1
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kebugaran Jasmani Setiap orang pasti mengharapkan agar memiliki tubuh yang sehat dan terampil. Tujuannya agar segala aktivitas yang dilakukan dapat diselesaikan tanpa mengalami hambatan karena faktor kesehatan. Agar menjadi sehat diperlukan jasmani yang segar bugar. Dengan adanya kebugaran jasmani yang baik, maka semakin baik pula kondisi kesehatan. Pertanyaan yang muncul, apakah sebenarnya kebugaran jasmani itu? Untuk menemukan jawabannya, perhatikan uraian berikut ini. Ada beberapa istilah yang dipergunakan untuk maksud yang sama dengan kebugaran jasmani, yakni kesegaran jasmani dan kesemamptaan jasmani. Kesemuanya bertujuan untuk menerjemahkan istilah asalnya, yakni physical fitness. Secara harfiah, physical fitness adalah kecocokan fisik atau kesesuaian jasmani. Saat ini mengertian kebugaran jasmani (physical fitness) lebih bertitik berat pada physiological fitness yang berarti tingkat kesesuaian derajat sehat dinamis yang dimiliki seseorang terhadap beratnya tugas fisik yang harus dilakukan (Nurhayati, 2013: t.h). Sehat dinamis menurut Giriwijoyo dan Sidik (2012: 35) adalah sehat dengan kemampuan gerak yang dapat memenuhi kebutuhan gerak kehidupan sehari-hari. Wiarto (2013: 169) mengemukakan definisi kebugaran jasmani sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari8
2
hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti di sini maksudnya adalah setelah seseorang melakukan pekerjaannya, orang tersebut masih memiliki cukup semangat dan energi untuk menikmati waktu luangnya maupun untuk keperluan mendadak yang lainnya”. Hal senada dikemukakan oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Depdikbud bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelehahan yang berarti. Kemudian Rosdiana (2012: 34) mengatakan bahwa kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain psikomotor, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh. Selanjutnya Suratman (dalam Yasin, 2011: 1) mengatakan bahwa kebugaran jasmani adalah suatu aspek fisik dari kesegaran menyeluruh (total fitness) yang memberi kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan pada tiap pembebanan atau stres fisik yang layak. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka secara sederhana kebugaran jasmani dapat dipahami sebagai aspek penting dalam domain psikomotor atau gerak. Kebugaran jasmani menggambarkan keadaan seseorang yang sanggup melakukan aktivitas jasmani tanpa mengalami kelehan berarti sehingga masih dapat mengisi waktu luang untuk melakukan aktivitas selanjutnya. Untuk meningkatkan kebugaran jasmani, perlu mengetahui komponen-komponen yang terdapat di dalamnya.
3
Sehubungan dengan itu, menurut Wiarto (2013: 172) dan juga Martasuta (2010: t.h), komponen kesegaran jasmani dibedakan dalam dua kategori: (a) organik performance, meliputi kekuatan, kelentukan, ketahanan (otot dan kardiovaskuler), dan komposisi tubuh; (b) motor performance, meliputi keseimbangan, kelincahan, kecepatan, koordinasi, dan kecepatan reaksi. Selanjutnya Paiman (2009: 273) dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan edisi November 2009, Th. XXVIII, No. 3 mengatakan bahwa dalam kebugaran jasmani ada tiga komponen yang dibagi tiga kelompok di antaranya adalah (1) kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan yang terdiri dari: daya tahan jantung paru, kekuatan otot, daya tahan otot, kelenturan, dan komposisi tubuh; (2) kebugaran jasmani berhubungan dengan keterampilan terdiri dari: keseimbangan (stability), daya ledak (power), kecepatan (speed), kelincahan (agility), koordinasi (coordination), dan kecepatan reaksi (reaction speed); (3) kebugaran jasmani berhubungan dengan keadaan tidak menderita sakit (wellness). Berdasarkan
komponen-komponen
kebugaran
jasmani
yang
telah
diuraikan di atas, maka kecepatan dan kelincahan menjadi objek penelitian ini sebagaimana tertuang dalam Standar Isi Kurikulum SMP/MTs kelas VII semester genap. Dan objek penelitian ini dianggap sebagai komponen kebugaran jasmani yang berhubungan keterampilan gerak (motor permormance). Untuk dapat dipahami lebih jelas mengenai hakikat kecepatan dan kelincahan, berikut ini akan diuraikan konsep-konsep antarkeduanya.
4
a. Kecepatan Aspek kecepatan (speed) merupakan aspek penting dalam kebugaran jasmani dan merupakan salah satu unsur dalam pembelajaran motorik. Keberhasilan sebuah gerakan juga dapat bergantung pada aspek kecepatan ini, walaupun tidak semua kegiatan gerak membuatuhkan kecepatan. Berikut ini penulis mencoba memberikan definisi kecepatan yang dikutip dari beberapa sumber. Secara umum, kecepatan dalam pembelajaran motorik di sekolah menurut Decaprio (2013: 44) diartikan sebagai kapasitas seorang siswa agar berhasil melakukan gerakan atas beberapa pola dalam waktu yang sangat cepat. Selanjutnya menurut Wiarto (2013: 171), kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dengan demikian dapat diperoleh suatu pemahaman bahwa kecepatan merupakan kemampuan seorang siswa untuk melakukan suatu gerakan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, kecepatan sangat diperlukan siswa agar darajat kebugaran jasmaninnya lebih baik, sehingga dapat bermanfaat dalam mempelajari keterampilan-keterampilan gerak suatu cabang olahraga. Beberapa bentuk latihan kecepatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah antara lain: lari cepat jarak 40 – 60 meter, lari menaiki bukit (up hill), lari menuruni bukit (down hill), lari menaiki tangga gedung (Wiarto, 2013: 173).
5
b. Kelincahan Kelincahan (agility) juga sama pentingnya dengan kecepatan dalam meningkatkan derajat kebugaran jasmani dan pembelajaran motorik. Seorang siswa yang lincah memungkinkan ia dapat bergerak mengubah arah dalam waktu singkat. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Decaprio (2013: 47) bahwa kelincahan merupakan kemampuan badan untuk mengubah arah secara cepat dan tepat. Senada dengan pendapat Wiarto (2013: 171), kelincahan merupakan kemampuan seseorang untuk mengubahwa arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan. Kelincahan pada dasarnya berkaitan erat dengan kelentukan. Baik buruknya kualitas kelentukan akan mempengaruhi tingkat kelentukan seseorang. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis menjadikan kecepatan dan kelincahan sebagai objek penelitian, karena sebelumnya materi ini telah diajarkan lebih dahulu pada semester ganjil mengenai keseimbangan dan kelentukan. Beberapa bentuk latihan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kelincahan siswa antara lain: lari bolak balik (shuttle run), squat trust, lari bolak balik (zig-zag run) (Wiarto, 2013: 173). 2.1.2 Hakikat Pendekatan Bermain Anak-anak SMP/MTs. pada dasarnya sangat gemar bermain. Pada usia ini, bermain merupakan kebutuhannya. Anak bermain berarti melakukan permainan dengan suka rela dan menyenangkan. Misalnya anak bermain permainan bulutangkis, permainan bola voli, permainan sepak, dan permainan tradisional lainnya.
6
Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh anak-anak. Bermain yang dilakukan secara tertata sangat bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk anak. Pengalaman itu bisa berupa jalinan hubungan sosial untuk mengungkapkan perasaannya dengan sesama temannya dan menyalurkan hasrat. Terkait dengan konsep bermain jika pelakunya adalah anak-anak, dapat diperoleh suatu pemahaman, bermain bagi anak-anak merupakan kegiatan yang selalu menjadi kebutuhannya dan menjadi pengalaman berharga baginya karena di dalamnya berlangsung dalam suasana menyenangkan walaupun tidak sungguhsungguh tetapi terdapat kesungguhan yang menyerap konsentrasi dan tenaga, sehingga dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan jasmaninya. Seperti yang diuraikan di atas, anak bermain karena ada unsur permainan, maka Caillois (dalam Husdarta, 2010: 131) membagi permainan (game) menjadi empat kategori utama, yaitu: (1) agon, yakni permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua pihak dengan kesempatan yang sama untuk mencapai kemenangan sehingga dibutuhkan perjuangan fisik yang keras; (2) alea, yakni permainan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan, atau hukum peluang seperti permainan dadu, rulet, kartu, dll, sementara keterampilan, kemampuan otot, tidak diperlukan; (3) mimikri, yakni permainan fantasi yang memerlukan kebebasan, dan bukan kesungguhan; dan (4) illinx, yakni mencakup permainan yang mencerminkan keinginan untuk melampiaskan kebutuhan untuk
7
bergerak, bertualang, dan dinamis, lawan dari keadaan alam, seperti berolahraga di alam terbuka, mendaki gunung. Bermain yang dihubungkan dengan konsep pembelajaran kebugaran jasmani pada penelitian ini, maka bermain merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menjadi objek penelitian. Pendekatan pembelajaran sendiri menurut Sudrajat (2008: 1) dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Belajar sambil bermain sangat penting dalam proses pembelajaran, sebab bermain merupakan karakteristik alami anak. Dengan belajar dalam situasi bermain akan dapat memberikan manfaat positif bagi anak, di antaranya adalah motivasi dan gairah belajar. Oleh karena itu, pembelajaran akan menyenangkan apabila pembelajaran itu dikemas berdasarkan karakterisitik alami (bermain) tersebut. Sehubungan dengan itu, Widyastuti
dalam makalahnya yang
disampiakan pada Seminar Mendidik Anak tanggal 29 Oktober 2010 mengatakan bahwa orangtua maupun guru sebaiknya menggunakan karaktersitik alami anak ini sebagai proses pembelajaran yang menyenangkan. Berdasarkan konsep di atas dapat dipahami bahwa pendekatan bermain dalam pembelajaran kebugaran jasmani merupakan sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran dan menjadi acuan untuk melaksanakan proses pembelajaran
8
sehingga pendekatan ini menjadi dasar penentuan metode yang tepat berdasarkan karakterisitik meteri pembelajaran dan karakteristik siswa. Pendekatan bermain adalah proses penyampaikan materi pembelajaran dalam situasi bermain tanpa mengabaikan materi inti. Permainan dimaksud di sini adalah permainan kecil yang materinya disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum (http://repository.upi.edu/chapter2.pdf). Lebih lanjut Leni dan Mulyana dalam Jurnal Online Volume 1 Nomor 2 Edisi September 2009 meyakini pendekatan bermain sesuai dengan karakter siswa di tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah umum. Jadi, penerapan pendekatan bermain dalam pembelajaran kebugaran jasmani khususnya pada aspek kecepatan dan kelincahan dalam pelajaran Penjasorkes dalam penelitian ini dianggap tepat dan mampu mewujudkan tujuan penelitian ini. Tujuan dimaksud adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani pada aspek kecepatan dan kelincahan melaui pendekatan bermain pada siswa yang menjadi subjek penelitian ini. 2.1.3 Pembelajaran Kebugaran Jasmani Melalui Pendekatan Bermain Pembelajaran penjasorkes tentang materi kebugaran jasmani yang diselenggarakan di SMP/MTs dimaksudkan untuk memberikan pengalaman aktivitas jasmani berupa latihan-latihan yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif, dilakukan pendekatan bermain. Denan pembelajaran melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan motivasi siswa untuk senantiasa melatih jasmani dalam rangka pengembangan kebugaran jasmani.
9
Komponen kebugaran jasmani yang nenjadi sasaran pengembangan dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar yang kedua seperti yang diraikan dalam latar belakang masalah pada bab I. Komponen tersebut adalah kecepatan dan kelincahan. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kedua komponen ini, maka dilakukan pembelajaran melalui pendekatan bermain. Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam rangka meningkatkan kecepatan dan kelincahan siswa melalui pendekatan bermain adalah sebagai berikut. a) Kegiatan Awal 1) Menyiapkan fasilitas yang dapat digunakan dalam pembelajaran 2) Menyampiakan tujuan pembelajaran 3) Memotivasi siswa melalui penyampaian pentingnya melatih kebugaran jasmani 4) Melaksanakan pemanasan dalam suasana bermain b) Kegiatan Inti 1) Menjelaskan materi yang dipelajari 2) Membentuk siswa dalam beberapa kelompok/regu 3) Menjelaskan peraturan permainan yang akan dimainkan 4) Melaksanakan latihan-latihan kecepatan dan kelincahan melalui permainan kompetitif, seperti permainan hadang, permainan memindahkan batu, permainan benteng, dan lain-lain 5) Mengontrol pelaksanaan kompetisi kelompok/regu
10
c) Kegiatan Akhir 1) Melakukan evaluasi 2) Melakukan refleksi bersama (guru dan siswa) 3) Pendinginan 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Sebagai bahwan pijakan dalam merumuskan teori-teori yang akan dituangkan dalam penelitian ini, maka penulis mencantumkan beberapa artikel atau jurnal yang relevan dengan penelitian ini. Dalam Jurnal online UPI Volume 1 Nomor 2 Edisi September 2009 oleh Leni dan Mulyana Dadan yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Bermain dalam
Pembelajaran Pendidikan Jasmani terhadap Kecenderungan Perilaku Sosial Siswa SMA” dikatakan bahwa pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan perilaku sosial siswa. Tidak hanya itu, pendekatan bermain dapat diterapkan pada materi yang berhubungan dengan aktivitas jasmani yang cenderung membosankan bagi anak, sehingga kecenderungan tersebut dapat diatasi dengan pembelajaran menggunakan pendekatan bermain. Selanjutnya artikel online oleh Dian Kusuma Dewi (2012) berjudul “Meningkatkan Kebugaran Jasmani Melalui Model Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMP” mengemukakan bahwa pendekatan bermain merupakan cara efektif dalam pembelajaran Penjasorkes pada siswa SMP. Lebih khusus lagi pada aspek kebugaran jasmani, pembelajaran melalui
11
pendekatan bermain menjadi solusi terbaik karena dengan bermain, para siswa akan terhindar dari rasa kejenuhan terhadap aktivitas yang dilakoninya. 2.3 Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Jika guru menggunakana pendekatan bermain dalam pembelajaran, maka kebugaran jasmani (khusus komponen kecepatan dan kelincahan) siswa kelas VIIBB MTs. Nurul Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango akan meningkat. 2.4 Indikator Kinerja Adapun rumusan indikator kinerja dalam penelitian ini berbunyi: Jika kebugaran jasmani (khusus komponen kecepatan dan kelincahan) siswa kelas VIIB MTs. Nurul Bahri Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango meningkat dari 26,09% menjadi 85% ke atas yang tergolong “baik”, maka penelitian ini dinyatakan selesai.
12