BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil belajar dapat diartikan sebagai produk dari proses belajar. Sebagai suatu produk hasil belajar sesungguhnya merupakan akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil. Hasil belajar yang dikenal dengan istilah “Scholastic achievement”, atau “academic achievement”, adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil mengajar, (Briggs dalam Taruh, 2003: 17). Menurut
Benyamin
S.
Bloom,
dkk
(dalam
Arifin,
2001:21)
mengemukakan hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga domain, yaitu sebagai berikut 1.
Domain Kognitif, yaitu terdiri dari enam tingkatan: a) pengetahuan (mengenali
atau
mengetahui),
b)
pemahaman
(menerjemashkan,
mengeksplorasi dan menafsirkan), c) penerapan (mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menjalankan,
mengungkapkan,
memanipulasi,
mengerjakan
menghubungkan,
dengan
memecahkan
teliti, dan
menggunakan), d) analisis (mengurangi, membuat diagram, memisahmisahkan,
menggambarkan
menghubungkan
dan
kesimpulan,
memerinci),
8
e)
membuat sintesis
garis
besar,
(menggolongkan,
menggabungkan,
memodifikasi,
menghimpun,
menciptakan,
mengkonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisasi, merevisi, menyimpulkan dan menceritakan), f) evaluasi (menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan dan menduga). 2.
Domain Afektif yang terdiri dari empat tingkatan: a) kemauan menerima yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi
fenomena
atau
rangsangan
tertentu.
b)
kemauan
menanggapi/menjawab yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. c) menilai yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. d) organisasi yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. 3.
Domain Psikomotor yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Romiszowski (dalam Taruh 2003:18) berpendapat bahwa keterampilan
hasil belajar terdiri dari empat kategori, yaitu kognitif, psikomotor, reaksi emosional
(afektif)
dan
interaksi,
yaitu
keterampilan
menerima
dan
menyampaikan informasi pada orang lain. Sejalan dengan itu, Suryabrata (dalam Taruh, 2003:18) mengemukakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor
9
utama, yakni faktor yang berasal dari dalam diri siswa atau faktor internal dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor eksternal. Dalam hal ini terdapat klasifikasi definisi belajar yang dilihat dari lima sudut pandang yang berarti: 1.
Dari sudut pandang disiplin mental klasik pengertian belajar adalah suatu proses pengembangan batin yang berpusat pada daya seperti : imajinasi, ingatan, kehendak dan nalar.
2.
Dari sudut pandang teori perkembangan, belajar adalah : suatu proses pengembangan individu.
3.
Dari sudut pandang mereka yang mendukung persepsi, teori belajar melihat bahwa belajar adalah : suatu proses dinamis untuk membentuk suatu kumpulan pengetahuan yang tidak pernah utuh tidak berubah.
4.
Dari sudut pandang penganut behaviorism belajar adalah : suatu perubahan dalam tingkah laku.
5.
Dari sudut pandang teori Gestal Medan dikemukakan bahwa belajar sebagai pengembangan wawasan yang dihasilkan dari interaksi orang dan lingkungannya. Menurut Arifin (2011:299) mengemukakan hasil belajar dapat timbul
dalam berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu diantaranya adalah: (1) kebiasaan yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar, (2) keterampilan yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikordinasikan oleh sistem saraf, (3) akumulasi persepsi yaitu
10
berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar seperti pengenalan symbol, angka dan pengertian, (4) asosiasi dan hafalan yaitu seperangkat ingatan mengenai sesuatu sebagai hasil dari penguatan melalui asosiasi, baik asosiasi yang disengaja atau wajar maupun asosiasi tiruan, (5) pemahaman dan konsep yaitu jenis hasil belajar yang diperoleh melalui kegiatan belajar secara rasional, (6) sikap yaitu pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap sesuatu, (7) nilai yaitu tolak ukur untuk membedakan antara yang baik dengan yang kurang baik, dan (8) moral dan agama, moral merupakan penerapan nilai-nilai dalam kaitannya dengan kehidupan sesame manusia, sedangkan agama merupakan penerapan nilai-nilai yang bersifat trasedental dan gaib. Dalam hal ini dikenal konsep Tuhan dan keimanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar berdasarkan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Maka dengan demikian hasil belajar siswa dapat diartikan sebagai kemampuan atas pengetahuan yang dimiliki seseorang sebagai hasil dari proses belajar. Hasil proses belajar atau prestasi belajar merupakan ukuran dari keberhasilan suatu proses belajar mengajar yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan keterampilan dan diperoleh melalui evaluasi test. Menururt Semiawan (2008:3) belajar menurut teori behaviorisme yang agak radikal adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanisme. Oleh karena itu, lingkungan yang sistematis,
11
teratur, dan terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus) yang baik sehingga manusia bereaksi terhadap stimulus tersebut dan memberikan respon yang sesuai. Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetya Irawan (dalam Asri Budiningsi, 2000:32) adalah sebagai berikut: 1.
Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.
Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk ,mengidentifikasi pengetahun awal(entry behavior) siswa.
3.
Menentukan materi pelajaran
4.
Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik,dsb.
5.
Menyajikan materi pelajaran
6.
Memberikan stimulus, dapat berupa pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/ kuis, latihan, atau tugas-tugas.
7.
Mengamati dan mengkaji respons yang yang diberikan siswa
8.
Memberikan penguatan/reinvorcement( mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif, ataupun hukuman.
9.
Memberikan stimulus baru
10. Menamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa. 11. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman 12. Demikian selanjutnya 13. Evaluasi hasil belajar.
12
Supriadi (2003:127) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1.
Pengalaman: dari berbagai penelitian menyatakan bahwa siswa yang berpengalaman dan terbiasa dengan ujian, baik objektif maupun esai,akan memperoleh nilai yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak berpengalaman.
2.
Latihan: merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus sehingga kurangnya latihan dalam menyelesaikan soal-soal dan akan mempengaruhi hasil belajar siswa, baik pada soal objektif maupun soal esai.
3.
Bimbingan tes: adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam memperbaiki hasil atau ujian dikerjakan oleh siswa.Oleh karena itu, kurangnya bimbingan tes dari guruu pada penyelesaian soal-soal yang akan berdampak pada hasil belajar siswa.
4.
Kegelisahan: adalah faktor psikologi yang sangat berpengaruh pada jiwa seseorang dalam melakukan atau menyelesaikan suatu permasalahan.Untuk itu kegelisahan yang brlebihan pada diri siswa dalam menyelesaikan soal-soal akan berdampak pada hasil belajar siswa.
5.
Motivasi: Rendahnya motivasi siswa dalam menyelesaikan soal-soal akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
6.
Cara Menjawab Tes: Sesuai dengan karakteristik siswa, bahwa siswa yang cepat dalam menjawab dan ada siswa yang lambat menjawab soal. Menurut Purwanto
(2004:106) mengemukakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu faktor luar dan faktor dari dalam.
13
Faktor luar meliputi lingkungan alam dan sosial, instrumental (bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/ manajemen. Sedangkan faktor dari dalam yaitu fisiologi meliputi kondisi fisik dan kondisi panca indera, dan psikologis meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif. 2.1.2 Hakikat Metode Demonstrasi Secara umum metode dapat dirumuskan sebagai cara untuk menyampaikan apa yang diharapkan sehingga proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan sempurna serta hasilnya akan tepat dengan baik dan pada sasaran sedangkan metode belajar ialah cara yang berisi prosedur untuk melaksanakan pendidikan khususnya kegiatan penyajian materi pada siswa. Dalam proses belajar mengajar keberadaaan metode mengajar juga diperlukan. Dalam prakteknya metode mengajar dapat diartikan sebagai suatu cara yang spesifik untuk menyuguhkan tugas-tugas belajar. Secara sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar yang efektif dan bimbingan yang difokuskan pada penguasaan isi dari pengalaman belajar yang diarahkan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Sanjaya (2006:150) berpendapat bahwa demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tntang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik sebenarnya ataupun hanya kadar tiruan.Selanjutnya demonstrasi menurut Roestiya (2001:83) adalah cara
mengajar
dimana
seorang
instruktur/atau
tim
guru
menunjukan
memperhatikan sesuatu proses dalam hal ini guru menunjukan. Mengajarkan dan menjelaskan apa yang sedang dilakukan.
14
Menurut Moeslichatoen (2004:113) mengemukakan metode demonstrasi merupakan satu wahana untuk memberikan pengalaman belajar agar anak dapat menguasai materi pelajaran dengan lebih baik. Metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi, pertama dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak. Bagi anak melihat bagaimana sesuatu peristiwa berlangsung, lebih menarik, dan merangsang perhatian, serta lebih menantang daripada hanya mendengar penjelasan guru. Kedua metode demonstrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir anak terutama daya pikir anak dalam peningkatkan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen, dan berpikir evaluatif. Sedangkan menurut Syaodih S (2003:43) mengemukakan metode demonstrasi ini dapat digunakan sebagai metode mengajar tersendiri untuk mengajarkan sesuatu bahkan ajaran yang memerlukan peragaan, atau sebagai metode pelengkap dari metode ceramah. Dengan kegiatan demonstrasi ini, guru dapat meningkatkan hasil belajar melalui percobaan anak-anak diminta untuk memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan dan dijelaskan guru sehingga mereka lebih memahami tentang cara pengaplikasian teori dan praktek yang telah contohkan oleh guru. Guru dalam kegiatan belajar mengajar seringkali harus menunjukan dan memperagakan keterampilan fisik atau kegiatan lain untuk melakukan hal tersebut guru dapat m,enggunakan metode demonstrasi metode demonstrasi adalalah metode yang paling sederhana dan amat bersahaja.Penggunaan metode demontrasi ini mempersyaratkan adanya suatu keahlian untuk mendemonstrasikan yang harus dimiliki oleh guru atau orang lain yang dipilih oleh guru. Setelah didemonstrasi,
15
siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan keterampilan atau proses yang sama dibawah pengamatan atau orang yang mendemonstrasikan. Sebagaimana metode-metode yang lain, metode demonstrasi memiliki kebaikan serta kekurangan. Moedjiono dan Dimyati, (2012:109) mengemukakan: a)
Kebaikan metode demontrasi antara lain : 1. Memperkecil kemungkinan salah dibandingkan kalau siswa-siswanya hanya membaca. 2. Memungkinkan para siswa terlibat langsung dalam kegiatan demonstrasi. 3. Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting. 4. Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka ketahui selama demonstrasi berjalan.
b) Kekurangan metode demontrasi antara lain : 1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang teliti dan penerapannya memerlukan waktu yang lama. 2. Demonstrasi mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan berupa peniruan oleh para siswa terhadap hal-hal yang didemonstrasikan. 3. Demonstrasi
menuntut
peralatan
yang
ukurannya
memungkinkan
pengamatan secara tepat oleh siswa pada saat digunakan. 4. Persiapan yang kurang teliti akan meyebabkan tindakan proses, atau prosedur yang didemonstrasikan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
16
Memperhatikan penjelasan tentang metode demontrasi maka pembelajaran materi perubahan wujud pada benda perlu didasari oleh petunjuk-petunjuk tentang penggunaan metode demontrasi. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penggunaan metode demontrasi, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a)
Guru harus mempersiapkan lebih dahulu alat-alat yang dibutuhkan untuk proses demonstrasi perubahan wujud benda.
a)
Guru menetapkan garis-garis besar setiap langkah gerakan demonstrasi yang akan diberikan.
a)
Waktu untuk melakukan demonstrasi harus cukup termasuk kesempatan pada anak didik untuk mengajukan pertanyaan dan membuat kesalahan.
a)
Guru harus sudah mempersiapkan diri lebih dahulu dengan melatih diri sampai mahir.
a)
Diusahakan dalam melakukan demonstrasi gerakan, tidak membuat kesalahan.
2.2
Kajian Penelitian yang Relevan Suatu penelitian untuk meningkatkan
kemampuan siswa menjelaskan
perubahan sifat benda telah dilaksanakan melalui metode percobaan pada tahun 2012 oleh Elah Sartika dari Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam proses pembelajaran tersebut didemonstrasikan berbagai perubahan sifat benda, dan siswa memperhatikan serta turut dala proses percobaan tersebut. Hasil dari penelitian tersebut kemampuan siswa menjelaskan sifat benda meningkat melalui metode percobaan. Hasil penelitian ini relevan, dengan jenis penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan. Karena dalam metode
17
demonstrasi, guru melaksanakan proses pembelajaran melalui percobaan untuk menjelaskan perubahan wujud benda. Hartitin Dama (2009) Peningkatan hasil belajar siswa kelas IV tentang gaya melalui metode demonstrasi di SDN inpres buntulia tengah kecamatan buntulia kabupaten pohuwato. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada siklus I siswa yang memperoleh nilai antara 9,0-10 berjumlah 12 orang dengan persentase nilai 26%. Siswa yang memperoleh nilai 8,0 berjumlah 10 orang dengan persentase nilai 22,5. Siswa yang memperoleh nilai 7,0 berjumlah 10 orang dengan persentase nilai 22%, dan siswa yang memperoleh nilai 5,0 -6,0 berjumlah 14 orang dengan persentase nilai 30%. Daya serap yang diperoleh secara keseluruhan sebesar 75,2%. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai 6,5 keatas sebesar 69,56%. Pada siklus II siswa yang memperoleh nilai 9,0 – 10 berjumlah 22 orang dengan persentase nilai sebesar 48%. Siswa yang memperoleh nilai 8,0 berjumlah 10 orang dengan persentase nilai 7,0 berjumlah 14 dengan persentase nilai 30%.Dengan melihat indikator kinerja maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya dengan demikian bahwa hipotesis tindakan yang telah dirumuskan terbukti dan dapat diterima.
2.3
Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian tindaka kelas ini adalah sebagai berikut: “Jika
Guru Menggunakan Metode Demonstrasi, Maka Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN 1 Hutadaa Pada Materi Perubahan Wujud Benda Akan Meningkat”.
18
2.4
Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila dari jumlah
subyek penelitian, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan materi perubahan wujud benda dengan menggunakan metode demonstrasi mencapai ketuntasan minimal 75% dan siswa yang dikenakan tindakan memperoleh nilai 70 keatas, maka tindakan tidak harus dilanjutkan ke siklus berikutnya.
19