BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Menurut Mohammad Zain dalam Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sementara itu, menurut Robbins (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. 2.1.2
Hakikat Bercerita Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bachir:2005:10). Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2001:289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata, kefasihan dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik. Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Menurut Nurgiyantoro (2001: 278), ada beberapa bentuk tugas kegiatan berbicara yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan bercerita pada siswa, yaitu (1) bercerita berdasarkan gambar, (2) wawancara, (3) bercakap-cakap, (4) berpidato, (5) berdiskusi. Sedangkan
aspek-aspek bercerita yang dinilai menurut Burhan
Nurgiyantoro (2001: 410) meliputi (1) ketepatan isi cerita, (2) ketepatan penunjukkan detil cerita, (3) ketepatan logika cerita, (4) ketepatan makna seluruh cerita, (5) ketepatan kata, (6) ketepatan kalimat, dan (7) kelancaran. Menurut Tarigan (2007: 35), bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian-pengertian atau makna-makna menjadi jelas. Dengan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman yang diperolehnya. Bercerita menurut Majid (2001: 9) berarti menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi mereka. Dari batasan yang dikemukakan oleh Majid ini menunjukkan paling tidak ada tiga komponen dalam bercerita, yaitu: 1) pencerita, orang yang menuturkan atau menyampaikan cerita, cerita dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis; 2) cerita atau karangan yang disampaikan, cerita ini bisa dikarang sendiri oleh pencerita atau cerita yang telah dikarang atau ditulis oleh pengarang lain kemudian disampaikan oleh pencerita; 3) penyimak yaitu individu atau sejumlah individu yang menyimak cerita yang disampaikan baik dengan cara mendengarkan maupun membaca sendiri cerita yang disampaikan secara tertulis. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan salah satu keterampilan dalam berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, maupun dibaca. 2.1.3 Tujuan Bercerita Pada dasarnya, tujuan utama dari bercerita adalah untuk berkomunikasi atau bertukar informasi dengan orang lain. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seorang yang bercerita harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2001:277), yang mengemukakan bahwa tujuan bercerita adalah untuk mengemukakan sesuatu kepada orang lain.
Sementara itu, Tarigan (2007: 17) mengungkapkan tiga tujuan umum dari kegiatan bercerita yaitu sebagai berikut: a. Memberitahukan dan melaporkan (to inform) b. Menjamu dan menghibur (to entertain) c. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade) Mudini (2009:4) menjelaskan tujuan bercerita adalah sebagai berikut: a. Mendorong atau menstimulasi Maksud dari mendorong atau menstimulasi yaitu apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inpirasi atau membangkitkan emosi para pendengar. b. Meyakinkan Maksud dari meyakinkan yaitu apabila pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar. Alat yang paling penting dalam meyakinkan adalah argumentasi. Untuk itu, diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat argumentasi untuk meyakinkan pendengar. c. Menggerakkan Maksud dari menggerakkan apabla pembicara menghendaki adanya tindakan atau perbuatan
dari
para
pendengar.
Misalnya,
berupa
seruan
persetujuan
atau
ketidaksetujuan, pengumpulan dana, penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari tindakan atau perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi. d. Menginformasikan Maksud dari menginformasikan yaitu apabila pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya. e. Menghibur Maksud dari menghibur yaitu apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya. Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kegiataan bercerita adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan cara melaporkan, membujuk, mengajak dan meyakinkan. 2.1.4 Manfaat Bercerita Musfiroh (2005: 95), ditinjau dari beberapa aspek, menyatakan bahwa manfaat bercerita, adalah sebagai berikut: a. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak b. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
c. Memacu kemampuan verbal anak d. Merangsang minat menulis anak e. Membuka cakrawala pengetahuan anak Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya. Dari uraian manfaat bercerita di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat bercerita adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi yang memacu kemampuan verbal anak sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak dan menjadi suatu pengalaman yang baru baginya. 2.1.5 Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Keefektifan Bercerita Menurut Arsjad (1991:17) keefektifan komunikasi dipengaruhi oleh kemampuan bercerita seseorang. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif dan efisien, sebaiknya pembicara memahami betul-betul isi pembicaraan. Selain itu, seseorang juga harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang didengar tetapi juga bagaimana mengemukakannya. Pengungkapan ini menyangkut masalah bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Ucapan adalah seluruh kegiatan yang dilakukan dalam memproduksi bunyi bahasa seperti artikulasi, yaitu bagaimana posisi alat bicara, seperti lidah, gigi, bibir, dan langit-langit pada waktu membentuk bunyi, baik vokal maupun konsonan. Untuk menjadi seorang pembicara yang baik selain menguasai masalah yang dibicarakan juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Menurut Arsjad (1991:17-22) terdapat dua faktor yang harus diperhatikan pembicara agar dapat berbicara secara efektif dan efisien, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Arsjad (1991:17- 22) mengemukakan faktor-faktor kebahasaan dan nonkebahasaan yang dapat menunjang kekefektifan bercerita sebagai berikut: faktor kebahasaan meliputi: (a) ketepatan ucapan, (b) penekanana tekanan nada, sendi dan durasi, (c) pilihan kata, (d) ketepatan penggunaan kalimat, (e) ketepatan sasaran pembicaraan; faktor nonkebahasaan meliputi: (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) pandangan harus diarahkan pada lawan bicara, (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain, (4) gerak-gerik dan mimik yang tepat, (5) kenyaringan suara, (6) relevansi/penalaran, (7) penguasaan topik.
Sedangkan, faktor yang menghambat dalam keefektifan keterampilan bercerita yaitu: (a) faktor fisik, merupakan faktor yang ada dalam partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar partisipan, (b) faktor media, terdiri dari faktor linguistik dan faktor nonlinguistik (misalnya tekanan, lagu, irama, ucapan dan isyarat gerak tubuh), (c) faktor psikologis, merupakan kondisi kejiwaan partisipan dalam keadaan marah, menangis, dan sakit. Jadi dalam kegiatan bercerita sebagai kegiatan menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain secara lisan harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menunjang keefektifan bercerita yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. 2.1.6 Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2007:3). Pengertian media dalam arti luas sesuai dengan pendapat Sharon (dalam Musfiqon, 2012:26) yang mengatakan media itu adalah alat komunikasi dan sumber informasi. Dalam konsep ini segala alat, baik elektronik maupun nonelektronik, yang dijadikan sarana penyampai pesan dalam komunikasi dapat disebut media. Kalau jenis alat ini digunakan dan dijadikan sumber informasi pembelajaran, maka disebut media pembelajaran. Menurut Pringgawidagda (2002:145) media pembelajaran adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Dalam proses pembelajaran informasi tersebut dapat berupa sejumlah keterampilan atau pengetahuan yang perlu dikuasai oleh siswa. Media pembelajaran tersebut dapat menambah efektitifas komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar. Jadi, berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat, metode, teknik yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. 2.1.7 Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran Menurut Rudy Brezt (Indriana, 2011:55), media pengajaran itu mempunyai lima bentuk dasar informasi yaitu suara, gambar, cetakan, grafik, garis, dan gerakan. Menurut Hastuti
(Djuanda, 2006: 103), media pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu media visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan. Contoh media visual yang tidak diproyeksikan yaitu: 1) Gambar diam seperti foto, gambar dari majalah, lukisan 2) Gambar seri 3) Wall chart seperti gambar, denah atau bagan yang biasa digantungkan di dinding 4) Flash chard berisi kata-kata dan gambar untuk mengembangkan kosa kata. Sedangkan klasifikasi media melalui bentuk dan cara penyajiannya, maka format klasifikasi media pengajaran secara umum adalah: 1)
Media visual yang meliputi media grafis, bahan cetak, dan gambar diam 2) Media proyeksi diam yang meliputi OHP/OHT, opaque projector, slide, dan filmstrip 3) Media audio yang meliputi media radio, media alat perekam pita magnetik 4) Media audio visual diam yang meliputi media sound slide (slide suara), film strip bersuara, dan halaman bersuara 5) Media film, televisi, dan multimedia. Kehadiran media pembelajaran dalam proses pengajaran diharapkan dapat menyentuh
aspek-aspek psikologis sehingga terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa tersebut. Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu bentuk peralatan, metode atau teknik yang digunakan menyalurkan pesan, mempertegas bahan pelajaran, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar. Arsyad (2007: 29) mengelompokkan media pembelajaran menjadi empat kelompok, yaitu media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio visual, media hasil teknologi komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Berdasarkan macam-macam media tersebut di atas, menunjukkan bahwa media pembelajaran senantiasa mengalami perkembangan seiring kemajuan ilmu dan teknologi. Perkembangan media pembelajaran juga mengikuti tuntutan dan kebutuhan pembelajaran, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran. ketepatan memilih media merupakan faktor utama dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran. Untuk memilih media yang tepat seorang guru perlu mempertimbangkan berbagai landasan agar media yang dipilih benar-benar sesuai dengan tingkat pemahaman, kemampuan berpikir, psikologis, dan kondisi sosial siswa. Ada tiga landasan penggunaan media
pembelajaran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi guru dalam memilih media yang tepat sesuai dengan isi dan tujuan dalam pembelajaran. Ketiga landasan tersebut adalah landasan filosofis, psikologis dan sosiologis. (Musfiqon, 2012:52). Selain memerlukan analisis mendalam dengan mempertimbangkan berbagai aspek juga dibutuhkan prinsip-prinsip tertentu agar pemilihan media bisa lebih tepat. Ada tiga prinsip utama yang bisa dijadikan guru dalam memilih media pembelajaran yaitu: 1) prinsip efektifitas dan efesiensi; 2) prinsip relevansi; 3) dan prinsip produktifitas. (Musfiqon, 2012:116). Siswa di tingkat Sekolah Dasar (SD), belum mampu berpikir abstrak, mereka masih berpikir konkrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikonkritkan dengan kehadiran media, sehingga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran harus jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. 2.1.8 Manfaat Media Pembelajaran Menurut Kemp dan Dayton (Indriana, 2011:48), media dalam pembelajaran memiliki manfaat antara lain : 1) penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih mencapai standar; 2) pembelajaran jadi lebih menarik; 3) pembelajaran menjadi lebih interaktif; 4) dengan menerapkan teori belajar, waktu pembelajaran dapat dipersingkat; 5) kualitas pembelajaran dapt ditingkatkan; 6) proses pembelajaran dapat berlangsung kapan dan dimanapun diperlukan; 7) sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan; 8) peran guru berubah ke arah lebih positif. Sebagai pembawa pesan, media juga tidak hanya berguna bagi guru tapi dapat pula digunakan siswa. Oleh karena itu guru sebagai penyalur pesan dan penyaji dalam hal-hal tertentu hendaknya dapat menyampaikan informasi kepada siswa dengan lebih baik. Dalam menggunakan media guru harus mempertimbangkan usia siswa yang akan diajar. Demikian juga tingkat intelektual, tingkat kemampuan berbahasa, dan latar belakang sosial budayanya. Isi materi pada media tersebut juga harus sesuai dan relevan dengan minat siswa Sadiman juga mengungkapkan bahwa penggunaan media perlu memperhatikan penempatannya agar dapat diamati dengan baik oleh seluruh siswa (Sadiman,2007:203). 2.1.9 Media Visual Media visual merupakan media yang paling familiar dan sering dipakai guru dalam
pembelajaran. Jenis media ini berkaitan dengan indera penglihatan. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat meningkatkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. (Musfiqon, 2012:70-71). Musfiqon (2012:71), beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan media berbasis visual, antara lain: (a) usahakan visual itu sesedehana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram; (b) visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik; (c) ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat; (d) gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan konsep-konsep yang divisualkan itu secara berdampingan; (e) hindari visual yang tak berimbang; (f) tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual; (g) visual yang di proyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca; (h) visual, khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materi yang agak kompleks; (i) unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dan unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi; (j) warna harus di gunakan secara realistik; (k) warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen. Jadi media visual adalah media yang berkaitan dengan indera penglihatan yang penggunaannya harus menempatkan pada konteks yang bermakna agar siswa mudah berinteraksi dengan media untuk dapat memperlancar pemahaman siswa dan memperkuat ingatannya. 2.1.10 Gambar Seri Gambar seri diambil dari kata gambar dan seri. Dalam Kamus bahasa Indonesia disebutkan, gambar adalah tiruan sesuatu yang dilukis di atas kertas atau kanvas. (Fajri: 2008:303). Sedangkan seri adalah rangkaian yang sambung menyambung atau bersambungan. (Fajri: 2008:755). Gambar seri merupakan media pembelajaran yang berupa kumpulan dari beberapa gambar yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa yang menarik, yang disusun secara acak dan berurutan untuk dijadikan sebuah cerita. (Arsyad, 2007:111).
Sedangkan menurut Sadiman,
(2003:29) yang dimaksud dengan gambar seri adalah rangkaian beberapa gambar yang membuat
sebuah cerita. Jadi dapat disimpulkan gambar seri merupakan serangkaian gambar yang tersusun secara berurutan atau acak sehingga dapat membentuk sebuah cerita. Penggunaan gambar seri dalam proses diantaranya dapat mengembangkan daya berfikir siswa, media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam membuat tulisan narasi. Dengan melihat gambar siswa dapat menarik kesimpulan dan menguraikan dalam bentuk tulisan. Purwanto dalam Sadiman (2003:32) mengemukakan tujuan penggunaan gambar seri adalah “untuk melatih siswa menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi karangan”. Sedangkan Sadiman (2003:32) mengungkapkan tujuan dari penggunaan gambar seri adalah: (1) membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam belajar; (2) menarik perhatian siswa sehingga lebih terdorong untuk belajar; (3) dapat membantu daya ingat siswa; (4) dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain. Suparno (2002: 14), mengungkapkan bahwa gambar seri disebut juga media follow chart atau gambar susun. Media ini terbuat dari kertas manila lebar yang berisi beberapa buah gambar. Gambar-gambar tersebut berhubungan satu sama lain sehingga merupakan satu rangkaian cerita. Setiap gambar diberi nomor urut sesuai dengan urutan-urutan jalan ceritanya. Media ini sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi lisan (berbicara, bercerita). Dengan mengamati gambar yang dibentangkan di depan kelas, para siswa diharapkan dapat memperoleh konsep tentang topik tertentu. Jadi dengan menggunakan media gambar kita dapat membantu anak mempermudah untuk menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk bahasa karena gambar akan memberikan inspirasi dan panduan tentang apa dan bagaimana yang harus ditulis. Selain itu gambar juga dapat menimbulkan daya tarik pada diri siswa, mempermudah pengertian, dan memperjelas bagian-bagian yang penting yang akan ditulisnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, media gambar seri merupakan pengantar pesan antara pengirim dan penerima pesan yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil dari pikiran. 2.1.11 Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar Seri a. Kelebihan Media Gambar Seri Menurut Sadiman (2007: 29-31) berpendapat bahwa kelebihan dari gambar sebagai
berikut: (a) gambar sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal (kata-kata dan tulisan); (b) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, untuk mengingat kejadian masa lampau kemarin bahkan semenit yang lalu ataupun tempat yang jauh dari subjek, maka gambar sangat diperlukan; (c) gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, misal benda yang tidak dapat dilihat oleh mata dapat disajikan dengan jelas oleh gambar; (d) gambar dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja; (e) gambar murah harganya dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Anitah
(2009:8)
berpendapat
kelebihan
gambar
sebagai
berikut:
(a)
dapat
menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata; (b) banyak tersedia dalam buku-buku; (c) sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan; (d) relatif tidak mahal; (e) dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi. Dapat diketahui bahwa kelebihan dari penggunaan media gambar adalah media gambar relatif lebih efektif dan efisien, mampu mengkonkritkan pengetahuan yang abstrak sehingga mudah dicerna siswa, sehingga menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa. b. Kelemahan Media Gambar Seri Adapun kelemahan dari media gambar menurut Sadiman (2007:31), sebagai berikut : (1) gambar hanya menekankan persepsi indera mata, (2) gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, dan (3) gambar ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Selain itu, kelemahan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media gambar menurut Anitah (2009: 8-9), adalah sebagai berikut: (1) kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar; (2) gambar mati adalah gambar dua dimensi; (3) yang tidak dapat menunjukkan gerak; (4) anak tidak selalu mengetahui bagaimana membaca gambar. Jadi kelemahan dalam penggunaan media gambar adalah adanya keterbatasan persepsi yaitu hanya menekankan persepsi indera mata saja, dan perbedaan setiap anak dalam membaca gambar. Disamping itu media gambar seri memiliki kelemahan antara lain; (1)
untuk memperbesar gambar memerlukan proses dan biaya yang cukup besar; (2) pada umunya hanya 2 dimensi yang nampak pada gambar; (3) tanggapan bisa berbeda dari gambar yang sama. 2.1.12 Tujuan dan Alasan Penggunaan Media Visual Gambar Seri Gambar merupakan media visual yang penting dan mudah didapat, sebab memberikan penggambaran visual yang konkret tentang masalah digambarkannya. Setiap gambar memiliki arti, uraian dan tafsiran sendiri, karena itu gambar dapat digunakan sebagai media pendidikan dan mempunyai nilai-nilai pendidikan dan memungkinkan belajar lebih efisien. Menurut Ibrahim (Arsyad, 2007:16) bahwa, media visual atau media gambar membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka, dan membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran. Alasan dasar penggunaan media gambar dikemukakan oleh Hamalik (Arsyad, 2007: 15) yakni, gambar bersifat konkret melalui gambar para siswa dapat dengan jelas melihat sesuatu yang sedang dibicarakan, gambar menggambarkan ruang dan waktu, gambar mudah didapat dan murah, gambar mudah digunakan baik untuk perseorangan maupun kelompok. Pada penelitian ini akan menggunakan gambar seri sebagai media visual. Gambar seri mudah diperoleh, dan gambar merupakan bahasa umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Gambar yang kelihatan diam banyak memiliki makna. Melalui media visual gambar seri diharapkan siswa dapat menuangkan gagasannya berbentuk kalimat sehingga menjadi suatu rangkaian cerita yang runtut yang mampu diceritakan kembali oleh siswa. Gambar seri merupakan salah satu dari sekian banyak media visual yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan tujuan pembelajaran pada aspek berbicara ya g terdapat pada mata pelajaran bahasa Indonesia. 2.1.13 Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Visual Gambar Seri Kurangnya kemampuan bercerita pada siswa akan berdampak pada sulitnya siswa berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tulisan. Dalam bercerita itu sendiri diperlukan sebuah pengamatan tentang sekeliling diri individu, pengalaman, analisis, imajinasi atau khayalan dan pendapat atau keyakinan (kemampuan berfikir). Sulit untuk memperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan jika kemampuan siswa untuk memusatkan perhatian sangat terbatas, kemampuan analisis rendah, dan memiliki daya konsentrasi lemah sehingga membuat pembelajaran yang ada menjadi tidak optimal. Rendahnya kemampuan siswa tidak berarti menjadi kualitas diri siswa tidak bisa ditingkatkan, untuk itu memerlukan upaya guru sebagai fasilitator untuk menggunakan metode yang sesuai dengan karakter siswa dan materi yang diajarkan. Demikian halnya yang terjadi di kelas III SDN 5 Tibawa, berdasarkan fenomena yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu kemampuan bercerita siswa yang rendah, peneliti menggunakan media visual yang berupa gambar seri untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bercerita. Dengan gambar seri yang diberikan diharapkan siswa dapat mengungkapkan ide-idenya sendiri berdasarkan gambar seri yang diberikan. Siswa akan mengamati gambar seri yang diberikan. Demi optimalnya pelaksanaan pembelajaran siswa akan mengamati gambar seri di dalam kelompok. Siswa akan berdiskusi dan saling mengungkapkan ide-ide hasil pikirannya atas gambar yang diamati. Siswa akan saling berbagi informasi dengan temannya untuk memperkaya rangkaian kalimat yang bisa diceritakan kembali. Siswa akan mengurutkan gambar seri dan menceritakan kembali di depan kelas urutan kejadian yang terdapat pada gambar seri yang telah diberikan guru secara runtut. 2.2
Kajian Penelitian yang Relevan Sebagai acuan dari penelitian ini, ada berbagai penelitian yang berkaitan dengan
meningkatkan kemampuan bercerita siswa melalui gambar seri antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Umi Darojah (2011), yang berjudul peningkatan kemampuan berbicara dengan media film animasi pada siswa kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa setelah dilakukan implementasi tindakan dengan media film animasi kemampuan berbicara siswa meningkat. Kauy (2011), dengan judul Penerapan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SDN Mandyopuro 5
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa, penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri tidak hanya dapat meningkatkan aspek kognitif saja, tetapi juga kelancaran membaca, keberanian dan dan semua aspek yang menyangkut perkembangan siswa dalam pembelajaran seperti kemampuan bekerja sama serta partisipasi siswa dalam pembelajaran itu, selain itu pembelajaran ini juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran secara individual, klasikal maupun berkelompok. Penerapan pembelajaran ini juga dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas III SDN Madyopuro 5 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Persamaan kedua penelitian yang telah disebutkan dengan penelitian yang dilakukan adalah merupakan upaya meningkatkan kemampuan berbicara maupun bercerita pada siswa dengan menggunakan media. Sedangkan perbedaannya adalah pada lokasi penelitian dan siswa yang memperoleh tindakan. Selanjutnya penelitian oleh Arifuddin (2009) dengan judul Penerapan Metode Permainan Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri No.1 Banjar Tegal Singaraja. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran permainan simulasi dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD No.1 Banjar Tegal Singaraja. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah merupakan upaya meningkatkan kemampuan berbicara maupun bercerita pada siswa. Sedangkan perbedaannya adalah pada metode yang digunakan, lokasi penelitian dan siswa yang memperoleh tindakan.
2.3
Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah: “Jika pembelajaran bercerita dilakukan
melalui media visual gambar seri maka kemampuan bercerita siswa akan meningkat. 2.4
Indikator Kinerja Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah setelah dilakukan pembelajaran
bercerita dengan media visual gambar seri 75% siswa mengalami peningkatan dalam kemampuan bercerita, dan skor pengamatan aktivitas guru minimal 75%.