1
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Status Sosial Ekonomi Orang Tua 2.1.1
Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi berasal dari tiga buah kata yang memiliki
makna yang
berbeda-beda.
Status adalah penempatan orang pada
suatu jabatan tertentu sedangkan status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang manusia sebagai makluk sosial dalam masyarakatnya serta Ekonomi adalah berasal dari kata ekos dan nomos yang berarti rumah tangga. Yang secara harfiah keadaan rumah tangga. Status sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994 : 57) adalah kedudukan atau
posisi sesorang
dalam kelompok manusia yang
ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan pemilikan kekayaan atau fasilitas. Menurut peneliti sosial ekonomi adalah tingkat keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan tingkat pendapatan, sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2001 : 34) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya, sedangkan menurut penulis sosial ekonomi adalah keadaan ekonomi seseorang yang tidak lepas dari kebutuhan dan keinginan sesuai dengan tingkat pendapatan.
2
Berdasarkan
beberapa
pendapat
diatas,
dapat
disimpulkan
pengertian keadaan social ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis tempat tinggal. Dari pengertian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah. Pada dasarnya kelas sosial ekonomi adalah status atau kedudukan seseorang di masyarakat, di mana berdasarkan pada pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang tinggi ke yang rendah dengan mengacu pada pengelompokan menurut kekayaan. 2.1.2
Faktor-Faktor Yang Menentukan Keadaan Sosial Ekonomi Berdasarkan
yang
sama
kodratNya
dan
manusia dilahirkan memiliki kedudukan
sederajatnya,
akan
tetapi
sesuai
dengan
kenyataan setiap manusia yang menjadi warga suatu masyarakat, senantiasa
mempunyai status atau kedudukan dan peranan. Ada
beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi
orang tua
di masyarakat,
diantaranya
tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, status lingkungan tempat tingal, pemilikan
kekayaan,
dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari
komunitasnya. Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang
3
menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan jenis tempat tinggal. a. Tingkat Pendidikan
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.. Pendidikan
adalah
aktivitas
dan
usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensipotensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan- keterampilan). b. Pendapatan Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Berdasarkan jenisnya, Biro Pusat Statistik membedakan pendapatan menjadi dua yaitu: 1) Pendapatan berupa barang 2) Pendapatan berupa uang Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua adalah penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari kegiatan baik dari sektor formal dan informal selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai
4
macam kegiatan sehari-hari. Menurut Sumardi (2004) dalam Maftukah (2007) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya, sedangkam menurut penulis pendapatan yang diterima oleh penduduk selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya akan di pengaruhi olah keinginan dan kemauan untuk berusaha. Dengan pendidikan yang tinggi dan mempunyai keinginan serta kemauan untuk berusaha mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan
rendah dan tidak
mempunyai keinginan dan kemauan untuk berusaha
akan
mendapat
pekerjaan dengan pendapatan yang kecil. Dalam penelitian ini pendapatan yang diterima penduduk dapat digolongkan berdasarkan 4 golongan yaitu: 1. Golongan
penduduk berpendapatan rendah,
yaitu
penduduk yang berpendapatan < Rp.500.000 perbulan. 2. Golongan
penduduk
berpendapatan
cukup
tinggi,
yaitu
pendudukyang berpendapatan rata-rata antara Rp. 500.000 Rp.750.000 perbulan. 3. Golongan
penduduk
berpendapatan tinggi,
penduduk yang berpendapatan
yaitu
rata-rata antara Rp.750.000 - <
Rp.1.000.000 perbulan. 4. Golongan penduduk berpendapatan sangat tinggi yaitu penduduk
5
dengan pendapatan rata-rata > Rp.1.000.000 c. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas.
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk barang- barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain: 1) Barang-barang berharga 2) Jenis-jenis kendaraan pribadi. d. Jenis tempat tinggal. Menurut
Kaare
Svalastoga
dalam
Maftukah
(2007)
untuk
mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari: 1. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah
dinas, menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain. 2. status fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu
dan bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada umumnya menempati rumah permanent, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya menengah kebawah menggunakan semi permanen atau tidak permanen. 3. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang
ditempati
pada
umunya
semakin
tinggi
tingkat
sosial
ekonominya. Rumah dapat mewujudkan suatu tingkat sosial ekonomi bagi
6
keluarga yang menempati. Apabila rumah tersebut berbeda dalam hal ukuran dan kualitas rumah. Rumah yang dengan ukuran besar, permanen
dan
milik pribadi dapat menunjukkan bahwa status sosial
ekonominya tinggi berbeda dengan rumah yang keil, semi permanen dan menyewa menunjukkan bahwa status sosial ekonominya rendah.
2.2 Prestasi Belajar Siswa 2.2.1
Pengertian Prestasi Belajar Siswa Salah satu tujuan siswa bersekolah adalah untuk mencapai
prestasi belajar yang maksimal sesuai dengan kemampuannya.Seseorang yang telah melakukan suatu pekerjaan tentunya mengaharapkan untuk memperoleh suatu hasil dari kegiatanya. Menurut Sudjana (2008 : 23-28) prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. a. Pengetahuan adalah terjemahan dari kata knowlwdge dalam
taksonomi Bloom, pengetahuan merupakan pengetahuan faktul disamping pengetahuan hafalan atau diingat seperti rumus, batasan, definifi dan istilah. b. Pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih dari pada pengetahuan. c. Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus
7
d. Analisis adalah usaha memilih suatu integrasi menjadi unsurunsur atau begian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau susunanya. e. Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. f. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil, dll. Saifudin Azwar (1996 : 44) prestasi belajar merupakan operasional dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan. Menurut Djalal (1986 : 4)
“prestasi belajar siswa adalah
gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Hamalik (1994: 45) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti simpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
8
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 2.2.2.1. Faktor dari dalam diri siswa (intern) Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas menurut Slameto (1995 : 54) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan. 1.
Faktor Jasmani 1) Faktor kesehatan 2) Cacat tubuh
2. Faktor psikologis 1) Intelegensi 2) Perhatian 3) Bakat 4) Minat 5) Motivasi 6) Kematangan 7) Kesiapan 3. Faktor kelelahan Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
9
2.2.2.2
Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)
Faktor
ekstern
yang
berpengaruh
terhadap prestasi
belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 1995 : 60). 1.
Faktor keluarga Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat
mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah. 2.
Faktor sekolah Faktor sekolah dapat berupa cara guru
mengajar, ala-alat
pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan. 3.
Faktor Lingkungan Masyarakat Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara
lain teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya. Faktor eksternal ini dapat menimbulkan pengaruh positif antara lain dilihat dari 1) Ekonomi keluarga menurut Slameto (1993) dalam Maftukah
(2007), bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi
10
kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain. Juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. 2)
Guru dan cara mengajar merupakan faktor yang penting bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu menyampaikan pengatahuan itu kepada anak-anak didiknya
3) Interaksi guru dan murid dapat mempengaruhi juga dengan
prestasi belajar, karena interaksi yang lancar akan membuat siswa itu tidak merasa segan berpartisipasi secara aktif di dalam proses belajar mengajar. 4) Kegiatan
siswa
dalam
masyarakat
dapat
menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, dan lain-lain. 5) Teman bergaul, Anak perlu bergaul dengan anak lain untuk
mengembangkan sosialisainya karena siswa dapatbelajar dengan baik apabila teman bergaulnya baik tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. 6) Cara hidup tetangga di sekitar rumah besar pengaruhnya pada
pertumbuhan anak Hal ini misalnya anak yang tinggal di
11
lingkungan orang-orang yang rajin belajarotomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin belajar tanpa disuruh. Faktor eksternal yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi prestasi anak adalah: 1) Cara mendidik 2) Interaksi guru dan murid
2.3 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Prestasi Belajar Hasil belajar yang baik tidak dapat diperoleh dengan hanya mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan jua alat-alat yang memadai seperti buku tulis, pensil, peta, pena dan terlebih dahulu lagi buku bacaan. Sebagian besar alat-alat pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh murid-murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai sudah barang tentu tidak dapat memenuhi kebutuhankebutuhan anaknya secara memuaskan. Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua siswa, maka siswa yang bersangkutan akan menanggung resiko-resiko yang tidak diharapkan. Keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah. Keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya
12
akan lebih mudah memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan lain. Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya. Menurut Hamalik (1983) keadaan sosial ekonomi yang baik dapat
menghambat ataupun mendorong dalam belajar dan biaya
pendidikan juga merupakan sumber kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya pendidikan akan sangat mengganggu kelancaran belajar. Salah satu fakta yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak adalah pendapatan keluarga. Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap prestasi belajar siswa di sekolah, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan dengan pendidikan akan membutuhkan sosial ekonomi orang tua. Social ekonomi orang tua dapat diukur dari tingkat pendidikan, pendapatan, kepemilikan kekayaan, dan jenis tempat tinggal. Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan. Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain
13
terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
2.4 Kajian Penelitian Relevan Terdahulu Berdasarkan tinjauan pada hasil penelitian sebelumnya, mengenai pengaruh status social ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh : 1. Muhamad Nur (2011) dengan Judul Hubungan Status Sosial
Ekonomi Orang tua terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajar sejarah di SMA Negeri 4 Gorontalo. Permasalahan yang dihadapi yaitu status social ekonomi orang tua mempengaruhi motivasi belajar terhadap siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode deskriptif korelasi, dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi sederhana. Berdasarkan analisis data yang dilakukan menunjukkan hubungan positif antara variabel X (status sosial ekonomi orang tua) dan variabel Y (motivasi belajar siswa) didukung oleh koefisien determinasi (r2) sebesar 0,3642. Hal ini bahwa 36,42% variasi yang terjadi pada motivasi belajar siswa dijelaskan oleh variasi status sosial ekonomi orang tua (X) melalui persamaan regresi . Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu skor status sosial ekonomi orang tua akan diikuti oleh kenaikan skor motivasi belajar sebesar 0,26 unit pada konstanta
14
81,65. Dengan kata lain makin tinggi tingkat status sosial ekonomi orang tua, makin tinggi tingkat motivasi belajar siswa. 2. Maftukhah (2007) degan judul Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimakah gambaran tentang keadaan
sosial ekonomi orang tua
siswa kelas VIII SMP N 1
Randudongkal Kabupaten Pemalang, bagaimanakah pengaruhnya kondisi sosial ekonomi orang tua siswa yang berbeda terhadap prestasi belajar Geografi dan seberapa besar pengaruh kondisi sosial ekonomi siswa terhadap prestasi belajar Geografi. Metode pengambilan
data
digunakan
metode
angket
dan
metode
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 54% responden memiliki kondisi sosial ekonomi orang tua yang tergolong tinggi (baik). Pengaruh antara kondisi sosial ekonomi orang tua siswa SMP N 1 Randudongkal terhadap prestasi belajar geografi sebesar sebesar 55,066 signifikansi 0.000 > 4,05. Dengan demikian hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan
bahwa ada pengaruh positif
antara kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa SMP N 1 Randudongkal “diterima”. 3. Indrawati (2009) dengan judul Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Di Mi Ianatusshibyan 01 Waru Jaya Parung Bogor. Permasalahan yang di angkat Bagaimana status
15
sosial ekonomi orang tua siswa di MI Ianatusshibyan tinggi, rendah atau sedang ?, Bagaimana prestasi belajar matematika di MI Ianatusshibyan ?, Apakah ada pengaruh sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar matematika siswa ?. Metode pengambilan data digunakan pemberian tes, angket dan wawancara. Hasil penelitian Dari data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 30 responden orang tua siswa 76,66% status sosial ekonomi tingkat menengah, 10% status social ekonomi tingkat menengah kebawah, dan 13,33% tingkat ekonomi tinggi. Jika dilihat dari tingkat ekonomi, rata-rata siswa memiliki orang tua yang tingkat social ekonominya sedang atau menengah. Untuk prestasi belajar matematika siswa, dari 30 siswa, yang prestasinya tinggi 23,33%, yang berprestasi rendah 10%, dan yang berprestasi sedang 66,66%. Dari hasil prhitungan crostabulation antara prestasi belajar dan status social ekonomi orang tua siswa, didapatkan nilai akhir sebesar 15,534 atau X2 hit 15,534, sedangkan X2 tab(0,052) = 5,991. Ini berarti X2 hit lebih besar dari X2 tab, yaitu = X2 hit 15,534 > X2 tab (0.052) = 5.991. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa status sosial ekonomi orang tua berpengaruh terhadap prstasi belajar matematika siswa. Siswa yang status sosial ekonomi orang tuanya tinggi, maka prestasinya akan lebih tinggi.
16
Relevansi penelitian diatas dengan penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Penelitian ini sama-sama menekankan pada status social ekonomi orang tua siswa. 2. Dilihat dari aspek objek, tempat, waktu penelitian pun berbeda, sehingga hasilnya pun akan berbeda. 2.5
Kerangka Pikir Status social ekonomi orang tua sangat mempengaruhi prestasi
belajar siswa di mana keadaan ekonomi orang tua memegang peran yang sangat penting terutama bagi siswa untuk menunjang keberhasilannya, maka dibutukan berupa fasilitas yang memadai, yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi orang tua di masyarakat, diantar anya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan,
status
lingkungan tempat tinggal, kepemilikan kekayaan sedangkan prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sehingga dari kedua fariabel antara ekonomi dan prestasi belajar mempengaruhi satu sama lain, bila di lihat dari keadaan orang tua siswa yang berbeda-beda mulai dari keadaan ekonomi paling tinggi/atas yang bekerja sebagai pegawai maupun pejabat, keadaan ekonomi orang tua sedang bekerja sebagai pedagang/wirasuata dan keadaan ekonomi orang tua bawah bekerja sebagai petani/buruh ini menunjukkan pentingnya ekonomi orang tua untuk menunjang keberhasilan siswa.
17
Di sini penulis ingin mengetahui pengaruh status sosial ekonomi terhadap prestasi belajar. Berikut adalah bagan kerangka pikir yang digunakan oleh peneliti.
Tingkat Pendidikan
Pendapatan
Jenis tempat tinggal
Kepemilikan Kekayaan
Stasus Sosial Ekonomi Orang Tua ( Variabel X )
Pengetahuan
Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Menurut Hamalik (2002) dan Slameto (2003)
Prestasi Belajar ( Variabel Y ) Gambar 1 Model Konseptual Pengaruh X Terhadap Y
24
Keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya akan lebih mudah memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan lain. Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya. Keadaan sosial ekonomi yang baik dapat yang menghambat ataupun mendorong dalam belajar. Masalah biaya pendidikan juga merupakan sumber kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya pendidikan akan sangat mengganggu kelancaran belajar. Salah satu fakta yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak adalah pendapatan keluarga. Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang sangat tinggi terhadap prestasi belajar siswa, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan dengan pendidikan akan membutuhkan sosial ekonomi orang tua. 2.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh yang positif antara status social ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas X di SMK Negeri I Gorontalo.
25