7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
1.1 Konsep Tentang Status Sosial Ekonomi 2.1.1 Pengertian Status Sosial Ekonomi Santrock pengelompokan
(2007:
282),
orang-orang
pekerjaan, pendidikan
status
sosioekonomi
berdasarkan
kesamaan
sebagai karakteristik
ekonomi. Status sosioekonomi menunjukan
ketidak setaraan terentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki (1) pekerjaan yang bervarias prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individual memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbeedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara. Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut
Soekanto (2001)
sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan
8
dengan orang lain dalam arti lingkungan peragulan, prestasinya, dan hakhak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya. Menurut Russel (1993:164-165) sistem distribusi menentukan pembagian masyarakat menjadi kelas-kelas, dan dimana terdapat kelas, maka kelas-kelas yang berbeda akan menerima jenis pendidikan yang berbeda.
Pada
masyarakat
kapitalis,
kaum
buruh
mendapatkan
pendidikan yang paling sedikit, dan mereka yang berkeinginan memasuki suatu
profesiyang
terpelajar
memperoleh
pendidikan
terbanyak,
sedangkan kuantitas pendidikan yang sedang dianggap cocok bagi mereka yang akan menjadi “orang-orang terhormat” atau usahawan. Sebagai suatu kaidah umum, seorang anak lelaki atau perempuanmenjadi bagian dari kelas sosial yang sama sepertikedua orang tuanya. Berdasarkan
beberapa
pendapat
diatas,
dapat
disimpulkan
pengertian status sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah latarbelakang ekonomi keluarga atau orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan. 2.1.2 Faktor-faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tingal, pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang
9
menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan jenis pekerjaan. 1. Tingkat Pendidikan Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didika secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur
10
pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 1) Pendidikan prasekolah. Menurut PP No. 27 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik di luar lingkungan keluarga
sebelum
memasuki
pendidikan
dasar,
yang
diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah. 2) Pendidikan dasar Menurut PP No. 28 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000) pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun. Diselengarakan selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Tujuan pendidikan dasar adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat, warga Negara dan anggota umat manusias serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. 3) Pendidikan Menegah
11
Menurut PP No. 29 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi pendidikan dasar. Bentuk satuan pendidikan yang terdiri atas: Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah Keagamaan, Sekolah Menengah Kedinasan, dan Sekolah Menengah Luar Biasa. 4) Pendidikan Tinggi Menurut UU No. 2 tahun 1989 dalam Kunaryo (2000), pendidikan tinggi
merupakan
kelanjutan
pendidikan
menengah
yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi, yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua siswa, selain itu juga pendidikan informla yang pernah diikuti berpa kursus dan lain-lain.. Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kerja dan tentunya juga pendapatan yang diperoleh.
12
2. Pendapatan Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2007) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua adalah penghasilan yang di terima orang tua dalam bentuk uang dari hasil kerja
baik
secara
formal
maupun
informal
.
Berdasarkan
penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu : 1. Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan 2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan 3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawh antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan
13
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp. 1.500.000,00 per bulan kebawah. Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan
tambahan
dan
penghasilan
insidentil.
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22748BAB%20II.pdf 3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain: 1) Barang-barang berharga Menurut Abdulsyani (1994), bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat. 2) Jenis-jenis kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat sosial ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang
14
mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat taraf ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor. Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu harta benda yang dimiliki oleh orang tua siswa berupaharta yang bergerak berupa mobil, kendaraan bermotor dan harta yang tidak bergerak seperti tanah, sawah, rumah dll. Yang digunakan untuk membiayai pendidikan siswa. 4. Jenis Pekerjaan Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan
terpenuhi
kebutuhan
hidupnya.
Pekerjaan
seseorang
akan
mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup. http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22748 BAB%20II.pdf Menurut Manginsihi (2013: 15), pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua siswa untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang ditekuni oleh stiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan
tingkat
penghasilanyang
rendah
sampai
padatingkat
penghasilan yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya. Contoh pekerjaan berstatus sosioekonomi rendah adalah pekerja pabrik,
15
buruh manual, penerima dana kesejahteraan, dan pekerja pemeliharaan. Santrock (2007: 282) Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut: a. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha. b. Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasa. c. pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat angkut/bengkel.
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED
Undergraduate-22748-BAB%20II.pdf 2.2 Motivasi Belajar 2.2.1 Pengertian Motivasi Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu. Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat diklasifikasi sebagai berikut: (1) seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya
16
maka akan termotivasi
untuk melakukan kegiatan itu, dan (2) apabila
seseorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka biasanya orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut. B. Uno (2008: 8). Sardiman (2006: 75), motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Selanjutnya Aunurrahman (2009: 180) motivasi dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi teanaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada diluar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat, membuat resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai tuntutan pembelajaran. Didalam aktivitas belajar sendiri, motivasi
individu
dimanifestasikan
dalam
bentuk
ketahanan
atau
ketekunandalam belajar, kesungguhan dalam menyimak isi pelajaran, kesungguhan dan ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya. Motivasi siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsic) dan dapat timbul dari luar diri siswa/motivasi ekstrinsik (Uzer Usman, 2008). Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang timbul sebagai akibat dari dalam diri individu tanpa ada paksanan dan dorongan dari
17
orang lain, misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan atau ingin mendapatkan keterampilan tertentu, ia akan rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. Sebaliknya motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain, lingkunag sosio ekonomi sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya adalah sebagai berikut:
Metode mengajar guru. Metode dan cara-cara mengajar guru yang monoton dan
tidak menyenangkan akan mempengaruhi motivasi
belajar siswa
Tujuan kurikulum dan pengajaran yang tidak jelas
Tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa
Latar belakang ekonomi dan social budaya siswa Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan
ke
jenjang yang lebih tinggi. Contohnya siswa yang berasal dari pesisir pantai misalnya lebih memilih langsung bekerja melaut dari pada bersekolah, .
Kemajuan teknologi dan informasi. Siswa hanya memanfaatkan produk teknologi dan informasi untuk memuaskan kebutuhan kesenangan saja.
18
Merasa kurang mampu terhadap mata pelajaran tertentu, seperti matematika, dan bahasa inggris
Masalah pribadi siswa baik dengan orang tua, teman maupun dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman A. M, 2006: 74) motivasi
mengandung tiga elemen penting. 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia.
membawa
beberapa
Perkembangan motivasi akan
perubahan
energi
didalam
sistem
“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2. Motivasi
ditandai
dengan
munculnya,
rasa/”feeling”,
afeksi
seseorang. Dalam hal inimotivasi relevan dengan persoalanpersoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya respons dari suatu aksi, yakni tujuan. 2.2.2 Peran Motivasi dalam Belajar Menurut B. Uno (2008: 23), Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
19
praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginanberhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. B. Uno (2008: 23). Menurut Sofyan dan B. Uno (2003: 31-33), motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi itu dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar. 2.2.3 Pengertian Belajar Beberapa
ahli
mengemukakan
pengertian
belajar
dalam
memberikan gambaran tentang pengertian belajar. Menurut Morgan et.al. dalam
Catharina
(2004)
menyatakan
bahwa
belajar
merupakan
perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman. Menurut Slameto (2010) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
20
laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat diambil pengertian bahwa belajar pada dasarnya belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang. Hampir semua kehidupan manusia diwarnai dengan kegiatan belajar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang lingkungannya. 2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Arden
N
Frandsen
dalam
Suryabrata
Sumadi
(1995:253)
mengatakan bahwa hal yang dapat mendorong manusia atau seseorang untuk belajar karena sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas, sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju, keinginan untuk mendapatkan simpati dari teman-teman, orang tua dan guru, keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran dan ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. Menurut slameto, secara umum faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern Slameto (2010:54).
21
a. Faktor intern meliputi, faktor jasmaniah, kelelahan dan psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor kelelahan meliputi kelelaha jasmani dan rohani, sedangkan faktor psikologis meliputi: 1) Intelegensi Intelegensis adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis kecakapan, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang
menggunakan
baru
dengan
konsep-konsep
cepat
dan
yang
efektif,
abstrak
mengetahui/
secara
efektir,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat, (Slameto, 2010: 56). Jadi intelegensi adalah kesanggupan seseorang untuk beradaptasi dalam berbagai situasi dan dapat diabstraksikan pada suatu kualitas yang sama. 2) Minat Menurut
Hilgard
dalam
Slameto
(2010:
57)
minat
adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jadi minat adalah sesuatu yang timbul karena keinginan sendiri tanpa adanya paksan dari orang lain atau kecenderungan jiwa seseorang kepada sesuatu yang biasanya disertai dengan perasaan senang. 3) Bakat
22
Menurut Hilgard dalam Slameto (2010: 57) bakat adalah kemampuan untuk belajar. Jadi bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sejak lahir diperoleh melalui proseses genetik yang akan terealisasi menjadi kecakapan sesudah belajar. Anak dapat menyalurkan bakat atau yang dimilikinya, sehingga hal ini dapat menggali potensi yang dimiliki agar dapat meningkatkan potensi diri anak. 4) Motivasi Motivasi adalah motif yang sudah aktif, saat orang melakukan suatu aktivitas, (Darsono, 2000). Jadi motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dalam kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. b. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah, masyarakat. Faktor keluarga meliputi, 1) Cara mendidik, orang tua yang memanjakkan anaknya, maka setelah anak sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang terlalu keras mendidik anak mengakibatkan anak menjadi penakut. 2) Suasana keluarga, hubungan keluarga yang kurang harmonis, menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang akan memberi motivasi yang mendalam.
23
3) Pengertian orang tua, anak dalam belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu tugas-tugas rumah. Apabila anak mengalami kesulitan di sekolah diharapkan orang tua untuk membantu memecahkan kesulitan tersebut, orang tua memberi dorongan semangat kepada anaknya. 4) Keadaan sosial ekonomi keluarga, anak dalam belajar kadangkadang memerlukan sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan
ekonomi
keluarga
tidak
mencukupi,
dapat
menjadi
penghambat anak dalam belajar. 5) Latar belakang kebudayaan, tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga, mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kepada anak kebiasaan-kebiasaan yang baik agar mendorong semangat anak dalam belajar. Faktor yang berasal dari sekolah meliputi, 1) Interaksi guru dengan murid.Guru yang kurang berinteraksi dengan murid menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar arena siswa merasa jauh dengan guru, sehingga siswa akan segan beradaptasi secara aktif dengan guru. 2) Cara penyajian. Guru menggunakan beberapa metode dapat membantu
meningkatkan
kegiatan
belajar
mengajar
dan
meningkatkan kegiatan belajar mengajar serta minat siswa untuk belajar.
24
3) Hubungan antar murid. Guru harus mengendalikan kelas supaya dapat bekerja sama dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 4) Standar pelajaran di atas ukuran, maksudnya guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya dengan memberikan pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya, anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Guru dalam menuntut penguasaan kepada murid harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing, yang penting tujuan yang dirumuskan dapat tercapai. 5) Media pendidikan. Jumlah alat bantu mengajar akan menentukan lancar tidaknya kegiatan belajar mengajar. Antara lain seperti buku di perpustakaan, peralatan alat laboratorium atau media lainnya. 6) Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan
kebutuhan
siswa.
Guru
perlu
mendalami materi dengan baik, harus mempunyai perencanaan agar dapat melayani siswa secara individual. 7) Metode belajar, banyak siswa melakukan cara belajar yang salah. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur. Belajar teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. 8) Tugas rumah, guru jangan terlalu banyak memberikan tugas rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu untuk belajar ataupun kegiatan lain.
25
9) Keadaan gedung. Banyaknya siswa dalam satu ruang kelas dapat mengakibatkan ketidak efektifannya kegiatan belajar mengajar berlangsung. 10) Waktu sekolah. Akibat meledakanya jumlah anak yang masuk sekolah dan penambahan gedung sekolah yang kurang, akibatnya ada pembagian dalam kelas yaitu kelas pagi dan kelas sore. 11) Pelaksaan disiplin. Untuk mengembangkan motivasi yang kuat, proses belajar siswa perlu disiplin. Faktor yang datang dari masyarakat meliputi : 1) Media massa, kadang anak membaca buku selain buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas belajar. Maka bacaan anak perlu diawasi dan diseleksi. 2) Teman bergaul, untuk mengembangkan sosialisasinya, anak perlu bergaul dengan anak lain, tetapi perlu diawasi agar jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang kurang baik pengaruhnya, karena perbuatan yang kurang baik akan mudah menular pada orang lain. 3) Cara hidup lingkungan , cara hidup lingkungan sekitar besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak. Dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu faktor keluarga, khususnya latar belakang ekonomi orang tua. Dari penjelasan diatas, maka pada dasarnya hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang
26
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. B. Uno (2008: 23). 2.3 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Motivasi Belajar Keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya akan lebih mudah memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan lain. Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya. Menurut Hamalik (1983) keadaan sosial ekonomi yang baik dapat yang menghambat ataupun mendorong dalam belajar. Masalah biaya pendidikan juga merupakan sumber kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya pendidikan akan sangat mengganggu kelancaran belajar. Salah satu fakta yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak adalah pendapatan keluarga. Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap prestasi
27
belajar siswa di sekolah, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan dengan pendidikan akan membutuhkan sosial ekonomi orang tua. Menurut
Chapman
perbedaan
status
sosioekonomi
juga
mempengaruhi orientasi intelektual anak. Sedangkan menurut McLoyd sperti orang tua mereka, anak-anak dengan latar belakang status sosioekonomi rendah beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental. Masalah seperti depresi, kepercayaan diri rendah, konflik sebaya, dan kenakalan renmaja lebih banyak terjadi di antara anak-anak yang hidup di keluarga yang status sosioekonomi rendah dibanding di anakanak yang lebih beruntung secara ekonomi, menurut Gibbs dan Huang. Santrock (2007: 283) 2.4 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa telah banyak diteliti oleh peneliti terdahulu, diantaranya yang dilakukan oleh Yusrin Musa yang meneliti tentang Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo, menyimpulkan: Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme kecamatan bongomeme kabupaten gorontalo, dengan menggunakan teknik analisis regresi linear, maka diperoleh Ỳ = 12.21 + 0.69. hal ini berarti bahwa setiap terjadi perubahan
28
sebesar satu unit pada status sosial ekonomi orang tua (variabel X) akan menyebabkan peningkatan motivasi belajar siswa (Variabel Y) demikian pula sebaliknya. Sedangkan untuk nilai r=0.6306 dengan mengkuadratka koefesien korelasi yaitu (r²)= 39.76% hal ini menunjukan pengaruh status sosial orang tua terhadap motivasi belajar siswa di kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme kecamatan bongomeme Kabupaten Gorontalo. Dalam pengujian hipotesis, hasilnya menunjukan bahwa hipotesis (Ho) yang diuji ditolak, yang artinya signifikan, dan hipotesis penelitian (Hₐ) yang diajukan diterima. Hal ini terlihat dari Fhitung ≥ Fdaftar pada taraf signifikan α = 0,01. Adapun hipotesis yang diajukan adalah status sosial ekonomi orang tua berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme. Dengan demikian secara keseluruhan dapat dikemukakan secara keseluruhan variabel yang dianalisis yaitu status sosial ekonomi orang tua mempunyaipengaruh terhadap motivasi belajar siswa XI SMA Negeri 1 bongomeme kecamatan bongomeme Kabupaten Gorontalo, dengan asumsi bahwa faktor-faktor diluar dari pada variabel-variabel yang diteliti dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini dapat membuktikan bahwa status sosial ekonomi orang tua siswa yang baik motivasi belajar yang dimiliki siswa juga membaik. Selain itu juga Olvan Manginsihi meneliti juga tentang Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X
29
SMK Negeri 4 Gorontalo yang menyimpulkan berdasarkan hasil pengujuian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, yaitu diperoleh kesimpulan sebagai berikut: “ terdapat pengaruh yang signifikan dari status sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa untuk mencapai prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa untuk mencapai prestasibelajar yang tinggi harus didukung oleh status sosial ekonomi yang tinggi”. Lis Riyanti Tambung meneliti tentang Pengaruh Kondisi Ekonomi Orang Tua Terhadap Aktivitas Belajar Siswa di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo menyimpulkan bahwa: Aktifitas belajar Siswa di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo berada pada klasifikasi sedang. Hal ini menunjukan bahwa siswa dalam melakukan aktifitas belajar mengacu pada kriteria aktifitas seperti latihan atau praktik, menulis dan mencatat, membaca membuat ikhtisar, ringkasan, mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja dan mendengarkan. Kondisi ekonomi orang tua SMP Negeri 13 Kota Gorontalo berada pada klasifikasi sedang hal ini ditunjukan dengan tingkat ekonomi orang tua yang berada pada tingkat sejahtera I dan sejahtera II sehingga dapat memberikan dukungan bagi peningkatan aktifivats belajar siswa. Terdapat pengaruh yang berarti antara aktivitas belajar siswa dengan kondisi ekonomi orang tua di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo
30
dengan demikian maka aktifitas belajar siswa SMP Negeri 13 Kota Gorontalo dipengaruhi oleh kondisi ekonomi orang tua. 2.5 Kerangka Pikir Motivasi belajar siswa didorong oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik (dalam diri) dan faktor ekstrinsik (luar diri) atau lingkungan. Dorongan yang datang dari dalam diri siwa terutama faktor berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan citacita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik serta sosial ekonomi. Menurut Slameto (2010: 64), sosial ekonomi menjadi bagian yang akan mempengaruhi motivasi belajar. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman yang lain, hal ini pasti mengganggu belajar anak.bahkan anak harus bekerja mencari nafkah sebagai pembantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, halyang begitu juga akan mengganggu belajar anak. Salah satu yang mempengaruhi motivasi belajar ialah status sosioekonomi. Semakin tinggi tingkat sosioekonmi memberikan dorongan besar tarhada motivasi siswa untuk belajar. Hal ini terlihat karena faktor
31
terpenuhinya keinginan siswa terhadap kebutuhan pendidikan yang sangat besar dan hal itu bisa diadakan dengan tingkat ekonomi (biaya) yang tinggi oleh orang tua yang memiliki status sosioekonomi diatas. Sebalinya jika orang tua yang memiliki status sosioekonomi dibawah tentunya memiliki kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang begitu besar sehingga mempengaruhi pola berpikir orang tua terkait dengan pendidikan anak. Berdasarkan uraian diatas, maka pengaruh antara faktor yang mempengaruhi status sosioekonomi(Variabel Bebas) dan Motivasi belajar (Variabel Terikat), kerangka pikir dari penelitian ini di skemakan sebagai berikut:
Gambar 1: Kerangka Pikir
-
Status sosial Ekonomi
Motivasi Belajar Siswa
Variabel bebas (X)
Variabel terikat (Y)
Tingkat pendidikan Pendapatan Pemilikan kekayaan atau fasilitas Jenis Pekerjaan
Abdulsyani (1994)
Motivasi Belajar -
Intrinsik Ekstrinsik
B. Uno (2008)
32
2.6 Penganjuan Hipotesis Menurut Arikunto (2006) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sehubungan dengan penelitian ini maka penulis merumuskan hipotesis
sebagai
berikut:”Diduga
status
sosioekonomi
orang
tua
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMK Negeri 1 Limboto.