BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Pengertian Menulis Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menurut
Nurgiyantoro
(2001:
191)
“Menulis
merupakan
kemampuan
menggunakan pola-pola berbahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”. Sedangkan menurut Tarigan (dalam Wulan 2010: 23) “Menulis atau mengarang adalah proses mengembangkan suatu bahasa atau sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca”. Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya segala ide, pikiran dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang berpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat apa yang dikomunikasikan penulis. Menurut Atar (2007: 14) “Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan”. Dalam pengertian ini menulis memiliki tiga aspek utama yaitu: 1) adanya tujuan atau maksud tertentu yang hendak dicapai. 2) adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomuikasikan. 3) adanya sistem pemindahan gagasan, yaitu berupa sistem bahasa. Dalam kegiatan berbahasa, menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis.
Santosa, dkk (2005: 25) mengemukakan bahwa “Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafik (tulisan)”. Tulisan adalah suatu sistem komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata. Selanjutnya Tarigan (dalam Hasanah Izzul, 2009:19) mengembangkan bahwa “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang lambaga grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Menulis adalah menempatkan simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta symbol-simbol grafiknya. Sedangkan Lodo (dalam Semi Atar, 2007: 14) mengatakan bahwa “Menulis adalah menempatkan simbol -simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafiknya”. Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. kegiatan menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Sebagai bahan dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Disamping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut sebagai aspek terkait lainnya misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, motivasi yang kuat, paling tidak seorang penulis harus menguasai lima komponen yaitu, isi (materi), tulisan, organisasi tulisan, kebahasan (kaidah bahasa tulis), gaya penulisan dan mekanisme tulisan. Kegagalan dalam satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah adalah menurunkan atau melukiskan gambar grafis yyang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut. Menulis sebagai proses berpikir untuk mengembangkan gagasan atau pikiran secara logis dan sistematis dalam bentuk tulis. 2.1.1 Tujuan Menulis Menurut Brata (2010) bahwa “Tujuan menulis adalah sebuah keterampilan sehingga dapat dilatih sedemikian rupa meningkatkan kemampuan menulis”. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan menulis, yaitu siswa mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan/pendapat secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imajinasi, dan aspirasi. Sejalan dengan tujuan tersebut, peran budaya menulis semakin menempati kedudukan yang sentral di dalam kehidupan modern. Tanpa budaya menulis, arus komunikasi dan informasi akan terputus sehingga manusia akan terkungkung dalam keterbelakangan dan kebodohan.
Selanjutnya menurut Atar (2007: 14) bahwa tujuan menulis yaitu sebagai berikut: 1. Untuk menceritakan sesuatu Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. Pembaca tahu apa yang dimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Dengan begitu terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. 2. Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan Tujuan menulis yang kedua ialah memberikan petunjuk atau pengarahan. Bila seorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti dia sedang member petunjuk atau pengarahan. 3. Untuk menjelaskan sesuatu Apabila kita menghadapi atau membaca berbagai buku pelajaran, tentu kita akan merasakan bahwa buku itu berisi berbagai penjelasan. 4. Untuk meyakinkan Orang menulis adalah untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. Mengapa seseorang perlu meyakinkan orang lain tentang pandangan atau buah pikirannya? Karena orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal. 5. Untuk merangkum Biasanya orang menulis untuk merangkum sesuatu. Tujuan menulis semacam ini umumnya dijumpai pada kalangan siswa sekolah, baik yang berada di
sekolah dasar, sekolah menengah mapun para mahasiswa yang berada diperguruan tinggi. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah agar seseorang mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. 2.1.2 Manfaat Menulis Adapun menfaat menulis adalah: 1) Menulis menjernihkan pikiran. 2) Menulis mengatasi trauma. 3) Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi. 4) Menulis membantu memecahkan masalah. 5) Menulis membantu ketika kita harus menulis. (http://fianzoner.blogspot.com) Sedangkan menurut Yunus dan Suparno (2007: 1.4) menyatakan manfaat dari kegiatan menulis yaitu: 1) Peningkatan kecerdasan. 2) Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas. 3) Penumbuhan keberanian. 4) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah untuk mengembangkan daya pikir dan kreatitifitas dalam bentuk tulisan. 2.1.3 Jenis-Jenis Menulis Berdasarkan ragam tersebut tata tulisan dibedakan menjadi empat: eksposisi, deskripsi, narasi, argumentasi, Weayer (dalam Tarigan, 2008:28) yaitu sebagai berikut:
1) Eksposisi (Paparan) Eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka.dapat pula diartikan sebagai tulisan yang bertujuan untuk memberitahu ,mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. 2) Deskripsi (Perian) Kata
deskripsi
berasal
dari
bahasa
latin
describere
yang
berarti
menggambarkan atau memerikan sesuatu hal. Dari segi istilah, deskrpsi adalah suatu bentuk karangan yanng melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisannya. 3) Narasi (Kisahan) Narasi adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. 4) Argumentasi (Bahasan) Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat membangun suatu kesimpulan. Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis menulis terdiri dari eksposisi (paparan), deskripsi (perian), narasi (kisahan), dan argumentasi (bahasan).
2.1.4 Proses Menulis Menurut Yunus dan Suparno (2007: 1.15) bahwa proses yang dilalui dalam menulis meliputi 1) Pra Menulis Langkah-langkah pra menulis meliputi topik, mempertimbangkan tujuan menulis, mempertimbangkan audiens, mempertimbangkan bentuk tulisan. 2) Saat menulis Langkah-langkahnya meliputi kalimat pertama, menjabarkan draf kasar membacakan jabaran draf. 3) Mengoreksi Tahap meliputi melengkapi draf, mengurutkan kembali, mengurangi, menjelaskan, menambah contoh. 4) Mengedit Meliputi penggunaan ejaan dan penggunaan aturan penulisan. 5) Mempublikasikan Meliputi pengumpulan karya siswa dan penggolongan bentuk publikasi. Berdasarkan proses menulis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pproses menulis meliputi pra menulis, saat menulis, mengoreksi, mengedit, mempublikasikan. 2.1.5 Pengertian Menulis Kalimat Sederhana Menurut Putrayasa (2009: 1) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap. Sedangkan Ahmad, (2006: 479) dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, mengemukakan bahwa sederhana yaitu tidak berlebih-lebihan, tidak terlalu rumit tidak banyak seluk beluknya. Menurut Depdiknas (2009: 37) bahwa dalam menuliskan kalimat ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut. a. Panjang kalimat cukup 3-5 kata. b. Kata-kata yang dipilih haruslah kata-kata yang baku, dikenal oleh siswa, dan bernilai rasa baik. Contoh: a) aku membaca buku b) kakak menyiram bunga c) ibu membeli sayur Jika semua siswa sudah mahir menulis kalimat sederhana dengan yang dicontohkan guru di papan tulis, kegiatan mendiktekan kalimat baru bisa dilakukan. Menurut Depdiknas (2009:38) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru ketika akan mendiktekan kalimatnya kepada siswa antara lain adalah: a. Jumlah kata dalam kalimat 3-5 kata. b. Kata-kata yang dipilih haruslah kata-kata yang baku, dikenal oleh siswa, dan bernilai rasa baik. c. Cara guru mengucapkan setiap kata harus jelas. Hal ini perlu diperhatikan karena mendikte adalah menuliskan bahasa yang dilisankan (diucapkan). Sebagaimana diketahui, dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang bunyinya mirip, misalnya [lupa] dan [rupa], [bawa] dan [bawah], [beras] dan [deras], [abu] dan [adu], atau [membeli] dan [memberi].
d. Jeda antara kata yang satu dengan kata berikutnya harus lambat dan teratur supaya siswa dapat mendengarnya dengan jelas. e. Suara guru harus keras supaya terdengar oleh semua siswa. f. Guru perlu mengulang-ulang kalimat yang didiktekannya. g. Jika guru akan mendiktekan lebih dari satu kalimat, pastikan terlebih dahulu bahwa kalimat yang pertama sudah selesai ditulis oleh siswa dibukunya masing- masing. Jika masih ada siswa yang belum selesai menuliskan kalimat yang pertama, guru jangan dulu mendiktekan kalimat yang kedua, dan seterusnya. Berdasarkan penjelasan di atas, kegiatan menulis kalimat sederhana yaitu kegiatan menulis permulaan yang terdiri dari beberapa kata dan mengandung maksud tertentu serta difokuskan pada: 1) pilihan kata 2) struktur 3) penyusunan kata/kalimat sesuai stimulus 4) perubahan tingkah laku. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat sederhana meliputi pilihan kata, sturktur, penyusunan kalimat, perubahan tingkah laku. 2.1.6 Pengertian Teknik Fading Deitz dan Maleno (dalam, Parmawati, 2012: 32) menjelaskan fading sebagai perubahan berangsur-angsur pada percobaan sukses dari sebuah stimulus yang mengontrol sebuah respon sehingga pada akhirnya respon akan muncul meskipun stimulus berubah atau baru sama sekali. Sedangkan menurut Jusuf (dalam jurnal bimbingan dan konseling, 2003: 9) teknik fading merupakan teknik membentuk tingkah laku dengan jalan mula-mula memberikan promf (bantuan)
penuh kepada siswa untuk melakukan tingkah laku yang diharapkan, kemudian secara bertahap bantuan itu makin dikurangi., sehingga akhirnya siswa mampu melakukan tingkah yang diharapkan itu tanpa bantuan guru atau orang lain. Fading banyak digunakan pada situasi belajar dalam program untuk anakanak dengan keterbelakangan mental, individu autis, dan anak usia dini, misalnya untuk mengajar meniru bentuk, menggambar lingkaran, garis, angka, dan abjad. Teknik ini pula dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan verbal yang cukup kompleks seperti mengajarkan anak autis berusia 8 tahun menghitung benda. Dalam memberlakukan teknik ini, perlu diingat bahwa perilaku yang harus dibentuk harus spesifik dan tahapannya harus meningkat sehingga efek belajar lebih efisien dan cenderung menetap. Selain itu, perubahan pada stimulus yang diberikan dapat diatur sedemikian rupa sehingga tahapan tidak melompat jauh. Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik fading adalah teknik yang digunakan untuk memberikan stimulus atau ransangan kepada kepada siswa agar bisa melakukan sesuatu yang diperintahkan. Menurut Parmawati, (2012: 32) faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fading antara lain : 1. Memilih Stimulus Akhir yang Diharapkan Stimulus akhir nantinya dapat diharapkan dapat memunculkan tingkah laku tertentu pada akhir prosedur fading, sehingga harus memilih secara hati-hati. Adalah penting untuk memilih stimulus akhir yang memungkinkan bertahannya kemunculan tingkah laku pada situasi alami. Hal yang sering kali salah dilakukan oleh pemberi modifikasi perilaku adalah berhenti pada
stimulus akhir yang tidak mencerminkan situasi sehari-hari. Misalnya, ketika melatih anak untuk mengucapkan namanya sendiri, stimulus akhir yang dipilih adalah memberikan bantuan dengan menyebutkan nama anak secara berbisik, padahal dalam kehidupan sehari-hari, orang yang bertanya pada anak tersebut tidak akan memberi bantuan dengan berbisik. 2. Memilih Stimulus Pertama Diawal program fading, adalah penting untuk memilih stimulus pertama yang reriabel untuk memunculkan tingkah laku siswa. Stimulus dapat berupa prompt, yang diperkenalkan kepada klien untuk mengontrol tingkah laku siswa selama program belajar, yang secara berangsur-angsur dieliminasi setelah tingkah laku target menguat. Terhadap beberapa jenis prompt yang dapat digunakan. Pertama adalah physical prompt, yaitu menyentuh klien untuk membantunya memperlajari tingkah laku baru. Kedua adalah gestural prompt berupa gerakan tertentu tanpak menyentuh klien, misalnya menunjuk kepada jawaban yang benar atau tempat yang tepat. Ketiga adalah modeling prompt yaitu dengan mendemonstrasikan tingkah laku yang tepat. Keempat, verbal prompt, yaitu petunjuk atau pemicu verbal, misalnya orang tua yang mengatakan kepada anaknya untuk mengeluarkan baju hangat melalui kepala ketika mengajarkannya berpakaian. Apabila emvironmental prompt, yaitu pengubahan lingkungan untuk memicu munculnya perilaku, misalnya menempelkan foto diri yang bertubuh langsing di pintu kulkas ketika ingin menurunkan berat badan dan menghindari makanan ringan.
3. Memilih Langkah-Langkah Fading Ketika respon target sudah muncul secara konsisiten terhadap prompt yang diberikan di awal program, prompt dapat dihilangkan secara gradual melalui beberapa percobaan. Kecepatan menghilangkan prompt perlu ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap performa anak. Di satu sisi, jka anak mulai membuat kesalahan, maka kemungkinan pengurangan prompt terlalu cepat atau langkah-langkahnya tingkah laku benar-benar terbentuk sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya. Di sisi lain, jika terlalu banyak langkah atau bantuan (prompt) diberikan selama program, kemungkinan anak menjadi terlalu tergantung pada prompt tersebut. 2.1.7 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Fading Teknik fading sebagai salah satu upaya guru untuk dapat meningkatkan aktivitas belajarnya memiliki keunggulan dan kelemahan menurut Marten (dalam Maida, Sarince M. 2011: 19) sebagai berikut: 1. Kelebihan teknik fading antara lain: 1) Terciptanya interaksi sosial antara guru dan anak dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat berlaku lebih akrab dengan anak. 2) Anak dapat meningkatkan perhatiannya terhadap obyek yang dipelajari sehingga menimbulkan ketergantungan positif anak terhadap bantuan yang diberikan guru. 3) Dapat mempercepat aktivitas dan pemahaman anak yang lamban dalam aktivitas belajar, situasi belajar terutama dalam program bagi anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental autis.
2. Kelemahan teknik fading antara lain: 1) Sering menimbulkan perilaku ketergantungan negatif dari anak jika diterapkan kurang tepat oleh guru dalam proses pembelajaran. 2) Sering memakan waktu lama, karena setiap anak diberikan bantuan secara individual dalam proses pembelajaran. Untuk mengaplikasikan fading secara efektif, terdapat beberapa hal yang harus perlu dilakukan. Pertama, menentukan stimulus akhir yang diinginkan secara jelas dan spesifik beserta tingkah laku apa yang ditargetkan muncul. Kedua, menentukan reinforcer yang sesuai. Ketiga, menetukan stimulus pertama dan langkah-langkah fading. Hal ini dilakukan dengan menetukan pada kondisi apa tingkah laku yang diharapkan muncul pada anak saat ini secara jelas dan spesifik, misalnya orang, kata-kata, petunjuk fisik, dan lain-lain yang diperlukan untuk memunculkan tingkah laku siswa. Lalu, tentukan dengan jelas dan spesifik, dimensi (warna, orang, ukuran ruangan, dan sebagainya) yang akan dihilangkan (fading) secara berangsur-angsur untuk mencapai stimulus akhir yang diharapkan. Kemudian membuat langkah-langkah fading yang akan di ikuti serta aturan untuk maju ke langkah berikutnya. Setelah menentukan stimulus petama dan langkahlangkah fading, rencana dapat dijalankan. Awali dengan menampilkan stimulus pertama dan berikan reinforcement untuk respon yang tepat. Lalu, fading dengan bantuan dilakukan secara bertahap sehingga kesalahan yang dilakukan dapat terminimalisir.
2.1.8 Penerapan Teknik Fading dalam Menulis Kalimat Sederhana Adapun penerapan teknik fading dalam menulis kalimat sederhana adalah sebagai berikut: 1) Guru harus memberikan stimulus kepada siswa tentang menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru. 2) Guru mendiktekan kalimat sederhana yang terdiri dari tiga kata 3) Melalui stimulus yang diberikan, siswa menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru. 4) Setiap siswa melaporkan hasil tulisannya di depan kelas, sehingga memunculkan tingkah laku yang diharapkan 5) Memberikan penguatan kepada siswa yang belum dan mampu menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru. 6) Kesimpulan/penutup Berdasarkan penerapan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik fading dalam menulis kalimat sederhana dilakukan melalui pemberian rangsangan/stimulus kepada siswa agar dapat menulis kalimat sederhana dengan baik dan benar. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian tentang penggunaan teknik fading di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo sudah pernah dilakukan salah satunya oleh Fauzi Mustafa. Penerapan Tehnik Fading Untuk Meningkatkan kemampuan siswa menulis kalimat sederhana di Kelas I
SDN Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012 Skripsi, Universitas Surakarta, Februari 2012. Hasil penelitian
penerapan Tehnik Fading menunjukkan bahwa peningkatan menulis kalimat sederhana tercapai sesuai dengan indikator kinerja 80%. pada pra siklus sebesar 72, 09%, pada siklus I sebesar 74,09%, dan pada siklus II sebesar 82,96%. Berdasarkan kajian penelitian di atas, maka penelitian ini memiliki persamaan tentang kemampuan menulis. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini terletak pada lokasi dan jenis masalah yang diteliti serta penggunaan teknik pembelajaran 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Jika guru menggunakan teknik fading maka kemampuan siswa menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru di kelas I SDN 9 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango akan meningkat”. 2.4 Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: apabila dalam proses pembelajaran menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru melalui teknik fading siswa memperoleh nilai dengan KKM 70, dengan ketuntasan secara klasikal sebesar 80%, maka pembelajaran dikatakan berhasil.