BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Hakikat Latihan Latihan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas fungsional organ organ tubuh serta psikis pelakunya. Oleh sebab itu latihan yang dilakukan harus disusun dan dilakukan secara tepat dan benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Latihan dengan cara yang tidak tepat akan mempengaruhi perkembangan, baik secara fisiologi ataupun psikologis hal ini senada dengan pendapat Sukadiyanto bahwa pengertian latihan yang berasal dari kata exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Latihan merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan. Misalnya, susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umunya berisikan antara lain: (1) Pembukaan/penghantar latihan , (2) Pemanasan (warming up), (3) latihan inti, (4) Latihan tambahan (suplemen), (5) Penutup (cooling down) (Sukadiyanto, 2005: 5 dalam I Kayan Agus Widia Ambara,2011:28). Sedangkan menurut Harsono (1988:101 dalam Pedut Hananta Putra,2011:16) “latihan adalah proses yang sistematis dari latihan atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah latihan atau pekerjaannya”. Menurut Suharno HP
(1993:7 dalam Pedut Hananta Putra,2011:16) latihan adalah suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik, taktik dan mental secara teratur, terarah, meningkat, bertahap dan berulang-ulang waktunya. Selain itu, Latihan adalah suatu aktivitas phisik untuk neningkatkan kinerja tubuh, kebugaran, kekuatan, daya tahan dan meningkatkan penampilan tubuh. Dari beberapa pengertian istilah tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Latihan : (1) Penekanan pada aktivitas fisik saja, (2) Sebagai aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi waktu, (3) Melibatkan kelompok otot-otot besar dan (4) Pengembangan segala aspek yang ada pada individu untuk mencapai target-target tertentu. (I Kayan Agus Widia Ambara,2011:29). Latihan adalah suatu proses yang harus dilalui oleh seorang atlet untuk mencapai suatu prestasi. Salah satu upaya untuk mencapai dan meningkatkan prestasi olahraga adalah melalui latihan. Banyak pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian atau definisi dari latihan. Berkaitan dengan proses dan jangka waktu latihan, Nossek, Josef (1982:10 dalam Muhammad Syafarudin,2011:11). menyatakan bahwa, “Latihan adalah suatu proses atau dengan kata lain periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai atlet tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi”. Menurut Harsono (1988:10 dalam Muhammad Syafarudin,2011:11) latihan adalah “Proses yang sistematis, berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan”.
Menurut Bompa (1994 dalam Hartono Hadjarati,2010:34) latihan adalah sebagai kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu lama, sistematik dan progresif sesuai dengan tingkat kemampuan individu, dengan tujuan untuk membentuk fungsi fisiologi dan psikologis yang memenuhi syarat untuk tugastugas kegiatan olahraga (Hartono Hadjarati,2010:34). Disamping itu, Latihan olahraga adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan secara berulang-ulang, secara kontinyu dengan peningkatan beban latihan secara periodik dan berkelanjutan dan dilakukan berdasar jadwal, pola dan sistem serta metodik tertentu untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan prestasi olahraga. (Pedut Hananta Putra,2011:16). Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan olahraga suatu proses yang disusun secara teratur dan sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkesinambingan yang disesuaikan dengan fisik indiviidu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi olahraga. 2.1.2. Tujuan dan Sasaran Latihan Untuk memberikan materi latihan kepada anak latih, seorang pelatih harus memperhatikan berbagai aspek dan didukung pula oleh teori-teori tentang cabang olahraga. Hal ini perlu diperhatikan karena objek dari sasaran latihan adalah manusia. Untuk itu aspek fisik dan psikis dapat berjalan seimbang dan sesuai dengan yang direncanakan, maka perlu disusun sesi latihan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran latihan sedangkan Menurut Bompa dalam Hadjarati (2010:39) tujuan latihan ada 9 macam yaitu: (1) untuk mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara
menyeluruh, (2) untuk menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek olahraga, (3) untuk memperbaiki dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih, (4) untuk memperbaiki dan menyempurnakan strategi yang penting, (5) untuk kualitas kemauan melalui latihan yang menandai dari kebiasaan latihan, (6) untuk menjamin dan memelihara persiapan optimal dari beberapa cabang olahraga, (7) untuk mempertahankan kesehatan yang dimiliki atlet (8) untuk mencegah dan mengambil tindakan pencegahan dan juga harus meningkatkan fleksibilitas pada tahap yang diperlukan untuk pelaksanaan gerak yang dibutuhkan, memperkuat otot tendon dan ligament (9) untuk memperkaya pengetahuan secara teori bagi setiap atlet dengan memperhatikan dasar secara fisiologi dan psikologi dari latihan. Tujuan umum latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan ketrampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Untuk dapat mencapai tujuan utama dari latihan, yaitu taraf ketrampilan atau prestasi dari para atlit, maka tujuan umum dari latihan harus dicapai. Hal di atas berdasarkan Bompa (1990:4 dalam Pedut Hananta Putra,2011:17) Maksud tujuan umum latihan adalah 1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multilateral, 2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni, 3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya, 4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan, 5) Untuk mengelola kualitas kemauan, 6) Untuk menjamin dan mengamankan
persiapan individu maupun tim secara optimal, 7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlit, 8) Untuk pencegahan cedera dan 9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori. Dari pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa latihan dapat akan memberikan manfaat yang baik dalam mencapai prestasi yang ingin diraih asalkan latihan tersebut dilakukan dengan benar dan baik. Dari pelaksanaan latihan akan mudah efeknya ini terlihat dari struktur akademis dan fisiologisnya. Kunci dari latihan itu sebenarnya terletak pada program latihan yang disusun sehingga apabila program tersebut disusun secara baik dan benar maka akan memberikan peningkatan prestasi dalam berolahraga. Dengan demikian yang dimaksud dengan tujuan dan sasaran latihan dalam penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan ketrampilan baik teknik maupun fisik olahragawan dalam melakukan prestasi tendangan. 2.1.3. Prinsip-prinsip latihan Terampil berolahraga sekarang ini menjadi cirri khusus tujuan utama serta merupakan tolak ukur keberhasilan pembinaan olahraga. Untuk mencapai olahraga yang baik diperlukan sistem pembinaan olahraga yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hal ini senada dengan H. Hadjarati yaitu Dalam pembinaan olahraga, latihan yang merupakan proses persiapan bagi para atlet menuju kea rah tingkat keterampilan yag paling tinggi, perlu direncanakan secara matang (H.Hadjarati, 2010:35). Sedangkan Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan (1984:317 dalam H.Hadjarati,2010:38) latihan didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis dalam
latihan yang brtujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan latihan. Untuk memungkinkan meningkatkan prestasi olahraga, latihan harus berpedoman pada teori-teori dan prinsip-prinsip latihan tertentu. Karena tanpa berpedoman pada teori dan prinsip latihan yang benar, latihan dapat menjurus pada latihan yang tidak sistematis-metodis, sehingga peningkatan prestasi olahraga yang diharapkan dari berlatih sukar diperoleh (H.Hadjarati,2010:38). Menurut Bompa (1990:29 dalam H.Hadjarati,2010:38) prinsip-prinsip tersebut meliputi 7 prinsip yaitu : (1) prinsip aktif dan kesungguhan berlatih, (2) prinsip perkembangan menyeluruh, (3) prisip spesialisasi, (4) prinsip individualisasi, (5) prinsip variasi latihan, (6) prinsip model dan proses latihan (7) prinsip overload atau penambahan beban lebih. Sedangkan menurut Harsono (1993 dalam H. Hadjarati,2010:40) beberapa prinsip latihan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: (1) latihan harus didasarkan pada prinsip beban (overload), (2) latihan harus didasarkan pada prinsip beban lebih, tidak ada dua orang yang persis sama. Setiap orang berbeda dalam fisik, kemampuan, aspek psikologi, adaptasi terhadap latihan dan lain-lain, (3) latihan harus didasarkan pada prinsip perkembangan multilateral (menyeluruh), (4) kualitas atau mutu latihan harus diperhatikan baik pada waktu melatih teknik, keterampilan gerak, taktik maupun fisik, (5) untuk menghindari kemungkinan kebosanan dalam latihan, harus diciptakan variasi dalam latihan, (6) usahakan untuk menciptakan suasana keceriaan (enjoyment) dalam latihan, (7) latihan sedikitnya 3 kali dalam seminggu,
(8) beban latihan harus mampu memberikan pengaruh positif terhadap atlet yang dipilih. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Prinsip-prinsip latihan yang menjadi pedoman agar tujuan latihan dapat tercapai, antara lain: 1) prinsip kesiapan, 2) individual, 3) adaptasi, 4) beban lebih, 5) progresif, 6) spesifik, 7) variasi, 8) tidak berlebihan, dan 9) sistematik. 2.1.4. Tinjauan Otot Punggung Otot trapezius adalah otot yang menyusun struktur punggung manusia. Dinamakan trapezius, sebab bentuknya mirip dengan bangun trapezium; sudutsudutnya berada di leher, dua berada di kedua bahu, dan satu sudut lainnya melekat di tulang punggung T12. Seseorang dapat merasakan otot ini bekerja dengan meraba punggung dengan satu tangan dan memegang otot di antara leher dan bahu. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Gambar 2. 1. Otot Trapezius Diadaptasi dari : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Otot punggung memiliki peranan yang sangat besar dalam aktivitas seharihari. Gerakan-gerakan seperti saat tarik tambang, mengemudi, menimba air,
berenang, membuka pintu, dan memanjat memerlukan bantuan otot punggung. Dalam olahraga, otot punggung yang kuat dan terlatih baik akan mendukung performa dalam cabang berenang (mengayuh), judo (menarik), bilyar (mencondongkang tubuh), golg (mengayun), dayung, selancar, hingga panjat tebing dan gulat. Otot punggung yang lemah menggambarkan potensi cedera yang tinggi, karena otot punggung adalah salah satu otot penyangga tubuh yang berada di pusat tubuh manusia. Bersamaan dengan otot-otot yang menyelimuti perut, otot punggung termasuk dalam kategori core muscle atau otot pusat tubuh. Sakit pinggang yang diderita oleh banyak orang adalah pertanda otot punggung yang lemah. Banyak orang yang sakit pinggang justru menghindari melakukan latihan punggung dengan alasan takut cedera. Hal yang sebaliknya justru terjadi, di mana latihan punggung dengan beban justru membantu meningkatkan kekuatan otot punggung sehingga rasa sakit tersebut bisa dihilangkan atau diminimalisir. (http://www.andriewongso.com/awartikel1277Healih_CornerJaga_Ot ot_Punggung_Anda). Otot punggung (bagian belakang tubuh), otot ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu a) Otot yang ikut menggerakkan lengan terdiri : (1) Trapezius (otot kerudung). Terdapat di semua ruas-ruas tulang punggung. Berpangkal di tulang kepala belakang. Fungsinya: mengangkat dan menarik sendi bahu. Bagian atas menarik skapula ke bagian medial dan yang bawah menarik ke bagian lateral; (2) Muskulus latisimus dorsi (otot pungung lebar), berpangkal pada ruas tulang punggung yang kelima dari bawah fasia lumboid, tepi tulang punggung dan iga III di bawah, gunanya menutupi
ketiak bagian belakang, menengahkan dan memutar tulang pangkal lengan ke dalam; (3) Muskulus rumboid (otot belah ketupat), berpangkal dari taju duri, dari tulang leher V, ruas tulang punggung V, di sisni menuju ke pinggir tengah tulang belikat. Gunanya menggerakkan tulang belikat ke atas dan ke tengah; b) Otot antara ruas tulang belakang dan iga Otot yang bekerja menggerakkan tulang iga atau otot bantu pernapasan, terdir dari dua otot yaitu: (1) Muskulus seratus posterior inferior (otot gergaji belakang bawah). Terletak di bawah otot pungung lebar, berpangkal di fasia lumbodorsalis dan menuju ke iga V dari bawah. Gunanya menarik tulang iga ke bawah pada waktu bernapas; (2) Muskulus seratus posterior superior, terletak di bawah otot belah ketupat dan berpangkal di ruas tulang leher keenam dan ketujuh dari ruas tulang punggung yang kedua. Gunanya menarik tulang iga ke atas waktu inspirasi; c) Otot punggung sejati yaitu : (1) Muskulus interspinalis transversi dan muskulus semispinalis, terdapat di antara kiri-kanan prosesus transversus dan prosesus spina. Fungsinya untuk sikap dan pergerakan tulang belakang. (2) Muskulus sakrospinalis (muskulus eraktor spina) terletak di samping ruas tulang belakang kiri dan kanan. Fungsinya memelihara dan menjaga kedudukan kolumna vertebra dan pergerakan dari ruas tulang belakang (3) Mukulus quadratus lumborum, terletak antara krista iliaka dan os kosta, terdiri dari 2 lapisan; fleksi dari vertebra lumbalis dan di samping itu juga merupakan dinding bagian belakang rongga perut. (Icha Kurnia Wati, dkk. www. BingkaiKejujuran.htm). Menurut Nosek (1982 dalam Hartono Hadjarati,2010:5)
mengatakan bahwa kekuatan statis yaitu kemampuan
konstraksi otot dalam memegang, menarik, mendorong, dengan tidak terjadi pemanjangan otot (isometric). 2.1.5. Latihan Kekuatan Otot Punggung Dalam latihan kekeuatan otot punggung dapat melakukan gerakan latihan back-up hal ini senada dengan pendapat Sri Wahyuni, Sutarmin & Pramono, 2010) yang mengemukakan bahawa Latihan back-up tujuannya adalah melatih kekuatan dan daya tahan otot punggung. Cara melakukannya sebagai berikut : 1) Sikap awal: tidur telungkup, kedua kaki rapat lurus ke belakang, kedua tangan dengan jari-jari berkaitan diletakkan di belakang kepala (pergelangan kaki dapat dipegangi teman, 2) Angkat badan ke atas sampai posisi dada dan perut tidak lagi menyentuh lantai, kedua tangan tetap berada di belakang kepala, 3) Badan diturunkan kembali ke sikap awal, 4) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang sebanyak mungkin. secara bertahap dimulai 10 kali, 15 kali, 20 kali, dan seterusnya, serta diselingi istirahat ± 30 menit. (Sri Wahyuni, Sutarmin & Pramono,2010:82-83). Sedangkan Sujarwadi dan Dwi Sarjiyanto, (2010:53) latihan kekuatan otot punggung dilakukan dengan misalnya back-up dan lying kick back (berbaring menendang kembali). Gerakan back-up dilakukan dengan badan telungkup lalu mengangkat bagian dada sampai pinggang tegak dari atas lantai. Back-up Berfungsi untuk melatih kekuatan otot punggung dengan cara telungkup, kedua tangan di belakang badan lalu lentingkan badan ke atasdan kembali.(Aan Sunjata Wisahati dan Teguh Santosa,2010:73). Sedangkan menurut Sodikin Chandra (2010:104) latihan kekuatan dan daya tahan
otot Punggung
umumnya dilakukan dengan back-up, yaitu (1) Sikap awal: (a) Badan telungkup (b) Tangan di belakang kepala.(2) Gerakan: Badan diangkat ke atas, ke kiri, dan ke kanan dan (3) Sikap akhir: Badan kembali ke sikap semula (Sodikin Chandra,2010:104). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. 2. Latihan back-Up Dalam melakukan latihan back-Up yaitu untuk meningkatkan kemampuan otot tubuh untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan, untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat kebugaran jasmani, sebagai penggerak setiap aktivitas fisik; sebagai pelindung dari kemungkinan cedera; dengan kekuatan akan membuat orang berlari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan efisien, memukul lebih keras, dan dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi (Sri Wahyuni, Sutarmin dan Pramono,2010:81). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan back – up bertujuan untuk melakukan latihan otot punggung dimana untuk meningkatkan kemampuan otot tubuh guna membangkitkan tegangan suatu tahanan, dalam mempertahankan dan meningkatkan tingkat kebugaran jasmani sehingga memperkuat stabilitas sendi-sendi. 2.1.6. Kemampuan Melempar ke Dalam pada Permainan Sepakbola Teknik dasar permainan sepak bola merupakan fondasi dari teknis permainan sepak bola, yang harus dimengerti, dikuasai, serta diterapkan di atas lapangan
permainan,dikerjakan secara sederhana dan dikembangkan secara pribadi sedangkan menurut Budi Sutrisno Muhammad dan Bazin Khafadi Teknik dasar dalam permainan sepak bola pada umumnya dapat dibagi atas dua (2) bagian, yaitu teknik dasar tanpa bola, meliputi teknik lari pemain, teknik lompat dari pemain, gerak tipu badan, dan sikap pertahanan sedangkan teknik dasar dengan bola, meliputi menendang bola, menyundul bola, menahan bola, menggiring bola, dan menangkap bola. (Budi Sutrisno Muhammad dan Bazin Khafadi,2010:2). Sedangkan Sujarwadi, Dwi Sarjiyanto menambahkan dalam permainan sepak bola sangatlah dibutuhkan kemampuan teknik dasar, kemampuan fisik serta pengalaman dalam bertanding. Teknik dasar itu antara lain menendang bola, menghentikan bola, menggiring bola, melempar bola ke dalam (Sujarwadi, Dwi Sarjiyanto,2010:2). Melempar bola ke dalam (throw in) biasanya terjadi apabila bola keluar dari garis permainan, jika di garis gawang maka disebut bola gawang, jika di garis samping lapangan disebut bola keluar (out ball). Dalam hal ini Sodiki Chandra mengemukakan pelaksanaan lemparan ke dalam yaitu (1) Bola dipegang dengan dua tangan di atas kepala. (b) Kedua kaki lurus berdiri tegap (3) Badan agak ditekuk ke belakang, (4) Bola dilepas di atas kepala, tanpa dibanting, (5) Kaki tidak boleh diangkat, (6) Saat melempar, kaki tidak boleh menginjak garis lapangan.(Sodiki Chandra,2010:8-9) Sedangkan menurut Danny Mielke dalam buku dasar-dasar sepak bola (2007:39) lemparan bola ke dalam (throw in) terjadi bila bola seluruhnya melampaui garis samping, baik menggulir di atas tanah, ataupun melayang di udara. Maka,
seorang pemain lawan dari pihak terakhir yang menyentuh bola, dapat melakukan lemparan ke dalam di belakang garis samping di tempat bola meninggalkan lapagan permainan. (Atmaja Budi Sarjana dan Bambang Trijono Joko Sunarto,2010:3). Lemparan bola ke dalam (throw in) dapat dipraktekan dengan cara sebagai beriktu : a) Tahap Persiapan yaitu : (1) berdiri dengan kedua kaki rapat atau kedua kaki kangkang ke belakang atau kedua kaki kangkang kesamping kiri kanan dengan lutut kaki sedikit ditekuk; (2) kedua tangan memegang bola dengan jari-jari direnggangkan, b) Tahap Pelaksanaan yaitu : (1) kedua tangan dengan bola diangkat di atas belakang kepala, pandangan mata kearah teman yang akan diberi operan. (2) saat akan melemparkan bola, badan ditarik ke belakang hingga badan melengkung pada perut, (3) bola dilemparkan dengan kekuatan otot-otot perut, panggul, bahu dan kedua tangan diayunkan ke depan, dibantu dengan kedua lutut yang diluruskan, badan digerakan seolah-olah dijatuhkan ke depan bersamaan bola dilepaskan. c) Akhir gerakan yaitu : (1) setelah bola dilemparkan, gerak lanjutannya adalah tetap berdiri di atas kedua kaki dengan ujung-ujung jari kaki tetap di atas tanah; (2) selanjutnya diteruskan dengan gerakan kaki untuk mencari posisi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. 3. Teknik Dasar Lemparan bola ke dalam (Atmaja Budi Sarjana dan Bambang Trijono Joko Sunarto,2010:3 Lemparan ke dalam (trow in) harus dilempar dengan kedua tangan, dari belakang melewati kepala. Pelempar harus menghadap ke daerah permainan, setelah melepaskan bola bagian kakinya harus berada di tanah, di belakang atau di atas garis sentuh. Gol tidak dapat dicetak langsung dari suatu lemparan ke dalam.(Budi Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi,2010:94). 2.1.7. Hakikat Permainan Sepakbola Sepak bola adalah olahraga yang dimainkan secara beregu/berkelompok. Tiap-tiap regu terdiri atas 11 pemain. Tujuan utama dari permainan sepak bola adalah memasukkan bola ke gawang lawan. Berdasarkan uraian singkat di atas maka Mohammad Ali Mashar dan Dwinarhayu mengemukakan bahwa dalam permainan sepak bola diperlukan teknik permainan yang tinggi dengan kontrol bola yang prima, kerja sama yang terjalin rapi, serta
semangat
yang
Dwinarhayu,2010:3).
tinggi
dari
Sedangkan
pemain
Sri
(Mohammad
Wahyuni,
Ali
Sutarmin
Mashar dan
dan
Pramono
mengemukakan bahwa Sepak bola merupakan salah satu jenis permainan bola besar yang dimainkan secara beregu. Pemain dalam sepak bola berjumlah sebelas orang tiap tim. Oleh karena itu, setiap regu pemain sepak bola disebut kesebelasan. Dalam sepak bola, setiap pemain memainkan bola dengan menggunakan seluruh anggota badan, kecuali tangan tidak diperbolehkan. Hanya pemain sepak bola yang menempati posisi sebagai penjaga gawang (kiper) yang diperbolehkan menggunakan semua anggota badan selama dalam batas garis 16 meter. Permainan sepak bola bertujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin dan menahan/menghalangi bola lawan tidak masuk ke gawang. Permainan ini dipimpin oleh seorang wasit dan dibantu dua orang penjaga garis sehingga pelaksanaan permainan ini dapat berjalan baik (Sri Wahyuni, Sutarmin dan Pramono,2010:3). Hal di atas senada dengan Aan Sunjata Wisahati dan Teguh Santosa bahwa Sepak bola merupakan permainan bola besar yang digemari semua lapisan masyarakat di seluruh pelosok. Sepak bola adalah olahraga yang menggunakan kaki dan penjaga gawang bebas menggunakan semua anggota badan. Setiap regu terdiri dari 11 orang. Pemenang dalam sepak bola ditentukan oleh regu atau kesebelasan yang memasukkan bola ke gawang lawan lebih banyak. Permainan sepak bola dimainkan selama 2 45 menit dengan istirahat 15 menit dan dipimpin oleh seorang wasit dan dibantu dua orang penjaga garis (Aan Sunjata Wisahati dan Teguh Santosa,2010:3) Sepak bola merupakan permainan beregu. Jika ingin memenangkan suatu pertandingan setiap pemain harus bisa melakukan koordinasi dan kombinasi teknik-
teknik dasar menendang, menghentikan, menggiring, mengumpan, menyundul sesuai dengan
ruang
gerak
kebutuhannya.(Aan
Sunjata
Wisahati
dan
Teguh
Santosa,2010:4). Dari beberapa pendapat para ahli di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa permainan sepak bola merupakan jenis permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim yang berjumlah sebelas pemain setiap regu, dengan tujuan memasukan gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan menjaga bola agar jangan sampai masuk ke gawang sendiri, dan yang menjadi pemenang pada permainan ini adalah yang banyaknya mencetak gol ke gawang lawan. 2.2.
Keragka Berpikir Berdasarkan
teori-teori di atas maka dalam meningkatkan kemampuan
melempar bola pada permainan sepak bola yaitu dengan latihan back-up atau dengan latihan kekuatan otot punggung, dengan tidak mengesampingkan kekuatan otot-otot pendukung lainnya seperti otot perut, otot panggul dan kedua tangan. Hal ini dapat dilakukan mengacu pada tujuan dan sasaran serta prinsip-prinsip latihan yang termuat dalam kajian teoritis sebelumnya yaitu diantaranya memperhatikan berbagai aspek dan didukung pula oleh teori-teori tentang cabang olahraga hal ini perlu diperhatikan karena objek dari sasaran latihanadalah manusia. Untuk itu aspek fisik dan psikis dapat berjalan seimbang dan sesuai dengan yang direncanakan, maka perlu disusun sesi latihan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran latihan. Oleh karena itu, Makin baik program latihan, makin baik latihan yang dilakukan untuk membentuk kekuatan otot maka makin baik kemampuan prestasi
siswa untuk melakukan melempar bola dalam permainan sepak bola karena prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan yang dilakukan secara sistematik dan metodik disertai dengan ketekunan dan kemauan keras. 2.3.
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan masalah diatas, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh latihan Back Up terhadap kemampuan melempar bola kedalam pada permainan sepak bola siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo?