7
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1
Hakekat Kemampuan Kemampuan berasal dari kata mampu yang menurut kamus bahasa
Indonesia mampu adalah sanggup. Jadi kemampuan adalah sebagai keterampilan (skiil) yang dimiliki seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu soal matematika.Hal ini berarti bila seseorang terampil dengan benar menyelesaikan suatu soal matematika maka orang tersebut memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal. Dalam penelitian ini, kemampuan siswa didefinisikan sebagai kesanggupan siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan materi menentukan hasil menjumlah 2 pecahan yang penyebutnya tidak sama. Polya mengatakan “pemecahan masalah” sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Sedangkan Krulik, Stephen dan Rudnick mendefinisikan penyelesaian masalah sebagai suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan dari siswa yang tidak rutin. Soal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang mempergunakan konsep- konsep dasar yang telah dketahui untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan keterampilan kognitif. Menurut Taksonomi (dalam
Bloom 1956:24), soal-soal evaluasi
(termasuk evaluasi matematika) terdiri dari :
7
8
1) Ingatan (C1) Yaitu pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori dan kesimpulan. Jadi siswa disuruh untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta sederhana yang dialami oleh siswa. Soal ingatan adalah pertanyaan yang jawabannya dapat dicari dengan mudah pada buku atau catatan. Pertanyaan
ingatan
biasanya
dimulai
dengan
kata-kata
mendeskripsikan, mengidentifikasikan, menjodohkan, menyebutkan dan
menyatakan.
mengungkapkan
Tes
yang
paling
banyak
dipakai
untuk
aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe
isian dan tipe benar salah. 2) Kemampuan (C2) Yaitu pengertian terhadap hubungan antar faktor-faktor , antar konsep dan antar data, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan. Jadi siswa diminta untuk membuktikan dan memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta / konsep. Pada jenjang ini siswa diharapkan tidak hanya mengetahui, mengingat tetapi juga harus mengerti. Memahami berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan menggunakan katakatanya sendiri 3) Penerapan atau aplikasi (C3)
9
Yaitu menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi
siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu (konsep, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat dan benar untuk diterapkan kedalam suatu situasi baru. Sementara itu menurut Arikunto soal aplikasi adalah soal yang mengukur kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan) pengetahuannya
untuk
memecahkan masalah
sehari-hari
atau
persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun soal dan bukan keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang dicatat. Taksonomi (Dalam Bloom 1956:10) membedakan delapan tipe aplikasi dalam rangka menyusun item tes tentang aplikasi yaitu: 1) Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. 2) Dapat menyusun kembali masalahnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai. 3) Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi. 4) Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi. 5) Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
10
6) Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. 7) Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan. 8) Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi. Sumber.http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2256046pengertian-kemampuan-siswa/#ixzz1mo5hQLrI 2.1.2
Pengertian Pecahan Biasa Yang Berpenyebut Tidak Sama Menurut Mustaqim dan Astuti (2008:163) bahwa pecahan yang
dipelajari siswa ketika di SD, sebetulnya merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk
dengan a dan b merupakan bilangan bulat dan b
tidak sama dengan nol. Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu dari: (1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal, (3) pecahan persen, dan (4) pecahan campuran. Dari ke empat jenis pecahan ini hanya satu yang akan dibahas secara panjang lebar yaitu pecahan biasa. Pecahan biasa adalah lambing bilangan yang dipergunakan untuk melambangkan bilangan Pecah dan rasio (perbandingan). Contoh :
+
=
+
=
+
=
11
Menurut
Kennedy (1994: 425-427)
makna dari pecahan dapat
muncul dari situasi - situasi sebagai berikut. 1. Pecahan sebagai
bagian yang berukuran sama dari yang
utuh atau keseluruhan. 2. Pecahan
sebagai
bagian
dari
kelompok-kelompok
yang
beranggotakan sama banyak, atau juga menyatakan pembagian. 3. Pecahan sebagai perbandingan (rasio). 2.1.3 Pengertian Menjumlah Menjumlah berasal dari kata jumlah yang mendapat awalan me-Jumlah (banyaknyak) berarti bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu, sedangkan menjumlah menghitung ( berapa banyaknya). memjumlah selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia perdagangan yang tidak terlepas dari kegiatan menjumlah. Pada mata pelajaran matematika dilambangkan dengan tanda positif (+). Menjumlah adalah suatu proses untuk menemukan jumlah dua bilangan atau lebih. 2.1.4 Penjelasan Menjumlah Pecahan Biasa Yang Berpenyebut Tidak Sama Dari hasil penjelasan menjumlah pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama akan lebih berarti bila didahului dengan soal cerita yang menggunakan obyek – obyek yang nyata misalnya : buah, apel, tomat, kue. Pecahan terdiri dari pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan decimal, pecahan persen. Pada matematika ada empat operasi hitung yakni : Penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Dalam penelitian ini peneliti hanya menitik beratkan pada penjumlahan.
12
2.1.5 Model Group Investigation Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau inquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning Group. Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi. Slavin (1995) ( dalam
Maesaroh 2005:28), mengemukakan hal penting
untuk melakukan metode Group Investigation adalah: 1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok. Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan
memberikan kontribusi. Dalam
penyelidikan,
siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas. kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. 2. Rencana Kooperatif. Siswa bersama - sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. 3. Peran Guru.
dan bagaimana mereka akan
13
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang
telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya di depan kelas. 2.1.6 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Langkah- langkah
penerapan model Group Investigation,
Menurut
(Kiranawati 2007: 163). 1. Seleksi topik Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan
lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok - kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented Groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. 2. Merencanakan kerjasama
14
Para siswa bersama guru Merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1) diatas. 3. Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. 4. Analisis dan sintesis Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3) dan Merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu
perspektif
yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi
kelompok dikoordinir oleh guru. 6. Evaluasi Guru
beserta siswa
melakukan
evaluasi
mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
15
Tahapan-tahapan
kemajuan
siswa
di
dalam
pembelajaran
yang
menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut, Slavin(dalam
Maesaroh 2005:29-30): Enam Tahapan
Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation: a. Tahap I Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogen. b. Tahap II Merencanakan tugas.
Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh
anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai. c. Tahap III Membuat penyelidikan. Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok. d. Tahap IV Mempersiapkan tugas akhir. Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas. e. Tahap V Mempresentasikan
tugas
akhir. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Kelompok lain tetap mengikuti.
16
f. Tahap VI Evaluasi. Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan. 2.1.7
Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group
Investigation Meskipun dalam penggunaan jenis-jenis teknologi dan media sangat dibutuhkan guru dan siswa dalam membantu kegiatan pembelajaran, namun secara umum terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penggunaanya. Diantara kelebihan dan kelemahan yaitu : 1. Memperjelaskan penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2. Mengatasi perbatasan ruang waktu dan daya indera,seperti : a. Obyek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film
bingkai, film
atau model b. Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar. c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse atau high speed photografi. d. Kejadian atau Peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal. e.
Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dll
f.
Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar,dll.
17
3. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation
maka anak didik dapat diatasi. Dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berguna untuk : a. Menimbulkan kegairahan belajar b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minat masing-masing. 4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan mengalami kesulitan, semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini juga bisa diatasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation: a. Memberikan perangsang yang sama b. Mempersamakan pengalaman c. Menimbulkan persepsi yang sama. Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran visual antara lain terlalu menekankan bahan-bahan visualnya sendiri tidak menghirukan kegiatankegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi, evaluasi dan pengelolaan bahan-bahan visual. Disamping itu juga bahan visual dipandang sebagai alat bantu semata
bagi guru dalam proses pembelajaran sehingga
keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat
bantu
tersebut diabaikan.
18
Kelemahan audio visual adalah terlalu menekankan pada pengusaan materi dari pada proses pengembangannya dan tetap memandang materi audio visual sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation hendaknya disesuaikan dengan : 1. Sarana dan prasarana yang tersedia disekolah 2. Kemampuan pendidik dalam mengoperasikan model 3. Kesesuaian dengan materi yang diajarkan Intinya semua model pembelajaran itu tidak ada yang bagus dan tidak ada yang jelek, semua itu tergantung sarana pemakaiannya. Pendidik harus mampu memilih, menggunakan, bahkan merancang model pembelajaran yang sesuai, sehingga pesan yang disampaikan dapat sampai ke peserta didik sesuai dengan yang diharapkan yaitu mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. 2.1.8 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Dalam Menjumlah Pecahan Biasa Yang Berpenyebut Tidak Sama a. Menjumlah pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama. Saat siswa harus mempelajari materi ini, maka mereka diberikan pengalamanpengalaman dari ilustrasi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh dapat dikemukakan soal cerita di bawah ini. Adik mempunyai sepotong lagi
bagian kuenya diatas meja. Kemudian ibunya memberikan bagian. Berapa banyak kue adik sekarang ? +
=
+
=
+
=
19
Dari peragaan ini Nampak bahwa hasil akhir adalah . Bila peragaan ini diulang untuk pecahan-pecahan yang lain dimana penyebut dari pecahan yang di jumlah merupakan kelipatan-kelipatan dari penyebut lain, maka siswa akan mempunyai pengalaman bahan menjumlah pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama dapat memperoleh hasil maka penyebut harus disamakan terlebih dahulu yaitu dengan cara mencari pecahan yang senilai. 2.1.9 Kajian Yang Relevan Berdasarkan
hasil
kajian
relevan
bahwa
menjumlah
merupakan
penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah.dengan demikian, menjumlah dapat diartikan sebagai menghitung dengan menambahkan suatu angka lainnya untuk menemukan jumlahnya sesuai dengan pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation Pada siswa kelas IV SDN No.71 kota Timur kota Gorontalo. 2.2
Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian di atas maka hipotesis tindakan yaitu jika digunakan
model pembelajaran Group Investigation maka kemampuan menentukan hasil menjumlah pecahan biasa yang penyebut tidak sama akan meningkat. 2.3 Indikator Keberhasilan Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah kemampuan belajar siswa diharapkan mencapai 90 %, dengan nilai setiap siswa 75 ke atas sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 setelah diadakan penelitian tindakan kelas.