perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar a. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar Masa usia siswa sekolah dasar adalah sekitar enam sampai dua belas tahun. Masa tersebut merupakan tahapan perkembangan penting dan sangat mendasar bagi kesuksesan perkembangan anak di tahap selanjutnya. Basset, Jacka, dan Logan (dalam Sumantri dan Permana, 2001: 11) mengemukakan bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar adalah: (1) secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, (2) senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, (3) suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, (4) mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru, (5) biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi, tidak suka mengalami ketidakpuasan, dan menolak kegagalan-kegagalan, (6) belajar efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, dan (7) belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya. Seorang ahli Psikologi Piaget (dalam Atkinson dkk, 2010: 146) mengelompokkan stadium perkembangan kognitif anak sebagai berikut: (1) fase sensomotorik yaitu umur 0-2 tahun, (2) fase praoperasional yaitu umur 2-7 tahun, (3) fase operasional konkret yaitu umur 7-11 tahun, dan (4) fase operasional formal yaitu umur 11 tahun ke atas. Berdasarkan fase perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget, siswa kelas V SD dengan usia 9-11 tahun termasuk dalam fase operasional konkret. Kemampuan berpikir logis muncul pada fase ini. Anak dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
masalah. Pada fase ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang bersifat konkret (Sumantri dan Syaodih, 2006: 1.15). Menurut fase dan tugas perkembangan Buhler (dalam Sobur, 2010: 132-133), usia kelas V SD masuk pada fase keempat yang disebut dengan masa sekolah dasar. Pada masa ini anak mencapai objektivitas tertinggi, atau sering disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar. Masa ini juga merupakan masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi. Selain itu, anak mulai menemukan diri sendiri, yaitu secara tidak sadar mulai berpikir tentang diri pribadi. Pada fase ini, anak sering mengasingkan diri. Menurut uraian di atas, peneliti menyimpulkan karakteristik usia siswa kelas V SD adalah: (1) usianya antara 9-11 tahun, (2) berada pada fase operasional konkret, (3) berpikir realistik, (4) tertarik akan dunia sekitar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, (5) terdorong untuk berprestasi, (6) menunjukkan sikap kritis dan rasional, (7) senang bermain dan lebih suka bergembira, (8) mencapai objektivitas tertinggi, (9) suka mengasingkan diri, dan (10) belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya. Hal itu pula yang dimiliki oleh siswa kelas V di SD Negeri 2 Banjurpasar dengan berbagai karakteristik siswa sekolah dasar pada umumnya. Dengan melihat karakteristik siswa kelas V yang berada pada fase operasional konkret maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru menggunakan pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai.
Melalui
pendekatan
pembelajaran
menyenangkan
dan
mengaktifkan siswa serta media pembelajaran yang nyata diharapkan kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan baik sehingga anak dapat termotivasi untuk belajar dan aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, hasil pembelajaran pun dapat tercapai secara maksimal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
b. Pembelajaran 1) Pengertian Belajar Belajar merupakan peristiwa yang terjadi dalam tiap-tiap individu atau manusia. Tanpa disadari dalam kehidupan setiap individu, belajar mulai diawali dari seseorang lahir hingga dewasa sesuai dengan kebutuhannya. Slameto (dalam Hamdani, 2011: 20) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sobur (2010: 218) mengungkapkan, “Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman”. Di sini, tidak termasuk perubahan perilaku yang diakibatkan oleh kerusakan atau cacat fisik, obat-obatan, penyakit, atau perubahan karena proses pematangan. Hintzman (dalam Sobur, 2010: 220) berpendapat, “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior”. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri orgaisme yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dengan demikian, perubahan yang disebabkan pengalaman tersebut baru bisa disebut belajar jika telah memengaruhi organisme. Lebih lanjut, Hintzman menjelaskan bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun amat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah peristiwa yang terjadi dalam tiap-tiap individu mulai diawali dari seseorang lahir hingga dewasa sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang relatif tetap sebagai hasil
dari
pengalamannya sendiri commit to user lingkungannya.
dalam
interaksi
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
2) Pengertian Pembelajaran Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Sagala, 2013: 62), pembelajaran diartikan sebagai “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Susilana & Riyana (2007: 1) berpendapat bahwa “Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan,
dan
nilai-nilai
positif
dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar”. Kemudian, Gagne (dalam Huda, 2013: 3) menyatakan bahwa, “Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya”. Modifikasi dalam hal ini adalah perubahan dalam tindakan dan perilaku seseorang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif berupa perubahan dalam tindakan dan perilaku yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya
dengan memanfaatkan
berbagai sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
3) Karakteristik Pembelajaran Sanjaya (2008: 79-80) mengemukakan karakteristik pembelajaran yaitu: a) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa Kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Siswa dianggap sebagai subjek belajar yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya. b) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran. c) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran saja, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Puskur (dalam Majid, 2012: 24) menyatakan beberapa karakteristik pembelajaran, diantaranya: (1) berpusat pada siswa, (2) mengembangkan
kreativitas siswa, (3) menciptakan kondisi yang
menyenangkan, (4) bermuatan nilai, estetika, etika, logika, dan kinestetika, (5) menyediakan pengalaman yang beragam. Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
karakteristik pembelajaran adalah (1) berorientasi pada siswa, (2) dapat terjadi di mana saja, (3) menciptakan kondisi yang menyenangkan, (4) bermuatan nilai, estetika, etika, logika, dan kinestetika, (5) mempunyai tujuan untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan (6) dapat menyediakan pengalaman yang beragam bagi siswa.
4) Hasil Belajar Sudjana (2009: 22) menyatakan “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Kemudian, Purwanto (2013: 54) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi pada diri peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang dimiliki siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam mengajarkan materi pelajaran, guru mengharapkan adanya perubahan yang dialami siswa sebagai akibat dari proses belajar. Perubahan ini dapat terlihat dari perubahan pengetahuan siswa yang dapat diukur dengan evaluasi sehingga diperoleh data hasil belajar siswa yang menunjukan keberhasilan guru dalam mengajar. Hasil belajar ini dapat menjadi tolak ukur bagi guru dalam menentukan tindakan selanjutnya.
c. Hakikat IPA di Sekolah Dasar 1) Pengertian IPA Bundu (2006: 9) mengungkapkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata natural science.
Natural
berarti alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science berarti ilmu pengetahuan. Sehingga secara harafiah, IPA atau yang disebut dengan sains dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Trianto (2007: 99) mengungkapkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah hal yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. H.W. Fowler dan kawan-kawan (dalam Dewiki dan Yuniati, 2006: 2.9) mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang sistematis dan dirumuskan. Ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas hasil pengamatan dan induksi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA atau commit to user sains adalah suatu pengetahuan yang diperoleh melalui serangkaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
proses dan kegiatan mengumpulkan informasi melalui pengamatan dan penyelidikan tentang dunia sekitar khususnya peristiwa alam dan gejala-gejala kebendaan yang dirumuskan secara sistematis dan tersusun secara teratur. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Karakteristik siswa kelas V SD yang memiliki rasa ingin tahu tinggi dan memerlukan
sesuatu
yang
konkret
dapat
dipenuhi
dengan
pembelajaran IPA yang melibatkan kegiatan ilmiah dengan media yang konkret. Melalui serangkaian kegiatan tersebut, siswa akan memperoleh pengetahuan secara langsung dan nyata.
2) Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya sekumpulan teori atau konsep saja, namun merupakan ilmu yang untuk memperoleh informasi membutuhkan kegiatan eksperimen, pengamatan, dan analisis serta klasifikasi data-data. Dengan demikian, hakikat IPA terdiri dari tiga komponen utama yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, dan IPA sebagai sikap. a) IPA sebagai Proses Proses IPA menurut Bundu (2006: 12) adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan selanjutnya. Keterampilan proses dasar meliputi: kegiatan pengamatan, pengelompokan (klasifikasi), pengukuran, hubungan ruang/waktu, meramalkan, komunikasi, penarikan kesimpulan, dan aplikasi. commit toproses user terintegrasi meliputi: definisi Sedangkan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
operasional variabel, menyusun hipotesis, menafsirkan data, mengontrol variabel, dan melakukan percobaan. a) IPA sebagai produk IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis (Susanto, 2013:168). Produk IPA yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. b) Sikap Ilmiah Susanto (2013: 169) mengemukakan ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerjasama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri. Dari beberapa uraian tentang IPA di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang tidak hanya terdiri fakta, konsep, atau prinsip saja namun merupakan suatu ilmu yang membutuhkan
kegiatan
penelitian
untuk
mempelajari
dan
mengumpulkan informasi secara sistematik.
3) Tujuan Pembelajaran IPA Tim Penyusun KTSP (2014: 12-13) mengemukakan tujuan IPA adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, to user keputusan, (5) meningkatkan memecahkan masalahcommit dan membuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
kesadaran untuk berperamn serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Tujuan pembelajaran IPA berdasarkan uraian tersebut adalah untuk mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa secara positif agar pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari secara nyata. Tujuan IPA tersebut sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa. Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, guru perlu mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa. Keterampilan tersebut akan mudah diperoleh dan bermakna jika siswa memiliki pengalaman langsung dalam mencari informasi melalui pendekatan dan media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa secara langsung.
4) Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD Asy’ari (dalam Rahmawati: 2013: 20) menyatakan bahwa ruang lingkup pembelajaran IPA meliputi dua aspek yaitu: (1) kerja ilmiah, meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah dan (2) pemahaman konsep dan penerapannya, mencakup: makhluk hidup dan proses kehidupan, benda, sifat-sifat dan kegunaanya, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta, serta lingkungan. Tim Penyusun KTSP (2014: 13) mengemukakan aspek pemahaman konsep dan penerapannya dalam
ruang lingkup
pembelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu: manusia, hewan, commit dengan to user lingkungan, serta kesehatan, (2) tumbuhan, dan interaksinya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Penelitian ini mencakup dua aspek ruang lingkup IPA, yaitu proses dan pemahaman konsep. Lingkup proses atau kerja ilmiah yang ditekankan adalah pengamatan dan percobaan. Aspek pemahaman konsep dan penerapannya dalam ruang lingkup pembelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek: (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, (3) energi dan perubahannya, (4) bumi dan alam semesta. Pemahaman konsep yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah tentang gaya. Menurut ruang lingkup IPA, pemahaman konsep tersebut termuat dalam konsep energi dan perubahannya.
d. Standar Isi IPA Kelas V SD Merujuk pada silabus pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 2 Banjurpasar (lampiran 3 halaman 170-171), materi gaya yang akan diteliti mencakup standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Gaya Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 5. Memahami hubungan 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara antara gaya, serta fungsinya gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet) Materi yang akan dibahas selama penelitian mencakup indikator sebagai berikut: (a) menjelaskan pengertian gaya, (b) mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi, (c) menjelaskan pengertian gaya magnet, (d) menyebutkan bentuk-bentuk magnet, (e) mengelompokkan commit to user benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis, (f)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
menunjukkan medan magnet, (g) menunjukkan kutub-kutub magnet, (h) mendeskripsikan sifat magnet bila kedua kutub magnet saling didekatkan, (i) memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari, (j) mengetahui kekuatan daya tembus magnet melalui percobaan, (k) mengetahui kekuatan magnet berdasarkan jarak, (l) menjelaskan hal-hal yang dapat melemahkan kekuatan gaya tarik magnet, (m) menunjukkan bahan-bahan yang dapat dibuat magnet, (n) membuat magnet, (o) menjelaskan pengertian gaya gravitasi, (p) mengidentifikasi kecepatan jatuh dua benda yang berbeda, (q) memprediksi seandainya tidak ada gaya gravitasi di bumi, (r) menjelaskan pengertian gaya gesekan (s) membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda, (t) menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya gesekan, (u) menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan. e. Materi Pembelajaran IPA di Kelas V SD 1) Pengertian Gaya Gaya adalah kemampuan untuk melakukan usaha (Maryanto & Purwanto, 2009: 92). Gaya tidak dapat dilihat. Kita hanya dapat melihat efek atau akibat dari gaya. Gaya yang bekerja pada benda dapat berupa tarikan dan dorongan (Arifin, Nurjhani, dan Muslim, 2009: 63). Gaya dapat merubah bentuk benda. Gaya dapat mengubah arah benda. Gaya dapat menggerakkan benda yang diam. Gaya dapat mengubah kecepatan gerak benda dan menghentikan benda. 2) Hubungan Gaya, Gerak dan Energi Energi mampu melakukan kerja. Kerja tersebut dilakukan melalui gaya atau dalam pengertia lain, sesuatu yang menyebabkan kita menghasilkan gaya sering dinamakan energi. Jadi, gaya yang menyebabkan suatu benda dapat bergerak. Semakin besar gaya yang dikeluarkan maka semakin besar pula energi yang diperlukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
3) Gaya Magnet Kata “magnet” berasal dari kata “magnesia”. Magnesia yaitu nama sebuah kota yang berada di Asia Tengah. Di kota tersebut ditemukan batuan yang mampu menarik besi. Kekuatan magnet dalam menarik benda-benda tertentu disebut gaya magnet. Gaya magnet menyebabkan benda yang diam menjadi bergerak. Bentuk
magnet
bermacam-macam,
diantaranya:
magnet
berbentuk huruf U, tapal kuda, batang, jarum, cincin, dan silinder. Benda yang dapat ditarik magnet disebut benda magnetis. Sedangkan benda yang tidak dapat ditarik magnet disebut benda nonmagnetis. Benda magnetis, misalnya besi dan baja. Benda nonmagnetis, misalnya tembaga, aluminium, perak, kayu, plastik, dan karet. (a) Medan Magnet Magnet menimbulkan medan magnet di sekitarnya. Medan magnet adalah daerah di sekitar magnet yang masih mengalami gaya magnet. Medan magnet ditunjukkan dengan garis-garis gaya magnet. Kekuatan gaya tarik magnet terletak pada ujung-ujung magnet.
Gambar Medan Magnet (b) Kutub-kutub Magnet Magnet mempunyai dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub utara adalah ujung magnet yang mengarah ke utara dan kutub selatan adalah ujung magnet yang mengarah ke selatan. Dua kutub yang sejenis jika didekatkan akan tolak-menolak. Adapun dua kutub yang tidak sejenis apabila didekatkan akan tarik-menarik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Gambar Dua Ujung Magnet jika didekatkan
(c) Kegunaan Magnet Magnet banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Bendabenda yang menggunakan magnet, antara lain kompas, bel listrik, pompa air, pengeras suara, dinamo sepeda, pengunci tas, pintu kulkas, kotak pensil, dan lain-lain. (d) Kekuatan Gaya Magnet Gaya magnet dapat menembus penghalang, yaitu benda nonmagnetis. Namun, apabila benda penghalang terlalu tebal maka pengaruh gaya magnet bisa hilang. Jarak juga berpengaruh terhadap gaya tarik magnet. Makin dekat jarak benda ke magnet maka makin kuat gaya tarik magnet tersebut. Gaya tarik magnet menyebabkan magnet harus disimpan dengan hati-hati. Hindarkan magnet dari barang-barang elektronik karena gaya tarik magnet dapat merusak benda-benda tersebut. Gaya tarik magnet juga dapat berkurang atau hilang jika megnet dipukul-pukul dan dipanaskan. (e) Cara Membuat Magnet Besi dan baja adalah bahan untuk membuat magnet. Besi dan baja dapat dibuat menjadi magnet karena bersifat feromagnetik (memiliki sifat magnet yang kuat). Tembaga dan aluminium tidak dapat dibuat menjadi magnet karena bersifat diamagnetik (tidak memiliki sifat magnet). Berdasarkan sifatnya, magnet dibedakan magnet sementara dan magnet tetap. Magnet sementara adalah magnet yang sifat kemagnetannya mudah hilang. Adapun magnet tetap adalah magnet commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
yang sifat kemagnetannya tidak mudah hilang. Ada beberapa cara untuk membuat magnet, yaitu: (1) Digosok Jika magnet digosokkan pada batang besi atau baja secara searah, maka lama-kelamaan batang besi atau baja akan menjadi magnet. Semakin banyak gosokan yang dilakukan maka semakin kuat sifat kemagnetan besi atau baja tersebut.
Gambar Membuat Magnet dengan Cara digosok (2) Diinduksi Benda magnetis yang menempel pada magnet dapat menjadi bersifat seperti magnet. Cara membuat magnet seperti ini disebut induksi magnetis. Kemagnetan yang terbentuk dengan cara induksi bersifat sementara. Jika benda dilepaskan dari magnet, maka sifat kemagnetannya akan hilang.
Gambar Induksi Magnet (3) Mengalirkan listrik Magnet
yang terjadi
karena
dialiri
arus
listrik
disebut
elektromagnet. Kemagnetan ini bersifat sementara. Apabila arus listrik diputuskan, sifat kemagnetannya akan hilang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Gambar Elektromagnetik 4) Gaya Gravitasi Semua benda padat dan cair apa pun yang dilemparkan ke atas pasti akan jatuh lagi menuju bumi. Hal itu disebabkan adanya gaya gravitasi bumi. Gaya gravitasi bumi atau gaya tarik bumi adalah gaya tarik yang arahnya ke pusat bumi. Makin jauh dari bumi, makin kecil gaya gravitasinya (Tarwoko dan Muharomah, 2009: 92). Dengan adanya gaya gravitasi, semua yang ada di permukaan bumi dapat tetap bertahan. Jika tidak ada gaya gravitasi bumi, semua yang ada di permukaan bumi tidak dapat diam di suatu tempat. Benda-benda tidak akan jatuh ke bawah, tetapi melayang-layang di udara. Kejadian seperti ini dialami oleh para astronaut yang melakukan perjalanan ke ruang angkasa. Para astronaut dapat melayang di dalam pesawat luar angkasa karena ruang angkasa terbebas dari gaya gravitasi. Pada saat tersebut, mereka tidak lagi memiliki berat (Arifin, Nurjhani, dan Muslim, 2009: 60).
5) Gaya Gesekan Semua benda yang bergerak mengalami gaya gesekan. Gaya gesekan adalah gaya yang timbul apabila dua benda bersentuhan. Gaya gesekan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Gaya gesekan mengurangi kecepatan gerak benda. Gerak jatuh benda dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya gesek (Priyono, Martini, dan Amin, 2009:100). Gaya gesekan memper-lambat kecepatan jatuhnya benda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Gaya gesekan dibedakan menjadi dua, yaitu gaya gesekan statis dan gaya gesekan kinetis. Gaya gesekan statis adalah gaya gesekan ketika benda akan bergerak. Adapun gaya gesekan kinetis adalah gaya gesekan ketika benda sudah bergerak. Manfaat gaya gesekan antara lain untuk membantu benda bergerak tanpa tergelincir, menghentikan benda yang sedang bergerak, dan menahan benda-benda agar tidak bergeser. Karena manfaat utama gaya gesekan adalah menahan benda agar tidak tergelincir, maka ada benda-benda yang dirancang untuk memperbesar gaya gesekan. Benda-benda tersebut adalah bahan karet dan paku-paku atau pul. Kerugian gaya gesekan antara lain menghambat gerakan, mengikis permukaan yang bergesekan (menyebabkan aus), dan memboroskan energi untuk mengatasi gaya gesekan. Untuk mengurangi kerugian akibat gaya gesekan, kita dapat memperkecil gaya gesekan dengan cara menghaluskan permukaan benda yang bersentuhan, memberi pelumas/oli, memasang bantalan peluru, dan memasang roda.
f. Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas V SD Peningkatan berasal dari kata dasar “tingkat”. Kemendiknas (2014: 1470) menyatakan bahwa, “Peningkatan adalah proses, perbuatan, cara meningkatkan (usaha, kegiatan, dan sebagainya)”. Berdasarkan pengertian di atas, peningkatan pembelajaran IPA tentang gaya pada siswa kelas V SD adalah suatu usaha terencana yang dilakukan oleh guru kepada siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan media pembelajaran yang sesuai, supaya siswa mampu menerima materi pelajaran yang disampaikan guru dan akan tercapai peningkatan pembelajaran yang maksimal. Proses pembelajaran IPA disesuaikan dengan karakteristik siswa commit to operasional user kelas V SD yang berada pada tahap konkret yaitu menekankan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami konsep atau fakta secara ilmiah. Peningkatan pembelajaran IPA tentang materi gaya ini dapat diketahui melalui proses pembelajaran siswa saat pembelajaran berlangsung dan hasil
pembelajaran
yang
diperoleh
siswa
setelah
pembelajaran
berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan hasil pembelajaran IPA diperoleh dari tes evaluasi/hasil belajar yang diakumulasikan dengan proses belajar IPA dengan bobot 50:50.
2. Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media Realia a. Penerapan Pendekatan Saintifik 1) Pengertian Pendekatan Pembelajaran Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris “approach” yang memiliki arti sebagai “pendekatan”. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan “a way of beginning something” atau cara memulai sesuatu. Oleh karena itu, istilah pendekatan pembelajaran dapat diartikan cara memulai pembelajaran (Nuswantari, 2014: 6). Adapun istilah pendekatan dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2011: 127) dapat diartikan sebagai “sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran”. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Jadi, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Mikarsa, Taufik, dan Prianto (2007: 7.4-7.5) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran pada hakikatnya merupakan kerangka acuan yang dianut oleh guru dalam praktik pembelajaran yang dilakukan melalui pengorganisasian siswa dan pengolahan pesan untuk mencapai sasaran belajar berupa peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor serta kepribadian siswa secara keseluruhan. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa commit to user pendekatan pembelajaran adalah cara memulai pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
mengacu pada suatu kerangka acuan atau sudut pandang yang dianut oleh guru dalam praktik pembelajaran untuk mencapai sasaran pembelajaran berupa peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor serta kepribadian siswa secara keseluruhan.
2) Pengertian Pendekatan Saintifik Dalam pelaksanaannya, ada yang menjadikan saintifik sebagai pendekatan ataupun metode. Namun karakteristik dari pendekatan saintifik tidak berbeda dengan metode saintifik (scientific method). Metode
ilmiah
menurut
Kemendikbud
(2014:
18)
umumnya
menempatkan fenomena unik dan spesifik dan detail kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah menurut Kemendikbud (dalam Majid, 2014: 196) merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Pendekatan saintifik menurut Kemendikbud (2013: 200) dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah bahwa informasi dapat berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu, bukan diberi tahu. Dari pendekatan
uraian saintifik
tersebut,
dapat
merupakan
ditarik
proses
kesimpulan
kegiatan
belajar
bahwa yang
mengenalkan materi dengan menggunakan serangkaian proses ilmiah dalam mencapai tujuan pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
3) Kriteria Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kemendikbud menjelaskan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis (dalam Majid, 2014: 197-199). a) Intuisi Intuisi
sering
dimaknai
sebagai
kecakapan
praktis
yang
kemunculannya bersifat irasional dan individual yang biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik. b) Akal sehat Guru dan siswa harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran. Namun demikian, jika guru dan siswa hanya sematamata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkan mereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran. c) Prasangka Berpikir skeptis atau prasangka memang penting jika diolah secara baik, tetapi akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan siswa. d) Penemuan coba-coba Walaupun aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang bermakna, namun keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan cara coba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. Oleh karena itu, jika akan melakukan tindakan coba-coba, harus disertai dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban. e) Berpikir kritis Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya to user dimiliki oleh orangcommit yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil eksperimen yang valid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata. Menurut Sudarwan (dalam Majid, 2014: 194), pendekatan saintifik
bercirikan
penonjolan
dimensi
pengamatan,
penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata, (2) penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis, (3) mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran, (4) mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran, (5) mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran, (6) berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, (7) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik dalam sistem penyajiannya. Dengan
demikian,
penerapan
pendekatan
saintifik
dalam
pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah dan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) materi pembelajaran berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, (2) penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif gurusiswa terbebas dari prasangka yang menyimpang dari alur berpikir logis, commit to user (3) mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis, analistis, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
tepat, (4) mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik, (5)
mendorong
dan
menginspirasi
siswa
mampu
memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran, serta (6) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas.
4) Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Saintifik Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV (dalam Kemendikbud, 2014: 19-20) menyebutkan langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang disajikan dalam tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.2 Langkah dan Kegiatan Belajar dalam Pendekatan Saintifik Langkah Kegiatan Belajar Pembelajaran 1. Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) 2. Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati 3. Mengumpulkan - Melakukan eksperimen informasi/ - Membaca sumber lain selain buku teks eksperimen - Mengamati objek/ kejadian - Aktivitas - Wawancara dengan narasumber 4. Mengasosiasikan/ - Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan mengolah baik terbatas dari hasil kegiatan informasi mengumpulkan/eksperimen atau hasil dari mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi - Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan 5. Mengkomunikasi- Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan kan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Dyer, dkk (dalam Sani, 2013: 53) mengungkapkan lima aktivitas dalam pendekatan saintifik, yakni: (1) observasi, (2) bertanya, (3) melakukan percobaan, (4) asosiasi (menghubungkan atau menalar), dan (5) membangun jaringan (networking). Kemudian, Hosnan (2014: 39) juga mengungkapkan lima aktivitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
saintifik,
yaitu:
(1)
mengamati,
(2)
menanya,
(3)
mengumpulkan data, (4) mengasosiasi, dan (5) mengkomunikasikan. Hal senada juga diungkapkan oleh R.A. Sani (2013: 54-72) yang mengungkapkan ada lima aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran saintifik, yaitu: 1. Melakukan Pengamatan atau Observasi Observasi adalah memperoleh informasi dengan menggunakan panca indera untuk dapat menganalisis suatu permasalahan atau fenomena. 2. Mengajukan Pertanyaan Aktivitas
belajar
ini
sangat
penting
untuk
meningkatkan
keingintahuan dalam diri siswa. Dalam hal ini, guru perlu mengajukan pertanyaan dalam upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. 3. Melakukan Eksperimen/Percobaan atau Memperoleh Informasi Upaya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan sering kali harus dilakukan dengan menggunakan penyelidikan atau percobaan. Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan atau pertanyaan tersebut. 4. Mengasosiasikan/Menalar Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi. Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat, data, fakta, atau informasi. Upaya untuk melatih siswa dalam melakukan penalaran dapat dilakukan dengan meminta siswa untuk menganalisis data yang telah diperoleh sehingga mereka dapat menemukan commitatau to user hubungan antar variabel, dapat menjelaskan tentang data
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
berdasarkan teori yang ada, menguji hipotesis yang telah diajukan, dan membuat kesimpulan. 5. Membangun atau Mengembangkan Jaringan dan Berkomunikasi Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara untuk membentuk kemampuan siswa agar dapat membangun jaringan dan berkomunikasi. Hal ini perlu dilakukan karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Langkah-langkah belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik tidak harus dilakukan mengikuti prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari (Sani, 2014: 53-54). Misalnya, pada suatu pmbelajaran mungkin dilakukan observasi terlebih dahulu sebelum mengajukan pertanyaan, namun pada pembelajaran yang lain mungkin siswa mengajukan pertanyaan terlebih dahulu sebelum melakukan observasi. Aktivitas membangun jaringan juga mungkin dilakukan dalam upaya melakukan percobaan, namun mungkin juga dibutuhkan ketika siswa mengkomunikasikan hasil percobaannya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan langkahlangkah pendekatan saintifik yang meliputi: (1) guru mengarahkan siswa untuk mengamati dengan memperhatikan, (2) guru mengajukan pertanyaan pancingan dalam upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan, (3) siswa mengumpulkan informasi/eksperimen, (4) siswa mengasosiasikan/mengolah informasi dari hasil eksperimen yang telah dilakukan, (5) siswa mengkomunikasikan hasil eksperimen yang telah dilakukannya.
5) Kelemahan dan Keunggulan Pendekatan Saintifik Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah memiliki kelemahan dan keunggulan. Berdasarkan langkah-langkah pendekatan saintifik, data to userkesimpulan ilmiah berasal dari yang digunakan untuk commit mengambil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
pengamatan. Keterbatasan kemampuan panca indera kita dan ketidaktelitian dalam menangkap suatu fakta dalam pengamatan memungkinkan terjadinya kesalahan atau kekeliruan dalam mengumpulkan data sehingga simpulan yang diambil pun akan keliru. Namun, kelemahan tersebut dapat ditutupi dengan melakukan pengamatan yang teliti dan hati-hati sehingga kesalahan dalam menarik simpulan tidak terjadi. Selain mampunyai kelemahan pendekatan saintifik mempunyai keunggulan. Berdasarkan uraian tentang pendekatan saintifik, terdapat peneliti menyimpulkan keungulan mengenai pendekatan ini diantaranya: (1) membimbing siswa untuk mencintai kebenaran yang objektif dan rasional, (2) membimbing peserta didik untuk lebih tahu banyak, (3) membimbing siswa untuk tidak berpikir secara prasangka dan asal berpikir kritis tetapi berpikir secara terbuka atau objektif, (4) membimbing siswa untuk menerima pendapat-pendapat orang lain atau bersikap toleran, (4) membimbing siswa untuk tidak begitu saja percaya pada suatu simpulan tanpa adanya bukti-bukti nyata, dan (5) membimbing siswa untuk selalu bersikap optimis dan teliti. Carl Wieman (2007: 9-15) dalam jurnalnya yang berjudul “Why Not Try a Scientific Approach to Science Education” mengemukakan alasan perlu mencoba pendekatan saintifik dalam pembelajaran sains yang peneliti jadikan sebagai keungggulan dari pendekatan Saintifik, yaitu: (1) mentransportasikan cara berpikir siswa dari orang baru menjadi yang ahli, (2) dapat melatih siswa agar dapat mengkomunikasikan/ memberi penjelasan dengan baik, (3) dimungkinkan dapat meningkatkan kecerdasan, (4) dapat mengafektifkan keyakinan, dapat memperbaiki proses belajar dan mengajar, dan meringankan beban kognitif, (5) hasil dari peningkatan pemuatan siswa pada beban kognitif rendah, sedang, dan tinggi, (6) membangun kemampuan simulasi interaktif siswa dalam pembelajaran
yang
menggambarkan
kehidupan
nyata
karena
pembelajarannya menyediakan lingkungan belajar yang nyata melalui commit to user kegiatan observasi dan eksplorasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik memiliki kelemahan yaitu dalam hal proses pengamatan. Jika terjadi kesalahan dalam proses pengamatan maka proses pengambilan simpulan pun dapan keliru. Kekurangan tersebut dapat ditutupi dengan banyak keunggulan yang dapat diperoleh dari pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik, yaitu: (1) membimbing siswa untuk mencintai kebenaran yang objektif dan rasional, (2) membimbing siswa untuk menerima pendapat-pendapat orang lain atau bersikap toleran, (3) membimbing siswa untuk tidak begitu saja percaya pada suatu simpulan tanpa adanya bukti-bukti nyata, dan (4) membimbing siswa untuk selalu bersikap optimis, teliti, berpikir kritis, analistis, dan tepat, (5) mentransportasikan cara berpikir siswa dari orang baru menjadi yang ahli, (6) melatih siswa agar dapat mengkomunikasikan/memberi penjelasan dengan baik, (7) dimungkinkan dapat meningkatkan kecerdasan, (8) dapat mengafektifkan keyakinan, dapat memperbaiki proses belajar dan mengajar, dan meringankan beban kognitif, (9) hasil dari peningkatan pemuatan siswa pada beban kognitif rendah, sedang, dan tinggi, (10) membangun kemampuan simulasi interaktif siswa dalam pembelajaran
yang
menggambarkan
kehidupan
nyata
karena
pembelajarannya menyediakan lingkungan belajar yang nyata melalui kegiatan observasi dan eksplorasi. b. Hakikat Media Realia 1) Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran sering dipersepsikan sama dengan alat peraga. Akan tetapi, sesungguhnya cakupan media pembelajaran lebih luas daripada alat peraga. Padmono (2011: 12) mengemukakan pengertian media pembelajaran adalah “Segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan sehingga subyek didik terangsang pikiran, emosinya, sehingga timbul perhatian/minat dan memungkinkan subjek belajar”. Kemudian, Anitah (2010: 5-6) tomendefinisikan, “Media pembelajaran commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi
yang
memungkinkan
pebelajar
menerima
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap”. Kemudian Schramm (dalam Asyhar, 2011: 7) mengemukakan bahwa, media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam keperluan pembelajaran untuk menyalurkan pesan yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga peserta didik terangsang pikiran dan emosinya, serta timbul perhatian/ minat. 2) Manfaat Media Pembelajaran Media pembelajaran memiliki konstribusi dalam pembelajaran. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai manfaat atau kegunaan yang dapat diperoleh dari penggunaan media pembelajaran. Midun (dalam Asyhar, 2011: 24-25) mengungkapkan media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi memiliki enam manfaat potensial, diantaranya: (a) meningkatkan produktivitas pendidikan, (b) memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, (c) memberikan dasar lebih ilmiah dalam pembelajaran, (d) pembelajaran menjadi lebih mantap, (e) proses pendidikan menjadi lebih langsung, (f) akses pendidikan menjadi lebih sama. Susilana dan Riyana (2007: 9) mengungkapkan bahwa kegunaan media pembelajaran antara lain: (a) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, (b) mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, (c) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, (d) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya, (e) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan media pembelajaran memiliki manfaat antara lain: (a) meningkatkan produktivitas pendidikan, (b) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya, (c) memberikan dasar lebih ilmiah dalam pembelajaran, (d) pembelajaran menjadi lebih mantap, (e) proses pendidikan menjadi lebih langsung, (f) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, (g) mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, (h) menimbulkan gairah belajar, (i) memberi rangsangan, pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Manfaat-manfaat tersebut dapat diperoleh jika media yang disajikan sesuai dengan kondisi perkembangan siswa dan pendekatan pembelajaran yang dipilih guru.
3) Macam-macam Media Pembelajaran Asyhar (2011: 44-45) membedakan media pembelajaran menjadi empat jenis yaitu: (1) media visual, misalnya media cetak, model dan prototipe, serta media realitas alam sekitar dan sebagainya, (2) media audio, misalnya tape recorder, radio, dan CD player, (3) media audiovisual, misalnya film, video, program TV, dan (4) multimedia, misalnya TV dan presentasi power point). Sedangkan media pembelajaran menurut Sanjaya (2011: 172) dibagi menjadi tiga jenis yaitu media visual, media audio, dan media audio visual. a) Media Visual Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah: film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
b) Media Auditif Media auditif adalah media yang hanya dapat didengar saja, atau hanya mempunyai unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. c) Media Audiovisual Media audio visual merupakan media yang mengandung pesan yang dapat dinikmati oleh penglihatan maupun pendengaran, misalnya rekaman video, berbagai ukurang film, slide suara, dan lain sebagainya. Sanjaya (2011: 172-173) juga mengungkapkan macam-macam media berdasarkan teknik pemakaiannya yaitu media yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak diproyeksikan. Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan lainnya. Sedangkan media yang tidak dapat diproyeksikan dapat berupa gambar diam/mati, foto, lukisan, media grafis, serta termasuk realia dan model. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa macammacam media adalah: media visual, media audio, media audio-visual, dan multimedia. Selain itu, menurut cara pemakaiannya terdapat media yang diproyeksikan dan media yang tidak diproyeksikan. Penelitian ini menggunakan media realia yang merupakan bagian dari media visual. Dan menurut cara pemakaiannya media realia termasuk media yang tidak diproyeksikan.
4) Pengertian Media Realia Media realia berasal dari bahasa Inggris yaitu real yang artinya nyata sehingga media ini dapat dikatakan sebagai benda nyata, benda konkret, atau benda asli. Media realia merupakan salah satu media visual non proyeksi. Asyhar (2011: 54-55) menggunakan nama media realita atau benda nyata. Ia mengemukakan bahwa benda nyata adalah benda yang dapat dilihat, didengar, atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka. Selain itu, ia juga commit to user sering menyebut benda nyata sebagai real object berupa orang, kejadian,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
objek atau benda tertentu, dan semua yang ada di alam (2011: 54-55). Pendapat lain dikemukakan oleh Sumantri dan Permana (2001: 161) yang menyatakan bahwa media benda asli merupakan benda sebenarnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media realia adalah benda nyata yang dapat dilihat, didengar, atau dialami oleh peserta didik secara langsung sehingga memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Penelitian ini akan menggunakan media realia berupa media yang alami maupun buatan yang mendukung siswa dalam kegaiatn pembelajaran. Media tersebut seperti: macam-macam magnet, kain, serbuk besi, sedotan plastik, buku, karet, kayu, sendok, kelereng, bulu ayam, batu batrai, papan kayu dan lain-lain. Benda-benda tersebut merupakan benda nyata atau benda sebenarnya.
5) Kelemahan dan Keunggulan Media Realia Media realia memang dapat memberikan pengalaman langsung bagi para siswa. Tetapi, media ini memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan. Munadi (dalam Rahmawati, 2013: 40) memaparkan, “Pada kenyataannya, benda asli tidak selalu dapat dihadirkan kapan saja dan di mana saja dibutuhkan. Walaupun ada, benda asli tersebut mungkin terlalu besar, kompleks, berat, mahal, atau terlalu berbahaya untuk digunakan”. Pernyataan tersebut berlaku jika benda asli yang digunakan berupa benda hidup atau benda-benda yang memang langka atau berwujud besar. Pendapat lain dikemukakan oleh Nirmala (dalam Rahmawati, 2013: 40) yang mengemukakan bahwa kelemahan media realia dapat dipandang dari berbagai segi diantaranya: (a) dari segi ukuran, ada sebagian media realia yang bentuknya terlalu besar untuk anak atau terlalu kecil untuk anak sehingga membuat anak kurang memahami makna yang diberikan media tersebut, (b) dari segi harga, sebagian media realia terlalu mahal, serta (c) pemeliharaan media realia harus diperhatikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Di samping mempunyai kelemahan, media realia juga memiliki keunggulan. Sumantri dan Permana (2001: 176) mengemukakan keunngulan media realia/benda asli, yaitu: (a) memberi pengalaman yang sangat berharga karena langsung dalam dunia sebenarnya, (b) memiliki ingatan yang tahan lama dan sulit dilupakan, (c) pengalaman nyata dapat membentuk sikap mental dan emosional yang positif terhadap hidup dan kehidupan, (d) dapat dikumpulkan dan dicari, serta (e) dapat dikoleksi. Ibrahim
dan
Syaodih
(dalam
Rahmawati,
2013:41)
mengemukakan bahwa keunggulan media realia adalah: (a) dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada anak untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata, (b) memberikan kesempatan kepada anak untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya, (c) melatih keterampilan anak dengan menggunakan sebanyak mungkin alat indera. Asyhar (2011: 55) juga berpendapat bahwa kelebihan dari media realia atau benda nyata adalah dapat
memberikan
pengalaman
nyata
kepada
siswa
sehingga
pembelajaran bersifat lebih konkret dan waktu retensi lebih panjang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media realia memiliki kelemahan dan keunggulan. Dilihat dari segi kelemahannya, media realia tidak selalu dapat dihadirkan di dalam kelas karena terkadang ada yang berukuran terlalu besar atau terlalu kecil sehingga kurang, bersifat kompleks, berat, harga yang mahal, ada yang terlalu berbahaya untuk digunakan, serta memerlukan pemeliharaan yang lebih baik. Dan dilihat dari keunggulannya, media realia memiliki ingatan yang tahan lama, memberikan pengalaman nyata yang dapat membentuk sikap mental dan emosional yang positif terhadap hidup dan kehidupan, dapat dikoleksi, dapat memberikan informasi yang jelas dan akurat, melatih keterampilan anak menggunakan alat indra, dan memaksimalkan anak untuk mempelajari sesuatu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
6) Langkah-langkah Penggunaan Media Realia Media realia termasuk media visual. Sebagi media visual, langkah-langkah penggunaannya pun mirip dengan penggunaan pada media visual. Sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh Asyhar (2011:54), “benda nyata adalah benda yang dapat dilihat, didengar, atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka”, maka cara menggunakan benda nyata atau realia cukup mudah disesuaikan dengan jenis benda nyata tersebut. Benda tersebut tidak harus dihadirkan dalam proses pembelajaran, tetapi siswa dapat langsung ke lokasi objek. Jadi, media realia dapat digunakan dengan cara dilihat atau dilakukan pengamatan jika berwujud benda atau objek yang nampak. Selain itu, Padmono (2011: 43) mengemukakan langkah-langkah penggunaan media benda nyata, yaitu: (1) memperkenalkan unit baru yang memerlukan metode khusus untuk menarik perhatian siswa, (2) menjelaskan proses, benda nyata tepat digunakan untuk pengajaran yang menunjukkan proses, (3) menjawab pertanyaan (perlu diuji sejauh mana keterlibatan siswa dalam berinteraksi dengan benda nyata), (4) melengkapi perbandingan, dan (5) unit akhir atau puncak. Wujud benda nyata dapat berupa orang, binatang, rumah, dan lainnya (Anitah, 2010: 25). Penelitian ini menggunakan pendekatan saintifik dengan media realia untuk pembelajaran IPA dengan fokus gaya. Media realia yang digunakan berupa benda tertentu seperti magnet, penghapus, karet, kayu dan benda-benda nyata lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, langkah-langkah penggunaan media realia dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) menghadirkan media realia di depan kelas dan memperkenalkannya kepada siswa, (2) melihat benda realia, (3) mengamati benda realia, (4) saling bertanya jawab mengenai media realia yang terkait dengan materi yang diajarkan, (5) unit akhir atau puncak, sebagai tindak lanjut yang merupakan puncak kegiatan atau commit user merangkum seluruh materi yang to telah dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
c. Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media Realia Penelitian ini mengacu pada penerapan pendekatan saintifik dengan didukung oleh media realia. Berdasarkan pemaparan mengenai langkahlangkah pendekatan saintifik dan media realia dapat dikombinasikan suatu langkah-langkah pembelajaran penerapn pendekatan saintifik dengan media realia yaitu: (1) guru mengarahkan siswa untuk mengamati dengan memperhatikan media realia, (2) guru mengajukan pertanyaan pancingan dalam upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang informasi yang belum dipahami dengan media realia, (3) siswa mengumpulkan informasi/eksperimen dengan media realia, (4) siswa mengasosiasikan/mengolah informasi dari hasil eksperimen yang telah dilakukan dengan media realia, (5) siswa mengkomunikasikan hasil eksperimen yang telah dilakukannya dengan media realia.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Fini Suci Nuswantari (2014: 78) yang berjudul “Penggunaan Scientific Approach melalui Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya siswa Kelas IV SDN 01 Bolon Tahun Pelajaran 2013/2014”, menyimpulkan bahwa penerapan Scientific Approach melalui Model Problem Based Learning dapat meningkatkan pembelajaran IPA di kelas IV SD. Peningkatan hasil belajar terlihat pada persentase pemahaman konsep siswa yaitu pada kondisi awal masih 28,13%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I pemahaman konsep siswa menjadi 46,87%, dan siklus II meningkat menjadi 90,62%. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu penggunaan pendekatan Saintifik dalam penelitian. Sedangkan perbedaannya adalah pada penggunaan model, media pembelajaran, fokus penelitian dan subjek penelitian. Penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, lebih fokus untuk meneliti tentang peningkatan pemahaman konsep, dan mengambil subjek penelitian siswa kelas IV commit to user media realia dalam penelitian, SDN 01 Bolon. Sedangkan peneliti menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
meneliti tentang pembelajaran yang mencakup proses dan hasil pembelajaran, dan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 2 Banjurpasar. Penelitian yang dilakukan oleh Yuni Rahmawati (2013: 164) dengan judul “Penerapan Metode Eksperimen dengan Media Realia dalam Peningkatan Pembelajaran IPA bagi Siswa Kelas V SD Negeri Pondokgebangsari Tahun Ajaran 2012/2013”, menyimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dengan media relia dapat meningkatkan pembelajaran IPA di kelas IV SD. Peningkatan hasil belajar terlihat pada persentase ketuntasan hasil belajar siswa yaitu pada kondisi awal masih 0%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I ketuntasan menjadi 47,73%, siklus II meningkat menjadi 73,34%, dan pada siklus III ketuntasan siswa telah melebihi indikator kinerja yaitu 83,33%.
Penelitian
tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu penggunaan media realia dalam penelitian dan fokus penelitian yang mencakup proses dan hasil pembelajaran IPA. Sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan metode pembelajaran dan subjek penelitian. Penelitian tersebut menggunakan metode eksperimen dan mengambil subjek penelitian siswa kelas IV SDN Pondokgebangsari. Penelitian oleh Jo Handelsman, Diana Ebert-May, dkk (2004:521) dengan judul “Scientific Teaching” dari American Assosiation of Scien vol 304, menyimpulkan bahwa, “Active participation in lectures and discoverybased laboratories helps students develop the habits of mind that drive science, “Partisipasi aktif dalam pembelajaran dan laboratorium berbasis penemuan akan membantu siswa mengembangkan kebiasaan berpikir yang mendorong ilmu pengetahuan. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan pembelajaran saintifik. Perbedaannya yaitu penelitan ini meningkatkan sikap ilmiah dalam menerapkan konsep, sedangkan penelitian oleh peneliti mencakup proses dan hasil pembelajaran siswa. Penelitian oleh Hope K. Gerde, Rachel E. Schachter, dan B. A. Wasik (2013: 322) dengan judul “Using the Scientific Method to Guide Learning: An Integrated Approach to Early Childhood Curriculum”, menyimpulkan bahwa commit to user berpikir anak selama kegiatan menggunakan metode saintifik akan memandu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
yang mengkomunikasikan oleh siswa, perbendaharaan, ilmu pasti, dan pembangunan atau perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Perbedaannya yaitu penelitan ini menggunakan masa kanak-kanak sebagai subjek penelitian, sedangkan penelitian oleh peneliti mengambil subjek penelitian pada kelas V sekolah dasar. Penelitian yang berjudul “Effect of Modeling-Based Activities Developed Using Virtual Environments and Concrete Objects on Spatial Thinking and Mental Rotation Skills” yang pernah dilakukan oleh Eyup YURT dan Ali Murat SUNBUL (2012: 1987) juga relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penggunaan media benda konkret atau realia dalam penelitian. Sedangkan perbedaannya adalah pada subjek penelitian dan fokus penelitian. Peneliti mengambil subjek penelitian siswa kelas V SDN 2 Banjurpasar, Kabupaten Kebumen, Indonesia dan fokus meneliti proses dan hasil pembelajaran siswa. Sedangkan penelitian tersebut mengambil subjek siswa kelas enam di Sekolah Dasar Mareshal Mustafa Kemal di Kota Konya Tengah pada tahun ajaran 2010/2011 dan fokus untuk meneliti peningkatan spatial thinking atau berpikir spasial dan mental rotation skills atau kemampuan mental. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa “Using virtual environments and concrete objects together would be more effective in developing spatial skills” menggunakan lingkungan pembelajaran dan media yang nyata secara bersama-sama
lebih
efektif
dalam
meningkatkan
kemampuan
berpikir
spasial/ruang.
C. Kerangka Berpikir Pada observasi awal di SDN 2 Banjurpasar, peneliti memperoleh hasil bahwa pembelajaran IPA yang berlangsung pada di kelas V SD masih bersifat teacher centered. Guru lebih mendominasi pembelajaran dan jarang melibatkan siswa secara aktif selama pembelajaran berlangsung. Belum maksimalnya pembelajaran IPA ini dibuktikan pula melalui proses dan hasil pembelajaran siswa commit to user yang masih rendah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Pembelajaran IPA semestinya dilaksanakan dengan menekankan pada kegiatan nyata pada siswa berupa penelitian dengan media yang sesuai, sehingga siswa akan merasakan menemukan fakta atau konsep sendiri, yang pada nantinya membuat siswa lebih mudah memahami pelajaran. Pelajaran IPA jika hanya disampaikan dengan metode ceramah, mencatat, dan hafalan, akan membuat materi itu tidak berkesan lama dalam ingatan siswa. Berbeda jika pembelajaran IPA tersebut dirancang dengan kegiatan penelitian yang melibatkan siswa, sehingga siswa diajak untuk memecahkan masalah sendiri melalui kerja kelompok. Kegiatan tersebut akan melatih siswa untuk memilki rasa keingintahuan dan berpikir kritis. Fakta tentang pembelajaran IPA yang demikian terlihat melalui nilai ratarata Ulangan Tengah Semester pada mata pelajaran IPA siswa kelas V yang tergolong masih rendah yaitu 43,17. Siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan sesuai KKM sebanyak 2 siswa atau 8,70%. Dan untuk siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebanyak 22 siswa atau 91,30%. Data analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPA yaitu 75. Langkah untuk mengatasi rendahnya nilai hasil pembelajaran IPA siswa yaitu melalui penerapan pendekatan saintifik dengan media realia. Siswa akan diberikan kesempatan agar dapat terlibat langsung dan mengalami sendiri suatu proses mengamati dengan media realia, menanya dengan
media realia,
mengumpulkan informasi/ eksperi-men dengan media realia, mengasosiasikan/ mengolah informasi dengan media realia, dan mengkomunikasikan dengan media realia. Peranan dan aktifitas guru dalam pembelajaran adalah sebagai pembimbing, motivator, dan pengontrol siswa. Dengan demikian, siswa akan lebih memahami meteri yang diajarkan, mempermudah siswa mengerjakan evaluasi belajar IPA dan tentunya pembelaja-ran akan menjadi lebih bermakna. Pendekatan pembelajaran saintifik dengan media realia sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yang berada pada tahap operasional konkret. Anak dalam tahap ini memiliki rasa ingin tahu yang besar, selalu bergerak aktif, senang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
jika ia melakukan atau menemukan sesuatu secara langsung atau mengalaminya sendiri, dan membutuhkan sesuatu yang konkret. Penerapan pendekatan saintifik dengan media realia akan dilaksanakan dalam tiga siklus yaitu siklus I, II, dan III. Pada siklus I, guru menerapkan pendekatan saintifik dengan media relia pada materi hubungan gaya, gerak, dan energi serta gaya magnet, siklus II pada materi gaya magnet, dan siklus III pada materi gaya gravitasi dan gaya gesekan. Dengan demikian, diharapkan penerapan pendekatan saintifik dengan media realia dapat memberikan dampak yang positif terhadap proses dan hasil pembelajaran siswa sehingga dapat meningkatkan pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SDN 2 Banjurpasar dengan presentase proses pembelajaran mencapai 85% dan hasil pembelajaran 85% . Demikian juga bagi guru diharapkan dapat membelajarkan para siswa melalui penerapan pendekatan saintifik dengan media realia dengan presentase ketepatan mencapai 85%. Skema kerangka berpikir dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada gambar 2.8 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru Pembelajaran bersifat “teacher centered “, dimana kegiatan pembelajaran monoton pada ceramah, mencatat, dan jarang melaksanakan kegiatan yang bersifat ilmiah.
Guru menerapkan pendekatan saintifik dengan media realia dalam pembelajaran yaitu: 1) mengamati dengan medi realia, 2) menanya dengan media realia, 3) mengumpulkan informasi/ eksperimen dengan media realia, 4) mengasosiasikan/mengolah informasi dengan media realia, 5) mengkomunikasikan dengan media realia
Pembelajaran IPA tentang gaya meningkat ditandai dengan persentase proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan media realia terhadap siswa mencapai 85 %, pembelajaran oleh guru mencapai 85 %, serta persentase hasil pembelajaran siswa 85 %.
commit to user Gambar 2.8 Bagan Kerangka Berpikir
Siswa Siswa mudah merasa jenuh ketika pembelajaran berlangsung sehingga berdampak pada rendahnya hasil pembelajaran siswa.
Siklus I Penerapan pendekatan saintifik dengan media relia pada materi hubungan gaya, gerak, dan energi serta gaya magnet
Siklus II Perbaikan kekurangan yang muncul pada siklus I dan penerapan pendekatan saintifik dengan media realia pada materi gaya magnet.
Siklus III Perbaikan siklus II dengan penerapan pendekatan saintifik dengan media realia pada materi gaya gravitasi dan gaya gesekan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu “Jika penerapan pendekatan saintifik dengan media realia dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan pembelajaran IPA tentang gaya pada siswa kelas V SD Negeri 2 Banjurpasar tahun ajaran 2014/2015.”
commit to user