BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Pengendalian Internal 2.1.1.1. Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian intern merupakan proses yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Suatu organisasi tanpa pengendalian akan mengakibatkan organisasi tersebut tak berjalan dengan baik.Pengendalian dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan adalah tanggung jawab pimpinan perusahaan.Committee of sponsoring organization (COSO) tahun 1992 yang dikutip oleh Christofel (2010) mendefinisikan pengendalian intern merupakan proses yang didesain untuk menghasilkan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan. Menurut Tuannakotta (1982) dalam Dewi (2011) pengendalian intern adalah meliputi rencana dan semua metode kebijaksanaan yang terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan harta kekayaannya, menguji ketepatan dan sampai seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, menggalakkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan yang telah digariskan. AICPA dalam Dewi (2011) juga menyatakan bahwa pengendalian intern meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dulu. Dari beberapa pengertian pengendalian di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern merupakan suatu proses yang sangat penting yang merupakan
kegiatan yang harus menjadi focus utama bagi pimpinan perusahaan agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang melenceng dari tujuan organisasi itu sendiri. 2.1.1.2 Unsur-Unsur Pengendalian Internal Pengendalian intern sering dikatakan sebagai sebuah proses atau prosedur penting, oleh karena itu pengendalian internal memiliki unsur-unsur. Unsur-unsur/ komponen pengendalian intern seperti yang dikemukakan oleh Soekrisno (2004: 79) dalamFathurrachman(2008) terdiri dari 5 bagian yakni sebagai berikut: 1.
Lingkungan Pengendalian Menetapkan corak suatu organisasi mempengaruhi kesadaran pengendalian orangorangnya.Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
2.
Penaksiran Risiko Identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
3.
Aktivitas pengendalian Kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan
4.
Informasi dan komunikasi Pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
5.
Pemantauan Proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.
2.1.1.3 Tujuan Pengendalian Intern Sebagai suatu proses pengendalian intern tentunya memiliki tujuan. American institute of certified Publik acconting (AICPA) yang dikutip oleh Christofel (2010) menyatakan bahwa pengendalian intern bertujuan untuk melindungi: 1. Harta kekayaan perusahaaan 2. Memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi 3. Meningkatkan efisiensi operasi usaha 4. Mendorong kea rah ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan Selanjutnya COSO dalam Fathurrachman (2008) mengemukakan bahwa pengendalian intern dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: 1.
Keandalan Informasi Manajemen bertanggung jawab dalam menyiapkan laporan keuangan bagi investor, kreditor,
dan pengguna lainnya.Manejemen mempunyai kewajiban hukum dan professional untuk menjamin bahwa informasi telah disiapkan sesuai dengan standar pelaporan.
2.
Efisiensi dan efektivitas operasi Pengendalian dalam sebuah organisasi adalah untuk mencegah kegiatan dan pemborosan
yang tidak perlu dalam aspek usaha, dan untuk mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan efektif. 3.
Ketaatan pada peraturan yang berlaku Banyak sekali hukum dan peraturan yang harus didikuti oleh perusahaan.Misalnya UU
lingkungan hidup, UU perburuhan, UU Perpajakan, UU Perseroan terbatas dan sebagainya.
Dari beberapa tujuan pengendalian intern di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum pengendalian intern bertujuan untuk mengontrol asset perusahaan agar tak terjadi pemborosan dan kecurangan-kecurangan dalam pengelolaan perusahaan. 2.1.2. Audit Internal 2.1.2.1. Pengertian Audit Dalam menjalankan aktivitasnya perusahaan membutuhkan yang namanya audit.Audit merupakan aktivitas yang tak kalah penting dari aktivitas-aktivitas lainnya dalam suatu organisasi/perusahaan. Dalam kamus akuntansi, definisi audit adalah sebagai berikut: “Audit (pemeriksaan) adalah pemeriksaan professional dan verifikasi dari dokumen akuntansi dan data pendukung suatu perusahaan dengan tujuan agar dapat memberikan pendapat tentang kewajaran, konsistensi, dan kesesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim” Audit adalah proses yang sistematis, mandiri dan terdokumentasi, untuk mendapatkan temuan audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan bahwa keluasaan criteria audit dipenuhi.Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses yang sistematis dalam sebuah organisasi yang bertujuan untuk melihat kesesuaian antara kenyataan dan kriteria. 2.1.2.2. Jenis-jenis Audit Menurut Puradiredja (1998: 28) dalam Dirmansyah (2004) Audit dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu: 1. Audit Laporan keuangan (Financial Audit StatementI) Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Audit operasional (Operational Audit) Audit operasional merupakan review secara sistematik atas kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya denga tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasikan kesempatan untuk peningkatan dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. 3.
Audit Kepatuhan Audit kepatuhan merupakan proses yang tujuannya untuk mempertimbangkan apakah klien (Auditee) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan. Hasil audit kepatuhan ini biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar tetapi kepada pihak tertentu dalam organisasi. Pimpinan organisasi adalah pihak yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.
2.1.2.3. Audit Internal Menurut Agoes (2004:221), internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain.Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan. Definisi audit internal menurut IIA (Institute of Internal auditor) yang dikutip oleh Boynton (2001:980) yakni: ”Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes”. ”. (Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian dan proses tata kelola). selanjutnya Tugiman (1997; 11) dalam Dirmansyah (2004) mendifinisikan Internal Auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Pengertian audit internal juga dikemukakan oleh Puradiredja (1998: 2002) yang dikutip oleh Dirmansyah (2004) yakni audit internal merupakan kegiatan penilaian yang bebas yang terdapat dalam organisasi, yang dilaksanakan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa kepada manajemen. Mulyadi (2002: 29) mengemukakan bahwa audit internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai organisasi. Menurut Boynton (1996: 839) dalam Dirmansyah (2004) bahwa dalam audit internal terdapat ukuran-ukuran penting (6 key factors), yaitu 1. Internal
Menunjukkan bahwa pemeriksaan dilaksanakan dalam suatu organisasi oleh para pegawai perusahaan. 2. Independent Appraisal function Menjelaskan bahwa tidak ada batasan-batasan dan larangan-larangan mengenai keputusan pemeriksa. 3. Established Menyatakan bahwa perusahaan telah secara khusus mengesahkan fungsi audit internal yang telah dibuat. 4. Examine dan Evaluate Yang pertama menggambarkan sifat dasar audit internal dan mencari kebenaran, yang kedua yaitu proses yang subjektif atas penilaian hasil-hasilnya. 5. Activities Menyatakan secara langsung bahwa seluruh kegiatan organisasi dibatasi oleh ruang lingkup audit internal. 6. Service to the Organization Menyatakan bahwa audit internal ada untuk membantu dan bermanfaat bagi seluruh organisasi. Istilah service juga memberi kesan bahwa audit internal adalah staf bukannya deretan berbagai kegiatan dalam suatu perusahaan. Dirmansyah (2004) mengemukakan bahwa audit internal mencakup beberapa hal sebagai berikut: 1. Bahwa audit internal merupakan suatu kegiatan yang bebas dalam suatu organisasi dan orang yang melakukan penilaian tersebut adalah pegawai perusahaan. 2. Dalam pengukuran ini, independensi dan objektivitas harus tetap dipegang.
3. Karena adanya independensi, auditor internal bertanggungjawab langsung kepada pimpinan. 4. Auditor internal memeriksa dan menilai seluruh kegiatan financial dan non financial. 5. Menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan dan dijalankan sesuai dengan target dalam mencapai tujuan organisasi. 2.1.2.4 Ruang Lingkup Audit Internal Ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang memadai serta efektifitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan (Guy 2002: 410) dalam Yunarto (2010). Selanjutnya The Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Yunarto (2010) mengemukakan Ruang lingkup audit internal “ the scope of audit internal should encompass of the adequacy and effectiveness the organizations system of performance in carrying out assigned responsibilities; (1) reability and integrying of information; (2)compliance with policies, plans, procedures,laws, regulations and contacts;(3)safeguarding of assets;(4) economical and efficient use of resources;(5) accomplishment of established of objectives and goals for operations programs”.(Ruang lingkup audit internal harus mencakup kecukupan dan efektivitas sistem kinerja organisasi dalam melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan; (1) keandalan dan menyokong informasi;(2) sesuai dengan kebijakan,rencana, prosedur, hukum,peraturan dan kontrak;(3)
pengamanan
aktiva;(4)
Penggunaan
sumber
daya
ekonomis
dan
efisien;(5)tercapainya target yang ditetapkan dan tujuan program operasi. Menurut Tugiman (2001: 17) dalam Yunarto (2010) lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektifitas sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
Ruang lingkup audit internal juga dikemukakan oleh Guy,dkk (2003: 425) yakni sebagai berikut: 1. Menelaah reabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi semacam itu. 2. Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan serta menentukan apakah organisasional telah mematuhinya. 3. Menelaah perangkat perlindungan aktiva dan secara tepat memverifikasi aktiva tersebut. 4. Menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang dipergunakan. 5. Menelaah operasi dan program untuk memastikan apakah hasil yang dicapai konsisten dengan tujuan serta sasaran yang ditetapkan dan apakah operasi dan program telah dilaksanakan sesuai rencana. Dari berbagai penjelasan mengenai ruang lingkup audit internal di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya ruang lingkup audit internal meliputi kegiatan pemeriksaan efektifitas dan efisiensi dari harta kekayaan organisasi.
2.1.2.5 Tujuan Audit internal Audit internal dalam perusahaan dilaksanakan tentunya memiliki tujuan. Adapun tujuan audit internal menurut Tugiman (2006: 11) dalam Yanurto (2010) yakni membantu para anggota organsasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.
Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor menurut Agoes (2004: 222) adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, peniilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatankegiatan berikut: 1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. 3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan. 4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya. 5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen. 6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektifitas. 2.1.2.6 Kedudukan dan Peran Auditor Internal Dalam suatu organisasi auditor internal memiliki kedudukan penting, karena dengan adanya kedudukan penting tersebut auditor internal dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya dan dapat bekerja secara independen dan objyektif.Dengan kedudukannya tersebut sehingga dapat memudahkan komunikasi antara auditor internal dengan pihak pimpinan
(manajemen) perusahaan. Ada 4 alternatif kedudukan auditor internal dalam struktur organisasi menurut Agoes (2004: 243) yaitu: 1. Bagian internal audit berada di bawah direktur keuangan (sejajar dengan bagian akuntansi keuangan) 2. Bagian internal audit merupakan staf direktur utama 3. Bagian internal audit merupakan staf dari dewan komisaris. 4. Bagian internal audit dipimpin oleh seorang internal audit director Yanurto (2010) mengemukakan bahwa peranan auditor internal adalah menemukan indikasi terjadinya kecurangan dan melakukan investigasi terhadap kecurangan.Jika auditor internal menemukan indikasi dan mencurigai terjadinya kecurangan di perusahaan, maka harus memberitahukan hal tersebut kepada top management. Jika indikasi tersebut cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu tim untuk melakukan investigasi.Tim tersebut biasanya terdiri dari internal auditor, lawyer, investigator, security dan spesialis dari luar atau dalam perusahaan (misalkan ahli computer, ahli perbankan dan lain-lain). Hasil investigasi tim harus dilaporkan secara tertulis kepada top management yang mencakup fakta, temuan, kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan. 2.1.2.7Wewenang dan tanggung jawab audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang dikutip oleh Yanurto (2010) menyatakan secara lebih terperinci mengenai tanggung jawab auditor internal dalam Standar Profesional Akuntan publik (SPAP) (2001: 322.1) auditor internal bertanggungjawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan, rekomendasi dan informasi kepada manajemen entitas dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggungjawabnya tersebut. Auditor internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.
Wewenang dan tanggung jawab auditor internal dalam suatu organisasi juga harus ditetapkan secara jelas oleh pimpinan(Chandry, 2009: 10) dalam Yunarto (2010). Wewenang tersebut harus memberikan keleluasaan auditor intern untuk melakukan audit terhadap catatan-catatan, harta milik, operasi/aktivitas yang sedang berjalan dan para pegawai badan usaha. Tanggung jawab seorang auditor internal secara garis besar menurut Yunarto (2010) adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi dan saran-saran kepada manajemen atas kelemahan-kelemahan yang ditemukan. 2. Mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang ada dalam perusahaan untuk mencapai tujuan audit dan tujuan organisasi atau perusahaan. 2.1.2.8 Standar Profesional Audit Internal Dalam melaksanakan tugasnya audit internal harus sesuai dengan standar sebagai acuan dalam melaksanakan aktivitas pemeriksaan.Acuan tersebut berupa standar profesi. Standar profesi seorang auditor internal meliputi: independensi, kompetensi (Dirmansyah,2004). 1. Independensi Dalam pelaksanaan tugasnya auditor internal harus mandiri dan terpisah. Seperti yang dikemukakan oleh Witt (1996: 20) yakni: “Internal auditors are independent when they can carry out their work freely and objectively. Independent permits internal auditors to render the imparsial and unbiased judgement essential to the proper conduct of audits. It is achieved through”
Penjelasan tersebut di atas menerangkan bahwa independensi memungkinkan seorang auditor internal bebas dan obyektif dalam melaksanakan tugasnya, tidak dipengaruhi oleh orang lain. 2.
Kompetensi Seorang audit internal harus memiliki keahlian/kemampuan/kemahiran. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Witt (1999: 21) dalam Dirmansyah (2004) bahwa kemahiran professional yang harus dimiliki meliputi:
1. Staffing Mengacu pada persyaratan bahwa bagian audit internal harus memberikan jaminan mengenai keahlian dan latar belakang pendidikan auditor internal yang berperan dalam audit internal yang dilakukan dalam perusahaan. 2. Knowledge, skills, and disciplines Mensyaratkan bahwa bagian audit internal melalui para auditor internalnya harus mempunyai pengetahuan, keahlian, dan disiplin yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaannya. 3. Supervision Mensyaratkan bahwa bagian audit internal harus menyediakan jaminan bahwa audit internal harus diawasi sebagaimana mestinya. 4. Complience with standard of conduct Mensyaratkan bahwa bagian audit internal harus mematuhi standar-standar pelaksanaan professional dalam melakukan audit.
5. Human relations and communication Mensyaratkan bahwa audit internal harus terlatih dalam berhubungan dengan pihak lain dan dalam melakukan komunikasi secara efektif. 6. Continuing Education Mensyaratkan bahwa auditor internal harus memelihara kompetensi pekerjaan melalui pendidikan lanjutan.
7. Due Profesional Care Mensyaratkan bahwa auditor internal harus melatih keahlian profesionalnya dengan berusaha mendapatkan pendidikan lanjutan dalam melaksanakan audit internal. 2.1.2.9 Program Audit Internal Program audit internal adalah rencana terperinci mengenai tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam pemeriksaan dan merupakan petunjuk bagi auditor internal dalam melakukan pemeriksaan.Menurut Mulyadi (2002: 104) program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk menentukan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program audit menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004: 15) yang dikutip oleh Yunarto (2010) adalah: 1. Memberikan bimbingan proseduriil untuk melaksanakan pemeriksaan 2. Memberikan checklist pada saat pemeriksaan berlangsung. Tahap demi tahap sehingga tidak ada yang terlewatkan.
3. Merevisi program audit sebelumnya, jika ada perubahan standard dan prosedur yang digunakan perusahaan. Keunggulan program audit antara lain sebagai berikut: 1. Meratanya pembagian kerja diantara auditor 2. Program audit yang rutin hasilnya lebih baik dan menghemat waktu. 3. Program audit memilih tujuan yang penting saja. 4. Program audit yang telah digunakan dapat menjadi pedoman untuk tahun berikutnya. 5. Program audit menampung pandangan manajer atas mitra kerja. 6. Program audit memberikan kepastian bahwa ketentuan umum akuntansi telah dijalankan. 7. Penanggungjawab pelaksanaan audit jelas. 2.1.2.10 Pelaksanaan Audit Internal Pelaksanaan audit menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004: 16) dalam Yanurto (2010) bahwa Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi informasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan. Dalam pelaksanaan audit internal dibutuhkan langkah langkah. Langkah-langkah kerja auditor internal menurut Witt (1982: 856) dalam Dirmansyah (2004) adalah 1. Planning the audit a. Menetapkan tujuan dan ruang lingkup perusahaan b. Memperoleh latar belakang informasi tentang kegiatan yang diperiksa. c. Menentukan sumber penting untuk melaksanakan pemeriksaan. d. Berkomunikasi dengan semua pihak yang ingin mengetahui pemeriksaan.
e. Melakukan survey agar dapat lebih mengenal kegiatan-kegiatan dan pengendalian internal yang akan diperiksa sehingga dapat melakukan pengidentifikasian masalah yang akan ditekankan dalam pemeriksaan dengan cukup baik. f. Penulisan program pemeriksaan g. Menentukan bagaimana, kapan, dan siapa yang akan menerima hasil pemeriksaan. h. Memperoleh persetujuan tentang perencanaan kerja pemeriksaan. 2. Examining and evaluating information a. Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan. b. Informasi harus cukup, kompeten, relevan dan berguna untuk memberikan dasar, rekomendasi dan temuan-temuan pemeriksaan. c. Prosedur pemeriksaan teknik sampling dan pengetesan harus dipilih diawal pemeriksaan. d. Dalam proses pengumpulan, penganalisaan, penginterpretasian, dan pendokumentasian, informasi harus diawali dengan memberikan jaminan yang memadai bahwa tujuan pemeriksaan akan diperoleh dan sasaran akan dicapai. e. Kertas kerja harus disiapkan oleh pemeriksa dan akan ditelaah oleh manajemen dari bagian pemeriksaan. 3. Communicating results a. Laporan harus disebarkan bila pelaksanaan telah lengkap. Untuk laporan intern mungkin secara tertulis ataupun lisan dan mungkin disampaikan secara formal ataupun informal. b. Pemeriksa internal harus mendiskusikan kesimpulan dan merekomendasikan pada tingkat manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan laporan akhir tertulis. c. Laporan harus objektif,jelas, ringkas, membangun, dan tepat waktu.
d. Laporan harus sesuai dengan tujuan saat ini, ruang lingkup, laporan pemeriksaan yang seharusnya, ketepatan, dan laporan harus bersi pernyataan pendapat pemeriksa. e. Laporan harus mencakup rekomendasi yang membangun dan menyertakan tindakan koreksi yang memuaskan f. Kesimpulan pemeriksaan tentang orang yang ditelaah mungkin termasuk dalam laporan pemeriksaan. g. Kepala bagian audit internal harus menelaah dan menyetujui laporan pemeriksaan akhir sebelum dikeluarkan dan harus menentukan untuk siapa laporan tersebut akan diperiksa. 4. Following up Dalam hal ini auditor internal harus menentukan apakah tindakan koreksi dilaksanakan dan mencapai hasil yang diharapkan. Bila rencana yang dituangkan dalam program pemeriksaan itu diikuti pada setiap pemeriksaan maka diharapkan dapat berjalan dengan efisien dan dapat mencapai tujuan. 2.1.2.11 Laporan Audit Internal Proses terakhir dari suatu pemeriksaan (audit) dapat dituangkan dalam bantuk laporan. Laporan dibuat sebagai suatu alat pertanggungjawaban kepada manajemen terhadap proses auidit yang telah dilaksanakan. Laporan audit internal mempunyai beberapa fungsi penting, baik untuk auditor internal maupun untuk manjemen, laporan tersebut harus memenuhi criteria sebagai berikut (Dirmansyah, 2004:30): 1. Conclusion based on audit Laporan harus menyimpulkan penemuan-penemuan selama pemeriksaan sebagai hasil akhir audit internal.
2. Disclosure of Conditions Laporan harus menyimpulkan luasnya penyempurnaan yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan operasional perusahaan. 3. Framework for managerial action Kesimpulan-kesimpulan pemeriksaan disajikan sebagai rekomendasi bagi manajemen untuk mengadakan tindakan perbaikan. 4. Clarification on auditee’s views Yaitu penjelasan dari auditor internal mengenai keterangan-keterangan yang akan disampaikan kepada manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan untuk tindakan perubahan. 2.1.2.12 Tindak Lanjut Audit Internal Tugas audit internal bukan hanya berakhir pada penyusunan laporan audit, melainkan masih perlu
diadakan
tindak
lanjut
terhadap
saran-saran
atau
rekomendasi
yang
telah
ditetapkan/dtentukan. Masalah yang disampaikan di dalam laporan harus ditindaklanjuti. Auditor internal harus menentukan apakah setiap tindakan perbaikan yang diperlukan, yang dinyatakan dalam laporan audit, telah dilakukan atau apakah manajemen menyadari resiko yang terkait dengan tidak dilaksanakannya tindakan perbaikan tersebut(Guy,dkk 2003: 418)
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang berhubungan dengan audit internal dan pengendalian internal telah banyak dilakukan. Hasil Penelitian Dirmansyah (2004) menyatakan bahwa audit internal terhadap pengendalian internal penjualan pada PT.Pindad telah memadai karena adanya fungsi kepatuhan, fungsi pemeriksaan, dan fungsi penilaian serta adanya internal audit yang memenuhi syarat
independensi, kompetensi, lingkup pekerjaan yang memadai, pelaksanaan tugas pemeriksaan, dan dukungan penuh dari manajemen.Penelitian lainnya juga tentang audit internal dan pengendalian internal dilakukan oleh Faturrahman (2008) yang dalam penelitiannya menjelaskan bahwa audit internal memiliki pengaruh terhadap efektifitas pengendalian kas di industry tekstil Rancaekek kabupaten Bandung. 2.3 Kerangka Pemikiran Pengendalian internal merupakan hal paling vital dalam sebuah perusahaan. Untuk itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan efektifitas pengendalian dengan cara melakukan audit internal. Audit internal berfungsi sebagai penilai yang bebas/independen dalam perusahaan yang memeriksa dan mengevaluasi apakah kegiatan-kegiatan dalam perusahaan sesuai dengan ketentuan.Menurut Mulyadi (2000) bahwa pengendalian internal walaupun dikatakan baik namun tidak mungkin dapat menjamin bahwa kecurangan penyelewengan dan kekeliruan tidak akan terjadi seperti kesalahan dalam pertimbangan, gangguan, kolusi, pengabaian oleh manajemen dan keadaan diman biaya lawan manfaat. Mengacu pada teori tersebut sehingga dalam pengendalian perlu diadakan pemeriksaan. Berbagai penelitian mengenai audit internal dan pengaruhnya terhadap efektivitas pengendalian internal yang pernah dilakukan menyimpulkan bahwa audit internal memiliki peranan penting dan berpengaruh terhadap pengendalian internal.Sebagaiman yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yakni Dirmansyah (2004) yang kesimpulannnya menunjukkan betapa pentingnya peranan audit internal terhadap efektifitas pengendalian internal.Bukti empirik lainnya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh faturrachman yang membuktikan bahwa terdapat pengaruh audit internal terhadap efektifitas pengendalian internal
kas. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka kerangka pikir digambarkan sebagai berikut: Gambar 1: Kerangka Pikir Dasar teori: a. Adit Internal diartikan sebagai pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuanketentuan dari ikatan profesi yang berlaku Agoes (2004:221) b. Pengendalian internal adalah alat untuk mengendalikan aktivitas entitas guna membantu menjamin bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada akhirnya dapat mencapai tujuan yang diharapkan (Guy dan Rani,2002 )
Penelitian Terdahulu a. Dirmansyah (2004) mrnyatakan bahwa audit internal terhadap pengendalian internal penjualan pada PT.Pindad telah memadai karena adanya fungsi kepatuhan, fungsi pemeriksaan, dan fungsi penilaian serta adanya internal audit yang memenuhi
syarat
independensi,
kompetensi,
lingkup pekerjaan yang memadai, pelaksanaan tugas pemeriksaan, dan dukungan penuh dari manajemen. b. Faturrahman (2008) yang dalam penelitiannya menjelaskan bahwa audit internal memiliki pengaruh terhadap efektifitas pengendalian kas di industry tekstil Rancaekek kabupaten Bandung
Apakah terdapat pengaruh audit internal terhadap efektifitas pengendalian internal
Audit Internal (X)
Efektifitas Pengendalian Internal (Y)
2.4
Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga terdapat pengaruh audit internal terhadap efektifitas pengendalian internal.