BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1.
Permainan Kippers a. Pengertian Permainan Kippers Menurut Saputra (1999) yang dikutip oleh Dadan Heryana dan Giri Verianti (2010:3) bahwa, “Nama permainan kippers berasal dari bahasa Belanda, yaitu kiepers. Permainan ini dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu terdiri atas 12 orang. Regu pemukul harus mengumpulkan angka atau nilai sebanyak mungkin. Sementara itu regu penjaga harus berusaha supaya lawan tidak memperoleh angka atau nilai. Seorang pemain dapat memperoleh nilai jika dapat memukul dengan baik. Selanjutnya lari menuju tiang hinggap dan kembali ke daerah regu pemukul”. Menurut Eko Suwarso (2010:70), “kippers termasuk cabang olahraga permainan dengan menggunakan bola kecil”. Permainan kippers hampir sama dengan permainan kasti, baik teknik dasarnya maupun cara bermainnya. Perbedaannya, dalam permainan bola kasti bola di lambung oleh lawan, sedangkan dalam permainan kippers bola di lambung sendiri (melambung sendiri dan memukul sendiri). Perbedaan permainan kippers yang lain adalah, jika pukulan tidak kena tidak lari, tetapi berlindung di ruang bebas, sambil menunggu giliran memukul kembali dan dianggap mati satu. Adapun dalam permainan kasti, bola di pukul kena atau tidak, pemukul tetap lari menuju tiang.
b. Perlengkapan Permainan Kippers Menurut
Dadan
Heryana
dan
Giri
Verianti
perlengkapan dalam permainan kippers adalah sebagai berikut.
6
(2010:3-4)
7
1) Lapangan Lapangan permainan kippers berukuran 65 x 30 meter. Ruang pukul 5 x 15 meter. Ruang regu pemukul 5 x 15 meter.
Gambar 1. Lapangan permainan kippers (Dadan Heryana dan Giri Verianti 2010: 03) 2) Alat a) Pemukul Terbuat dari kayu dengan panjang 60 cm. Garis tengah pemukul 3,5 cm. b) Bola Bola terbuat dari karet elastis, berat bola 80 gram dan garis tengah 7 cm. c) Tiang hinggap Dua buah tiang hinggap yang terbuat dari besi atau bambu. Panjang tiang 1,5 m dengan garis tengah 2 cm. Bagian atas tiang berbentuk melingkar. d) Tiang bendera Ukurannya sama dengan tiang hinggap, berjumlah 2 buah dan di bagian atas tiang diberi bendera dengan warna terang agar mudah dilihat. e) Tiang kecil Tiang kecil diletakkan disudut-sudut lapangan, ujung tiang diberi bendera.
8
c.
Teknik-Teknik Dasar Permainan Kippers Untuk dapat memainkan permainan kippers, harus menguasai beberapa teknik dasar. Teknik dasar permainan kippers adalah sebagai berikut: 1) Menangkap bola Cara menangkap bola dalam permainan kippers adalah sebagai berikut: a. Buka kaki agak lebar, lutut agak ditekuk. b. Kedua tangan di depan dada dengan jari-jari tangan terbuka. c. Perhatikan datangnya bola, bola ditangkap dengan rileks dan searah dengan arah larinya bola (Dadan Heryana dan Giri Verianti 2010: 4). 2) Melempar bola Mengoper bola harus menggunakkan teknik yang benar. Tujuannya adalah supaya bola mudah untuk ditangkap oleh teman seregu. Dengan demikian kemengan regu dapat diraih. Menurut Dadan Heryana dan Giri Verianti (2010: 4-5), beberapa cara melempar bola dalam permainan kippers, adalah sebagai berikut: a) Lemparan ayunan atas Lemparan ayunan atas, sikap kaki kuda-kuda. Kaki kanan dan tangan kanan memegang bola direntangkan ke kanan belakang agak ke atas. Awalan melempar, condongkan badan ke belakang, tangan kanan ditarik ke belakang dan tangan kiri mengambil sikap keseimbangan. Ayunkan tangan kanan kuat ke depan dengan kaki kanan melangkah ke depan (sebagai gerak ikutan). Pada akhir pelepasan bola pergelangan tangan menghadap ke bawah. Kegunaan lemparan ini akan mencapai jarak sedang. b) Lemparan ayunan bawah Sikap kuda-kuda kaki kanan di belakang. Badan condong ke belakang, tekuklah kaki lebih dalam. Julurkan tangan kanan memegang bola dengan lurus, dan tegak lurus dengan badan. Ayunkan lengan tangan kanan sedemikian rupa hingga perlepasan bola itu kira-kira membentuk sudut 45o dengan garis horizontal. Guna lemparan ini untuk mencapai jarak jauh 3) Memukul bola Menurut Dadan Heryana dan Giri Verianti (2010: 5-6), teknik memukul sesuai dengan tujuan arah bola dapat dibedakan yaitu :
9
a. Pukulan melambung jauh (1) Peganglah pemukul pada bagian pangkalnya. (2) Setelah bola dilambungkan, rentangkan salah satu kaki sesuai dengan tangan yang digunakan unutk memukul. (3) Berat badan pada kaki yang direntangkan, badan condong ke belakang, tekukan lutut yang direntangkan, tetapi tetap dalam keseimbangan. (4) Tangan pemukul dijulurkan lurus, tegak lurus dengan badan dan membentuk sudut 45o dengan garis datar. (5) Usahakan bola terkena tepat pada ujung pemukul, hingga lengan ayunan pukulan sepanjang mungkin dan lepasnya bola membentuk sudut 45o. (6) Perkenaan bola lebih kurang setinggi bahu. (7) Arah bola tergantung arah pemukul saat perkenaan dengan bola. b. Pukulan datar ke depan (1) Sikap seperti pada pukulan melambung jauh, hanya badan tetap tegap dan kaki tidak di tekuk. (2) Perkenaan kayu pemukul dan bola saling tegak lurus dan kayu pemukul dalam gerakan horizontal. (3) Arah bola akan ke kanan atau ke kiri tergantung kepada arah hadap kayu pemukul saat perkenaan dengan bola. c. Pukulan menyamping ke kiri (1) Sikap seperti pada pukulan datar ke depan, tetapi kaki kanan diubah ke depan agak ke kanan. (2) Badan diputar searah dengan arah pukulan. (3) Ayunan lengan sedemikian rupa hingga perkenaan kayu pemukul dan bola sedikit dari atas menuju ke bawah. d. Pukulan menyamping ke kanan (1) Ayunan dari belakang kepala menuju ke depan. (2) Sikap seperti pada pukulan datar ke depan, hanya lengan ditarik ke atas sedikit ke belakang. (3) Arah pukulan dari atas menuju ke bawah dengan sudut pukulan sesuai dengan arah yang di kehendaki. d. Cara Bermain Kippers Menurut Dadan Heryana dan Giri Verianti (2010: 7), cara bermain permainan kippers adalah sebagai berikut.
10
1) Peserta didik dibagi dua regu, yaitu masing-masing regu terdiri atas 12 orang dengan nomor dada 1 sampai 12. 2) Sebelum bermain kapten regu melakukan undian. 3) Setiap pemain berhak memukul satu kali, kecuali pemain pembebas (pemain terakhir), ia berhak memukul tiga kali. 4) Pemukul dengan pukulan yang benar dan dapat kembali dengan selamat, bila ada teman lainnya memukul dengan benar maka mendapat nilai satu. 5) Lemparan harus mengenai bagian bahu ke bawah. Penjaga tidak boleh berlari dengan membawa bola. Jadi, harus mengoper dengan kawan supaya dapat mendekati pelari. Lemparan yang mengenai pelari dapat menyebabkan pergantian. Operan bola menggunakan satu tangan dan bola tangkap harus dilakukan dengan dua tangan. 6) Waktu permainan berupa inning (masing-masing regu mempunyai kesempatan sama untuk menjadi regu jaga dan regu pemukul). e. Peraturan Permainan Kippers Menurut Dadan Heryana dan Giri Verianti (2010: 7-9), peraturan permainan kippers adalah sebagai berikut: 1) Waktu permainan berupa inning (masing-masing regu mempunyai kesempatan sama untuk menjadi regu jaga dan regu pemukul). 2) Satu regu terdiri atas 12 pemain mengenakan nomor dada dari 1 sampai 12. Dasar nomor dada untuk tiap regu harus berbeda. 3) Kewajiban regu pemukul: memukul bola, lari ke tiang hinggap, dan kembali ke ruang pemukul. 4) Kewajiban regu penjaga: a) Menangkap bola yang dipukul. b) “Mematikan” pelari dengan melempar bola. c) “Membakar ruang” regu pemukul bila tidak ada pemukul. 5) Pemukul harus melambungkan bola sendiri. 6) Pukulan dinyatakan baik, bila bola jatuh didaerah lapangan (30 meter) dan boleh berlari menuju tiang hinggap 7) Ketentuan pelari sebagai berikut: a) Bila bola dikembalikan ke ruang regu pemukul atau ruang pukul,baik melambung atau menyusur tanah, melewati garis batas ruang regu pemukul dari lapangan permainan, pelari harus berhenti di tempat.
11
b) Bila bola hilang pelari harus berhenti, dan boleh berlari lagi bila bola sudah ditemukan dan dimasukan ke dalam lapangan permainan. c) Seorang pemain yang tidak terkena lemparan boleh langsung masuk ke ruang pemukul, tanpa menuju tiang hinggap lebih dulu. d) Seorang pemukul yag sah pukulannya, boleh tetap tinggal di ruang pukul, kalau dipandangnya membahayakan. e) Seorang pelari yang menurut perhitungannya dalam situasi membahayakan, boleh kembali ke tiang hinggap atau ke ruang pukul. f) Pemukul yang salah atau meleset pukulannya tidak boleh berlari, tetapi harus menunggu atas pukulan yang sah dari teman berikutnya. g) Bila regu pemukul tinggal seorang lagi maka pemukul ini diberi kesempatan untuk memukul 3 kali pukulan yang sah. 8) Lemparan untuk mematikan lawan Lemparan harus mengenai bagian bahu ke bawah. Penjaga tidak boleh berlari dengan membawa bola. Jadi, harus mengoper dengan kawan supaya dapat mendekati pelari. Lemparan yang mengenai pelari dapat menyebabkan pergantian. Operan bola harus dilakukan dengan satu tangan. 9) Bola tangkap dan cara pergantian Bola tangkap harus dilakukan dengan tangan satu. Pada waktu bola tangkap yang ketiga si penangkap harus melemparkan bola tegak lurus ke atas, dengan membelakangi ruang pukul dan regu jaga secepatnya menuju ke ruang regu pemukul atau ke tiang hinggap. Hal ini karena pada peristiwa ini dapat dikenai lemparan. Bola yang dilemparkan oleh penjaga, dapat ditangkap oleh bekas regu pemukul untuk mematikan lawan. 10) Penilaian a) Bola tangkap memperoleh nilai 1 (satu). b) Kembali ke ruang partai pemukul, dengan pukulan yang sah atas pukulan sendiri memperoleh nilai 2 (dua). c) Kembali atas pukulan kawan, dan pelari itu tidak melakukan kesalahan pukul, mendapat nilai 1 (satu). 2.
Belajar dan Pembelajaran a.
Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Belajar dan mengajar merupakan
12
dua konsep yang tidak dipisahkan satu sama lain dan bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain. Inilah makna belajar mengajar dan mengajar sebagai suatu proses. Interaksi guru dengan peserta didik sebagai makna utama proses pengajaran memegang peranan penting untuk
mencapai
tujuan
pengajaran yang efektif. Karena kedudukan peserta didik sebagai subjek sekaligus objek dalam pengajaran, maka inti pengajaran adalah kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Belajar, seperti ditulis Toho Cholik M. & Rusli Lutan (2001: 32) adalah “Suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat dari latihan atau pengalaman, proses yang menghasilkan adanya modifikasi tingkah laku sebagai suatu akibat latihan dan penyesuaian pada lingkungan yang baru“. Perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman, bukan karena pengaruh faktor keturunan atau kematangan. Perubahan perilaku yang diharapkan dari belajar bersifat melekat secara permanen. Proses belajar itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung. Namun demikian keterlaksanaannya hanya dapat ditafsirkan berdasarkan perilaku nyata yang diamati. Perubahan-perubahan perilaku akan terjadi melalui proses mengajar yang disengaja, yang kebetulan, tidak disengaja, bahkan mungkin karena seseorang melakukan kesalahan-kesalahan belajar. Menurut Sudjana (1996), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan,
pemahaman,
sikap
dan
tingkah
laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012:2) Sedangkan Menurut Hamalik (2003), menyajikan dua definisi yang umum tentang belajar, yaitu :
13
1) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing); 2) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012:2) Berdasarkan batasan belajar yang dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan suatu proses yang terjadi di dalam diri seseorang yang menimbulkan perubahan-perubahan yang bersifat lebih baik daripada sebelumnya.
b. Ciri-ciri Perilaku Belajar Menurut Muhibbin (2003), ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang penting adalah : 1) Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. 2) Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha peserta didik itu sendiri. 3) Perubahan efektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi peserta didik. Perubahan prose belajar fungsional dalam arti
bahwa ia relatif
menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan. (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012:6) Sedangkan menurut Aunurrahman (2012: 35) menyatakan dalam kegiatan belajar terdapat ciri-ciri didalamya. “Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut: (1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja; (2) Belajar merupakan
14
interaksi individu dengan lingkungannya; (3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, seseorang dikatakan belajar apabila kegiatan belajar tersebut disadari atau disengaja, berinteraksi dengan lingkungannya dan terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam dirinya. Perubahan dari hasil belajar inilah yang merupakan tujuan dari kegiatan belajar.
c.
Pengertian Pembelajaran Menurut Suherman (1992), Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu : belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik, serta antara peserta didik dengan peserta didik disaat pembelajaran sedang berlangsung. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antar peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012:11) 4) Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun peserta didik bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Sedangkan menurut Wragg (1997), pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar yang diinginkan. (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012:12)
15
Dari uraian di atas terlihat bahwa proses pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada peserta didik, melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik. Pembelajaran hendaknya tidak menganut peserta didik sebagai objek dari belajar namun upaya membelajarkan peserta didik.
d. Mekanisme Pembelajaran Menurut Dini Rosdiani (2013: 94) menjelaskan mekanisme pembelajaran sebagai berikut : 1) Tahap Persiapan Persiapan proses pembelajaran menyangkut penyusunan desain (rancangan) kegiatan belajar-mengajar, tujuan, metode, media, sumber, evaluasi, dan kegiatan belajar peserta didik. 2) Tahap Pelaksanaan Keberhasilan proses pembelajaran banyak bertumpu pada sikap dan cara belajar peserta didik, baik perorangan maupun kelompok. Memelihara suasana pembelajaran yang dinamis dan yang menyenangkan merupakan kondisi esensial yang perlu tercipta dalam setiap proses pembelajaran. 3) Tahap Evaluasi Merupakan laporan (akhir) dari proses pembelajaran, khususnya laporan tentang kemajuan dan prestasi belajar peserta didik. Evaluasi yang baik adalah menggunakan alat ukur yang tepat (valid), dapat dipercaya (reliable) dan memadai (adequate). Pengukuran tingkat keberhasilan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan menggunankan tes tertulis (written test), tes lisan (oral test), dan ataupun tes praktik (performance). 4) Tahap Tindak lanjut Dilakukan dengan dua cara yaitu : 1) Promosi adalah penetapan untuk melangkah dan peningkatan lebuh lanjut atas keberhasilan peserta didik. Bentuk promosi bisa berupa melanjutkan bahasan atau keputusan tentang kenaikan kelas. 2) Rehabilitas adalah perbaikan atas kekurangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran. Bentuknya berupa remedial (remedial teaching).
16
e.
Komponen-komponen Pembelajaran Kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dapat tercapai tidak terlepas dari beberapa komponen yang terlibat di dalamnya. Menurut Sugandi (2004) yang dikutip oleh Dr. Hamdani, M.A (2011:48), “Komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut : a.
Tujuan,
secara
pembelajaran
eksplisitdiupayakan instructional
melalui
effect,
kegiatan
biasanya
berupa
pengetahuan dan ketrampilan atau sikap yang dirumuskan secara ekslisit dalam tujuan pembelajaran. b.
Subjek belajar, dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek.
c.
Materi pelajaran, merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk kegiatan pembelajaran.
d.
Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e.
Media pembelajaran adalah alat atau wahana yang dignakan guru
dalam
proses
pembelajaran
untuk
membantu
penyampaian pesan pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan peranan strategi pembelajaran. f.
Penunjang, dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, sumber belajar, alat pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya.
Penunjang
berfungsi
memperlancar
dan
mempermudah terjadinya proses pembelajaran”. Sedangkan
menurut
Dini
Rosdiani
(2013:95)
komponen
pembelajaran sebagai berikut : a.
Raw Input, yaitu kondisi dan keberadaan peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran, meliputi kapasistas dasar peserta didik, bakat khusus, motivasi, minat, kematangan, kesiapan, sikap dan kebiasaan.
17
b.
c.
d.
f.
Instrumental Input, yaitu sarana dan prasarana yang terkait dengan proses pembelajaran, meliputi : kualitas kelengkapan dan penggunanya, guru, metode, dan teknik, media, bahan dan sumber belajar, program. Environmental Input, merujuk pada situasi dan keberadaan lingkungan, baik fisik maupun budaya, dimana kegiatan pembelajaran (sekolah) dilaksanakan. Expected Output,merujuk pada rumusan normatif/ yang harus menjadi milik peserta didik setelah melaksanakan proses pembelajaran, yang menggambarkan aspek kognitif, afektif, atupun psikomotor.
Pengertian Hasil Belajar Menurut Abdurrahman (1999), Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012:14). Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seeorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Sedangkan menurut Sudjana (2004), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012:15) Setelah melalui proses belajar maka peserta didik diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah setelah menjalani proses kegiatan belajarnya. Ada lima macam hasil belajar menurut Gagne, yaitu : 1) Ketrampilan
intelektual,
atau
pengetahuan
procedural
yang
mencangkup belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah. 2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah baru dengan jalan mengaturproses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat, dan berfikir. 3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi yang relevan. 4) Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
18
5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang dipengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual. ( Aunurrahman, 2012 : 47) Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh peserta didik setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditujukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan suatu materi.
3.
Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar a.
Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pendidikan jasmani tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain. Pendidikan jasmani merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Pencapaian tujuan berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak. Secara umum pendidikan jasmani di sekolah memberikan banyak manfaat kepada anak. Dini Rosdiani (2013:37)sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Memenuhi kebutuhan anak. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna. Menyalurkan energi yang berlebihan. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik,mental maupun emosional.
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
19
emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk tetal, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang luas, titik perhatiannya yaitu peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi,pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh pekembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikan unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia guna membentuk manusia seutuhnya.
b. Karakteristik Anak SD Pada usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung). Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alas an yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada Orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada Orang tua dan Guru merupakan suatu yang benar atau dengan baik. Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
20
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti berenang, bermain bola, dan atletik. Menurut Chasiyah dan Chadidjah (2009:42) Sesuai dengan perkembangan fisik (motorik) maka di kelas-kelas permulaan sangat tepat diajarkan : 1) Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar. 2) Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga (menerima, menendang, dan memukul). 3) Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan sebagainya. 4) Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban, dan kedisiplinan. Menurut Achmad MK (2009 : 2) karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum sebagai berikut : 1) Secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri. 2) Senang bermain dan lebih suka bergembira/riang 3) Suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha yang baru. 4) Biasanya bergetar perasaannya dan terdorong untung berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidak puasan dan menolak kegagalan. 5) Belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi. (http://pgsdic2009.blogspot.com/2009/11/memahamikarakteristik-anak-sekolah.html?m=l) Seorang anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak pada usia lainnya. Menurut Nursidik Kurniawan anak usia Sekolah Dasar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Anak lebih senang bermain 2) Lebih senang bergerak 3) Seorang anak akan lebih senang berkumpul berkelompok 4) Lebih senang mempraktekkan sesuatu hal yang baru. (http://howizer.multiply.com/ )
atau
Dapat disimpulkan bahwa pada usia sekolah dasar yaitu umur 612 tahun seorang anak akan lebih banyak bergerak dan bermain dengan temannya. Untuk itu pembelajaran olahraga yang sesuai adalah
21
permainan. Permainan dengan peraturan yang sederhana diharapkan gerak anak lebih optimal.
4.
Gerak Dasar Lempar Tangkap Bola a.
Pengertian Kemampuan Gerak Dasar “Gerak dasar merupakan pola gerakan yang menjadi dasar meraih ketrampilan gerak yang lebih kompleks” (Heri Rahyubi, 2012 : 304). Tiap-tiap pola gerak pertama kali harus terbebas antara satu gerak dengan lainnya, dan baru dihubungkan dengan gerak lainnya dalam berbagai macam kombinasi. Pergerakan-pergerakan dari daya gerak berlari, melompat, dan melenting, atau pergerakan-pergerakan manipulatif dari melempar, menangkap, menendang, dan mengait merupakan contohcontoh kemampuan gerak dasar. Gerak dasar ada tiga macam, yaitu : gerak lokomotor, gerak non lokomotor, dan gerak manipulatif. 1) Gerak Lokomotor Gerak dasar lokomotor merupakan salah satu domain dari gerak dasar fundamental, di samping gerak dasar non lokomotor, dan gerak dasar manipulatif. Gerak dasar lokomotor diartikan sebagai gerakan atau ketrampilan yang menyebabkan tubuh berpindah tempat, sehingga dibuktikan dengan adanya perpindahan tubuh dari satu titik ke titik lain. Gerakan-gerakan tersebut erentang dari gerak yang sifatnya sangat alamiah dan mendasar seperti merangkak, berjalan, berlari, dan melompat, hingga ke gerakan yang suda berupa ketrampilan khusus seperti meroda, guling depan, hingga handspring dan back-handspring. 2) Gerak Non Lokomotor Gerak non lokomotor merupakan lawan atau kebalikan dari gerakan lokomotor. Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang tidak menyebabkan tubuh berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dalam gerakan non lokomotor hanya sebagian anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan, namun tidak berpindaah tempat. Contohnya : membungkuk, mengayun, meliuk, dan semacamnya. 3) Gerak Manipulatif Gerak manipulatif merupakan gerakan yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan benda yang ada di sekitarnya. Gerak atau ketrampilan manipulatif melibatkan tindakan mengontrol suatu obyek, khususnya dengan tangan dan kaki.
22
Dalam gerak manipulatif, ada sesuatu yang digerakkan, misalnya melempar, menangkap, menyepak, menendang,memukul,memantul-mantulkan, melambungkan, memukul dengan raket, memukul dengan alat lainnya, dan gerakan lain yang berkaitan dengan melempar dan menangkap sesuatu, (Heri Rahyubi, 2012 : 304). b. Gerak Dasar Melempar Bola Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “melempar adalah membuang jauh-jauh.” Sedangkan menurut Toho Cholik M. dan Rusli Lutan (2001 : 140) “melempar adalah kemampuan mendorong suatu objek melalui udara dengan menggunakan tangan.” Dalam kaitan ini yang dimaksud objek adalah bola. Melempar dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan ukuran bola serta berbagai cara. Melempar bola yang baik berarti melempar bola dengan ketepatan, jarak dan tinggi serta putaran dan kecepatan yang sesuai. Pada saat melakukan lemparan pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu. Tujuan pokok dalam melempar adalah memindahkan /meneruskan momentum dari tubuh ke bola. Dapat disimpulkan bahwa melempar adalah suatu gerakan yang sifatnya menyalurkan tenaga pada suatu benda yang bertujuan untuk membuang jauh, memindahkan suatu benda kearah depan atau atas. Setiap permainan memiliki keterampilan dasar yang harus dikuasai agar dapat memainkan permainan tersebut dengan baik dan lancar. Begitu juga dalam permainan kippers memiliki teknik dasar yang harus dikuasai. keterampilan dasar dalam permainan kippers salah satunya adalah melempar bola. Menurut Slamet dan Edy Sih Mitranto (2010:84) “cara melempar bola ada 3 macam, yaitu : lemparan ke atas, lemparan mendatar, dan lemparan bawah”. 1) Lemparan atas Peganglah bola di tangan kanan dan tangan kiri diarahkan ke atas diikuti dengan pandangan mata. Kedudukan tangan kanan agak ke bawah pinggang. Kemudian lemparkan bola sesuai arah pandangan mata.
23
Gambar 2. Lemparan atas (Edy Sih Mitranto dan Slamet 2010:84 ) 2) Lemparan mendatar Langkah-langkahnya adalah : Berdiri tegak, kaki kiri di depan Tangan kanan memegang bola, Tangan kiri menunjukkan kea rah yang dituju , Tangan kanan berada di samping, Ayunkan sekuatnya ke depan, Lemparan akan mendatar sesuai dengan arah pandangan.
Gambar 3. Lemparan mendatar (Edy Sih Mitranto dan Slamet 2010:85) 3) Lemparan ke bawah Langkah-langkahnya adalah : Kaki kiri di depan, Angkat tangan yang memegang bola tinggi-tinggi,
24
Pandangan ke arah yang dituju, Ayunkan bola ke arah depan ke bawah.
Gambar 4. Lemparan ke bawah (Edy Sih Mitranto dan Slamet 2010:85) Setiap lemparan dalam permainan kippers memiliki tujuan yang berbeda-beda. Dapat sebagai operan, dan juga untuk mematikan lawan. Pada prinsipnya perbedaan saat melakukan lemparan hanya pada saat pelepasan bola. Pada lemparan atas arah pelepasan bola yaitu kearah depan atas, sedangkan lemparan mendatar pelepasan bola kearah depan dan lemparan ke bawah pelepasan bola pada arah depan bawah. Kemampuan otot lengan sangat berpengaruh terhadap hasil lemparan. Kemampuan tidak didapat dengan cara instan melainkan memerlukan latihan yang teratur. Sehingga diperlukan kemampuan otot yang baik sehingga hasil lemparan yang maksimal. Yang dimaksud kemampuan melempar adalah kesanggupan atau keterampilan yang dimiliki setiap individu untuk menyalurkan tenaga ke suatu benda yang menghasilkan daya atau kekuatan ke depan atau atas. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil lemparan : 1) Cara memegang bola Dalam memegang bola, anak-anak mempunyai kebiasaan dengan menggenggam bola, padahal cara ini sangat merugikan karena bola yang digenggam sukar untuk segera dilepaskan. Cara memegang bola yang benar adalah menggunakan tiga jari atau dengan empat jari.
25
Pegangan dengan tiga jari caranya ialah bola diletakkan pada pangkal-pangkal ruas jari tangan yaitu jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari sedangkan jari kelingking hanya melekat secara wajar pada bola. Ketiga jari tersebut di atas agak merenggang. Pegangan dengan empat jari lebih mudah dilakukan oleh anakanak, caranya ialah bola diletakkan pada pangkal ruas jari telunjuk, jari tengah dan jari manis, sedangkan ketiga jari tersebut bersamasama dengan ibu jari memegang bola dan jari kelingking hanya melekat di bawah jari manis. Keempat jari yang memegang bola saling merenggang dan diantara bola dan telapak tangan masih ada rongga. 2) Sikap permulaan Berdiri menghadap ke arah sasaran yang akan dilempar dengan kedua kaki kangkang muka belakang dan kaki kiri berada di depan kaki kanan dengan jarak 1,5 – 2 panjang kaki. Berat badan berada di kedua kaki. Ujung jari kaki kiri dan pandangan mata menghadap ke arah lemparan, sedangkan ujung jari kaki kanan menghadap ke kanan disertai badan miring kea rah kanan. Semua otot-otot rileks (kendor). Bola dipegang kedua tangan di depan dada. 3) Gerakan pertama Tangan kanan yang memegang bola dijulurkan ke belakang dengan badan condong ke belakang, sehingga berat badan berada di kaki kanan dengan sedikit menekuk kedua lutut. Kaki kiri yang berada di depan pasif, ujung kaki menyentuh tanah dan pandangan tetap kearah sasaran dengan mengacungkan tangan kiri ke depan. 4) Gerakan kedua Tangan kanan diayunkan ke depan dengan kuat, lutut kaki kanan diluruskan bersamaan dengan badan dan pinggang diputar kearah menuju kearah sasaran. Berat badan dari kaki kanan dipindahkan ke kaki kiri dan untuk membantu gerakan, bagian badan sebelah kiri ditarik ke belakang.
26
5) Gerakan terakhir Setelah lengan diayunkan ke depan, bola dilepaskan dengan diikuti pergelangan tangan kemudian diteruskan dengan gerak lanjutan kaki kanan melangkah ke depan di muka kaki kiri dan berat badan berada di kaki kanan, sedangkan lutut kaki kiri lurus dengan ujung jari di tanah. Pandangan tetap kearah sasaran yaitu teman yang diberi operan bola. Keterampilan melempar bola sangat menentukan keberhasilan regu dalam menangkap suatu permainan. Pemain penjaga belakang, penjaga base, dan pelambung harus mampu melempar dengan cermat, kuat, dan tepat.
c.
Gerak Dasar Menangkap Bola Menurut Toho Cholik M. dan Rusli Lutan (2001:141) “Menangkap bola merupakan kemampuan sesorang anak menggunakan penglihatan untuk mengikuti arah dan jalannya bola dan kemudian mengontrolnya dengan cepat dan efisien dengan mengunakan bagian dari tubuhnya, biasanya tangan atau kaki (trapping).” Dalam permainan kippers menangkap bola adalah suatu usaha yang dilakukan oleh regu penjaga agar dapat menguasai bola dengan menggunakan tangan dari hasil pukulan lawan atau lemparan teman. Menangkap bola dalam permainan kippers merupakan keterampilan yang harus dikuasai pemain regu lapangan, terutama untuk memperoleh nilai “tangkap bola” dari pukulan lawan. Menangkap bola dalam permainan kippers dapat dilakukan ketika mendapat lemparan dari teman, dari pukulan regu pemukul, dan bagi pemain penangkap belakang (catcher) yang berada di belakang pemukul. Menurut Dadan Heryana dan Giri Verianti (2010:70) “dilihat dari datangnya bola, menangkap bola dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : (1) Teknik menangkap bola melambung ; (2) Teknik menangkap bola mendatar ; (3) Teknik menangkap bola menyusur tanah”.
27
1)Teknik menangkap bola melambung Cara melakukannya adalah sebagai berikut. a. Ikuti datangnya bola. b. Menangkap bola dapat dilakukan dengan merapatkan kedua tangan di depan dada. c. Pada saat bola tertangkap, jari-jari segera ditutup dan cepat ditarik kearah badan.
Gambar 5. Menangkap bola melambung (Dadan Heryana dan Giri Verianti 2010:70) 2)Teknik menangkap bola mendatar a. Jika bola dating mendatar dan tepat di depan badan, bola dapat ditangkap seperti menangkap bola yang datangnya melambung. b.Jika bola dating mendatar di samping kanan atau kiri badan, maka cara mengkapnya dengan menjulurkan lengan ke samping kanan atau kiri badan. c. Jika sudah mahir, maka dapat dilakukan dengan satu tangan.
Gambar 6. Menangkap bola mendatar (Dadan Heryana dan Giri Verianti 2010:70)
28
3)Teknik menangkap bola menyusur tanah Cara melakukannya adalah sebagai berikut. a.Dengan sikap membungkuk, kedua lutut ditekuk, dan kedua lengan lurus ke bawah. b.Dengan sikap hampir berlutut, kemudian menangkap bola.
Gambar 7. menangkap bola menyusur tanah (Dadan Heryana dan Giri Verianti 2010:70) Keterampilan menangkap bola sangat menentukan keberhasilan tim untuk mencapai kemenagan. Untuk itu penjaga lapangan pelambung, penjaga belakang (catcher), dan penjaga base harus terampil, cermat, dan cepat dalam menangkap bola, baik bola yang datangnya melambung, mendatar, maupun menyusur tanah.
5.
Bermain dan Permainan ( Play and Game ) a.
Bermain Bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dari pengalaman bermain. Menurut Loy, Mcpherson, dan Kenyon (1978), mendefinisikan bahwa bermain adalah sebagai aktivitas yang bersifat : (1) Bebas, (2) Terpisah, (3) Tak pasti atau berubah-ubah, (4) Secara spontan, (5) Tidak mempertimbangkan hasil, (6) Diatur oleh peraturan serta membuat kepercayaan. (M. Furqon Hidayatullah, 2008:4)
29
Sedangkan menurut M. Furqon Hidayatullah (2008:4) “bermain adalah aktivitas yang menyenangkan, serius, dan sukarela, di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya”. Bermain bersifat
menyenangkan
karena
anak
diikat
oleh
sesuatu
yang
menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain bersifat
serius
karena
bermain
memberikan
kesempatan
untuk
meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan untuk memunculkan rasa menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyatakarena anak berada di luar kenyataan, dan memasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk atau terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya melalui bermain. b. Permainan Menurut Loy, Mcpherson, dan Kenyon (1978), Permainan adalah berbagai bentuk kompetisi bermain penuh yang hasilnya ditentukan oleh : (1) Ketrampilan fisik, (2) Strategi, (3) Atau kesempatan, (4) Yang dilakukan secara perorangan atau gabungan. (M. Furqon Hidayatullah, 2008:5) “Permainan
secara
garis
besar
dibagi
ke
dalam
dua
kelompok,yaitu permainan rekreatif dan permainan edukatif. Permainan rekreatif
adalah
permainan
yang
bersifat
menyenangkan
dan
menumbuhkan imajinasi yang tinggi, sedangkan permainan edukatif adalah permainan yang menyenangkan dirancang untuk tujuan latihan tertentu. Tujuan permainan edukatif bagi anak yaitu : 1) Mengembangkan ketrampilan motoric halus dan wawasan berfikir anak. Dengan bergerak, seperti berlari atau melompat, seorang anak akan terlatih motorik kasarnya, sehingga memiliki sistem perototan yang terbentuk secara baik dan sehat. Kemampuan motorik halusnya akan terlatih dengan permainan puzzle, membedakan bentuk besar dan kecil, dan sebagainya.
30
2) Mengembangkan
kemampuan
sosial-emosional
kepada
anak.
Anak melakukan aktivitas bermain karena ia merasa senang untuk melakukannya. Pada tahap-tahap awal anak melakukan aktivitas bermain karena ia merasa senang untuk melakukannya. Pada tahaptahap awal kembangannya, orang tua merupakan kawan utama dalam bermain. Pergeseran akan terjadi seiring dengan bertambahnya umur anak, terutama setelah memasuki usia sekolah. Di sekolah, anak akan mengalami proses sosialisasi bergaul dengan kawan sebaya dan dengan gurunya. 3) Mengembangkan kemampuan kognitif (kecerdasan) kepada anak. Prinsip-prinsip pada permainan edukatif: 1. Prinsip Produktivitas ; 2. Prinsip Aktivitas; 3. Prinsip Efektivitas dan Efisiensi ; 4. Prinsip Kreativitas ; 5. Prinsip Mendidik dengan Menyenangkan”. (http://riastypurwandari.blogspot.co.id/2014/05/permainan-edukatifsebagai-media.html) Permainan dimainkan dengan membutuhkan banyak keterikatan dan banyak energy, lebih kuat dan serius daripada bermain, dan lebih memungkinkan memberikan penghargaan terhadap pemenuhan dan keberhasilan. Oleh karena itu, permainan dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dibatasi oleh aturan-aturan yang lengkap dan terdapat suatu kontes di antara para pemain agar menghasilkan hasil yang dapat diprediksi. Menurut Morris, dan Stiehl (1989) menyatakan, permainan adalah kontes sukarela yang didasari peraturan dan tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan jelas. (M. Furqon Hidayatullah, 2008:5)
6.
Pendekatan Bermain a.
Pengertian Pendekatan Bermain Pendekatan bermain merupakan suatu cara yang ditetapkan seorang guru dalam kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk bermain atau permainan. Pengajaran melalui pendekatan bermain dapat
31
meningkatkan kesadaran peserta didik tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan sesungguhnya. “Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak
menutup
mengakibatkan
kemungkinan permainan
teknik kurang
yang
buruk
menarik”.
atau
rendah
Dikutip
dari
http://mariberkawand.blogspot.com/2011/08/pengertian-pendekatanbermain.html, yang di unduh pada tanggal 08 maret 2014, pukul 21:00. Sedangkan Benny A. Pribadi (2009:43-44) berpendapat : ”metode pembelajaran bermain bersifat kompetetif dan mengarahkan peserta didik untuk dapat mencapai dan mengarahkan peserta didik untuk dapat mencapai prestasi atau hasil belajar tertentu”. Permainan harus menyenangkan dan memberi pengalaman belajar baru bagi peserta didik. Pada umumnya dalam metode pembelajaran bermain ada pihak yang menang ada pihak yang kalah. Pihak yang menang akan mendapat reward, sedangkan pihak yang kalah perlu berlatih lebih keras untuk memenangkan permainan". Berdasarkan pengertian pendekatan bermain yang dikemukakan oleh dua ahli tersebut dapat disimpulkan, pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan atau belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikemas dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pendekatan bermain peserta didik belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikemas dalam bentuk permainan.
b. Pembelajaran Lempar-Tangkap Bola Melalui Pendekatan Bermain Memberikan pembelajaran gerak dasar lempar tangkap dengan bermain sangat penting bagi anak sekolah dasar. Pembelajaran lempar tangkap dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, supaya anak tidak merasakan kebosanan dalam melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran dengan bermain sangat sederhana dengan memanfaatkan barang-barang
32
disekitar kita yang sudah tidak terpakai. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih gerak dasar lempar tangkap bola. Supaya terjadi otomatisasi gerak pada anak yang melakukannyaa. Karena dalam bermain anak akan termotivasi untuk melakukan percobaan. Apalagi dalam permainan terselip kompetisi yang memberikan dorongan anak untuk memenangkan permainan dengan melakukan gerak dasar lempar tangkap yang baik secara berulang-ulang. Pembelajaran permainan lempar tangkap bola dimulai dari tahapan yang paling sederhana ke tahapan yang kompleks, yaitu pembelajaran pengenalan, kemudian dilanjutkan pembelajaran bertahap ( tahap penemuan, tahap pengembangan, dan tahap penguatan ) 1)
Permainan lempar tangkap berpasangan
Gambar 8. Permainan lempar tangkap berpasangan Tujuan
: Mengenalkan bola yang digunakan dan peserta
didik dapat menemukan cara gerakan melempar dan menangkap bola. Perlengkapan : bola kasti, cone, dan lapangan. Aktivitas
:
1) Peserta didik melakukan gerakan melempar bola lambung kemudian menangkapnya sendiri 2) Peserta didik melakukan pantulan bola kemudian menangkapnya sendiri. 3) Peserta didik melakukan gerakan melempar bola ( melambung, mendatar, dan menyusur tanah ) ke depan untuk di tangkap temannya. Di variasikan dengan melakukan lempar tangkap 2 tangan dan 1 tangan.
33
2)
Permainan Pantul Tembok
Gambar 9. Permainan pantul tembok Tujuan
: Peserta didik dapat menemukan cara gerakan
melempar dan menangkap bola. Perlengkapan : Bola kasti, sasaran (tembok) Aktivitas
: 1) Peserta didik melakukan gerakan melempar bola memantulkan ke tembok. 2) Peserta didik melakukan gerakan menangkap bola.
Divariasi dengan jarak bertahap. 3)
Permainan Tembak Sasaran 1
Gambar 10. Permainan tembak sasaran 1 Tujuan melempar
: Peserta didik dapat menemukan cara gerakan dan menangkap bola (melambung) ke depan
arah sasaran. Perlengkapan : Bola kasti, sasaran (ban bekas, bambu tiang penyangga)
34
Aktivitas
: 1) Peserta didik melakukan gerakan melempar bola kearah sasaran. 2) Peserta didik melakukan gerakan menangkap bola .
Divariasi dengan jarak bertahap. 4)
Permainan Tembak Sasaran 2
Gambar 11. Permainan tembak sasaran 2 Tujuan
: Peserta didik dapat menemukan cara gerakan
melempar dan menangkap bola (menyusur tanah) ke depan arah sasaran. Perlengkapan : Bola kasti, sasaran ( cone, botol bekas ) Aktivitas
: 1) Peserta didik melakukan gerakan melempar bola kearah sasaran. 2) Peserta didik melakukan gerakan menangkap bola .
Divariasi dengan jarak bertahap.
35
5)
Permainan Tembak Sasaran 3
Gambar 12. Permainan tembak sasaran 3 Tujuan
: Peserta didik dapat menemukan cara gerakan
melempar dan menangkap bola (mendatar) ke depan arah sasaran. Perlengkapan : Bola kasti, sasaran ( cone, bola sepak, tiang penyangga) Aktivitas
: 1) Peserta didik melakukan gerakan melempar bola kearah sasaran. 2) Peserta didik melakukan gerakan menangkap bola.
Divariasi dengan jarak bertahap. 6)
Permainan Bola Kardus
Gambar 13. Permainan bola kardus Tujuan
: Peserta didik dapat melakukan gerakan melempar dan
menangkap bola dengan baik.
36
Perlengkapan
: Kardus berukuran besar sebagai target, bola
berukuran kecil/bola kasti sebagai alat menyerang target. Aktivitas
: 1) Peserta didik melakukan gerakan melempar bola kearah sasaran. 2) Peserta didik melakukan gerakan menangkap bola.
Divariasi dengan jarak bertahap. 7)
Permainan Bola Tembak Bola
Gambar 14. Permainan bola tembak bola Tujuan
: Peserta didik dapat melakukan gerakan melempar
dan menangkap bola dengan baik. Perlengkapan : Bola berukuran besar sebagai target, bola berukura kecil sebagai alat menyerang target. Aktivitas
: Terdiri dari 4 tim. 1 tim terdiri dari 5 peserta didik. Masing-masing tim menempatkan posisi di salah satu sisi lapangan. Kemudian berusaha melempar target agar bergeser ke sisi lapangan lawan. Bola yang menuju ke salah satu sisi lapangan, tim yang menempati sisi tersebut tim yang kalah.
37
8)
Permainan Bola dan Tangan
Gambar 15. Permainan bola dan tangan Tujuan
: Peserta didik dapat melakukan gerakan melempar
dan menangkap dalam bola dengan baik. Perlengkapan : Bola berukuran kecil/ bola kasti, botol bekas sebagai target atau gawang, lapangan. 1 tim terdiri dari 5-7 peserta didik. Aktivitas :
1 tim berusaha menjaga gawangnya dari serangan lawan, dan juga bertugas menyerang gawang lawan. Penyerangan dilakukan dengan mengumpan ke teman dengan melempar dan menangkap bola.Tim yang paling banyak mencetak gol (menjatuhkan botol lawan) tim yang memenangkan pertandingan
38
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat dibuat skema kerangka berpikir sebagai berikut :
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Pembelajaran berpusat pada guru, Keaktifan gerak peserta didik rendah
1. Peserta didik kurang tertarik dan cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran 2. Hasil pembelajaran lempar tangkap bola peserta didik masih
Meningkatkan gerak dasar lempar tangkap bola kippers melalui pendekatan bermain
Siklus 1 : Peneliti dan
Melalui pendekatan bermain gerak dasar lempar tangkap bola kippers peserta didik meningkat
belajar gerak dasar
Kolaborator menyusun pembelajaran dengan bermain guna meningkatkan hasil
lempar tangkap bola.
Gambar 16. Bagan Konseptual Kerangka Berpikir
Kippers merupakan bentuk permainan bola kecil yang cara dan peraturan
permainanya
hampir
sama
dengan
permainan
kasti.
Permaianan ini biasanya diajarkan dalam pendidikan jasmani di tingkat Sekolah Dasar, salah satunya yaitu di SD Negeri 02 Pablengan. Permainan ini tidak hanya mengandalkan ketrampilan memukul dan kecepatan berlari saja, namun sangat dibutuhkan juga kemampuan melempar dan menangkap bola yang baik. Karena dalam permainan ini sangat mengandalkan keakuratan dan ketepatan dalam melempar dan menangkap bola. Penguasaan gerak dasar lempar-tangkap bola yang baik
39
diharapkan dapat meningkatkan kerjasama yang baik saat melakukan permainan kippers. Untuk dapat meningkatkan gerak dasar lempar-tangkap bola dalam permainan kippers dapat digunakan pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan melalui permainan atau pendekatan bermain. Dengan pendekatan
bermain
menciptakan
suasana
pembelajaran
yang
menyenangkan dan meningkatkan peran aktif peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, peserta didik melaksanakan tugas gerak dasar dengan rasa senang tanpa ada paksaan dan menjadi termotivasi untuk melakukan gerak dasar lempar tangkap yang baik. Dengan demikian pendekatan bermain diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar gerak dasar lempar-tangkap bola dalam permainan kippers.