BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Tinggi Atletik merupakaan cabang olahraga yang paling tua usianya. Gerakan yang terdapat dalam olahraga ini merupakan gerak dasar yang dilakukan manusia, misalnya jalan, lari, lompat, dan lempar. Seiring dengan perkembangan olahraga atletik, semakin banyak pula peminat olahraga atletik salah satunya adalah lompat tinggi. a. Pengertian Lompat Tinggi Banyak ahli yang mendefinisikan pengertian dari lompat tinggi. Giri Wiarto (2013:36) menyatakan bahwa: Lompat tinggi adalah suatu bentuk melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat dengan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) dengan jalan melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk mencapat suatu ketinggian tertentu. Pengertian dari lompat tinggi juga dijelaskan oleh Munasifah (2008:25) yang berpendapat bahwa: Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki ke depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat badan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) dengan cara melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai ketinggian tertentu. Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian lompat tinggi adalah gerakan melompat ke atas dengan tolakan satu kaki dan mengangkat kaki yang lain ke depan atas untuk membawa badan setinggi mungkin mencapai suatu ketinggian tertentu dan secepat mungkin untuk mendarat. b. Peralatan lompat tinggi Peralatan sangat diperlukan untuk terlaksaknanya lompat tinggi, seperti penjelasan Munasifah (2008:26) mengenai peralatan lompat tinggi adalah sebagai berikut ,” Dalam olahraga atletik lompat tinggi ada 5
6 beberapa peralatan yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan dimulai. Adapun peralatan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Lapangan 2) Meteran dengan mistar 3) Matras”. Giri Wiarto (2013:49) juga berpendapat mengenai alat-alat dan perlengkapan dalam lompat tinggi yaitu : (1) Mistar lompat Mistar lompat dapat terbuat dari metal atau kayu, yang berbentuk silinder atau segitiga dengan diameter minimum 25 mm dan maksimal 35 mm, sedangkan panjang mistar minimal 3,64 m, maksimal 4 meter serta mempunyai berat maksimal 2,2 kg. (2) Lintasan awal dan tempat bertolak Panjang lintasan awalan tidak terbatas dan pempunyai panjang minimal 15 meter. Sedangkan untuk lompat tinggi galah, panjang bilah sekitar 3,86 meter sampai dengan 4,52 m dan beratnya maksimum 2,26 kg. (3) Tiang lompat Semua tiang dapat dipakai untuk lompat tinggi asalkan terbuat dari bahan yang kuat, kokoh dan cukup tinggi. (4) Tempat pendaratan atau busa lompat Busa lompat berukuran 4x5 meter dan ditutup oleh alas matras atau karet busa. (5) Scoring board Berguna menunjukkan nomor atlet dan hasil lompatannya. (6) Pengukur kecepatan angin (7) Bendera berwarna kuning, merah dan putih (8) Roll meter yag terbuat dari baja Roll meter digunakan untuk mengatur ketinggian mistar lompat. (9) Penunjuk waktu Penunjuk waktu digunakan ketika atlit mulai dipanggil dan memberi kesempatan bagi si atlet untuk memulai perlombaan. c. Teknik dasar lompat tinggi Sebelum melakukan lompat tinggi, tentunya ada beberapa gerakan dasar ataupun teknik dasar yang harus dipahami dan dipelajari terlebih dahulu. Menurut Dikdik Zafar Sidik (2010:76), “Lompat tinggi terbagi dalam fase-fase: 1) Lari awalan (approach), 2) Bertumpu/bertolak (take-of), 3) Melayang (flight), 4) Mendarat (landing)”. Giri Wiarto (2013:38) juga menjelaskan dalam bukunya bahwa,”Lompat tinggi sama halnya dengan lompat jauh memerlukan
7 unsur-unsur pokok yang penting dimiliki oleh atlet pelompat tinggi, antara lain : awalan, tumpuan, saat melewati mistar dan mendarat.” (1)Awalan Jarak awalan dalam lompat tinggi sekitar 12 sampai 15 langkah (10-15 meter), kecepatan awal dilakukan ecara berangsur-angsur meningkat. Sudut awalan dipengaruhi cara melompat. (2)Tolakan Tolakan adalah perpindahan gerakan horizontal ke arah vertikal yang dilakukan secara mendadak. (3)Sikap badan di atas mistar Sikap di atas mistar berhubungan dengan sudut awalan pada waktu akan melakukan lompatan. Dengan demikian gaya dalam lompat tinggi bisa dibedakan dan ditentukan oleh pelompat ketika berada di atas mistar (4)Mendarat Sikap mendarat yaitu sikap jatuh setelah melewati mistar dan sebenarnya bukan unsur yang menentukan dalam lompat tinggi, sebab tugas si pelompat dapat dikatakan selesai jika si pelompat telah melewati mistar. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan pada saat mendarat, si pelompat harus mendarat dengan sebaik mungkin. d. Gaya dalam lompat tinggi Pada cabang lompat tinggi, keberhasilan lompatan dipengaruhi banyak faktor salah satunya adalah gaya yang digunakan. Dalam lompat tinggi ada beberapa gaya yang sering digunakan dalam pertandingan, Tri Minarsih, Acep Hadi, dan Hanjaeli ( 2010:78) menyebutkan,”Ada empat jenis gaya yang ada dalam lompat tinggi, yaitu gaya gunting (scissors), gaya guling perut (straddle), gaya guling samping (western roll), dan gaya telentang (flop)”. Lanjut menurut Giri Wiarto (2013:40) menjelaskan bahwa,” Gaya dalam lompat tinggi itu ada 4 yaitu : Gaya guling perut (the straddle style), Gaya gunting (the scissors style), Gaya guling sisi (western roll), dan Gaya membelakangi atau gaya flop (the fosbury flop). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatan ada 4 gaya yang sering digunakan dalam lompat tinggi yaitu : (1) gaya gunting atau scissors style, (2) gaya guling perut atau straddle style, (3) gaya guling sisi atau western roll style, (4) dan gaya membelakangi atau flop.
8 (1) Gaya gunting (scissors)
Gambar 2.1. Gaya Gunting ( sumber : http://pinoyathletics.info) (2) Gaya guling perut (straddle)
Gaya straddle (Sumber :whttp://pinoyathletics.info ) (3) Gambar 2.2. Gaya Guling Samping (western roll)
Gambar 2.3.Gaya Guling Samping (Sumber :http://pinoyathletics.info) (4) Gaya membelakangi (flop)
Gambar 2.4. Gaya Membelakangi (sumber:http://pinoyathletics.info)
9 e. Gaya Gunting (Scissors) Lompat tinggi gaya gunting adalah salah satu materi yang diberikan pada penelitian ini namun hanya berupa gerakan dasar yang mengarah pada gaya ini. Adapun cara melakukan gaya gunting menurut Munasifah (2008:32) adalah sebagai berikut : (1) Pelompat tinggi mengambil awlan dari samping. Jika pelompat melakukan tolakan dengan mengunakan kaki kiri, maka awalan dilakukan dari samping kiri pula. Akan tetapi, jika tolakannya menggunakan kaki kanan, maka awalan yang dilakukan adalah dari samping kanan. (2) Pada saat kaki diayun (kaki yang dekat mistar) mencapai ketinggian maksimum, kaki yang menolak (kaki yang terjauh dari mistar) diangkat lurus ke depan atas untuk melewati mistar. (3) Saat kaki yang diayun sudah menuru melewati mistar dan badan hampir tegak, serta mistar berada di bawah pinggul, kaki tolak mendarat dengan badan menghadap ke samping. f. Gaya Guling Perut (Straddle) Selain gaya gunting, materi yang diajarkan adalah gerakan dasar yang mengarah pada gaya guling perut. Gaya guling perut juga merupakan salah satu dari gaya dalam lompat tinggi. Munasifah (2008:34) menjelaskan pelaksanaan gaya guling perut sebagai berikut : (1) Pelompat mengambil awalan dari samping, awalan antara 35 derajat sampai 45 derajat. Jarak awalan tergantung si pelompat itu sendiri. Biasanya menggunakan langkah ganjil. Tiga langkah terakhir harus lebih panjang dan lebih cepat. (2) Melakukan tolakan dengan kaki yang terdekat pada mistar sekuatkuatnya ke atas, dibantu dengan ayunan kaki belakang (kaki ayun) ke depan atas dan dibantu oleh ayunan kedua tangan ke belakang atas. (3) Setelah kaki ayun mencapai ketinggian maksimum, segera lewatkan di atas mistar. Lengan kiri hendaknya jangan sampai menyentuh mistar. Setelah kaki ayun melewati mistar, segera badan diputar ke kiri dengan kepala mendahului melewati mistar. Putarkan badan sehingga dada dan perut menghadap ke bawah pada saat di atas mistar. Kaki kiri yang digunakan untuk menolak segera lututnya dilipat ke samping kiri agak ke atas dan agak ke belakang. Lengan kanan harus ke bawah dengan santai. (4) Jika kaki kanan yang digunakan untuk kaki ayun, maka yang mendarat pertama kali pada matras adalah kaki kanan dan tangan kanan secara bersama-sama. Kemudian diteruskan berguling ke
10 samping ke depan dengan badan dibulatkan dan bertumpu pada bahu sebelah kanan. 2. Karakteristik Perkembangan Gerak Siswa Tingkat perkembangan gerak siswa tentu berbeda-beda, misalkan kemampuan gerak siswa kelas I SD akan berbeda dengan kemampuan gerak dari kelas IV SD. Selain dari kemampuan motorik yang berbeda, perbedaan juga terdapat pada kemampuan kogintifnya. Seperti diklasifikasikan Piaget dalam buku Amung Ma’ruf dan Yudha M. Saputra (2000:22) yang terbagi ke dalam 4 tahap, yaitu :
Sensorimotorik Preopersional Konkret operasional Formal operasional
Lahir s/d 2 tahun 2 tahun s/d 8 tahun 8 tahun s/d 11 tahun 11 tahun s/d 12 tahun
(a). Tahap sensorimotor dan perkembangan gerak Pada tahap sensorimotor Piaget menggambarkan seperti “berpikir melalui gerak tubuh”. (b). Tahap preoperasional dan perkembangan gerak Pada tahap ini anak masih belum memiliki kemampuan untuk berpikir logis dan operasional. (c). Tahap konkret operasional dan perkembangan gerak Karakteristik dari tahap konkret operasional adalah bertambahnya kemampuan dari variabel dalam situasi problem solving. (d). Formal operasional dan perkembangan gerak Tahap ini merupakan kemampuan untuk mempertimbangkan ide-ide yang tidak di dasarkan pada realita. Tahapan-tahapan di atas akan di lewati oleh setiap anak tanpa ada yang dilewatinya meskipun setiap anak memiliki kemampuan dan tingkat perkembangan yang berde-beda. Misalkan kemampuan gerak antara siswa laki-laki dan siswa perempuan seperti yang dituliskan oleh Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000:22) sebagai berikut : Hingga usia sekitar 11 tahun, keterampilan anak laki-laki dan anak perempuan relatif belum besar perbedaannya, namun ada kecenderungan bahwa anak laki-laki lebih baik dalam keterampilan yang memerlukan kekuatan, atau otot-otot besar, sedangkan anak perempuan lebih baik dalam keterampilan yang memerlukan kecermatan atau melibatkan otototot halus. Setelah usia 11 tahun perbedaan keterampilan semakin besar.
11 Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000:22) juga mengidentifikasikan peningkatan kemampuan gerak dasar sebagai berikut : (1) (2) (3) (4)
Mekanisme tubuh dalam melakukan gerakkan makin baik Control dan kelancaran gerak semakin baik Pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi Gerakan semakin bertenaga
3. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar dialami oleh siswa sebagai anak didik. Banyak pengertian belajar menurut para ahli, Khanifatul (2013:14) berpendapat ,”Belajar adalah proses perubahan perilaku untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan sesuatu hal baru serta diarahkan pada satu tujuan”. Kemudian Slameto (2003:2) berpendapat bahwa ,” Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Selain itu menurut Abdillah (2002) yang dikutip Aunurrahman (2009:35) berpendapat bahwa,” Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perububahan tingkah laku baik melalui latihan maupun pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”. Menurut Suyono dan Hariyanto (2014:9) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian”. Menurut Hilgard (1962) yang di kutip oleh Suyono dan Hariyanto, (2014:12) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses dimana perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi”. Menurut Skinner (1973) yang di kutip oleh M.Sobry Sutikno (2013:3) menyatakan bahwa “Belajar sebagai proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progesif.
12 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik yang melalui berbagai pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Sesorang dapat dikatan belajar apabila terjadi perubahan perilaku yang lebih baik dalam dirinya. Perubahan inilah yang merupaka hasil dari tujuan kegiatan belajar. Hasil belajar bisa dikatan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman seseorang dalam memahami atau menguasai materi yang diajarkan. Menurut Nana Sudjana (2009 : 3),” Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah melalui proses mengajar, perubahan tingkah laku tersebut mencangkup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor”. Hasil menunjukan suatu perolehan, sementara belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan. Menurut Gagne yang dikutip oleh Aunurrahman (2009 : 47) menjelaskan bahwa lima tujuan atau hasil belajar yaitu : (1) Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang mencangkup belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan oleh guru di sekolah. (2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah baru dengan jalan mengatur proses internal masingmasing individu dalam memperhatikan, mengingat, dan berpikir. (3) Informasi verbal, yaotu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasiinformasi yang relevan. (4) Kertampilan motorik, yairu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. (5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang didasari oleh emosi, kepercayaankepercayaan serta faktor intelektual. Hal senada juga dikemukakan oleh Bloom, Krathwol & Simpson yang dikutip oleh Aunurrahman (2009 : 49) bahwa belajra terdiri dari tiga ranah yaitu : (1) Kognitif terdiri dari enam jenis perilaku : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
13 (2) Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu : penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan. (3) Rana psikomotor terdiri dari tujuh perilaku yaitu : persepsi, kesiapan, gerak terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. Menurut Sukmadinata (2004:165-166) yang dikutip oleh Suyono dan Hariyanto (2011:128) menyampaikan prinsip umum belajar sebagi berikut: (1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan berkembang merupakandua hal yang berbeda tetapi erat hubungannya. Dalam perkembangan dituntut belajar, sedangkan melalui belajar terjadi perkembangan individu yang pesat. (2) Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan pembelajaran sepanjang hayat (life long learning). (3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif. (4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu belajar harus mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan keterampilan hidup (life skill). Menurut Ki Hajar Dewantara belajar harus mengembangkan cipta (kognitif), rasa (afektif), karsa (motivasi), dan karya (psikomotor). (5) Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu. Berlangsung di sekolah (kelas dan halaman sekolah), di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi, di alam sekitar, dalam bengkel kerja, di dunia industri, dan sebagainya. (6) Belajar berlangsung dengan baik dengan guru maupun tanpa guru. Berlangsung dalam situasi formal, informal, dan nonformal. (7) Belajar yang direncana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi. Biasanya terkait dengan pemenuhan tujuan yang kompleks, diarahkan pada penguasaan pemecahan masalah atau pencapaian seuatu yang bernilai tinggi ini harus terencana, memerlukan waktu dan dengan upaya yang sungguh-sungguh. (8) Perbuatan belajar bervariasi dari paling sederhana sampai dengan yang amat kompleks. (9) Dalam belajar dapatterjadi hambatan-hambatan. Hambatan dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, kurangnya motovasi, kelelahan atau kejenuhan belajar. (10) Dalam hal tertentu belajar belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain. Orang lain itu dapat guru, orang tua, teman sebaya yang kompeten dan lainnya. Ingat prisip scaffolding dan ZPD.
14 b. Pembelajaran Pembelajaran
menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 (20), pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Khanifatul (2013:14) berpendapat bahwa,” Pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan guru atau pendidik untuk membuat siswa atau peserta didik belajar (mengubah tingkah laku untuk mendapat kemampuan baru) yang berisi suatu sistem atau rancangan untuk mencapai suatu tujuan”. Kemudian Agus Kristiyanto (2010:121) menambahkan,” Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkugan belajar”. Menurut Winkel (1991) yang di kutip M.Sobry Sutikno (2013:31) meyatakan bahwa “Pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik”. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka pengertian pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber berlajar untuk mencapai suatu tujuan pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan salah satu bagian dari kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari komponen-komponen di dalamnya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:41), komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : (1) Tujuan Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan dari suatu kegiatan. (2) Bahan Pelajaran Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar.
15 (3) Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. (4) Metode Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (5) Alat Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. (6) Sumber Pelajaran Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. (7) Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Mengutip dari Oemar Hamalik (1999) yang dikutip oleh M. Sobry Sutikno (2013:133) memaparkan tiga cirri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu : (1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. (2) Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. (3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan anatara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami. Sistem yang dibuat oleh manusia, seperti : sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem alami seperti : ekologi, sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif.
16 4. Alat Bantu Pembelajaran Media pembelajaran memiliki peran yang penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Khanifatul (2013:30)menjelaskan,”Secara umum, media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik yang dikutip Khanifatul, (2013:31) menjelaskan media dalam proses belajar mengajar memiliki dua peranan penting, sebagai berikut: (a). Media sebagai alat bantu mengajar atau disebut sebagai dependent media karena posisi media di sini sebagai alat bantu (efektivitas) (b). Media sebagai sumber belajar yang digunakan sendiri oleh peserta didik atau disebut dengan independent media. Indipendent media dirancang secara sistematis agar dapat menyalurkan informasi secara terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Agus Kristiyanto (2010:129) menjelaskan pengertian alat bantu sebagai berikut,”Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktikkan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran”. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1991) yang dikutip Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:132), kriteria-kriteria dalam memilih media adalah sebagai berikut : (a) Ketepatannya dengan tujuan mengajar : artinya, pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsurunsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, lebih mungkin digunakannya media pengajaran. (b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran : artinya, bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. (c) Kemudahan memperoleh media : artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada watku mengajar. Media grafis umumnya mudah dibuat oleh guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya.
17 (d) Keterampilan guru dalam menggunakannya : apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat mengggunakannya pada proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaannya oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa denga lingkungannya. Adanya OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tetapi dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. (e) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung. (f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa : siswa memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkinlebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi. 5. Alat Bantu Pembelajaran Gerakan Dasar Lompat Tinggi Adapun alat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran gerakan dasar lompat tinggi adalah sebagai berikut : a. Cones
Gambar 2.5. Cones (Sumber : Dokumentasi pribadi) Cones digunakan sebagai alat yang membantu arah atau rute dari setiap materi yang diberikan, selain itu digunakan untuk menopang bilah bambu yang dilompati pada materi melompat dan terbuat dari bahan plastik yang lentur dan aman untuk siswa SD.
18 b. Hoolahoop / simpai
Gambar 2.6. Hoolahoop Atau Simpai (Sumber : Dokumentasi pribadi) Hoolahoop yang digunakan terbuat dari bahan rotan karena harga lebih murah dan mudah dalam memperolehnya. Digunakan pada materi awalan untuk membantu siswa dalam menjaga kestabilan langkah pada materi awalan dengan ditata berbaris lurus dengan jarak yang sama antar hoolahoop. Tujuanya agar siswa tetap berlari dengan panjang langkah yang sama, sehingga siswa siswa dapat berlari dengan langkah yang sama dan tidak berubah panjang atau pendeknya. c. Bilah bambu
Gambar 2.7. Bilah Bambu (Sumber : Dokumentasi pribadi) Bilah digunakan sebagai salah satu rintangan yang bertujuan melatih lompatan siswa dan sebagai pengganti mistar. Bambu yang
19 digunakan adalah bambu sudah diberi warna-warna sehingga lebih menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. d. Kardus
Gambar 2.8. Kardus Bekas (Sumber : Dokumentasi pribadi) Kardus digunakan sebagai salah satu rintangan dalam materi melompat dan membantu menyangga bilah bambu. Kardus yang digunakan adalah kardus-kardus yang memiliki ukuran sama agar memudahkan dalam penataan. e. Tali dari karet yang dirangkai
Gambar 2.9. Tali dari Rangkaian Karet Gelang (Sumber : Dokumentasi pribadi) Karet gelang digunakan dalam permainan lompat tali dan juga sebagai pengganti mistar. Tujuan penggunaan karet gelang adalah karena karet merupakan salah satu alat yang dapat membantu pembelajaran
20 dengan aman. Sehingga siswa tidak takut terluka ketika harus melompat dengan tinggi. f. Matras
Gambar 2.10. Matras (Sumber : Dokumentasi pribadi) Sebagai tempat mendarat siswa agar lebih aman dan merupakan salah satu peralatan yang dibutuhkan dalam lompat tinggi. Sehinnga matras yang dibutuhkan cukup banyak mengingat lokasi halaman sekolah yang berpaving. g. Gawang aman (POA)
Gambar 2.11. Gawang Aman (Sumber : Dokumentasi pribadi) Gawang aman digunakan sebagai salah satu rintangan yang membantu siswa dalam melompat dan sebagai salah satu pengganti mistar. Gawang aman digunakan karena merupakan salah satu peralatan olahraga modifikasi untuk anak SD yang banyak dijumpai. Penggunaan
21 gawang aman ini tentunya dikarenakan bahan yang digunakan aman untuk anak usia SD. Beberapa alat bantu di atas merupakan alat bantu pembelajaran yang akan digunakan dalam pemeblajaran gerakan dasar lompat tinggi karena dapat membantu siswa lebih percaya diri dan aman dalam pelaksanaan pembelajaran. 6. Pembelajaran Gerakan Dasar Lompat Tinggi Menggunakan Alat Bantu Pembelajaran Dalam proses pembelajaran gerakan dasar lompat tinggi, materi yang akan diberikan adalah gerakan dasar lompat tinggi yang mengarah pada gaya gunting (scissors) dan gerakan dasar yang mengarah pada gaya guling perut (straddle). Pemebelajaran dilaksanakan dikelompokkan dalam 4 materi, yaitu awalan, lompat, melewati mistar, dan mendarat. Adapun materi pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut : a. Awalan 1) Percepatan (acceleration) Terdapat lintasan lurus sekitar 11 meter, siswa bersiap di titik start. Kemudian siswa berlari perlahan sejauh 5 meter sampai cones kuning, kemudian berlari dengan secepat mungkin. Tujuannya adalah untuk membantu siswa dalam mengatur kecepatan dalam awalan. Untuk pelaksanaannya, siswa berbaris di garis start, kemudian siswa paling depan berlari dan kemudian menambah kecepatannya pada jarak 5 meter yang ditandai pada cones ke-5 warna kuning. Kemudian kembali ke barisan dengan berlari kecil. Langsung dilanjutkan oleh siswa selanjutnya dengan pelaksanaan seperti Dilaksanakan masing-masing siswa dua kali.
yang pertama.
22
Gambar 2.12. Lintasan Acceleration. 2) Berlari dalam hoolahoop Hoolahoop yang disediakan diletakkan berbaris dengan jarak antar titik tengah adalah 1 meter. Kemudian siswa bersiap di titik start, kemudian berlari secepatmya dengan memasukkan kaki di dalam hoolahoop. Tujuannya adalah untuk membiasakan siswa tidak mengurangi atau menambah langkah dalam melakukan awalan. Siswa berbaris mengikuti lintasan yang tersedia, siswa bersiap pada titik start. Siswa paling depan melaksanakan terlebih dahulu setelah diberi aba-aba oleh guru. Siswa berlari melewati hoolahoop, kemudian melompat menyentuh karet yang dibentangkan. Kemudian siswa selanjutnya bersiap menunggu aba-aba dari guru, dan seterusnya dilakukan sebanyak 2 kali.
Gambar 2.13. Berlari dalam Hoolahoop 3) Diamond run Lintasan yang berupa cones disiapkan berbentuk wajik atau diamond. Kemudian siswa berdiri pada titik start yang telah
23 ditentukan. Kemudian siswa berlari dengan cepat mengikuti cones searah jarum jam, kemudian setelah semua melakukannya, berlari dilakukan berlawanan dengan arah jarum jam. Tujuannya adalah memberikan materi siswa yang mengarah pada gerakan awalan pada lompat tinggi gaya straddle dan gaya gunting. Untuk pelaksanaan pertama, siswa bersiap pada titik start yang telah ditentukan. Setelah mendapat aba-aba dari guru, siswa paling depan berlari cepat searah jarum jam melewati sisi luar lintasan yang disediakan. Ketika sampai pada titik start, siswa pertama melakukan tos dengan siswa selanjutnya. Sedangkan pada pelaksanaan kedua, pelaksanaan sama namun arah lari arah berlawanan dengan putaran jarum jam.
Gambar 2.14. Diamond Run 4) Berlari menyudut Berlari menyudut merupakan gerakan yang mengarah pada gerakan awalan dalam lompat tinggi gaya straddle dan gaya gunting. Siswa berlari mengikuti cones yang ditata menyudut dengan berlari menggunkan percepatan. Pelaksanaan materi ini, siswa dibagi menjadi 2 kelompok dan berbaris pada posisi cones yang telah ditentukan guru. Setelah ada aba-aba dari guru, siswa berlari mengikuti arah yang ditandai, kemudian melompat menyentuh karet yang dibentangkan. Siswa melaksanakan dengan bergantian sesuai arahan dari guru. Kemudian masing-masing kelompok bertukar posisi.
24
Gambar 2.15. Berlari Menyudut b. Lompat 1) Melompati bilah Siswa melompati bilah yang disangga dengan cones. Siswa melompat ke kanan dan ke kiri sebanyak 5 kali. Tujuannya adalah melatih siswa dalam melatih lompatan dan koordinasi tubuh yang mengarah pada teknik melompat. Pelaksanaanya, siswa bersiap di sebelah kanan bilah. Setelah diberikan aba-aba, siswa melakukan lompatan ke samping kanan dan kiri melewati bilah bambu sebanyak 5 kali. Bergantian dengan siswa selanjutnya.
Gambar 2.16. Melompati Bilah dengan Penyangga Cones Kerucut. (Sumber : Dokumentasi pribadi) 2) Melompat dalam lintasan lurus Siswa berlari melewati bilah bambu, kemudian melewati bilah bambu dengan cones kerucut, dilanjutkan dengan melompati kardus, dan terakhir melompati gawang aman. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan siswa pada waktu timing melompat. Tingkat kesulitan
25 dari permainan ini disesuaikan dengan kemampuan siswa putra dan putrid, sehingga untuk ketinggian rintangan sedikit lebih rendah untuk siswa putri. Untuk pelaksanaannya, siswa berbaris pada posisi start. Siswa pertama setelah diberi aba-aba, berlari di antara bilah bambu, kemudian melompati bilah bambu yang ditopang cones yang lebih tinggi, kemudian melompati kardus, terakhir melompati gawang aman. Siswa kembali ke barisan, kemudian berganti siswa selanjutnya. Dalam pelaksanaan ini siswa tidak perlu cepat, siswa hanya perlu konsentrasi untuk melompati rintangan yang ada.
Gambar 2.17. Lintasan Melompat. 3) Melompati gawang Siswa melompati gawang awan yang telah ditata. Dimulai dari titik start, kemudian siswa melompati 4 gawang yang telah disediakan sesuai rute yang telah ditentukan. Untuk tinggi gawang putri lebih rendah daripada laki-laki, sehingga gawan bias diganti dengan kardus atau gawang yang dimodifikasi Tujuannya adalah untuk menyesuaikan siswa pada waktu timing melompat. Siswa tidak dituntut untuk melewati lintasan gawang dengan cepat, siswa hanya perlu melompati lintasan tanpa menjatuhkan gawang. Pelaksanaanya dimulai oleh siswa pertama setelah mendapatkan aba-aba dari guru. Siswa melompati gawang sesuai rute, kemudian ke barisan dan dilanjutkan siswa berikutnya.
26
Gambar 2.18. Lintasan Gawang Aman. 4) Bermain lompat tali Seorang siswa melakukan lompat tali dengan bantuan teman atau gurunya dan dilakukan sebanyak 5 kali.tujuannya adalah untuk membantu siswa dalam melakukan lompatan vertical. Pelaksanaannya adalah dengan seorang siswa bersiap melakukan lompatan, setelah diberi
aba-aba, siswa
melompat sebanyak
5 kali
kemudian
menggantikan temannya untuk memutar tali, kemudian siswa selanjutnya melakukan.
Gambar 2.19. Bermain Lompat Tali. (Sumber : Dokumentasi pribadi)
27 c. Melewati mistar dan Mendarat Pada materi melewati mistar dan mendarat, pelaksanaan dijadikan satu agar lebih menghemat waktu pelaksanaan. Untuk ketinggian rintangan yang putri disesuaikan lebih rendah daripada yang putra. Adapun materinya sebagai berikut : 1) Melompati bilah Siswa bersiap pada posisi yang diarahkan guru, kemudian berlari mengikuti cones ke arah matras dan kemudian melompati bilah bambu yang ditopang 2 buah kardus. Siswa melakukan percobaan gerakan melompat yang mengarah pada gerakan gaya straddle kemudian mengarah pada gerakan gaya gunting. Kemudian posisi mendarat, siswa melakukan posisi mendarat yang mengarah pada gaya straddle dan gaya gunting. Setelah mencoba, siswa diminta melaksanakan gerakan yang yang menurutnya paling mudah untuk dilaksanakan. Pelaksanaanya, siswa bersiap pada posisi yang dipilihnya untuk melakukan lompatan, kemudian melakukan lompatan sesuai gaya yang mampu dilaksanakan, dan dilanjutkan siswa berikutnya.
Gambar 2.20.
Melompati Bilah Bambu. (Sumber : Dokumentasi
pribadi) 2) Melompati gawang Pelaksanaan sama, namun ketinggian ditambah dengan meletakkan gawang aman sebagai pengganti bilah dan kardus. Pelaksanaanya, siswa bersiap pada posisi yang dipilihnya untuk
28 melakukan lompatan, kemudian melakukan lompatan sesuai gaya yang mampu dilaksanakan, dan dilanjutkan siswa berikutnya.
Gambar 2.21. Melompati Gawang Aman. (Sumber : Dokumentasi pribadi) 3) Melompati karet Pelaksanaan sama seperti materi sebelumnya, namun kali ini siswa tidak dibantu dengan cones. Karet yang terbentang menjadi rintangan yang harus dilompati siswa. Siswa melakukan lompatan dengan materi yang telah di dapat sebelumnya. Tujuannya adalah untuk membuat siswa memahami gerakan dasar lompat tinggi secara mandiri.
Pelaksanaannya,
siswa
tetap
memilih
gaya
yang
dimampunya. Siswa berbaris pada posisi sesuai gaya yang dipilih antara gaya straddle atau gaya gunting. Siswa melakukan lompatan secara bergantian mengikui arahan dari guru.
Gambar 2.22. Melompati Karet.
29 B. Kerangka Berpikir Berdasarkan dari kajian pustaka di atas, maka penggunaan alat bantu pembelajaran untuk membantu proses pembelajaran gerakan dasar lompat tinggi diperoleh skema sebagai berikut :
Kondisi awal
Tanpa menggunakan alat bantu pembelajaran
Tindakan
Kondisi Akhir
Menggunakan alat bantu pembelajaran dalam melakukan gerakan dasar lompat tinggi.
Pembelajaran teknik
Siklus I : Rangkaian gerakan dasar lompat tinggi (awalan, tolakan, melayang, mendarat) dengan menggunakan alat bantu pembelajaran .
Siklus II : merupakan penyempurna dari siklus sebelumnya. Siswa dapat melakukan gerakan dasar lompat tinggi sesuai capaian KKM.
Gambar 2.23. Kerangka Berpikir Materi pembelajaran adalah gerakan dasar lompat tinggi di mana sebelumnya guru PJOK tidak menggunakan alat bantu pembelajaran dalam memberi materi sehingga hasil yang diperoleh adalah gerakan tinggi secara teknik bukan gerakan dasar. Kemudian pembelajaran gerakan dasar lompat tinggi menggunakan alat bantu pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I pembelajaran sudah menggunakan alat bantu pembelajaran di mana semua siswa dapat mencoba melakukan gerakan dasar lompat tinggi yang didesain mengarah pada pelaksanaan lompat tinggi. Pada siklus II, pembelajaran dilakukan atas dasar evaluasi dari siklus I sebagai penyempurna pelaksanaan siklus I apabila terdapat kekurangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.