2
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Pengertian Menyimak Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. (Tarigan; 1991: 4). Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisanlisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. (Tarigan: 1983). Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya”. (Sabarti: 1992 : 3). Menyimak merupakan proses mendengar, mengenal dan menginterprestasi lambang-lambang lisan atau ujaran. Dalam mendengar dituntut kegiatan mendengarkan dengan penuh perhatian”. ( Sugono: 2003). Berdasarkan pengertian menyimak menurut beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasiyang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran dan penuh dengan perhatian.
3
2.1.1 Tujuan Menyimak Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta b. Untuk menganalisis fakta c. Untuk mengevaluasi fakta d. Untuk mendapatkan inspirasi e. Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri Menurut Tidyman & Butterfield membedakan menyimak menjadi : 1) Menyimak sederhana: Menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau bertelepon. 2) Menyimak diskriminatif: Menyimak untuk memebedakan suara, perubahan suara seperti membedakan suara burung, suara mobil , suara orang dalam senang, marah atu kecewa. 3) Menyimak santai: Menyimak untuk bertujuan kesenangan misalnya pembacaan puisi, cerita pendek, rekaman dagelan atau lawak. 4) Menyimak informatif: Menyimak untuk mencari informasi seperti menyimak pengumuman, jawaban pertanyaan mendaftar ide dan sebagainya. 5) Menyimak literatur: Menyimak untuk mengorganisasikan ide seperti penyusunan materi dari berbagai sumber, pembahasan hasi pertemuan, merangkum, membedakan butir-butir dalam pidato, mencari penjelasan butir tertentu.
4
6) Menyimak kritis: Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara, misalnya dalam diskusi, perdebatan, percakapan, khotbah, atau untuk mengetahui penyimpangan emosi, melebih-lebihkan, propaganda, kejengkelan, kebingungan, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa tujuan menyimak dapat menangkap pesan atau ide yang didengar sehingga menggugah semangat kita untuk memecahkan masalah 2.1.2 Manfaat Menyimak Menurut Setiawan (dalam Niniek 2004: 51), manfaat menyimak adalah: 1. menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan, sebab menyimak memiliki nilai informatif, yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman, 2. meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita, 3. memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan pun lebih variatif jika dibandingkan dengan orang yang jarang menyimak, 4. memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif. Orang cenderung lebih lapang dada, dapat menghargai pendapat dan keberadaan orang lain, tidak picik, dan tidak sempit pikiran, 5. meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial. Melalui menyimak kita dapat mengenal seluk-beluk kehidupan dengan segala dimensinya. Kita dapat
5
merenungi nilai kehidupan jika bahan yang disimak baik sehingga menggugah semangat kita untuk memecahkan masalah, 6. meningkatkan citra artistik jika yang yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya menarik. Menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain, serta dapat meningkatkan selera estetis kita, 7. menggugah kreativitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaranujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide cemerlang dan segar, selain itu kita juga mendapatkan pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita giat dan kreatif dalam berkarya. Dapat
disimpulkan
bahwa
Manfaat
menyimak
yaitu
kita
dapat
meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan dan memperlancar komunikasi dan kata-kata yang digunakan pun lebih variatif. Dan kita mendapatkan ide-ide cemerlang dan segar. 2.1.2 Jenis-Jenis Menyimak Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi jenis menyimak itu menjadi 2 macam, yaitu: a. Menyimak ekstensif yaitu: penyimak memahami isi bahan simakan secara sepintas, umum, dalam garis-garis besar, atu buti-butir tertentu. Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik dan menyimka pasif.Menyimak ekstensif lebih banyak dilakukan oleh masyarakat
6
secara umum, misalnya, orang tua dan anak-anak menyimak tayangan sinetron dari sebuah televisi, berita radio dan sebagainya. b. Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang dlakkan dengan sungguh-sungguh dan dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendak. Dengan kata lain, menyimak intensif lebih menekankan kemampuan memahami bahan simakan. Misalnya, dalam menyimak pelajaran di sekolah, guru biasanya menuntut agar siswa memahami penjelasannya. Selanjutnya untuk mengukur daya serap siswa, guru memberikan pertanyaanpertanyaan. Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan menyimak intensif, yaitu : 1) Menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman. 2) Menyimak intensif memerlukan tingkat konsentrasi pikiran dan perasaan yang tinggi 3) Menyimak intensif pada dasarnya memahami bahasa formal, dan 4) Menyimak intensif memerlukan reproduksi materi yang simak Dapat disimpulkan bahwa dalam
jenis-jenis menyimak ada 2 yaitu:
menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif yaitu penyimak memahami isi bahan simakan secara sepintas, umum, dalam garis besar, atau butir-butir tertentu. Sedangkan menyimak instensif dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh. 2.1.3
Unsur-Unsur Menyimak Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena
sangat bergantung kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan
7
dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak (Tarigan :2008:17) Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak ialah: a. Pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang. berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak). b. Penyimak ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya. Kamidjan (2001:6) rnenyatakan bahwa penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap objektif dan sikap kooperatif. 1) Sikap Objektif Yang dimaksudkan dengan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap bahan simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan manyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana dan prasarana.
8
2) Sikap Kooperatif Sikap kooperatif ialah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu yang terjadi, maka penyimak tidak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik ialah sikap berkoperatif dengan pembicara. c. Bahan simakan ialah unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi. Dalam unsur
menyimak terbagi 3 yaitu pembicara, penyimak dan bahan
simakan. Pembicara yaitu orang yang menyampaikan pesan. Penyimak merupakan penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman, sedangkan bahan simakan unsur yang terpenting dalam simakan. 2.1.5 Tahap- tahap Menyimak Menurut Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya 9 tahap menyimak, kesembilan tahap ini dapat dilukiskan sebagai berikut: 1) Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya. 2) Menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat ganguan dengan adanya selinagan-selingan perhatian kepada hal-hal diluar pembicaraan.
9
3) Setengah menyimak, karena tergangu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak. 4) Menyimak serapan, karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi halhal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya. 5) Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak, perhatian secara saksama berganti dengan keasyikan lain, hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja. 6) Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidakmemberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara. 7) Menyimak dengan reaksi berkala, dengan pembicara dengan membuat komter ataupun mengajukan pertanyaan. 8) Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara. 9) Menyimak secara aktif, untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara. Perbedaan tahap-tahap menyimak sebenarnya mencerminkan perbedaan taraf keterlibatan seseorang terhadap isi pembicaraan yang disajikan sang pembicara. Situasi-situasi berikut ini merupakan contoh tahap-tahap menyimak ditinjau dari segi perbedaan maksud dan tujuan yaitu mendengar bunyi kata-kata tetapi tidak memberikan reaksi kepada ide-ide yang diekspresikan. Sedangkan menyimak sebentar-sebentar, memperhatikan sang pembicara sebentar-sebentar misalnya
10
mendengar suatu ide pada suatu khotbah atau ceramah, tetapi ide-ide lainnya tidak didengar apalagi didengarkan. Berdasarkan 9 tahap-tahap menyimak dapat disimpulkan bahwa menyimak itu dilakukan secara saksama dan dengan sungguh-sungguh mengikuti pikiran sang pembicara agar dapat menyimak dengan baik. Diantaranya menyimak berkala, menyimak dengan perhatian, setengah menyimak, menyimak sarapan, menyimak sekali-kali, menyimak asosiatif, menyimak dengan raaksi berkala, menyimak secara saksama dan menyimak secara aktif.
2.1.6 AspekYang Dinilai Dalam Menyimak
Keterampilan mendengar/menyimak dalam berbahasa indonesia dapat diukur melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan dikelas. Secara khusus aspek yang dinilai didalam ujian mendengar/menyimak adalah didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta tujuan pengajarannya yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum. Aspek yang hendak dinilai ini memang sangat penting diketahui baik oleh guru maupun siswa. Salah satu kegunaan ynag diketahuinya aspek yang dinilai ini:
1. Bagi siswa adalah dapat diketahu dengan mudah aspek mana yang belum diketahui atau masih lemah, sehingga siswa dapat memperbaikinya dengan jelas. 2. Bagi guru adalah dapat diketahui /dicatat dengan jelas aspek mana yang belum atau paling banyak diajarkan kepada siswa dan apakah semua yang telah
11
diajarkan sudah sesuai dengan runag lingkup dan kedalaman pembelajaran (serta tujuan pengajaran) yang seharusnya disampaikan kepada siswa.
Secara umum aspek yang dinilai di dalam ujian mendengar /menyimak di antaranya adalah seperti berikut: a. Aspek kebahasaan, di antaranya: 1. Pemahaman isi. 2. Ketepatan penangkapan isi. 3. Ketahanaan konsentrasi. 4. Ketelitian menangkap dan kemampuan memahami. b. Aspek pelaksanaan dan sikap, di antaranya: 1. Menghormati. 2. Menghargai. 3. Konsentrasi/kesungguhan menyimak. 4. Kritis.
Kesimpulannya yaitu dalam proses menyimak perlu diadakannya penilaian sesuai aspek dalam menyimak yaitu aspek kebahasaan dan pelaksanaan dan sikap. 2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak Menurut pendapat Rost (1991:108) bahwa faktor-faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan. Pendapat lain menurut Tarigan (1994:62), komponen/faktor-fantor penting dalam menyimak adalah sebagai berikut:
12
a. Membedakan antar bunyi fonemis b. Mengingat kembali kata-kata c. Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata d. Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, eskpresi, dan seperangkat penggunaan yang berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna e. Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda-tanda para linguistik (intonasi) dan ke nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun makna, menggunakan pengetahuan awal (yang kita tahu tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap dikatakan untuk memperkirakan dan kemudian menjelaskan makna. f. Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting Menurut pendapat Michael (1991:108) faktor-faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan. Untuk dapat mengajarkan menyimak sampai pada pemahaman, guru perlu menyusun bahan simakan. Ada beberapa faktor penting dalam keterampilan menyimak, di antaranya: a. Unsur Pembicara. Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi.
13
b. Unsur Materi Unsur yang diberikan haruslah aktual, bermanfaat, sistematis dan seimbang. Materi yang disusun pun sebaiknya memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Tema materi yang dipergunakan sebaiknya bervariatif. Martini:2005(www.digilib.upi.edu/pasca) diakses 12 Desember 2008 menyatakan bahwa Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa diantara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang terutama para siswa. Namun, pembelajaran menyimak bukan semata-mata penyajian materi dengan mendengarkan segala sesuatu informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus dikembangkan. Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (1994:27), ”Pada kegiatan mendengar mungkin sipendengar tidak memhami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan”. Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian.
14
Dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
faktor-faktor
menyimak
yang
mempengaruhi keberhasilan menyimak yaitu dapat membedakan antar bunyi fenomis, mengingat kembali kata-kata, dan dapat mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata. 2.1.8 Teknik Menyimak Yang Efektif Untuk dapat menyimak dengan baik, perlu mengetahui syarat menyimak efektif. Adapun syarat tersebut ialah: (1) menyimak dengan berkonsentrasi , (2).Menelaah materi simakan, (3) menyimak dengan kritis, dan (4) membuat catatan. (Universitas Terbuka, 1985:35). Berikut ini adalah masing-masing hal itu. a. Menyimak dengan Berkonsentrasi Menyimak dengan berkonsentrasi ialah memusatkan pikiran perasaan, dan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara dengan baik, penyimak harus dapat menghindari gangguan menyimak, baik yang berasal dari dirinya sendiri ataupun yang berasal dari luar. b. Menelaah Materi Simakan Untuk menelaah materi simakan, penyimak dapat melakukan hal-hal berikut ini: (1) mencari arah dan tujuan pembicaraan, (2) mencoba membuat penggalan-penggalan pembicaraan dari awal sampai akhir, (3) menemukan tema sentral (pokok pembicaraan), (4) mengamati dan memahami alat peraga (media) sebagai penegas materi simakan. (5) memperhatikan rangkuman (jika pembicara membuat rangkuman) yang disampaikan pembicara.
15
c. Menyimak dengan Kritis. Yang dimaksudkan dengan menyimak kritis ialah aktivitas menyimak yang para penyimaknya tidak dapat langsung menerima gagasan yang disampaikan pembicara sehingga mereka meminta argumentasi pembicara. d. Membuat Catatan Kegiatan menyimak yang baik ialah kegiatan menyimak yang diikuti dengan kegiatan mencatat. Yang perlu dicatat dalam kegiatan menyimak ialah hal-hal. yang dianggap penting bagi penyimak. Dapat disimpulkan bahwa dalam teknik menyimak yang efektif terdapat syarat yaitu:menyimak dengan berkosentrasi, menelaah materi simakan, menyimak dengan kritis dan membuat catatan. 2.1.9 Pengertian Dongeng Menurut Jasmin Hana (2011: 14), dongeng berarti cerita rekaan, tidak nyata, atau fiksi, seperti fabel (binatang dan benda mati), saga (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), epos (cerita besar seperti Mahabharata dan Ramayana). Dongeng berfungsi menyampaikan ajaran moral dan juga menghibur. Dongeng termasuk cerita tradisional. Cerita tradisional adalah cerita yang disampaikan secara turun temurun. Suatu cerita tradisional dapat disebarkan secara luas ke berbagai tempat. Kemudian, cerita itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. (http://www.scribd .com/doc/29361106/Definisi-Dongeng) Dongeng adalah cerita yang bersifat khayalan dan keadaanya benar-benar terjadi. Berdasarkan isinya dongeng terdiri atas beberapa jenis, yaitu :
16
1. Fabel adalah dongeng yang tokoh ceritanya menggunakan binatang yang bertingkah laku seperti manusia. Misalnya; Sikancil dan buwaya, harimau dan siraja, hutan dan samba. 2. Parabel adalah Dongeng khayal yang mengandung ajaran yang baik. Misalnya “Kancil, Burung Bayan, Bujuk dan Tupai”. 3. Sage adalah dongeng yang mengandung peristiwa sejarah.Misalnya; “Jaka tarub” 4. Mite adalah dongeng yang menceritakan kehidupan para dewa atau kepercayaan animisme ( kepercayaa bahwa semua benda memiliki roh atau jiwa).Misalnya; “Nyai Roro Kidul” 5. Legenda adalah dongeng yang menceritakan tentang asal usul suatu tempat. Misalnya ; Gunung tangkuban perahu. Berdasarkan pengertian dongeng menurut beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng merupakan cerita prosa rakyat yang tidak benarbenar terjadi. Dongeng berisi petuah atau nasihat yang sangat berguna bagi pembacanya. 2.1.10 Unsur-unsur Dongeng Menurut Yudha (dalam Hana, 2011 :43-46) dalam sebuah dongeng terdapat unsur-unsur penting yang meliputi alur, tokoh, latar, dan tema. Dongeng yang bermutu memiliki perkembangan yang memadai pada keempat unsur tersebut. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : a. Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku.
17
b. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa di dalam dongeng. c. Latar adalah unsur cerita yang menunjukkan dimana dan kapan kejadian-kejadian di dalam dongeng. d. Tema adalah makna yang terkandung di dalam sebuah dongeng. Kesimpulannya yaitu bahwa dongeng memiliki 4 unsur yaitu: alur, tokoh, latar, dan tema. Latar merupakan konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa seacara logis dan kronologis, tokoh merupakan pelaku yang ada dalam cerita tersebut, latar merupakan unsure cerita atau kejadian-kejadian yang terdapat dalam dongeng, sedangkan tema merupakan makna yang terkandung dalam sebuah cerita tersebut. 2.1.11 Pengertian Media Apabila dilihat dari etimologi “kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar, maksudnya sebagai perantara atau alat menyampaikan sesuatu” (Salahudin,1986: 3). Sejalan dengan pendapat di atas, AECT (Association For Education Communication Technology) dalam Arsyad mendefinisikan bahwa “ media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan informasi” (Arsyad,2002:11). Gagne ( 1970 ) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.Sementara itu menurut Brigs ( 1970 ) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang
18
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, flim, kaset, film bingkai adalah contoh-contonya. Kesimpulannya
media
merupakan
sebagai
alat
perantara
dalam
menyampaikan materi pembelajaran. 2.1.12 Pengertian Media Audio Visual Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi suara dan gambar. Media audio visual menurut Erlita Burhanudin dan kawan-kawan (2009: 6), yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar” (Rohani, 1997: 97-98). Media Visual (Daryanto, 1993:27), artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata Kesimpulannya bahwa media audio visual merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
19
2.1.13 Bentuk-bentuk Media Audio Visual Berbicara mengenai bentuk media, disini media memiliki bentuk yang bervariasi sebagaiman dikemukakan oleh tokoh pendidikan, baik dari segi penggunaan, sifat bendanya, pengalaman belajar siswa, dan daya jangkauannya, maupun dilihat dari segi bentuk dan jenisnya. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan sebagian dari bentuk media audio visual yang dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelas yaitu: Media audio visual gerak contoh, televisi, video tape, film dan media audio pada umumnaya seperti kaset program, piringan, dan sebagainya. Media audio visual diam contoh, filmastip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara. Media audio semi gerak contoh, telewriter, mose, dan media board. Media visual gerak contoh, film bisu Media visual diam contoh microfon, gambar, dan grafis, peta globe, bagan, dan sebagainya Media seni gerak. Media audio contoh, radio, telepon, tape, disk dan sebagainya. Media cetak contoh, televisi (Soedjarwono, 1997: 175). Hal tersebut di atas adalah merupakan gambaran media sebagai sumber belajar, memberikan suatu alternatif dalam memilih dan mengguanakan media pengajar sesuai dengan karakteristik siswa. Media sebagai alat bantu mengajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audio visual. Ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan rumusan tujuan instruksional dan tentu saja dengan guru itu sendiri. Kesimpulannya bahwa bentuk-bentuk media audio visual memiliki bentuk yang bervariasi, ada bentuk media audio visual gerak contohnya televisi, video
20
tape film, dan media audio visual diam contohnya filmastip bersuara. Media merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran. 2.1.14 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Audio Visual Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kriteria pemilihan media pengajaran antara lain “tujuan pengajaran yang diingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak, mutu teknis, dan biaya” (Basyiruddin, 2002: 15). Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan sesuai dengan pendapat lain yang mengemukakan bahwa pertimbangan pemilihan media pengajaran sebagai berikut: Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik dan pemikiran prinsip-prinsip seperti sebab akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsepkonsep atau hubungan-hubungan perubahan dan mengerjakan tugas-tuigas yang melibatkan pemikiran tingkat yang lebih tinggi. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang yang sifatnya fakta, konsep, prinsip yang generalisasi agar dapat membantu p0roses pengajaran secara efektif, media harus selaras dan menunjang tujuan pengajaran yangt telah ditetapkan serta sesuai dengan kebutuhan tugas pengajaran dan kemampuan mental siswa. Aspek materi yang menjadi pertimbangan dianggap penting dalam
21
memilih media sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan atau berdampak pada hasil pengajaran siswa. Ketersediaan media disekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk berlompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecilatau perorangan. Ada media yang tepat untuk kelompoik besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. Mutu teknis pengembangan visual, baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persaratan teknis tertentu misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen yang berupa latar belakang (Arsyad, 2002 : 72) Dengan adanya gambaran di atas, kriteria pemilihan media audio visual memiliki kriteria yang merupakan sifat-sifat yang harus dipraktekan oleh pemakai media, kriteria tersebut antara lain: Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Efektifitas biaya, tujuan serta suatu teknis media pengajaran. Harus luwes, keperaktisan, dan ketahan lamaan media yang bersangkutan untuki waktu yang lama, artinya bisa digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan (Sadiman, 2002 :1984) Dengan berbagai dasar pemilihan tersebut di atas, maka dapat dipahami
22
bahwa pemilihan media harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik anak didik, pemilihan media audio visual dapat membantu siswa dalam menyerap isi pelajaran, media yang dipilih harus mampu memberikan motivasi dan minat siswa untuk lebih berprestasi dan termotivasi lebih giat belajar. Sistem pendidikan yang baru menuntut faktor dan kondisi yang baru pula baik yang berkenaan dengan sarana fisik maupun non fisik. Untuk itu, diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai, kinerja, dan sikap yang baru serta memiliki peralatan yang lebih lengkap dan administrasi yang lebih teratur. Kesimpulannya bahwa faktor penggunaan media audio visual dapat bermanfaat pada saat pembelajaran terutama dalam menyimak dongeng namun dalam pemilihan media harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik anak didik. 2.1.15 Kemampuan Menyimak Melalui Media Audio Visual Di Sekolah Dasar . Kemampuan menyimak merupakan salah satu kemampuan berbahasa Indonesia yang terkait dengan kemampuan berbicara, guru perlu melatih kemampuan siswa dengan berbagai istilah komunikasi di antaranya menyimak dongeng dengan menggunakan media audio visual.( Ardian :2002 :24: Setelah guru memperdengarkan bahan simakan berupa isi cerita beberapa kali, selanjutnya guru meminta siswa untuk mengunkapkan kembali isi cerita yang didengarkan dengan kata-kata sendiri . Pengajaran bahasa adalah untuk meningkatkan kemapuan siswa dalam
23
berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Agar siswa dapat memahami bahasa lisan dengan baik diperlukan latian menyimak yang berkelanjutan mengingat menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak kalah penting dengan keterampilan lain namun cenderung guru belum memahami hakikat dan belum menemukan teknik yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga pembelajaran dirasakan siswa tidak menarik. Adapun Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Teknik Ulang-Ucap (Menirukan) Teknik ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa permulaan, baik belajar bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru. Dengan teknik ini, pertama-tama guru mengucapkan kata-kata yang sederhana, seperti “mata”, misalnya, kemudian guru memperjelas kata tersebut dengan cara mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari tangannya untuk menunjuk salah satu bagian wajahnya, yaitu mata. Langkah kedua, guru mengucapkan kata “mata” dengan jelas dan keras, siswa diminta menyimaknya dengan baik, kemudian menirukan apa yang diucapkan guru. Langkah ketiga, guru memberikan
24
latihan ekstensif dengan mengulang kata-kata yang sudah dikenalkan, kemudian menambah kosa kata serta mengenalkan struktur kalimat kepada siswa sampai siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan tepat, dan akhirnya menggunakan kata itu dalam struktur yang sederhana. 2. Teknik Informasi Beranting Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian informasi tersebut disampaikan kepada siswa di dekatnya; begitu seterusnya, informasi disampaikan secara beranting. Siswa yang menerima informasi terakhir, mengucapkan keraskeras informasi tersebut di hadapan teman-temannya. Dengan demikian, kita tahu apakah informasi itu tetap sama dengan sumber pertama atau tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak siswa sudah cukup baik, akan tetapi, bila informasi pertama berubah setelah beranting, ini berarti daya simak siswa masih kurang. 3. Teknik Satu Mulut Satu Kelas Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita di hadapan siswa, dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa menyimak, guru memberi penjelasan tentang apa-apa yang pernah disimak. Setelah guru selesai membacakan, guru dapat meminta siswa menceritakan kembali isi cerita. 4. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape recorder), CD, ataupun laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato, cerita/dongeng, drama, dan sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk sebelum kaset diputar tentang hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru memutar
25
rekaman yang telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat diputar ulang bila siswa belum dapat mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap rekaman yang disimaknya, seperti: a. apa tema dari dongeng yang anak-anak simak? b. siapa yang menjadi tokoh dalam dongeng tersebut? c. bagaimana watak dari tokoh tersebut? d. sebutkan amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut! e. dan lain-lain 5. Teknik Simak Bebas Libat Cakap Teknik ini senada dengan teknik simak libat cakap yang mementingkan keterlibatan penyimak dalam pembicaraan. Penyimak di sini hanya berlaku sebagai pemerhati yang penuh minat, tekun menyimak apa yang disampaikan oleh pembicara sehingga penyimak dapat memahami isi pembicaraan, tujuan pembicaraan, menganalisis apa yang dibicarakan, serta akhirnya menilai isi pembicaraan. Kesimpulannya teknik yang digunakan guru dalam menyimak ada 5 yaitu:taknik ulang(menirukan), teknik beranting, teknik satu mulut satu kelas, dan teknik simak bebas libat cakap. Dalam pembelajaran menyimak teknik yang digunakan yaitu teknik satu rekaman satu kelas, dimana guru menyuruh siswa untuk menentukan tema, tokoh, alur dan latar.
26
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Asrawati U. Arif 2009. Meningkatkan kemampuan menyimak dongeng melalui media audio murid kelas V SDN 17 Tilamuta Kabupaten Boalemo, Skripsi, program studi S1 PJJ PGSD Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunkan media audio kemampuan menyimak dongeng akan meningkat? Penelitian ini bertujuan untuk penguasaan murid dalam meningkatkan kemampuan menyimak dongeng melalui media audio. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif yaitu melakukan wawncara dan observasi untuk memperoleh data dalm rangka mendukung pelaksanaan penelitian, lalu menganalisis, mengklarifikasi, mengimplementasikan dan menguraikan data . Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus 1 murid yang mencapai ketuntasan dengan KKM 60 sebanyak 10 orang (50 %) sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 17 orang atau(86%) sementara murid mencapai nilai ketuntasan atau dibawah KKM pada siklus 1 berjumlah 10 orang (50%), sedangkan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan setelah melalui refleksi yang telah dilaksanakan bersama supervisior.
27
Berdasarkan uraian data tersebut maka penelitian berkesimpulan bahwa kemampuan murid dalam menyimak dongeng pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SDN 17 Tilamuta Kabupaten Boalemo dapat ditingkatkan melalui media audio dengan demikian bahwa hipotesis tindakan yang telah dirumuskan terbukti dan dapat diterima. Penelitian selanjutnya Ratna Dupamana, 2013. Universitas Negeri Gorontalo, Jurusan pendidikan guru sekolah dasar yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyimak Isi Dongeng Melalui Metode Latihan Pada Siswa Kelas III SDN 01 Mananggu Kabupaten Boalemo. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan siswa kelas III SDN 01 Mananggu dalam menyimak isi dongeng dapat ditingkatkan melalui metode latihan? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak isi cerit atau dongeng pada siswa kelas kelas III SDN 01 Mananggu Kabupaten Boalemo. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Pengumpulan data diperooleh dengan teknik deskriptif kualitatif. Kemampuan siswa menyimak isi dongeng pada observasi awal adalah 8% atau 2 siswa dari 25 siswa. Siklus 1 adalah 52% atau 13 siswa dari 25 siswa dan siklus 11 mencapai 80% atau 20 siswa dari 25 siswa. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode latihan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimakisi cerita pada kelas III SDN 01 Mananggu Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo. 2.3 Hipotesis Tindakan
28
Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika guru menggunakan media audio visual dalam menyimak dongeng maka kemampuan siswa di kelas II SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango akan meningkat. 2.4 Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian tindakan ini yaitu apabila kemampuan siswa mengalami peningkatan mencapai 80% dari jumlah siswa sebanyak 19 orang yang mendapatkan 75 keatas maka tindakan itu adalah berhasil. Namun, apabila dalam pelaksanaan tindakan tersebut belum mengalami peningkatan mencapai 80% dari jumlah siswa sebanyak 19 orang yang mendapatkan 75 ke bawah maka perlu diadakan tindakan ulang atau lanjutan.