BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Menulis Cerita Rumpang Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 203) bahwa menulis merupakan kemampuan berkomukasi melalui bahasa yang tingkatannya paling tinggi. Kemampuan menulis menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Kemampuan menulis merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa tulis. Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.3) bahwa menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa sangat dibutuhkan pada masa sekarang. Keterampilan menulis tidak mudah dimiliki dan memerlukan waktu yang lama untuk memperolehnya. Dengan menulis seseorang dapat mengekspresikan ide-ide atau gagasannya melalui bahasa tulis. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa selain menyimak, membaca, dan berbicara. Sebagai keterampilan, makna yang terkandung didalamnya tentunya tidak sekedar menulis tanpa isi, melainkan menulis dalam konteks yang teratur, sistmatis, dan logis. Mulyati (2007: 5.3) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu proses berpikir dan menuangkan pemikiran dalam bentuk wacana atau karangan. Sedangkan menurut Semi (2007: 14) bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan dalam lambing-lambang tulisan. 8 Menurut Semi (2007: 17) menulis merupakan kemampuan seseorang mengungkapkan ide-ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtun, gagasan, ekspresif, enak dibaca dan dipahami orang lain Keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern dan merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa
terpelajar. Kegiatan menulis merupakan kegiatan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Konsep ini mencakupi kegiatan menggunakan bahasa tulis, seperti membuat teks percakapan cerita rumpang, mengungkapkan pengalaman, menulis surat baik huruf tegak bersambung maupun tidak resmi. Mulyati (dalam Anwar, 2011: 9-10) mengemukakan bahwa menulis pada hakekatnya menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan) seperti halnya pada pembelajaran membaca, pembelajaran menulis di SD juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu menulis permulaan di kelas rendah dan menulis lanjutan di kelas tinggi. Gagasan atau pesan yang akan disampaikan tergantung pada perkembangan dan tingkat pengetahuan dan daya nalar siswa. Kemampuan menulis adalah kemampuan menurunkan atau melukiskan gambar-gambar grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2012:191) bahwa menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola berbahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”. Lebih lanjut Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya segala ide, pikiran dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang berpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat apa yang dikomunikasikan penulis. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah adalah menurunkan atau melukiskan gambar-gambar grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut.
2.1.2 Tujuan Menulis Cerita Rumpang Pada dasarnya tujuan menulis adalah sebagai alat komunikasi dalam bentuk tulisan.Setiap jenis tulisan memiliki tujuan masing-masing.Tujuan tersebut sangat bervariasi. Tarigan (dalam Hendrapuspita, 2011: 9) membagi tujuan menulis dilihat dari penulisnya yang belum berpengalaman sebagai berikut. 1) Memberitahukan atau mengajar, 2) Meyakinkan atau mendesak, 3) Menghibur atau menyenangkan, dan 4) Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Untuk mengetahui tujuan menulis maka penulis mengutip teori yang diungkapkan oleh Semi (2007: 14) yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mencerita rumpangkan sesuatu Mencerita rumpangkan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. Pembaca tahu apa yang dimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Dengan begitu terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. 2. Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan Tujuan menulis yang kedua ialah memberikan petunjuk atau pengarahan. Bila seorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti dia sedang member petunjuk atau pengarahan. 3. Untuk menjelaskan sesuatu Apabila kita menghadapi atau membaca berbagai buku pelajaran, tentu kita akan merasakan bahwa buku itu berisi berbagai penjelasan. 4. Untuk meyakinkan Orang menulis adalah untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. Mengapa seseorang perlu meyakinkan orang lain tentang pandangan atau buah pikirannya? Karena orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal. 5. Untuk merangkum Biasanya orang menulis untuk merangkum sesuatu. Tujuan menulis semacam ini umumnya dijumpai pada kalangan siswa sekolah, baik yang berada di sekolah dasar, sekolah menengah mapun para mahasiswa yang berada diperguruan tinggi. Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan menulis adalah
untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para pembaca tentang berbagai macam informasi yang terkandung dalam sebuah tulisan yang dibacanya. 2.1.3 Fungsi Menulis Cerita Rumpang Dalam kegiatan berbahasa, fungsi menulis yang utama adalah sebagai alat komukasi secara tertulis dan tidak langsung. Hubungannya dengan kemampuan berbahasa, kegiatan menulis makin mempertajam kepekaan terhadap kesalahan-kesalahan baik ejaan, struktur maupun tentang pemilihan kosa kata. Hal ini disebabkan karena gagasan perlu dikombinasikan dengan jelas, tepat, dan teratur, sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi penulis sendiri dan pembacanya. Menurut Rusyana (dalam Hendrapuspita, 2011: 9-10) fungsi menulis dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi kegunaan dan segi peranannya. 1) Fungsi menulis berdasarkan kegunaan a) Melukiskan, penulis menggambarkan atau mendeskripsikan sesuatu, baik menggambarkan wujud benda atau mendeskripsikan keadaan sehingga pembaca dapat membayangkan secara jelas apa yang dibayangkan atau dideskripsikan penulisnya. b) Memberi petujuk, penulis memberikan petunjuk tentang cara melaksankan sesuatu. c) Memerintahkan, penulis memberikan perintah melakukan sesuatu dan juga perintah untuk tidak melakukan sesuatu. d) Mengingat, penulis mencatat peristiwa, keadaan dengan tujuan untuk mengingat hal-hal penting agar tidak terlupakan. e) Berkorespondensi, penulis melakukan surat menyurat dengan orang lain guna memberitahukan, menanyakan atau meminta sesuatu dan berharap orang yang dituju dapat membalasanya. 2) Fungsi menulis berdasarkan peranan a) Fungsi penataan, yaitu penataan gagasan, imajinasi dan penggunaan bahasa saat mengarang. b) Fungsi pengawetan, yaitu mengawetkan pengutaraan sesuatu dalm wujud dokumentasi tertulis. c) Fungsi penciptaan, yaitu mewujudkan suatu hal yang baru. d) Fungsi penyampaian, yaitu menyampaikan dapat terjadi bukan saja pada orang yang
berdekatan tempatnya melainkan pada orang yang berjauhan. Malahan penyampaian ini dapat terjadi pada masa yang berlainan. 2.1.4 Manfaat Menulis Cerita Rumpang Akahadiah (dalam Hendrapuspita, 2011: 13) mengemukakan beberapa manfaat menulis, yaitu sebagai berikut. 1) Dalam kegiatan menulis kita lebih mengenali kemampuan dan potensi diri dan mengetahui sampai dimana pengetahuan kita tentang topik. 2) Dapat mengembangkan berbagai gagasan. 3) Lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. 4) Dapat mengkomunikasikan gagasan serta sisitematis dan mengungkapkannya secara tersurat. 5) Dapat menilai diri kita secara obyektif. 6) Dapat memecahkan permasalahan yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang konkret. 7) Mendorong kita belajar lebih aktif, kita menjadi penemu, serta pemecah masalah. 8) Membiasakan berpikir secara konkret. Dari beberapa manfaat di atas, penulis menyimpulkan bahwa manfaat dari membaca dapat memperoleh informasi tidak hanya dari lisan tetapi juga informasi berupa tulisan, serta menulis mempunyai peranan dalam memperluas pengetahuan seseorang dan sebagai wadah dalam menuangkan segala ide, gagasan, ideologi, dan imajinasi yang dimiliki seseorang. 2.1.5 Tahap-tahap Proses Menulis Cerita Rumpang Tompkins (dalam Nurbayus, 2011:16) menguraikan proses menulis menjadi lima tahap meliputi: a) Tahap 1: Pramenulis (prewriting) Pramenulis merupakan tahap siap menulis.Aktivitas tahap ini meliputi 1) memilih topik, 2)memikirkan
tujuan,
bentuk
dan
audiens,
3)
memanfaatkan
dan
mengorganisir
gagasan-gagasan. b) Tahap 2: Penyusunan Draf Tulisan (Drafting) Dalam proses menulis, siswa menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah konsep. Selama tahap penyusunan konsep siswa terfokus dalam mengumpulan gagasan. Aktivitas ini
meliputi: 1) menulis draf kasar, 2) menulis konsep utama, dan 3) menekankan pada pengembangan isi. c) Tahap 3: Perbaikan (Refisi) Dalam tahap perbaikan, Penulis menyaring ide-ide dalam tulisan mereka. Siswa biasanya mengakhiri proses menulis begitu mereka mengakhiri dan melengkapi draf kasar, mereka percaya bahwa tulisan mereka telah lengkap. Aktivitas ini meliputi: 1) membaca ulang draf kasar, 2) menyempurnakan draf kasar dalam proses menulis, dan 3) mempehatikan bagian yang mendapat balikan kelompok menulis. d) Penyuntingan (Editing) Siswa menyempurnakan tulisan mereka dengan mengoreksi ejaan dan kesalahan mekanikal lain. Aktivitas dalam tahap ini meliputi: 1) mengambil jarak dari tulisan, 2) mengoreksi awal dengan menandai kesalahan, dan 3) mengoreksi kesalahan. e) Pemublikasian (Publishing) Siswa mempublikasikan tulisan mereka dan menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atas siwa lain, orang tua dan komunitas mereka sebagai penulis. Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis meliputi 1) Pra Menulis 2) Saat Menulis 3) Merevisi 4) Mengedit 5) Mempublikasikan. 2.1.6 Pengertian Cerita Rumpang Cerita rumpang merupakan bentuk lain tulisan/karangan fiksional yang memiliki struktur yang berbeda dengan puisi Tarigan (dalam Hendrapuspita, 2011: 11). Hal ini terjadi karena cerita rumpang secara konvensional lebih dimaksudkan untuk memaparkan peristiwa tertentu yang dialami oleh tokoh tertentu di tempat tertentu dalam rentang waktu tertentu dengan pola tulis yang khas, berbeda dengan pola tulis puisi ataupun naskah drama. Karenanya, kegiatan dan tahapan menulis sebuah cerita rumpang menjadi lebih kompleks. Sebagai penulis pemula, Anda sebaiknya membuat corat-coret kasar sebagai pegangan awal untuk pengembangan cerita rumpang Anda. Rekan-rekan Anda yang sudah menulis cerita rumpang lazimnya menyebut hal itu sebagai kerangka cerita rumpang atau jembatan keledai. Dalam kerangka itu termuat:
1) Pokok persoalan yang akan dicerita rumpangkan; 2) Tokoh yang mengalami persoalan tersebut; 3) Tempat dan waktu terjadinya peristiwa; 4) Konflik yang dialami oleh tokoh; 5) Cara tokoh menyelesaikan konflik; 6) Nasib tokoh pada akhir cerita rumpang; 7) Dan posisi Anda sebagai pencerita rumpang.
2.1.7 Pengertian Majalah Anak Majalah anak merupakan majalah yang berisi tentang cerita rumpang anak-anak. Permainan anak-anak, kisah-kisah, dan lain-lain yang berhubungan dengan anak-anak. Dalam Kamus Besas Bahasa Indonesia disebutkan bahwa majalah anak-anak adalah majalah yg isinya khusus mengenai dunia kanak-kanak. Menurut Muda (2006: 356) bahwa majalah adalah alat media masa berupa buku ukuran besar berisi informasi yang terbit secara berkala. Sebagai media cetak berkala majalah memiliki andil besar sebagai sarana peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat pembacanya karena majalah memuat berbagai informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang relatif, termasuk majalah anak. Sedangkan menurut Sminonof (dalam Rahim, 2008:94) bahwa majalah merupakan sumber belajar dikelas yang efektif karena menawarkan berbagai keuntungan untuk program membaca. Dalam situasi formal (di kelas maupun nonformal (di keluarga), majalah dianggap merupakan sarana pembelajaran yang paling menarik akrena tampilannya cukup bervariasi, baik dari segi model pembelajaran, gambarnya yang berwarna-warni, maupun tampilan bahsanya yang mudah diikuti anak. Selain itu majalah anak merupakan media belajar yang mudah di jangkau oleh sekolah dan keluarga karena harganya relatif murah dan tersedia di mana-mana. Karena itu, bukan hal yang mengejutkan kalau sekarang omsetnya semakin lebih besar. Dengan melihat performasinya, akan
dapat diketahui letak kemenarikan dan kelebihan majalah anak. Dilihat dari isinya, majalah anak yang selama ni difungsikan di SD memuat berbagai kompetensi dasr yang harus dikuasai siswa, diantaranya kompetensi berbahasa, daya pikir, dan keterampilan. Ketiga kompetensi ini disajikan dengan berbagai variasi strategi pembelajaran. Menurut Anneahira majalah anak sebagai salah satu media pembelajaran di SD setidaknya memenuhi tiga syarat, yaitu: 1. Edukatif, sarana pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum dan didaktik metodik. Artinya, sarana pembelajaran harus sesuai dengan tingkat kemampuan anak, dapat medorong kelancaran dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. 2. Teknis, sarana pembelajaran harus memnuhi syarat, kebenaran ditinjau dari konsep ilmu, ketelitian, keawetan, ketahanan, kejelasan teknik, kemudahan pemakaian, keamanan, ketepatan ukuran, dan kontabilitas (keluwesan) 3. Estetika, sarana pembelajaran harus memenuhi syrata estetis, ukurannya sesuai, dan warnyanya serta kombinasinya serasi. Majalah anak ditinjau dari performansinya memiliki karakteristik khas yang berbeda dari majalah untuk orang dewasa. Ditinjau dari berbagai segi, terbagi menjadi: 1) segi bahasa, 2) segi isi, 3) segi tekniknya. Dan segi bahasa majalah anak memiliki ciri: 1) kosakata yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan anak, 2) kalimatnya sederhana. 2.1.8 Langkah-langkah Penggunaan Majalah Anak Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas: a. b. c. d.
Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam Guru menyampaikan apersepsi dan memberikan motivasi kepada siswa, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Membagi cerita rumpang rumpang dari majalah anak yang telah diketik ulang menjadi suatu
cerita rumpang yang berlum lengkap dan perlu dilengkapi, e. Memerintahkan kepada setiap siswa untuk melengkapi kalimat menggunakan kata-kata dalam pilihan kata. f. Memeriksa pekerjaan siswa dan memberikan penilaian 2.1.9 Kelebihan dan Kelemahan Media Majalah Anak
Vandenbosh (2013: 2) menyebutkan kelebihan dan kekurangan media majalah anak sebagai berikut. 1. Kelebihan: a. Karena media ini hasilnya adalah berupa tulisan atau teks maka media ini bisa disimpan dan bisa di baca berulang- ulang. Di saat pembaca ingin lebih memahami isi berita, maka pembaca bisa mengulang – ulang membacanya. b. Selain itu juga bisa dikumpulkan dan dibuat kliping. Terutama mengenai sebuah berita yang fenomenal ataupun berita- berita yang dianggap menarik. c. Biasanya informasi di dalamnya lebih jelas dan mampu menjelaskan hal- hal yang bersifat kompleks ataupun investigatif. Terkadang disertai gambar atau foto yang lebih memperjelas isi berita yang ditampilkan. Dan ada kalanya bila berita tersebut bersifat continue maka ada sedikit pengulangan mengenai berita sebelumnya, sehingga pembaca benar- benar mengerti dan faham tentang isi dan alur berita tersebut. d. Jika dilihat dari harganya, media cetak bisa didapat oleh khalayak dengan harga yang cukup murah. Karena dengan biaya yang cukup murah kita bisa mendapatkan informasi yang lebih banyak. Misalnya koran Jawa Pos, dengan harga Rp. 4.000 kita bisa mendapatkan informasi atau berita sebanyak 30an halaman berbeda dengan media lain yang terbatas. Ini yang lebih membedakan antara media cetak dengan media elektronik( baik radio maupun televisi). e. Bahkan kita bisa memilih berita mana yang ingin kita baca terlebih dahulu,misal tentang politik,ekonomi,olahraga atau yang lainnya. Jadi tidak ada keharusan untuk menyimak informasi satu per satu atau tidak harus berurutan. 2. Kekurangan Untuk kekurangan dari majalah anak adalah: a. Media cetak lebih lambat penyampaian beritanya daripada media- media yang lain. Karena memang harus melewati proses yang panjang sampai di tangan khalayak. Bahkan berita yang terjadi hari ini baru bisa diterima oleh khalayak pada hari esoknya. b. Selain itu media cetak hanya terbatas pada tulisan atau teks saja meskipun beberapa didukung oleh foto atau gambar, sehingga pembaca harus memahami sendiri berita tersebut karena memang visualisasi yang terbatas. c. Untuk biaya produksi media cetak tergolong mahal, karena media cetak harus dicetak dan
didistribusikan sebelum dapat dinikmati masyarakat. Biaya percetakan dan pendistribusian itulah yang tergolong mahal. 2.2 Kajian Penelitian yang Relavan Penelitian yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan membaca sudah pernah diteliti sebelumnya oleh Sarifudin pada tahun 2008 dengan judul Kemampuan Siswa Menulis Permulaan Melalui Pemanfaatan Majalah Anak di kelas II SDN 86 Kota Tengah Kota Gorontalo. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan siswa pada pelaksanaan tindakan observasi awal hanya sebesar 30%, siklus I meningkat 55% dan pada tindakan siklus II meningkat menjadi 85%. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muliani (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pemnafaatan Media cerita Rumpang berbasis Majalah “Bobo” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Rumpang Anak Siswa Kelas IV SD Santo Paulus Singaraja mengemukakan bahwa pemanfaatan media cerita rumpang anak berbasis majalah “Bobo” (1) dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita rumpang anak, (2) ditemukan langkah-langkah yang efektif dalam penggunaan media cerita rumpang berbasis majalah “Bobo”, dan (3) respons siswa terhadap pemanfaatan media cerita rumpang berbasis majalah “Bobo” dalam pembelajaran menulis cerita rumpang anak cukup positif. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada guru untuk menggunakan media cerita rumpang berbasis majalah “Bobo” dalam pembelajaran menulis cerita rumpang anak dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang telah ditemukan. Berdasarkan kajian penelitian yang relevan dapat dilihat adalah persamaan dan perbedaan. Persamaan yang dimaksud adalah dalam hal penggunaan majalah anak-anak. Sedangkan perbedaannya terletak pada indikator penelitian. 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Jika guru menggunakan majalah anak maka kemampuan siswa dalam menulis cerita rumpang rumpang di kelas IV SDN 3 Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango dapat meningkat.”
2.4 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 75 % dari 13 siswa kelas IV SDN 3 Bulango Ulu yang dikenai tindakan mampu menulis cerita rumpang rumpang melalui majalah anak.