BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Wacana Pada dasarnya, wacana tidak berbeda dari teks seperti yang dikatakan oleh Trask (1999: 312) yang mengungkapkan bahwa “Text is a continuous piece of spoken or written language, especially one with a recognizable beginning and ending. For some linguists, a text is no different from a discourse.” Maksud pendapat tersebut adalah bagian dari bahasa lisan atau tulisan yang terjadi secara terus
menerus
sehingga
membentuk
sebuah
teks.
Beberapa
ahli bahasa
menyebutkan bahwa teks tidak berbeda dari wacana. Halliday (1985: 290) menjelaskan bahwa “Text is something that happens, in the form of talking or writing, listening or reading.” Dari penjelasan tersebut Halliday menjelaskan bahwa teks
merupakan sesuatu yang terjadi, dapat
berbentuk lisan dan tulisan. Pendapat lain, sejalan dengan pengertian teks yang diungkapkan oleh O‟Grady dan Dobrovolsky (1993: 455) menyebutkan sebagai berikut: ”The written version of any utterance or body of distance is called a text.” Penjelasan tersebut mengungkapkan bahwa setiap ucapan atau komunikasi yang tertulis disebut teks. Teks berisi serangkaian kalimat yang memiliki hubungan dan kesatuan yang utuh sehingga memberikan pemahaman yang jelas tentang isi dan maknanya.
7
8
Pendapat yang masih sejalan dengan O‟Grady dan Dobrovolsky mengenai definisi wacana diungkapkan pula oleh Swan (1995: 151):
“Discourse means „pieces of language longer than a sentence‟. Some words and expressions are used to show how discourse is constructed. They can show the connection between what a speaker is saying and what has already been said or what is going to be said; they can help to make clear the structure of what is being said; they can indicate what speakers think about what they are saying or what others have said.”
Wacana adalah bahasa yang konstruksinya lebih panjang dari kalimat. Wacana adalah kesatuan dari beberapa kalimat, satu dengan yang lainnya saling terikat. Teks digunakan untuk menunjukkan bagaimana sebuah wacana terbentuk, sedangkan wacana terbentuk dari kata-kata dan ekspresi dalam sebuah teks yang memiliki makna. Wacana adalah deretan kalimat dalam bentuk tertulis ataupun lisan. Wacana merupakan suatu teks yang saling berkaitan dan memiliki makna antar kalimatnya secara utuh. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi yang
berfungsi untuk
menyambungkan antar kalimat sehingga memberikan
pemahaman yang jelas mengenai isi dan topik dalam wacana tersebut. Contoh: I bought a new pair of shoes. It was very expensive. Contoh tersebut menjelaskan bahwa kalimat satu dan lainnya memiliki makna yang saling berhubungan karena kata “It” pada kalimat kedua mengacu kepada “a new pair of shoes” pada kalimat pertama. Dari
pendapat-pendapat
yang
telah
disebutkan
terdahulu,
dapat
disimpulkan bahwa wacana ialah suatu bentuk yang terdiri dari unit-unit bahasa.
9
Unit-unit bahasa tersebut merupakan unit gramatikal seperti klausa atau kalimat. Wacana merupakan suatu bentuk realisasi makna dari teks yang terdiri dari kalimat-kalimat yang saling berkaitan.
2.2 Analisis Wacana Cabang linguistik yang secara khusus mengkaji wacana adalah Discourse Analysis atau Analisis Wacana. Tugas analisis wacana adalah mengkaji segi internal maupun eksternal wacana. Secara internal, wacana dikaji dari segi jenis, struktur dan bagian-bagiannya. Secara eksternal, wacana dikaji dari keterkaitan pembicara dengan hal yang dibicarakan atau penulis dengan hal yang ditulis, dan penulis dengan pembaca. Dengan mengungkapkan
demikian, kaidah
tujuan
kebahasaan
pengkajian yang
wacana
membentuk
adalah
wacana,
untuk
pemahaman
wacana dan pelambangan suatu hal dalam wacana, dengan memperhatikan segi internal dan eksternal wacana itu. Jika wacana merupakan suatu konstruksi pikiran berupa penggambaran fakta dan opini, jelas kiranya bahwa berkenaan dengan bentuk dan pemaparannya, wacana dapat diwujudkan dalam bentuk narasi, deskripsi, diwujudkan
persuasi,
argumentasi,
dalam bentuk
dan eksposisi.
Dengan demikian,
wacana
unsur-unsur bahasa berupa kalimat-kalimat dan
paragraf-paragraf yang memiliki pertalian bentuk dan makna yaitu koherensi dan kohesi.
10
2.2.1 Kohesi Kohesi adalah hubungan antar bagian di dalam teks yang menggunakan unsur-unsur bahasa seperti kata, frasa, klausa atau kalimat. Kohesi pada dasarnya mengacu kepada bentuk struktur tulisan. Menurut Halliday (1985: 288) pengertian kohesi adalah “The non-structural resources for discourse are what are referred to by the term cohesion.” Maksudnya adalah kohesi berfungsi menyambungkan unsur-unsur bahasa yang tidak terstruktur di dalam wacana menjadi terstruktur. Contoh: 1) Prices fell by more than 20% last year. As a result, sales increased by 15%. Contoh satu menunjukkan adanya kohesi karena setiap kalimat memiliki makna yang saling berhubungan. Kata As a result merupakan kata penyambung dari satu kalimat ke kalimat lain yang membuat wacana tersebut menjadi tersktruktur dan mudah dipahami. Halliday dan Hasan (1976: 299) mengungkapkan definisi mengenai kohesi yaitu “Cohesion expresses the continuity that exists between one part of the text and another.” Kohesi menunjukkan urutan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam suatu teks. Kohesi memiliki keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam suatu teks, kalimat, atau wacana. Sejalan dengan Trask (1999: 40) definisi mengenai kohesi yaitu “Cohesion is the presence in a discourse of explicit linguistic links which provide structure.” Kohesi menjadikan kalimat dalam setiap wacana memiliki kepaduan dan struktur
11
yang mudah dipahami, setiap alur dalam kalimatnya memiliki makna yang saling berhubungan. Contoh: 2) The girls went to the party. The party was a birthday party. Contoh dua menunjukkan adanya kohesi karena setiap kalimat memiliki makna yang saling berhubungan. Kalimat pertama menerangkan the girls yang pergi ke sebuah party lalu kalimat selanjutnya menjelaskan bahwa the party adalah sebuah pesta ulang tahun. Pada contoh tersebut, terdapat pengulangan frasa the party yang merupakan salah satu cara untuk membuat kalimat menjadi kohesif atau saling berhubungan. Markels (1984: 4) menyatakan bahwa “Cohesion elevates a random collection of sentence to status of a text, and in the process impart meaning, insight, and purpose to those sentence”. Kohesi berfungsi untuk memperbaiki kalimat yang tidak tersusun di dalam teks. Pada prosesnya, kohesi memberi makna, wawasan, dan tujuan pada kalimat tersebut. Contoh: 3) Desktop computers are cheaper and more reliable than laptops; furthermore, they are more flexible. Kata furthermore membuat kalimat menjadi kohesi. Kata furthermore merupakan kata penyambung dari satu kalimat ke kalimat lain yang membuat wacana tersebut menjadi tersktruktur dan mudah dipahami. Sejalan dengan Taboada (2004: 156) “Cohesion occurs when the interpretation of another of some element in the discourse depend on the
12
interpretation of another one, whether preceding or following”. Kohesi terjadi ketika satu interpretasi dari beberapa elemen dalam wacana bergantung pada interpretasi yang lain. Contoh: 4) On the whole, his speech was well received, despite some complaints from new members. Kata despite membuat kalimat menjadi kohesi. Kata despite merupakan kata penyambung dari satu kalimat ke kalimat lain yang membuat wacana tersebut menjadi tersktruktur dan mudah dipahami. Halliday dan Hasan (1976: 6) membagi aspek kohesi menjadi dua yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal adalah suatu kepaduan wacana dari bentuk bagian-bagian yang diwujudkan ke dalam sistem gramatikal, sedangkan struktur wacana atau segi maknanya disebut kohesi leksikal. Pendapat tentang kohesi gramatikal dan kohesi leksikal juga dikemukakan oleh Renkema (2004: 103) bahwa kedua aspek tersebut meliputi: A. Aspek
kohesi
gramatikal
meliputi reference
(pengacuan),
substitution
(pergantian), ellipsis (pelesapan), conjunction (perangkaian). B. Aspek kohesi leksikal meliputi collocation (kolokasi), reitration (reitrasi). Aspek-aspek ini tidak hanya mempunyai dasar teoritis sebagai aspekaspek hubungan kohesif, melainkan juga mempersiapkan suatu cara praktis untuk menggambarkan dan menganalisis teks. Dengan kedua aspek tersebut suatu wacana akan memiliki keterpaduan jika dilihat dari segi hubungan bentuk atau strukturnya. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai kedua kohesi tersebut.
13
2.2.1.1 Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal adalah hubungan semantis antar unsur yang ditandai alat gramatikal yaitu alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata bahasa. Halliday dan Hasan (1976) menjelaskan bahwa kohesi gramatikal merupakan kepaduan bentuk bagian-bagian wacana yang diwujudkan ke dalam sistem gramatikal. Aspek kohesi gramatikal ini meliputi reference (pengacuan), substitution (penggantian), ellipsis (pelepasan), conjunction (perangkaian).
a. Reference (Pengacuan) Referensi merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu merujuk pada satuan lingual yang lain baik yang mendahului maupun yang mengikutinya, menurut Halliday satuan lingual tersebut disebut referensi. Halliday dan Hasan (1976) menyatakan bahwa “Reference is a relation on the grammatical cohesion level. The referent of a word or phrase may either be retrievable from the surrounding text (endophoric reference) or from the context of situation (exophoric reference)”. Referensi adalah hubungan antar unsur di dalam teks di mana interpretasi dari satu unsur mengacu kepada elemen sebelumnya atau berikutnya. Referensi menurut Halliday dan Hasan dibagi menjadi dua: referensi eksoforik (referensi situasional) dan referensi endoforik (referensi tekstual). Referensi eksoforik adalah interpretasi suatu unsur dalam teks dengan mengacu pada hal sebagaimana tercantuk dalam konteks situasional. Halliday mencontohkan referensi eksoforik adalah penggunaan referensi personal, misalnya: aku,
kau,
kami,
kita,
mereka,
dll.
Referensi endoforik
adalah
14
interpretasi dari elemen dalam teks dengan mengacu pada hal-hal sebagaimana diidentifikasi dalam teks sekitarnya. Contoh: 5) I see Leia is here. She hasn‟t changed a bit. Kata She merupakan satuan lingual yang merujuk pada satuan lingual lainnya dalam hal ini “Leia”. Pada kalimat, contoh She merujuk pada satuan lingual yang mendahuluinya.
b. Substitution (Penggantian) Renkema (2004:113) mendefinisikan“Substitution is the replacement of a word (group) or sentence segment by a “dummy” word.” Substitusi adalah pergantian sebuah kata (kelompok) atau kalimat dengan sebuah kata dummy. Jenis-jenis substitusi di antaranya adalah noun, verb dan clause seperti contoh yang digaris bawahi pada kalimat berikut: 6) These biscuits are stale. Get some fresh ones. 7) A: Have you called the doctor? B: I haven‟t done it yet, but I will do it. 8) A: are they still arguing in there? B: No, it just seems so. (Renkema, 2004:113) Contoh enam menunjukkan adanya subtitusi. Kata biscuits diganti dengan kata ones yang bertujuan agar tidak terjadi pengulangan kata namun memiliki makna yang sama. Sama halnya seperti contoh tujuh dan contoh delapan yang
15
menunjukkan adanya subtitusi, kata called diubah menjadi done/do dan kata arguing diubah menjadi it. Halliday dan Hasan (1976: 90) menjelaskan bahwa “Substitution is a relation on lexico-grammatical level. Therefore the substitute item has the same structural function as that for which it substitutes. Substitution can be either nominal, verbal or clausal. Substitusi memiliki hubungan yang terkait dengan faktor gramatikal, untuk itulah pengkriteriaan kata substitusi dijabarkan secara gramatikal. Dalam bahasa Inggris, sebuah kata substitusi dapat berfungsi sebagai nomina, verba, atau klausa. Substitusi dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Nominal : one, ones; same 2. Verbal : do 3. Klausal : so, not Tiga
contoh
kalimat
berikut
ini
masing-masing
memiliki
kata
substitusi
untuk substitusi nomina dan verba: 9) My axe is too blunt. I must get a sharper one. 10) You think Joan already knows? –I think everybody does. 11) Is there going to be an earthquake? –It says so. Pada kalimat 9) kata substitusi one menggantikan nomina axe pada kalimat
sebelumnya,
menggantikan
verba
sedangkan knows
pada
yang
kalimat
10)
kata
substitusi
does
terletak pada kalimat tanya sebelumnya.
Berikutnya pada kalimat 11) kata substitusi so menggantikan klausa there‟s going
16
to be an earthquake. Dalam contoh-contoh tersebut semua makna yang digantikan oleh kata substitusi terletak pada kalimat sebelumnya.
a. Ellipsis (Pelesapan) Pelesapan didefinisikan sebagai “Substitution by zero” (Halliday dan Hasan, 1976: 142) karena subtitusi dan elipsis sangat mirip satu sama lain. Meskipun substitusi dan elipsis membentuk hubungan fundamental yang sama antara bagian teks (hubungan antara kata-kata atau kelompok atau klausa), mereka sebenarnya dua jenis mekanisme struktural yang berbeda dan oleh karena itu muncul daripada pola yang berbeda. Halliday dan Hasan (1976) menjelaskan bahwa item eliptikal adalah salah satu yang seolah-olah, meninggalkan lubang struktural spesifik untuk diisi dari tempat lain. Pelesapan berhubungan dengan substitusi dan dapat menginterprestasikan bahwa pelesapan adalah butir substitusi zero. Dalam percakapan atau wacana lisan lainnya, pelesapan sering muncul karena makna telah dibantu oleh konteks percakapan dan ciri penghematan. Jika anda bertanya kepada seseorang “Apakah Anda sudah makan?”, maka ia akan menjawab “Sudah” atau “Belum” bergantung pada konteks. Jawaban “sudah” atau “belum” disini menunjukkan kohesi pelesapan terhadap pertanyaan sebelumnya. Sementara itu pendapat yang sama dikemukakan oleh Renkema (2004: 113) bahwa Pelesapan adalah penghilangan kata atau bagian dari kalimat yang berhubungan dekat dengan substitusi dan dapat digambarkan sebagai “substitution
17
by zero”.
Divisi yang umumnya digunakan adalah nomina, verba, dan klausa
pelesapan. Contoh: 12) These biscuits are stale. Those are fresh. 13) He participated in the debate, but you didn‟t. 14) Who wants to go shopping? You? (Renkema, 2004: 113) Pada
kalimat 12) kata nomina
biscuits dihilangkan pada kalimat
berikutnya, pada kalimat 13) kata verba participated dihilangkan pada kalimat berikutnya. Sama halnya dengan kalimat 14) klausa wants to go shopping dihilangkan pada kalimat berikutnya. Dalam contoh-contoh tersebut semua makna yang dihilangkan bertujuan agar tidak mengulangi kata yang sama karena dengan penghilangan kata atau klausa tersebut tidak akan merubah makna dari kalimat sebelumnya.
d. Conjunction (Perangkaian) Perangkaian adalah hubungan dua unsur bahasa, baik antar klausa, antar kalimat, maupun antar paragraf dengan menggunakan alat penghubung (Halliday dan Hasan, 1976: 226). Dengan kata lain, perangkaian merupakan pemakaian kata atau kelompok kata yang digunakan untuk merangkaikan atau menghubungkan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya dalam suatu wacana yang sama. Kata yang menyambungkan dua satuan bahasa yang sederajat itu disebut dengan kata sambung atau konjungtor.
18
Sedangkan menurut Renkema (2004: 104) perangkaian adalah hubungan yang
menyatakan
bagaimana
kalimat
berikutnya
atau
klausa
sebaiknya
dihubungkan dengan yang sebelumnya atau bagian-bagian kalimat berikutnya. Renkema membagi perangkaian menjadi tiga jenis, yakni: 1. Perangkaian
penambahan
(aditif)
adalah
perangkaian
yang
menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa yang berstatus sama, contoh : a. Besides being mean, he is also hateful. b. He no longer goes to school and is planning to look for a job. 2. Perangkaian waktu (temporal) adalah suatu tuturan yang diikuti oleh perangkaian penanda hubungan waktu bertujuan menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan, contoh : a. After the car had been repaired, we were able to continue our journey. b. The car was repaired. Afterwards we were able to continue our journey. 3. Perangkaian sebab-akibat (kausal) adalah penggunaan kata atau kelompok kata yang menandai adanya hubungan sebab akibat antara kalimat satu dengan kalimat yang lain dalam suatu wacana yang sama, contoh : a. He is not going to school today because he is sick. b. Ann got a beautiful job last year and now she is rich.(Renkema, 2004: 104)
19
2.2.1.2 Kohesi Leksikal Kohesi leksikal atau perpaduan leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. Seperti yang dijelaskan oleh Halliday dan Hasan (1976: 572) “The kinds of lexical relations playing a role in cohesion are claimed to be synonymy, hyponymy, meronymy, antonymy, and repetition. Menurut Halliday dan Matthiessen bahwa jenis-jenis hubungan leksikal yang berperan dalam kohesi diklaim sebagai sinonimi, hiponimi, meronimi, repetisi, dan antonimi. Kohesi leksikal membantu memahami isi kalimat yang dihubungkan untuk menganalisis makna dalam teks secara singkat. Namun tergantung pada topik yang tengah dibicarakan. Sementara itu menurut Renkema (2004) Kohesi Leksikal dibagi menjadi dua jenis: 1. Reiterasi (Sinonimi, Hiponimi, Meronimi, Repetisi dan Antonimi) 2. Kolokasi Agar
tidak
terlalu
meluas,
di dalam penelitian
ini peniliti akan
menggunakan teori kohesi leksikal menurut pendapat Halliday dan Hasan (1976) dan Renkema (2004) karena kedua pakar tersebut memiliki teori yang tidak jauh berbeda.
a. Sinonimi Sinonimi adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Hubungannya bersifat timbal balik: dapat kita katakan bahwa fate bersinonim dengan destiny, ataupun sebaliknya kata destiny bersinonim dengan fate. Jadi, bentuk kebahasaan
20
yang satu memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan yang lain. Crystal (1995:164) menjelaskan bahwa sinonimi adalah leksem yang memiliki arti yang sama. Sinonimi diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana. Sedangkan Verhaar (1994: 82) memaknai sinonimi sebagai ungkapan (kata, frasa, klausa, atau kalimat) yang memiliki sedikitnya dua makna yang sama. Contoh: 15) „Small‟ dan „Little‟ Kedua kata pada contoh tersebut maknanya tidak jauh beda, tetapi jika kata itu digunakan dalam frasa „My small brother‟ dan „My little brother‟ tentu tidak memiliki makna yang sama. Oleh karena itu kita perlu memahami kemungkinan yang membuat sinonimi berbeda. Hal ini bergantung pada tingkatan kata dalam maknanya. Contoh: 16) My mother usually comes home at seven. Wait for me! Before she arrives I should clean the room. Dalam kalimat 16) disimpulkan bahwa kata „arrives‟ adalah padanan kata atau sinonim dari „comes‟. Dapat disimpulkan bahwa sinonimi adalah makna kata yang sama dengan kata yang lainnya, kata yang bermakna sama atau kata yang hampir sama seperti kata dalam bahasa yang sama. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam
21
wacana. Yang harus diingat dalam sinonim adalah dua buah satuan bahasa (kata, frasa atau kalimat) sebenarnya tidak memiliki makna yang persis sama.
b. Hiponimi Hiponimi adalah relasi antar kata yang berwujud atas-bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen lain. Karena ada kelas atas yang mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil, dan ada kelas bawah yang merupakan komponen-komponen yang tercakup dalam kelas atas, maka kata yang berkedudukan di kelas atas ini disebut superordinat dan kata yang berada di kelas bawah disebut hiponimi. Contoh: 17) He often use crimson. But sometimes he use vermilion to colour the sky. “Crimson” yang artinya merah tua dan “vermilion” yang berarti merah terang berhubungan secara hiponim dengan (red) warna merah. Kata (red) adalah superodinat yang memiliki subordinat crimson, red berry, scarlet, lust red, vermilion. Red
Crimson
Red Berry
Scarlet
Lust Red
Vermillion
Hiponimi merupakan hubungan makna leksikal yang bersifat hierarkis antara satu konstituen dan konstituen yang lain. “Hyponymy is a kind of lexical
22
relationship based on classification, in which one lexical item represents a class of things (e.g tree) and the other either a superclass or a subclass (e.g oak, pine, and elm) (Halliday dan Hasan, 1976: 278). Tree
Oak
Pine
Elm
Hiponimi diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang berhiponim itu disebut hipernim atau superordinat. Dalam kata lain, hiponimi merujuk kepada sesuatu yang dikenal dari tingkat keanggotaan yang memiliki kedekatan relasi diantara kata.
c. Meronimi Meronimi adalah bentuk ujaran yang maknanya merupakan bagian atau komponen dari bentuk ujaran yang lain. Meronimi merupakan relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat hierarkis. Jika hiponimi memiliki hubungan khusus ke umum, maka pada meronimi unsur leksikal yang satu merupakan bagian dari keseluruhan unsur leksikal yang lain (part of the whole). Meskipun demikian, meronimi masih memiliki acuan yang sama. Bentuk meronimi dapat terlihat seperti contoh berikut: 18) She knelt down and looked along the passage into the loveliest garden you ever saw. How she longed to get out of that dark hall, and wander
23
about among those beds of bright flowers and those cool fountains … (Halliday, 1985: 312).
Kata flowers dan fountains pada penggalan kalimat di atas merupakan meronimi dari kata garden karena kata flowers dan fountains adalah bagian dari garden. Dengan adanya kata flowers dan fountains menjadikan kata garden di atas menjadi jelas, sehingga penggalan kalimat di atas mempunyai keutuhan.
d. Repetisi Repetisi adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang suatu kata secara berturut-turut dalam suatu kalimat atau wacana. Perulangan itu merupakan perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting dan sesuai dalam sebuah konteks. Perulangan kata itu mungkin berupa pengulangan kata, frasa atau klausa (Halliday dan Hasan, 1976: 278). Sementara itu Keraf (1996: 127) mendefinisikan repetisi sebagai pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat. Repetisi pada umumnya berperan penting dan banyak ditemukan dalam lagu maupun puisi, ketika perkataan atau bagian dari lirik lagu sering diulang-ulang maka dapat disebut repetisi. Contoh: 19) We promise we will win the exhibition. We promise! I said, we promise!
24
Dalam contoh kalimat 10) dan 11) terdapat pengulangan kata we promise yang merupakan bagian dari repetisi. Repetisi merupakan penekanan kata untuk meyakinkan sesuatu agar lebih jelas.
e. Antonimi Antonimi adalah kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata. Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain atau relasi semantik di antara kata yang memiliki makna berlawanan (Halliday dan Hasan, 1976: 279). Sementera itu Jackson (1988: 64) mendefinisikan bahwa “Antonym deals with the oppositeness of meaning, word with opposite meaning of various kinds. Furthermore, antonym is word that means the opposite another word”. Antonim berhubungan dengan perlawanan makna, kata yang memiliki macam-macam lawan kata. Hal serupa dinyatakan oleh Jackson dan Amvela (2000: 98) bahwa “Antonym is word which is in the some sense opposite in meaning. For Example: Old and Young are having opposite meaning.” Antonim adalah kata yang di dalamnya terdapat makna yang berlawanan. Sebagai contoh, Tua dan Muda memiliki makna yang berlawanan. Contoh: 20) Hey man, look at my dog! He looks so happy. How do you know he is happy? He feels sad behind the face!
25
Contoh kedua kata di atas adalah kata yg saling bertentangan yaitu “happy” yang artinya rasa senang dan "sad” yang artinya rasa sedih. Kedua kata tersebut merupakan antonimi karena saling bertentangan satu sama lain. 2.2.2 Leksikal Antonimi Antonimi dibagi kedalam beberapa jenis, seperti yang dijelaskan oleh Jackson dan Amvela (2000: 99) “Unlike synonymy, antonymy covers a number of different types of oppositeness of meaning. Three types are commonly identified: gradable antonyms, contradictory or complementary antonyms, and converses.” Antonimi memiliki beberapa tipe yang berbeda antara lain: antonimi gradable, antonimi contradictory atau complementary, dan antonimi converse.
2.2.2.1 Antonimi Gradable Antonimi gradable
adalah antonimi yang menunjukkan perbandingan
kualitas dimana salah satu pasangan lawan kata memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan lawan katanya. Contoh pasangan kata dari antonimi gradable yaitu: Beautiful
Ugly
Expensive
Cheap
Fast
Slow
Hot
Cold
Increase
Decrease
Long
Short
Love
Hate
Rich
Poor
26
Contoh kalimat: (21) In our country, people in government are so rich while many citizens are so poor. Kata rich dan poor adalah dua kata berlawanan yang salah satunya memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari lawan katanya. (22) The price of jacket at the mall is so expensive. Meanwhile, that is cheap at the traditional market. Kata expensive dan cheap adalah dua kata yang berlawanan. Kata expensive memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari kata cheap.
2.2.2.2 Antonimi Contradictory/Complementary Antonimi
contradictory/complementary
adalah
jenis
antonimi
yang
menunjukkan keadaan yang berlawanan dan tidak dapat terjadi secara bersamaan. Contoh pasangan kata dari antonimi contradictory / complementary yaitu: Asleep
Awake
Dead
Alive
On
Off
Permit
Forbid
Remember
Forget
Shut
Open
True
False
Win
Lose
27
Contoh Kalimat: (23) You can‟t remember the thing when you forget it. Kata remember dan forget adalah kedua kata yang berlawanan dan tidak dapat terjadi bersamaan dalam satu waktu. (24) He‟s dead. But before it, he‟s alive. Dalam kalimat tersebut, kata dead dan alive merupakan dua kata yang saling berlawanan dan tidak dapat terjadi bersamaan.
2.2.2.3 Antonimi Converse Antonimi converse adalah jenis antonimi yang dapat menunjukkan atau menjelaskan satu kejadian melalui dua sudut pandang yang berlawanan. Contoh pasangan kata dari antonimi converse yaitu: Above
Below
Before
After
Behind
In front of
Buy
Sell
Give
Receive
Husband
Wife
Parent
Child
Speak
Listen
Contoh kalimat: (25) Mr. President is speaking about economy to the citizen. The citizen is listening to him. Kata speak dan listen adalah dua kata yang menunjukkan atau menjelaskan satu kejadian melalui dua sudut pandang yang berlawanan.
28
(26) Sarah is Benjamin‟s wife. And Benjamin is Sarah‟s husband. Dari kalimat tersebut, kata wife dan husband adalah dua kata yang menunjukkan atau menjelaskan satu kejadian melalui dua sudut pandang yang berlawanan.
2.2.3 Kelas Kata Leech (1994: 126) menjelaskan “Word class (traditional term; part of speech) is a set of word which formed. A class in terms of similarity of form, function, and meaning”. Kelas kata adalah kata yang memiliki suatu bentuk kategori. Istilah kelas tersebut yaitu memiliki kesamaan dalam bentuk, fungsi dan maknanya. Sedangkan menurut Richard (1985: 209) “Part of speech is a traditional term to describe the different types of word which are used to form sentences, such as noun, pronoun, verb, adjective, adverb, preposition, conjunction and interjection.” Kelas kata merupakan istilah umum untuk mendiskripsikan perbedaan jenis kata yang digunakan untuk membentuk sebuah kalimat. Payne (1997: 32) menjelaskan “Lexical categories may be defined in terms of core notions or „prototypes‟. Given forms may or may not fit neatly in one of the categories. The category of a form can vary according to how that form is used in discourse.” Kategori leksikal dapat didefinisikan dalam istilah gagasan utama atau bentuk dasar. Bentuk kategorinya dapat berdeda tergantung bagaimana bentuk tersebut digunakan dalam wacana.
29
Menurut O‟Grady dan Guzman (1997: 114-115) “Roots typically belong to a lexical category –noun (N), verb (V), adjective (A), or preposition (P).” Dari beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kelas kata adalah suatu kata yang memiliki kategori berbeda-beda, diantaranya yaitu noun, pronoun, verb, adjective, adverb, dan preposition. Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci mengenai kelas kata.
a. Noun Baugh (1993: 04) menjelaskan “Noun refers to a person, place, or thing (objects, concepts, ideas or events).” Noun dapat mengacu kepada orang, tempat atau benda. Contoh: (24) Luke is a carpenter. Contoh tersebut menjelaskan bahwa Luke merupakan kata dengan kelas kata noun demikian juga pada kelas kata carpenter yang memiliki kelas kata noun.
b. Pronoun Menurut Baugh (1993: 06) “Pronouns take a place of one or more nouns or a group of words in a sentence. Like nouns, they can be used to refer to a person, place, or thing.” Pronoun berfungsi sebagai kata ganti noun dalam sebuah kalimat. Seperti noun, pronoun bisa mengacu kepada orang, tempat, maupun benda.
30
Contoh: (25) Jamie is listening music. He listen to hip-hop. Kata He merupakan pronoun karena berfungsi kata ganti noun pada kalimat sebelumnya Jamie.
c. Verb Menurut Trask (1999: 34), “Verb is the part of speech which includes like go, see, understand and seem.” Verb adalah bagian dari kelas kata yang berfungsi menerangkan subjek yang ada dalam satu kalimat, contohnya seperti pergi, melihat, mengerti dan terlihat. Contoh: (26) Danny plays football with his friends. Kata plays merupakan verb yang menyatakan suatu tindakan yang dilakukan oleh Danny.
d. Adjective Kroeger (2005: 33) menjelaskan “Adjective is a word that describes a state.” Kelas kata adjective memiliki fungsi untuk menerangkan suatu keadaan dan menambahkan makna terhadap noun. Contoh: (27) That was a beautiful day. Dalam kalimat tersebut, kata beautiful yang berfungsi sebagai adjective menerangkan kata day sebagai kata noun.
31
e. Adverb Menurut Klammer (1999: 79) “adverbs modify verbs (she swims quickly), adjective (Bill‟s car is mechanically sound), other adverbs (Andrew drove incredibly fast), and even whole sentence (obviously, somenone ate the rest of the pizza)”. Adverb adalah jenis kelas kata yang dapat menerangkan verb, adjective, adverb lainnya, atau keseluruhan kalimat. Contoh: (28) He runs quickly. Pada kalimat diatas, kata runs sebagai verb diperjelas oleh kata quickly yang berfungsi sebagai adverb sehingga kalimat tersebut lebih spesifik.
f. Preposition Preposisi berfungsi sebagai petunjuk hubungan posisi, arah, waktu dan lainnya antara satu kata dengan lainnya. Contoh: (29) Yesterday, I made a cake for my mom. Dalam kalimat tersebut, kata cake dan my mom dihubungkan oleh kata for yang berfungsi sebagai preposition. (30) He put the roses on a bed. Dalam kalimat tersebut terdapat kata on yang menunjukkan hubungan posisi antara roses dan bed.