mempengaruhi modal kerja antara lain: a. Jenis perusahaan Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam, yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan non jasa (industri). Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. b. Syarat kredit Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil (angsuran) juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan penjualan bisa dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya adalah melalui penjualan secara kredit Penjualan barang secara kredit memberikan kelonggaran kepada konsumen untuk membeli barang dengan cara pembayaran diangsur beberapa kali untuk jangka waktu tertentu.
21 Universitas Sumatera Utara
22
c. Waktu produksi Artinya jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin lama waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya
semakin
pendek
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
memproduksi modal kerja, maka semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan. d. Tingkat perputaran sediaan Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi perusahaan. Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan perputaran sediaan yang cukup tinggi agar memperkecil resiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan sediaan. 2.1.6 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Kebutuhan setiap perusahaan akan modal kerja wajib dipenuhi oleh pihak manajemen perusahaan tersebut dengan berbagai cara dan bentuk. Menurut Kasmir (2008:256) bahwa terdapat beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan antara lain: a. Hasil operasi perusahaan, adalah pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode tertentu. Pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan
22 Universitas Sumatera Utara
23
ditambah dengan penyusutan. Seperti misalnya cadangan laba atau laba yang belum dibagi. b. Keuntungan penjualan surat-surat berharga, selisih antara harga beli dengan harga jual surat berharga tersebut. Namun sebaliknya, jika terpaksa harus menjual surat-surat berharga dalam kondisi rugi, otomatis akan mengurangi modal kerja. c. Penjualan saham, artinya perusahaan melepas sejumlah saham yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualan saham ini dapat digunakan sebagai modal kerja. d. Penjualan aktiva tetap, artinya yang dijual disini adalah aktiva tetap yang kurang produktif atau masih menganggur. Hasil penjualan ini dapat dijadikan uang kas atau piutang sebesar harga jual. e. Penjualan obligasi, artinya perusahaan mengeluarkan sejumlah obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. Hasil penjualan ini juga dapat dijadikan modal kerja, sekalipun hasil penjualan obligasi lebih diutamakan kepada investasi perusahaan jangka panjang. f. Memperoleh pinjaman dari kreditor (bank atau lembaga lain), terutama pinjaman jangka pendek, khusus untuk pinjaman jangka panjang juga dapat digunakan, hanya saja peruntukkan pinjaman jangka panjang biasanya digunakan untuk kepentingan investasi. g. Dana hibah dari berbagai lembaga, ini juga dapat digunakan sebagai modal kerja. Dana hibah biasanya tidak dikenakan beban biaya sebagaimana pinjaman dan tidak ada kewajiban pengembalian.
23 Universitas Sumatera Utara
24
Jika perusahaan memutuskan untuk menggunakan modal kerja yang mereka miliki untuk membayar beberapa pengeluaran yang ada, maka akan terjadi penurunan jumlah aktiva lancar yang mereka miliki. Sehingga manajmen perusahaan harus teliti dan penuh pertimbangan dalm menggunakan modal kerja mereka. Menurut S. Munawir (2004:125), pengguanaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunya modal kerja adalah sebagai berikut: a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplier kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. b. Kerugian-kerugian yang di derita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidental lainnya. c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuantujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiun pegawai, dana ekspansi ataupun dana-dana lainnya. d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva
lancar
atau
tumbulnya
utang
lancar
yang
berakibat
berkurangnya modal kerja. e. Pembayaran utang-utang jangka panjang yang meliputi utang hipotek, utang obligasi, maupun bentuk utang jangka panjang lainnya, serta
24 Universitas Sumatera Utara
25
penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun atau seterusnya) saham perusahaan yang beredar atau adanya penurunan utang jangka panjang diimbangi berkurang aktiva lancar. f. Pengembalian uang atau barang dagang oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik saham dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas. Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu pemakaian atau penggunaan modal kerja/aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar yang tidak mengurangi modal kerja, seperti: a. Pembelian efek (maketable securities) secara tunai b. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai. c. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain, misalnya dari piutang dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes rceivable). 2.1.7 Manajemen Modal Kerja Dalam praktiknya, perusahaan membutuhkan jumlah modal kerja yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dalam hal ini, setiap perusahaan akan
25 Universitas Sumatera Utara
26
menentukan jumlah modal kerja yang dibutuhkan berdasarkan jumlah biaya operasional dalam menjalankan kegiatan produksinya. Oleh karena itu maka manjemen perusahaan selalu berusaha agar dapat memenuhi kebutuhan modal kerjanya, sehingga dapat meningkatkan likuiditas dari perusahaan tersebut. Jika perusahaan sudah memiliki modal kerja yang cukup, maka manejemen juga harus memperhatikan bagaimana pengelolaan modal kerja yang ada.Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan, Hanafi dalam Ekadini (2010). Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan menyebabkan buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga kegiatan perusahaan dapat terhambat atau terhenti sama sekali. Adanya kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja dapat menimbulkan kelebihan atau kekurangan dalam penyediaan modal kerja, Tunggal dalam Ekadini (2010). Menurut Kasmir (2008:252) secara umum tujuan manajemen modal kerja adalah: a. Guna memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan b. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya. c. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki sediaan yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan pelangganya. d. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditor, apabila rasio keuangannya memenuhi syarat. e. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat pelanggan, dengan kemampuan yang dimilikinya.
26 Universitas Sumatera Utara
27
f. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan penjualan dan laba. g. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya niai aktiva lancar 2.1.8 Rasio-rasio Modal Kerja Menurut Sawir (2005:144), jenis-jenis modal kerja terdiri dari: 1. Kecukupan Aktiva Lancar a. Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current ratio) Current Ratio = Current Assets Current Liabilities Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan mungkin tidak dapat membayar tagihan-tagihannya pada masa mendatang. Rasio yang tinggi mungkin mengindikasikan jumlah aktiva lancar yang berlebihan. b. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva Current Assets to Total Assets Ratio = Current Assets Total Assets Rasio yang rendah mungkin menunjukkan kurangnya penjualan kredit (piutang yang rendah) atau kurangnya dukungan untuk produksi dengan persediaan yang cukup. Rasio yang tinggi mungkin mengindikasikan kebijakan pengumpulan piutang yang buruk atau persediaan yang besar. c. Rasio aktiva lancar terhadap penjualan Quick Assets to Revenues Ratio = Quick Assets Current Liabilities
27 Universitas Sumatera Utara
28
2. Kecukupan Quick Assets a. Rasio quick assetsterhadap kewajiban lancar (quick ratio) Quick Ratio = Quick Assets Current Liabilities Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan tanpa bergantung pada penjualan persediaannya. b. Rasio quick assets terhadap total aktiva Quick Assets to Total Assets Ratio = Quick Assets Total Assets Rasio ini menunjukkan besar kas dan piutang dalam bauran total aktivanya. c. Rasio quick assets terhadap penjualan Quick Assets to Revenues Ratio = Quick Assets Revenues Rasio ini memperlihatkan kecukupan kas dan piutang apabila penjualan meningkat. Rasio ini juga menunjukkan kas dan piutang yang berlebihan bila penjualan menurun. 3. Kecukupan kas a. Rasio kas terhadap kewajiban lancar (cash ratio) Cash Ratio = Cash Current Liabilities Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi utang-utang tepat pada waktunya
28 Universitas Sumatera Utara
29
b. Rasio kas terhadap total aktivas Cash to Total Assets =
Cash Total Assets
Rasio ini merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap. c. Rasio kas terhadap penjualan Cash to Revenues Ratio =
Cash
Revenues Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan opersinya. 4. Arus Dana Dari Persediaan a. Perputaran persediaan dalam kas (inventory turnover in cash) Inventory Turnover In Cash = Revenues Inventory Rasio ini mengukur berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan menghasilkan penjualan yang sama dengan saldo persediaanya. Perputaran 12:1 berarti penjualan 1 bulan 1 sama dengan saldo persediaan. b. Perputaran persediaan dalam unit (inventory turnover in units) Inventory Turnover in Units = Cost of Good Sold Inventory
29 Universitas Sumatera Utara
30
5. Exposure Dari Kewajiban Lancar a. Rasio total aktiva terhadap kewajiban lancar (total assets to current liabilities ratio) Total Assets to Current Liabilities Ratio =
Total Assets Current Liabilities
Rasio ini mengukur porsi aktiva yang didanai oleh hutang
jangka
pendek.
b. Rasio HPP terhadap utang dagang (COGS to a accounts payable ratio) COGS to Account Payables Ratio =
COGS Account Payables
6. Kecukupan Modal Kerja a. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih Total Assets to Net Working Capital Ratio = Total Assets Net WorkingCapital Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas, sedangkan rasio yang rendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang tinggi. b. Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih Current Liabilities to Net Working = Current Liabilities Capital Ratio
Net Working Capital
Rasio ini merupakan ekspresi alternatif dari current ratio. Bila current ratio rendah, rasio ini akan tinggi, mengindikasikan likuiditas
30 Universitas Sumatera Utara
31
rendah.
Bila
rasio
ini
rendah,
current
ratio
akan
tinggi,
mengindikasikan likuiditas tinggi. c. Perputaran modal kerja (revenues to net working capital ratio) Working Capital Turnover =
Revenues
Net Working Capital Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio yang tinggi mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan rasio yang rendah menunjukkan liuiditas yang tinggi. 2.2 Profitabilitas 2.2.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono 2001:130). Hal yang serupa dikatakan oleh Sartono (1998: 130) dalam Firnandy (2007) bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang selalu berusaha untuk mencapai tujuan manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat
31 Universitas Sumatera Utara
32
digunakan (Kasmir, 2008:198). Setiap rasio profitabilitas tersebut digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan tersebut melalui laporan keuangan perusahaan. 2.2.2 Rasio-rasio Profitabilitas Menurut Kasmir (2008:198), dalam praktiknya jenis-jenis rasio yang dapat digunakan adalah: 1. Profit Margin (Profit margin on sales) Profit Margin on Sales atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan penjualan bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin. Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut: a. Untuk margin laba kotor dengan rumus : Profit Margin =
Penjualan Bersih –Harga Pokok Penjualan
(profit margin on sales)
Sales
b. Untuk margin laba bersih dengan rumus : Net Profit Margin =
Earning After Interest and Tax (EAIT)
(profit margin on sales)
Sales
2. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI) Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets merupakan rasio yang
32 Universitas Sumatera Utara
33
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan sebagai berikut: Return On Investment (ROI) = Earning After Interest and Tax Total Assets 3. Hasil Pengembalian Ekuitas Hasil pengembaliana ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat demikan pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut: Return on Equity (ROE) = Earning After Interest and Tax Equity
33 Universitas Sumatera Utara
34
4. Laba Per Lembar Saham Biasa ( Earning per Share of Common Stock) rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang
saham
meningkat.
Dalam
pengertian
lain,
tingkat
pengembalian yang tiggi. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak, dividen, dan dikurangi hak-hak lain untuk pemegang saham prioritas. Rumus untuk mencari laba per saham biasa adalah sebagai berikut: Laba Per Lembar Saham =
Laba saham biasa Saham biasa yang beredar
2.3 Laporan Keuangan 2.3.1
Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munawir (2004:2) : ‘’laporan keuangan pada dasarnya adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut’’. Dalam pengertian yang lebih sederhana menurut Kasmir (2012:7) : ‘’laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu’’.
34 Universitas Sumatera Utara
35
Berdasarkan pengertian diatas, maka menurut penulis bahwa laporan keuangan adalah sebuah laporan yang berisi informasi keuangan dari sebuah perusahaan untuk periode tertentu yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi keuangan perusahaan tersebut kepada pihak perusahaan dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. 2.3.2 Jenis Laporan Keuangan Menurut (Kasmir 2012:28-30) secara umum jenis-jenis laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1.
Neraca Laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu, yaitu posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.
2.
Laporan Laba Rugi Laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu, dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh serta jumlah biaya dan jenisjenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu.
3.
Laporan Perubahan Modal Laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.
35 Universitas Sumatera Utara
36
4.
Laporan Kas Laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas.
5.
Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.
2.4 Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 2.4.1 Hubungan Current Ratio (CR) Dengan Return On Investment (ROI) Analisis Modal Kerja terhadap profitabilitas adalah sangat penting dalam analisis laporan keuangan suatu perusahaan. Dimana tujuan setiap perusahaan pada umumnya adaalah untuk memperoleh keuntungan /profit dari hasil kegiatan operasional perusahaan. analisis keuangan sangat penting bagi investor dan kreditor. karena para investor enggan untuk berinvestasi ke suatu perusahaan apabila memiliki laporan keuangan yang buruk. Salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan modal kerja yang dapat dialokasikan untuk kegiatan operasi perusahaan, dapat menggunakan rasio lancar atau current ratio. Rasio lancar merupakan rasio yang terdapat dalam rasio likuiditas, yang membandingkan antara aktiva lancar terhadap hutang (kewajiban) perusahaan dan bertujuan menunjukkan kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo . Semakin besar penempatan dana pada sisi aktiva lancar perusahaan dibandingkan dengan hutang, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar
36 Universitas Sumatera Utara
37
kewajiban. Jika penempatan dana aktiva lancar besar, menunjukkan bahwa tingkat likuiditas perusahaan baik, akan tetapi disisi lain peluang perusahaan untuk memperoleh tambahan laba akan hilang, karena dana yang awalnya digunakan untuk investasi oleh perusahaan akan dicadangkan guna pemenuhan likuiditas perusahaan (Hastuti dalam pramudita, 2013:34) . Tingkat presentase rasio lancar yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat likuiditas perusahaan juga tinggi. Tetapi, semakin tinggi likuiditas perusahaan justru memperkecil perolehan profitabilitas (Van Horne dan Wachowiczdalam pramudita,2013: 34) 2.4.2 Hubungan Inventory Turnover (ITO) Dengan Return On Investment (ROI) Inventory atau persediaan adalah elemen utama dari modal kerja yang merupakan aktiva yang selalu berputar dan mengalami perubahan. Perputaran persediaan menggambarkan berapa kali persediaan dapat dikonversikan menjadi kas selama satu periode. Perputaran persediaan dapat diketahui dengan memperbandingkan Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki. Periode perputaran persediaan mampu menunjukkan apakah terjadi kelebihan investasi dalam berbagai komponen persediaan sehingga terjadi . Semakin tinggi perputaran persediaan, maka biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan perawatan barang digudang kecil sehingga menghemat biaya. Semakin kecil biaya yang ditanggung oleh perusahaan maka semakin besar pula profitabilitas yang didapat (Riyanto dalam pramudita, 2001:33).
37 Universitas Sumatera Utara
38
2.4.3 Hubungan Working Capital Turnover (WCTO) Dengan Return On Investment (ROI) Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja berputar dalam suatu periode siklus kas dari perusahaan. Perputaran modal kerja mengukur efektifitas penggunaan aktiva lancar untuk menghasilkan penjualan. Diukur dengan menggunakan rasio penjualan terhadap aktiva lancar (Working Capital Turnover) yaitu membandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan total aktiva lancar perusahaan pada periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputaran tersebut semakin efektif penggunaan modal kerja. Hal tersebut menunjukkan banyaknya penjualan yang diperoleh perusahaan. Penjualan yang tinggi meningkatkan profitabilitas perusahaan sebaliknya tingkat perputaran yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja (Riyanto:2011) 2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual Menurut Sugiyono (2012:89) : ‘’Kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan’’. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis’’. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
38 Universitas Sumatera Utara
39
Gambar 2.2 Kerangka Pemkiran Konseptual H1
Current Ratio (CR)
Modal Kerja
Inventory Turn Over (ITO)
Working Capital Turn Over (WCTO)
H2
H3
Return Of Investment (ROI)
H4
Sumber : diolah peneliti, 2014
39 Universitas Sumatera Utara