11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Indeks Prestasi Kumulatif Pengertian belajar dari Cronbach (dalam Arifudin 2009) mengemukakan bahwa learning is shown by change in behaviour as a result of experience (belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman). Sementara menurut Wittig (dalam Arifudin, 2009), belajar sebagai any relatively permanen change in an organism behavioral repertoire that accurs as a result of experience (belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman). Belajar lebih ditekankan pada proses kegiatannya dan proses belajar lebih ditekankan pada hasil belajar yang dicapai oleh subjek belajar atau mahasiswa. Hasil belajar dari kegiatan belajar disebut juga dengan prestasi belajar. Hasil atau prestasi belajar subjek belajar atau peserta didik dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana peserta didik dapat menguasai bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Prestasi belajar menurut Woodworth dan Marquis (dalam Arifudin, 2009) adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes, sedangkan prestasi belajar menurut Hamalik (dalam Arifudin, 2009) adalah
12
prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Ada banyak pengertian tentang prestasi belajar antara lain, Nasution (dalam Arifudin, 2009) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazim diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Bila angka yang diberikan guru rendah, maka prestasi seseorang dianggap rendah. Bila angka yang diberikan guru tinggi, maka prestasi seorang siswa/mahasiswa dianggap tinggi sekaligus dianggap sebagai siswa/mahasiswa yang sukses dalam belajar, ini berarti prestasi belajar menuju kepada optimal dari kegiatan belajar. Seiring dengan pendapat diatas prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran.“Pengukuran adalah proses penentuan luas/kuantitas sesuatu” (dalam Arifudin, 2009). Benyamin S. Bloom (dalam Arifudin, 2009), prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Saifudin Azwar (dalam Arifudin, 2009) prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan. Melihat dari pengertian prestasi atau hasil belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang berwujud perubahan ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan nilai yang dapat diukur secara aktual sebagai hasil dari proses belajar.
13
Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar Tirtonegoro (dalam Arifudin 2009). Dalam setiap perbuatan manusia untuk mencapai tujuan, selalu diikuti oleh pengukuran dan penilaian, demikian pula halnya dengan proses pembelajaran. Dengan mengetahui prestasi belajar, dapat diketahui kedudukan anak didalam kelas, apakah anak termasuk kelompok pandai, sedang atau kurang, prestasi belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun simbol pada periode tertentu, misalnya tiap caturwulan atau semester. Prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazim diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Bila angka yang diberikan guru rendah, maka prestasi seseorang dianggap rendah. Bila angka yang diberikan guru tinggi, maka prestasi seorang siswa dianggap tinggi sekaligus dianggap sebagai siswa yang sukses dalam belajar. Ini berarti prestasi belajar menuju kepada optimal dari kegiatan belajar, ( Purwanto,2000 ). Seiring dengan pendapat diatas Woodworth dan Marquis (dalam Arifudin, 2009) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Bloom (dalam Arifudin, 2009) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Wirawan seperti dikutip Supartha (dalam Arifudin, 2009) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam usaha belajar yang dilakukan dalam periode tertentu. Prestasi belajar dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui materi pelajaran yang telah diajarkan atau
14
dipelajari. Sehubungan dengan itu, Masrun dan Martaniah (dalam Arifudin, 2009) menyatakan bahwa kegunaan prestasi belajar diantaranya adalah : (1) untuk mengetahui efisiensi hasil belajar yang dalam hal ini diharapkan mendorong siswa/mahasiswa
untuk
belajar
lebih
giat,
(2)
untuk
menyadarkan
siswa/mahasiswa terhadap tingkat kemampuannya; dengan melihat hasil tes atau hasil ujiannya siswa/mahasiswa dapat menyadari kelemahan dan kelebihannya sehingga dapat mengevaluasi dan bagaimana caranya belajar selama ini, (3) untuk petunjuk usaha belajar siswa/mahasiswa, dan (4) untuk dijadikan dasar untuk memberikan penghargaan. 2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Kumulatif Perubahan tingkah laku sebagai hasil yang dicapai yang berwujud prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berupa : (1) faktor belajar yang berasal dari luar diri si pelajar yaitu lingkungan (lingkungan alami dan lingkungan sosial), instrumental (kurikulum, program, sarana dan guru), (2) faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar faktor fisiologis (kondisi fisik secara umum, kondisi panca indera dan faktor psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif), ( Purwanto, 2000 ). Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu : faktor yang berasal dari dalam siswa (internal), faktor internal ini biasanya berupa minat, motivasi, kondisi fisik sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), biasanya berupa : hadiah, guru/dosen, keluarga, (Sardiman AM, 2001)
15
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi belajar yang mempengaruhi perbuatan belajar berasal dari diri anak itu sendiri, yang antara lain adalah: motif, kematangan, kondisi jasmani, keadaan alat indera, minat dan kemampuan, sedangkan faktor eksternal dalam belajar adalah faktor yang berasal dari luar diri pelajar seperti penghargaan, hadiah, maupun hukuman, Belajar akan lebih berhasil bila individu yang belajar diberikan hadiah yang dapat memperkuat stimulus dan respon (Purwanto, 2000 ). Soeitoe (dalam Arifudin, 2009) mengatakan suatu tingkah laku dalam situasi tertentu memberikan kepuasan selalu akan diasosiasikan. Suasana dan tempat belajar juga mempengaruhi individu dalam berlajar baik disekolah dan di luar sekolah. Keadaan udara, cuaca, dan tempat belajar perlu diatur jangan terlalu dingin dan jangan terlalu panas. Disamping itu cahaya juga penting sekali bagi anak-anak yang berjam-jam lamanya harus menulis dan membaca dengan penuh konsentrasi. Ruangan yang tenang memberikan suasana yang gembira dari pada ruangan yang gelap. Cahaya dapat diperoleh baik dari sebelah kiri maupun sebelah kanan (Mudjiono, 2006 ). 2.1.3 Penilaian Indeks Prestasi Kumulatif Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar perlu dilakukan penilaian (evaluasi). Dengan penilaian dapat diketahui kemampuan, kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan keterampilan dan nilainilai. Penilaian pendidikan adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan
16
siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, (Mudjiono, 2006). Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi terhadap perkembangan dan kemajuan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum. Fungsi penilaian dapat dikatakan sebagai suatu evaluasi yang dilakukan sekolah dan mempunyai tiga fungsi pokok yang penting, yaitu: (1) untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan dalam rangka waktu tertentu, (2) untuk mengetahui sampai dimana perbaikan suatu metode yang digunakan guru dalam mendidik dan mengajar, dan (3) dengan mengetahui kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam evaluasi selanjutnya dapat diusahakan perbaikan, (Purwanto, 2000 ). Pendapat lain menyatakan bahwa fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar antara lain: (1) untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar serta memperbaiki belajar bagi murid, (2) untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari murid, (3) untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid, dan (4) untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan belajar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan itu,(Mudjiono, 2006). Berdasarkan data yang didapatkan dari bagian administrasi jurusan keperawatan, diantaranya yaitu aspek penilaian mata kuliah umum berupa Partisipasi 10%, Tugas 20%, UTS 30%, UAS 40%, selain aspek penilaian mata
17
kuliah umum didapatkan pula aspek penilaian untuk mata kuliah sistem dengan prosedur penilaian berupa, IKD 20%, askep 30%, PBL 20% dan CSL 30%. Adapun untuk standar penilaian yaitu, nilai yang diperoleh untuk kategori sangat baik 85-100, kategori baik 70-84, kategori cukup baik 50-69, kategori cukup 20-59 dan untuk kategori error 0-19, kemudian untuk penilaian tentang pedoman penentuan predikat yudisium yaitu dengan kategori terpuji/cumlaude memiliki IPK 3.51-4.00, kategori sangat memuaskan 2.76-3.50, dan untuk kategori memuaskan 2.00-2.75. 2.1.4
Tingkat Motivasi Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi
pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor–faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu Stoner dan Freeman (1995) dalam Suarli dan Bachtiar (2005). Motivasi menurut Purwanto (2000), adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan Sortell dan Kaluzny (1994 ) dalam Suarli dan Bachtiar (2005) mengertikan motivasi sebagai perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku. Berbeda dengan Ngalim dan Sortell, Stanford (dalam Luthans, 1970 ), membagi tiga poin penting dalam pengertian motivasi, yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang dirasakan kurang oleh seseorang, baik bersifat fisiologis ataupun psikologis.
18
Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir satu siklus motivasi Luthans ,1988 dalam Suarli dan Bachtiar (2005). Oleh sebagian besar ahli, proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan, tujuan atau hasil yang dicari siswa dipandang sebagai kekuatan yang bisa menarik orang . Motivasi adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai “apa yang membuat orang bergerak” (Stoner & Freeman, 1995 ) dalam Suarli dan Bachtiar (2005) Menurut bentuknya, motivasi terdiri atas : 1.
Motivasi intrinsik , yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu;
2.
Motivasi ekstrinsik , yaitu motivasi yang datang dari luar diri individu
3.
Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali.
Teori motivasi dikemukakan oleh banyak ahli, yang paling dikenal diantaranya (1) Maslow, (2) Alderfer, (3) Herzberg,(4) McClelland,(5) Adams, (6) V.Vroom, (7) Skinner, dan (8) Locke. Gibson mengelompokkan teori – teori yang dikemukakan oleh para ahli tersebut ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori kepuasan dan teori proses. 2.1.5
Teori Kepuasan Dalam Tingkat Motivasi Teori kepuasan(content theory) memusatkan perhatian pada faktor –faktor
internal didalam diri seseorang, yang menggerakkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilaku. Teori ini berusaha untuk menentukan faktor- faktor
19
tersebut ,atau menentukan kebutuhan khusus yang memotivasi seseorang, yaitu teori hierarki kebutuhan oleh maslow,teori kebutuhan yang dipelajari oleh McClelland dalam Suarli dan Bachtiar (2005). 1. Hierarki Kebutuhan Hierarki kebutuhan (need hierarchy) dikembangkan oleh Abraham Maslow. Ia memandang bahwa kebutuhan manusia tersebut tersusun atas suatu hierarki urutan kebutuhan ,mulai dari kebutuhan yang paling mendasar (kebutuhan fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Selengkapnya adalah seperti di bawah ini. a) Fisiologis : kebutuhan yang berkaitan langsung dengan fisik manusia , seperti makan, minum, tempat tinggal, kesehatan badan dan lain – lain. b) Keamanan dan keselamatan (safety & security) : kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, baik berupa ancaman kejadian atau ancaman dari lingkungan .Misalnya adalah gaji tetap sehingga bisa melakukan perencanaan regular. c) Rasa memiliki (belongingness), sosial, dan cinta : kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, seperti pertama afiliasi,interaksi,pernikahan,kerja sama dalam tim, dan lain-lain. d) Harga diri (esteem) : kebutuhan untuk menghargai diri sendiri maupun mendapat penghargaan dari orang lain. Misalnya adalah pencapaian posisi atau jabatan tertentu.
20
e) Aktualisasi diri (self actualization) : kebutuhan untuk bisa memaksimumkan kemampuan , keahlian, dan potensi diri. Misalnya dalam menghadapi tantangan kerja ataupun belajar. Menurut Maslow ,orang akan berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok dulu (fisiologis) sebelum beralih pada kebutuhan yang tinggi .Atau dengan kata lain,seseorang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau paling kuat di rasakannya pada saat ini.Jadi,yang harus menjadi perhatian manajemen adalah sampai di tingkat mana kebutuhan yang telah terpenuhi dalam diri masing-masing manusia, sehingga bisa menetapkan strategi yang bisa memotivasi 2. Teori Kebutuhan yang dipelajari Teori kebutuhan yang dipelajari (learned needs theory) yang dikemukakan oleh McClelland dalam Suarli dan Bachtiar (2005) adalah teori motivasi yang berkaitan erat dengan konsep belajar. Teori ini mengatakan bahwa melalui kehidupan dalam suatu budaya, seseorang belajar tentang kebutuhanya. Tiga dari kebutuhan yang dipelajari ini adalah : a) Kebutuhan
berprestasi
menyelesaikan
pekerjaan
(need yang
for
achievement),
menantang,
misalnya
memenangkan
kompetisi, bisa menyelesaikan masalah dengan baik ; b)
Kebutuhan menjalin hubungan atau berafiliasi (need offiliation), misalnya menjalin pertemanan atau persahabatan ;
for
21
c) Kebutuhan berkuasa (need for power), misalnya kekuasaan untuk memerintah orang lain, atau kekuasaan untuk menentukan kebijakan. McClelland mengatakan bahwa jika kebutuhan seseorang sangat kuat, maka hal itu akan memotivasinya untuk menggunakan perilaku yang mengarah pada pemuasan kebutuhan tersebut. 2.1.6 Teori Proses Tingkat Motivasi Menurut Gibson, teori proses motivasi berusaha menerangkan dan menguraikan bagaimana perilaku seseorang digerakan, diarahkan, didukung, dan di hentikan . Empat teori proses motivasi yang sampai saat ini sangat berpengaruh sudah di rangkum dalam table diatas, yaitu teori penguatan oleh skinner, teori harapan oleh Vroom dalam Suarli dan Bachtiar (2005), teori keadilan oleh Adams, dan teori penetapan tujuan oleh Locke. Konsep yang penting dalam setoiap proses motivasi adalah konsep belajar. Pembelajaran adalah prosees perubahan perilaku melalui praktik. Perubahan yang terjadi umumnya relative abadi, atau sedikit lebih permanen. Praktik yang di maksudkan mencakup pelatihan formal maupun pengalaman yang tidak diarahkan. Ada tiga tipe pembelajaran yang penting dalam pengembangan dan perubahan perilaku. Untuk memahami masing – masing tipe pembelajaran, ada empat konsep dasar yang harus dipelajari. Pertama, pendorong ( drive ) adalah keadaan yang timbul dalam diri seseorang, baik itu pendorong primer ( Seperti rasa lapar) yang tidak bisa di pelajari maupun pendorong sekunder ( seperti
22
keinginan untuk maju ) yang bisa di pelajari. Kedua, stimulus atau rangsangan adalah petunjuk adanya peristiwa yang harus ditanggapi (direspons), baik yang sifatnya jelas terlihat maupun yang tidak. Ketiga, tanggapan atau respons adalah hasil berupa perilaku yang muncul karena adanya stimulus. Keempat, penguat (reinforcer) adalah setiap objek atau kejadian yang meningkatkan atau memperthankan kekuatan sebuah tanggapan. Tiga tipe pembelajaran yang penting diketahui sebelum kita mempelajari teori –teori proses motivasi sebagai berikut . a) Pengkodisian klasik (classical conditioning) mengungkapkan bahwa tanggapan atau respons terkondisi (conditioned response) bisa muncul atas
adanya
stimulus
terkondisi
(conditioned
stimulus),
yang
sebelumnya diberikan secara teratur. Sedangkan respons yang alami yang disebut respons tak terkondisi (unconditioned response) muncul atas adanya stimulus tak terkondisi (unconditioned stimulus). b) Perkondisian
operan
(operant
conditioning)
berkaitan
dengan
pembelajaran yang terjadi sebagai konsekuensi perilaku. Perilaku yang dapat di kendalikan dengan mengubah konsekuensi yang mengikutinya di sebut operan. c) Pembelajaran melalui pengamatan(observational learning) adalah pembelajan dengan melakukan pengamatan pada orang lain yang mempunyai kinerja lebih baik dan belajar untuk menirunya.
23
1. Teori Penguatan Dalam teori penguatan (reinforcement theory) oleh ahli psikologi B.F.Skinner dalam Suarli dan Yayan Bachtiar (2005) di ungkapkan bagaimana konsekuensi perilaku di masa lampau memengaruhi tindakan dimasa depan dalam suatu proses belajar. Proses ini di gambarkan sebagai berikut stimulus
respons
konsekuensi
respons masa depan
Gambar 2.1. Bagan Proses Belajar Oleh ahli Psikologi B.F.Skinner Dalam pandangan ini, perilaku sukarela seseorang terhadap suatu situasi atau peristiwa merupakan penyebab dan konsekunsi tertentu. Teori penguatan menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman stimulus, respons, dan konsekkuensi. Jadi teori penguatan ini melibatkan pengkondisian operan. Pengkondisian operan yang diterapkan pada manusia di sebut sebagai moditivikasi perilaku, sedangkan pengkondisian operan yang di terapkan pada lingkungan kerja di sebut sebagai modivikasi perilaku organisasi. Penguatan adalah sesuatu yang meningkatkan kekuatan respons dan cenderung
menyebabkan
pengulangan
perilaku
yang
didahului
oleh
penguatan.Tanpa penguatan tidak ada modifikasi perilaku yang bisa diukur. 2. Teori Harapan Teori harapan (expectancy theory) oleh Victor Vroom dalam Suarli dan Bachtiar (2005) menyatakan cara memilih dan bertindak dari beberapa alternative perilaku berdasarkan harapannya, apakah ada keuntungan yang
24
didapat dari masing- masing perilaku tersebut. Teori ini mencakup konsep–konsep dasar sebagai berikut. a.
Hasil tinggkat pertam yang di peroleh dari perilaku adalah hail yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan itu sendiri, misalnya produktifitas, mutu pekerjaan, tingkat kehadiran dan lain–lain. Hasil tingkat kedua adalah kejadian ( berupa penghargaan atau hukuman ) yang kemungkinan diakibatkan oleh hasil tingkat pertama, misalnya kenaikan upah, promosi jabatan, penghargaan dari tim dan lain – lain
b.
Instrumentalitas adalah kadar keyakinan seseorang bahwa hasil tingkat pertama akan menghasilkan hasil tingkat kedua.
c.
Valensi adalah kekuatan keinginan seseorang untuk mencapai hasil tertentu, baik ini menyangkut hasil tingkat pertama maupun tingkat kedua.
d.
Harapan (Expectancy) berkaitan dengan keyakinan seseorang mengenai kemungkinan suatu perilaku tertentu akan diikuti oleh hasil tertentu.Harapan prestasi usaha adalah keyakinan (harpan) bahwa ada kesempatan dimana usaha tertentu akan mengarah pada suatu tingkat prestasi tertentu, selanjutnya harapan hasil prestasi adalah keyakinan(harapan) bahwa prestasi akan mengarah pada hasil tertentu.
25
3. Teori Keadilan Inti dari teori keadilan (Equity Theory) adalah bahwa karyawan membandingkan usaha mereka dan imbalan yang diterimanya dengan imbalan yang diterima karyawan lainnya dalam situasi kerja yang sama.teori motivasi ini di dasarkan pada asumsi bahwa orang di motivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan. Ada empat ukuran penting dalam teori ini. a.
Orang, yaitu individu yang merasakan diperlakukan adil atau tidak adil
b.
Perbandingan dengan orang lain, yaitu setiap kelompok atau orang yang digunakan oleh seseorang sebagai pembanding rasio masukan ( Input) atau perolehan ( Outcome)
c.
Masukan (Input), yaitu karakteristik individual yang dibawa kepekrjaan ,seperti keahlian, pengalaman, pendidikan, umur, jenis kelamin dan lain–lain.
d.
Perolehan(Outcome) ,yaitu segala sesuatu yang diterima seseorang dari pekerjaannya, misalnya penghargaan, tunjangan, upah, dan lain–lain.
4. Teori Penetapan Tujuan Menurut Locke dalam Suarli dan Bachtiar (2005), setiap orang menetapkan tujuan dan kemudian bekerja untuk bisa mencapai tujuan tersebut. Orientasi terhadap tujuan menentukan perilaku seseorang . Dalam teori ini, sifat – sifat dalam penetapan tujuan adalah :
26
a.
Keterincian tujuan (Goal Specify) , yaitu tinggkat ketetapan kuantitatif tujuan tersebut.
b.
Kesukaran tujuan (Goal Difficulty), yaitu tingkat keahlian atau tingakat prestasi yang ingin di capai, semakin sulit suatu tujuan semakin tinggi pula tinggkat prestasinya.
c.
Intensitas tujuan (Goal Intensity), yang mengangkut proses menentukan bagaimana tujuan dapat tercapai.
d.
Komitmen tujuan (Goal Commitment) yaitu kadar usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan .
2.1.7
Perawat Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan, berwewenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan, dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien, menurut Internasional Council Of Nursing dalam (Zaidin Ali, 2002). Perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu, membantu individu baik yang sehat maupun yang sakit, dari lahir hingga meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri, dengan menggunakan kekuatan, kemauan, atau pengetahuan yang dimiliki, oleh sebab itu perawat berupaya menciptakan hubungan yang baik dengan pasien untuk menyembuhkan/meningkatkan kemandiriannya, apabila kemandirian tidak berhasil diciptakan maka perawat membantu mengatasi hambatan, apabila penyakit tidak dapat di sembuhkan dan
27
akhirnya meninggal dunia, maka perawat berusaha agar pasien dapat meninggal dengan tenang, menurut V.Henderson dalam (Zaidin Ali, 2002). Seiring dengan pendapat sebelumnya Taylor C.Lilis C.Lemone dalam (Zaidin Ali, 2002), Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat dan membantu seseorang dengan melindunginya dari sakit,luka,dan proses penuaan (Zaidi Ali, 2002). Undang-Undang RI.No.23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinnya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Zaidin Ali, 2002). Perawat
profesional
adalah
seorang
yang
mengenal
kebutuhan
kesehatan dasar manusia yang sakit maupun yang sehat serta mengetahui bagaimana kebutuhan ini dapat terpenuhi, perawat harus menguasai suatu ilmu pengetahuan keperawatan berdasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan dia mempunyai kemampuan untuk memelihara seseorang atau masyarakat. Karakteristik perawat profesional adalah sebagai berikut (Nursalam, 2011). a) Dalam melakukan tindakannya berdasarkan pada proses intelektual ,mempunyai kualitas dalam membuat keputusan. b) Menerapkan ilmu yang dipelajari dalam melaksanakan prakteknya sebagai perawat dalam penerapannya selalu memperhatikan kepentingan masyarakat c) Selalu mengikuti perkembangan keperawatan maupun kesehatan.
28
d) Mempunyai ilmu yang berhubungan dengan bidangnya dan informasi yang dipunyai kepada teman sejawatnya. e) Memperhatikan faktor kemanusiaan dalam keperawatan. f)
Menjadi anggota dan turut berpartisipasi dalam organisasi profesi
2.2
Kerangka Berfikir
2.2.1
Kerangka Teori
Motivasi Intrinsik
Kebutuhan Yang dipelajari
Penetapan Tujuan
TINGKAT MOTIVASI MENJADI PERAWAT
Motivasi Eksterinsik
Harapan
INDEKS PRESTASI KUMULATIF
Gambar 2.2. Kerangka Teori Sumber : Stoner & Freeman, (1995 ), McClelland, Locke dalam Suarli dan Bachtiar (2005), (Zaidin Ali, 2002). Purwanto (2000) 2.2.2
Kerangka Konsep Variabel Independen
Tingkat Motivasi Menjadi Perawat
Variabel Dependen
Indeks Prestasi Kumulatif
Gambar 2.3. Kerangka Konsep
29
Variabel Penelitian 1. Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan tergantung. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Tingkat Motivasi Menjadi Perawat 2. Variabel Dependen Variabel dependen atau tergantung adalah variabel yang dipengaruhi atau diakibatkan oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). 2.3
Hipotesis Ada hubungan tingkat motivasi menjadi perawat dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa semester IV jurusan S1 Keperawatan FIKK Universitas Negeri Gorontalo.