10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Kebudayaan a. Pengertian Kebudayaan Koentjaraningrat (1990: 7) menyatakan bahwa kebudayaan sebagai berikut : Keseluruhan yang kompleks yang mengandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Ada tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal yang ada diseluruh bangsa yang ada di dunia, yaitu sistem peralatan, perlengkapan hidup, sistem mata pencaharian, sistem masyarakat, pengetahuan, sistem religius, bahasa dan kesenian. Berdasarkan definisi di atas, terdapat tiga macam unsur kebudayaan yaitu: (1) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya; (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud (1) bersifat abstrak yang terdapat dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan hidup. Ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa terhadap masyarakat. Gagasan tersebut terwujud dalam adat istiadat. Wujud (2) dari kebudayaan disebut pula sebagai sistem sosial, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu sama lainnya. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam suatu masyarakat yang bersifat konkret (Koentjaraningrat, 1990: 186). Wujud (3) dari sistem kebudayaan disebut sebagai kebudayaan fisik. Kebudayaan ini bersifat konkret karena berupa keseluruhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
hasil dari aktivitas, perbuatan dan hasil karya manusia( Koentjaraningrat, 1990: 187-188). Kebudayaan menurut Iris Varner dan Linda Beamer yang dikutip Liliweri (2002: 7-8) bahwa : Kebudayaan sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang dipelajari, yang dibagi, atau yang dipertukarkan oleh sekelompok orang. Pandangan itu berisi apa yang mendasari kehidupan, apa yang menjadi derajat kepentingan tentang sikap mereka yang tepat terhadap sesuatu. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter yang dikutip Liliweri (2002 : 9) mengemukakan bahwa : Kebudayaan berarti simpanan akumulatif dari pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, pilihan waktu, peranan, relasi ruang, konsep yang luas dan objek material atau kepemilikan yang dimiliki dan dipertahankan oleh sekelompok orang atau suatu generasi. 1) Nilai Budaya Nilai budaya menurut Theodorson yang dikutip Pelly (1994: 10-11) bahwa: Nilai merupakan sesuatu yang abstrak yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu nilai dapat dilihat sebagai pedoman bertindak dan sekaligus sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri. Koentjaraningrat yang dikutip Kluckhon (1952: 395) menyatakan bahwa: Nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertidak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara-cara alat-alat, dan tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia. 2) Teori kebudayaan G. Elliot Smith dan W. J. Perry yang dikutip Joyomartono, (1991: 22) mengemukakan bahwa: Pernah terjadi dalam sejarah dunia ini pada zaman purba commitkebudayaan to user suatu difusi besar yang berpangkal dari mesir, kearah timur dan meliputi
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
suatu jarak yang sangat jauh. Kebudayaan itu disebut Perry sebagai “Arcahaic Civilization”, dibawa oleh bangsa-bangsa yang berpindahpindah dari satu tempat dimuka bumi ketempat lain di dalam zaman purba untuk mencari kekayaan berupa emas dan mutiara. Kebudayaan daerah dapat memberikan sumbangan kepada kebudayaan nasional. Khususnya dalam era pembangunan, maka pelaksanaan pembangunan diberbagai
masyarakat
daerah di
Indonesia akan mengajarkan
tentang
pengembangan kebudayaan pembangunan itu sendiri. Mengidentifiksikan perananan budaya daerah dan proses pewarisan yang terjadi dilingkungan kebudayaan lokal bagi perkembangan kebudayaan bangsa (Mukhlis, 1995: 90). Kebudayaan yang dihasilkan manusia akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia juga mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan yang terjadi pun tidak lepas dari pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan. Pengaruh dari dalam yaitu sikap masyarakat dalam menanggapi perkembangan zaman yang dapat berupa pergeseran nilai dan sistem sosial. Sedangkan pengaruh dari luar dapat berupa kontak dengan budaya lain hingga tebentuklah suatu akulturasi kebudayaan. 3) Sistem Nilai Budaya Dalam sistem budaya terbentuk unsur-unsur yang penting berkaitan satu dengan yang lainnya. Sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan. Menurut Bronislaw Malinowski adalah: a) Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat didalam upaya menguasai alam sekelilingnya. b) Organisasi ekonomi c) Alat-alat dan lembaga pendidikan d) Organisasi kekuatan 4) Sifat hakiki dari kebudayaan antara lain: a) Budaya terwujud dan tersalur dari perilaku. b) Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi dan dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
c) Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkandalam tingkah lakunya. d) Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tidakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang tindakan-tindakan yang diijinkan. 5) Melville J. Herkovits menyebut unsur pokok kebudayaan adalah: a) Alat-alat teknologi b) Sistem ekonomi c) Keluarga d) Kekuasaan politik b. Kebudayaan Jawa Berkaitan dengan kebudayaan Jawa, K.R.M.H Yosodipuro berpendapat bahwa manusia mendapatkan “Penerangan Tuhan” yang harus dimanfaatkan manusia. Upaya budidaya manusia dalam memanfaatkan penerangan itu kemudian disebut budaya. Hasil dari pengelolaan budidaya manusia disebut kebudayaan. Karena dasarnya ilmu kejawen maka disebut kebudayaan Jawa. Sehingga kebudayaan Jawa adalah buah pengelolaan budi yang bedasarkan ilmu kejawen. Menurut Karkono dalam Imam Sutardjo (2008: 14) kebudayaan Jawa adalah pancaran atau pengejawantahan budi manusia Jawa yang mencakup kemauan, cita-cita, ide maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan lahir dan batin. Suseno dalam kata pengantar buku Etika Jawa berpendapat bahwa ciri khas kebudayaan Jawa adalah terletak pada kemampuannya yang luar biasa untuk membiarkan diri dibanjiri oleh gelombang-gelombang kebudayaan yang datang dari luar. Dalam banjir itu ia mempertahankan keasliannya. Manusia Jawa tidak menerima begitu saja pengaruh kebudayaan dari luar, tetapi kebudayaan baru yang datang tersebut diseleksi terlebih dahulu disesuaikan dengan apa yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Budaya dari luar diterima dan dihargai tetapi jika tidak sesuai dengan harapan rohani asli, meskipun unsur kebudayaan mempunyai commit to user kelengkapan doctrinal dan sempurna. Namun berwawasan sempit, tertutup dan
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
tidak ada kebebasan bagi nilai-nilai budaya asli, maka akan terjadi penolakan oleh nilai-nilai budaya asli. Menurut Budiono Herusatoto (2008: 139) dalam tradisi atau tindakannya orang Jawa selalu berpegang pada dua hal. Pertama, kepada pandangan hidupnya atau filsafat hidupnya yang religius dan mistis. Kedua, pada sikap hidupnya yang etis dan menjunjung tinggi moral atau derajat hidupnya. Pandangan hidupnya yang selalu menghubungkan segala sesuatu dengan Tuhan yang serba rohaniah atau mistis magis maka dipakailah simbol-simbol. Kodiran dalam Sunarmi dkk (2007: 19) menyebutkan, kebanyakan orang Jawa percaya bahwa hidup manusia diatur dalam alam semesta. Menurut Sunarmi (2007 : 21) landasan yang dikenal dengan konsep kosmologi tersebut nampaknya telah menjadi suatu tolak ukur yang dibakukan. Sehingga konsep tersebut mempengaruhi pola perilaku sehari-hari dalam segala aspek.
2. Kearifan Lokal a. Pengertian Kearifan Lokal Bila dilihat dari pengertian umum, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam kamus Inggris – Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkam wisdom berarti kearifan atau kebijaksanaan. Dengan pengertian tersebut maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Jadi dalam konteks ini, kearifan lokal nampaknya cenderung berkonotasi positif (Sartini, 2009 : 9) I Ketut Gobyah dalam tulisannya “Berpijak pada Kearifan Lokal”, sebagaimana dikutip Iun, mengatakan bahwa kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk commit to user budaya masa lalu yang patut secara terus menerus dijadikan pandangan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Meskipun nilai tersebut bersifat lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Sumber nilai kearifan lokal dapat berasal dari nilainilai agama atau religi pada umumnya di samping nilai-nilai yang dipelajari manusia dari alam. Nilai-nilai yang bersifat universal tersebut diterima oleh masyarakat dan dijadikan sebagai pandangan hidup (Sartini, 2009: 9-10) Kearifan lokal merupakan bagian dari kontruksi budaya. Dalam pandangan John Haba, kearifan lokal mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat dikenal, dipercayai dan diakui sebagai elemen-elemen yang penting yang mampu mempertebal kohesi sosial diantara warga masyarakat (Haba, 2007: 1). Kearifan lokal diartikan sebagai suatu kepribadian, identitas kultural masyarakat yang berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat dan aturan khusus yang diterima oleh masyarakatnya dan teruji kemampuannya sehingga dapat bertahan secara terus-menerus. Kearifan lokal pada prinsipnya bernilai baik dan merupakan keunggulan budaya masyarakat setempat dan berkaitan dengan kondisi geografis secara luas. (Sartini, 2009: 11). Kearifan lokal menurut Puspowardojo dalam Rahyono (2009: 9 ) bahwa : local genius memiliki ketahanan terhadap unsur-unsur yang datang dari luar dan mampu berkembang untuk masa-masa mendatang. Kepribadian suatu masyarakat ditentukan oleh kekuatan dan kemampuan local genius dalam menghadapi kekuatan dari luar. Sementara Rahyono (2009: 7-8) menyatakan kearifan lokal sebagai berikut: “kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh sekelompok (etnis) manusia yang diperoleh melalui pengalamn hidupnya serta terwujud dalam ciri-ciri budaya yang dimilikinya”. b. Bentuk kearifan lokal Kearifan lokal merupakan nilai kebaikan yang dimiliki masyarakat, dipakai sebagai pandangan hidup dan beregenerasi dari satu keturunan kepada keturunan yang berikutnya. Merujuk pada wujud kebudayaan, maka sebagai sesuatu yang bernilai baik yang berada di masyarakat ia akan berada dalam kawasan nilai, gagasan yang hidup sebagai pandangan hidup masyarakat. Oleh commit to user karena itu maka kearifan lokal akan berwujud:
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
1) Pandangan hidup Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu bisa menentukan masa depan seseorang. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasaikan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam: a) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya artinya pandang hidup yang berasal dari kitab suatu agama. b) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut, seperti ideologi kasta di bali. c) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya. Artinya pandangan hidup ini cukup rumit, karena menggunakan ideologi filsafat dan mencari keenaran yang sebenarbenarnya atau kebenaran yang hakiki. 2) Tata nilai Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Tata nilai sosial budaya dapat diartikan sebagai pola cara berpikir atau aturan-aturan yang mempengaruhi tindakan-tindakan dan tingkah laku warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pada cara berpikir itu tumbuh berkembang dan kokoh sebagai pedoman dalam bertingkah laku dalam masyarakat itu sendiri. Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah sebagai berikut: a) Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. b) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan. c) Nilai berfungsi sebagai daya dorong atau motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan. 3) Norma Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa. Namun masih ada segelintir orang yang masih melanggar norma-norma dalam masyarakat, itu dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah faktor pendidikan, ekonomi dan lain-lain. 4) Adat-istiadat Kebiasaan merupakan norma yang keberadaannya dalam masyarakat diterima sebagai aturan yang mengikat walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah. Kebiasaan adalah tingkah laku dalam masyarakat yang dilakukan berulang-ulang mengenai sesuatu hal yang sama, yang dianggap sebagai aturan hidup. Kebiasaan dalam masyarakat sering disamakan dengan adat istiadat. Adat istiadat adalah kebiasaan-kebiasaan sosial yang sejak lama ada dalam masyarakat dengan maksud mengatur tata tertib. Ada pula yang menganggap adat istiadat sebagai peraturan sopan santun yang turun temurun Pada umumnya adat istiadat merupakan tradisi. Adat bersumber pada sesuatu yang suci (sakral) dan berhubungan dengan tradisi rakyat yang telah turun temurun, sedangkan kebiasaan tidak merupakan tradisi rakyat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
c. Unsur kearifan lokal Kearifan lokal menurut Sartini (2010 : 12) mengandung beberapa unsur diantaranya : a. Sesuatu yang pada dasarnya bernilai baik b. Berasal dari pemahaman religius c. Dapat berupa pengetahuan, gagasan, norma, cara, perilaku dan bentukbentuk kegiatan atau lainnya d. Dapat berwujud fisik maupun non fisik e. Berasal dan hidup pada masyarakat local tertentu f. Dipakai secara terus-menerus, turun-temurun g. Dapat dirasionalisasikan h. Dapat dimanfaatkan dalam konteks kehidupan sekarang.
3. Masyarakat a. Pengertian Masyarakat Kata masyarakat berasal dari kata “musyarak”(bahasa Arab) yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesempatan menjadi masyarakat (bahasa Indonesia). (Abdul Syani, 2002: 30). Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain), umumnya istilah masyarakat yang digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur (Koentjaraningrat, 1990: 143). J.L Gillin dan Gillin dalam Koentjaraningrat (1990: 147) bahwa masyarakat atau society adalah “…the largest grouping in which common customs, traditions, attitudes and fellings of unity are operative”. Unsur grouping dalam definisi itu menyerupai unsur “kesatuan hidup” dalam definisi kita, unsur common customs, traditions, adalah unsur “adat istiadat”, dan unsur “kontinuitas” dalam definisi kita, serta unsur common attitudes and fellings of unity adalah sama dengan unsure “identitas bersama”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Djojodigoeno dalam Koentjaraningrat (1990: 147), membuat perbedaan antara konsep masyarakat dalam arti luas dan sempit. Masyarakat dalam arti luas sebagai contoh adalah masyarakat Indonesia, tetapi masyarakat dari suatu desa atau kota tertentu, masyarakat yang terdiri dari warga suatu kelompok kekerabatan seperti dadia, marga, atau suku merupakan masyarakat dalam arti sempit. Secara umum pengertian masyarakat itu sendiri adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, memungkinkan untuk berinteraksi. Pengertian interaksi itu sendiri hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok sosial. Masyarakat merupakan objek studi dari disiplin ilmu sosiologi, maka masyarakat tidak hanya dipandang sebagai suatu kumpulan individu semata-mata, melainkan suatu pergaulan hidup karena mereka cenderung hidup bersama-sama dalam jangka waktu yang cukup lama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya. Dengan kata lain, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang lazim disebut dengan sistem kemasyarakatan. Masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang yang merupakan angotaangotanya. Sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu: 1. manusia yang hidup bersama; 2. bergaul selama jangka waktu cukup lama; 3. adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu kesatuan (Soleman, 1990: 11). Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya berkaitan secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hassan Shadily, 1984: 47). Parson seorang aliran sosial fungsionalis memandang masyarakat sebagai suatu sistem tersendiri yang dilingkupi oleh kepribadian dan sistem budaya (Pasaribu dan Simandjuntak, 1986 : 16). Masyarakat bukan hanya sekedar suatu penjumlahan individu semata-mata melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka, sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya tersendiri (Durkheim dalam Berry 1981: 5). Masyarakat biasanya menempati suatu wilayah tempat tinggal. Apabila anggota-anggota suatu kelompok baik itu kelompok besar ataupun kecil hidup bersama sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut masyarakat setempat. “Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial” (Basrowi, 2006: 37). Didalam masyarakat setempat terdapat tipe-tipe masyarakat yang saling berpautan, klasifikasi masyarakat setempat menggunakan empat kriteria, yaitu : 1. Jumlah penduduk, 2. Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman, 3. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat, 4. Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan (Soerjono Seokanto, 2007: 143). Menurut Ralph Linton yang dikutip Abdul Syani (2002: 31) mengatakan, “Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu”. Menurut Auguste Comte yang dikutip Abdul Syani (2002: 31) mengartikan masyarakat sebagai berikut : Masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dalam membentuk kepribadian yang khas bagi manusia sehingga tanpa adanya kelompok, manusia tidak akan mampu untuk dapat berbuat banyak dalam kehidupannya. b. Bentuk-bentuk Masyarakat Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah, yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Dalam zaman biasa, masyarakat mengenal kehidupan yang yang teratur dan aman, disebabkan oleh commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. (Hassan Shadily, 1984: 50). Berdasarkan cara terbentuknya masyarakat dibagi menjadi : a. Mayarakat paksaan, misalnya Negara, masyarakat tawanan di tempat tawanan, masyarakat pengungsi. b. Masyarakat merdeka, yang terbgai juga dalam : 1) Masyarakat alam yaitu yang terjadi dengan sendirinya; suku atau golongan yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaannya dalam keadaan terpencil atau tidak mudah berhubungan dengan dunia luar. Umumnya bersifat Gemeinschaft. 2) Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan), yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya. Umumnya bersifat Gesellschaft. c. Jenis-jenis Masyarakat Secara garis besar masyarakat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : 1) Masyarakat tradisional Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Masyarakat tradisional di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaankebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan social sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Jadi, kebudayaan masyarakat tradisional tidak mengalami perubahan mendasar. Karena peranan adat-istiadat sangat kuat menguasai kehidupan mereka. Secara sosial kehidupan
di desa sering dinilai sebagai
kehidupan yang tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik. Desa dianggap sebagai tempat yang cocok untuk menenangkan pikiran atau melepaskan lelah dari kehidupan kota. Akan tetapi, sebaliknya, ada pula kesan yang menganggap masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, sulit menerima pembaharuan, mudah ditipu dan sebagainya. Kesan semacam ini timbul karena masyarakat kota hanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
mengamati kehidupan desa secara sepintas dan kurang mengetahui tentang kehidupan mereka sebenarnya. Ciri-ciri masyarakat tradisional : a) Ketergantungan terhadap alam b) Derajat kemajuan teknis dalam hal penguasaan dan penggunaan alam c) Struktur sosial 2) Masyarakat modern Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat-istiadat lama. Dalam mencapai kemajuan itu masyarakat modern berusaha agar mereka mempunyai pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota. Ciri-ciri masyarakat modern : a) Alam tidak lagi hal yang amat vital dalam menunjang kehidupan b) Hidup dari sektor industri, selain itu mereka juga hidup dari sektor perdagangan kepariwisataan, danjasa lainnya Menurut Soerjono Soekanto (1990: 149-161) masyarakat dibedakan ke dalam beberapa jenis, diantaranya : 1) Masyarakat Setempat (Community) Istilah community diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat” yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Anggota-anggota suatu kelompok, baik itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingankepentingan hidup yang utama sehingga disebut masyarakat setempat. Masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu commit to user wilayah dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah interaksi yang lebih besar diantara anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya. 2) Masyarakat Pedesaan (Rural Community) Kurang lebih 81,2 % dari wilayah Indonesia bertempat tinggal di desa. Partisipasi masyarakat pedesaan amat diperlukan bagi berhasilnya pembangunan dan sekaligus akan dapat meningkatkan penghidupan masyarakat di pedesaan. Desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain. Menurut Sutardjo Kartohadikusumo (1953: 2) dinyatakan bahwa: “Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri”. Masyarakat
pedesaan
mempunyai
hubungan
yang
lebih
erat
dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Sistem kehidupan berdasarkan sistem kekeluargaan. Penduduk desa pada umumnya hidup dari pertanian. 3) Masyarakat Perkotaan (Urban Community) Istilah kota dan daerah perkotaan dibedakan dua pengertian, yaitu : kota untuk “city” dan daerah perkotaan untuk “urban”. Istilah city diidentikkan dengan kota, sedang urban berupa suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern, dapat disebut daerah perkotaan. Masyarakat kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup, sehubungan dengan pandangan masyarakat sekitarnya. Orang kota umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain, hal ini yang menyebabkan kebanyakan orang kota memiliki sifat individualistis. d. Ciri-ciri Masyarakat Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip Abdul Syani (2002 : 32) bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat mempunyai ciri-ciri pokok : commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Manusia yang hidup bersama 2. Bercampur untuk waktu yang lama 3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan 4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama Sedangkan menurut Abu Ahmadi yang dikutip Abdul Syani (2002 : 33) menyatakan masyarakat harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut : 1. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang 2. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu 3. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepentingan dan tujuan bersama Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan suatu kelompok manusia (komunitas) yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dengan adanya aturan-aturan yang mengatur mereka untuk mencapai kepentingan bersama.
A. Kerangka Berpikir Dalam kehidupan manusia selalu mempunyai kebutuhan yang selalu ingin dipenuhi dan untuk memenuhi kebutuhan itu manusia menciptakan sesuatu yang disebut dengan kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan digunakan sebagai suatu alat dalam pemenuhan kehidupannya. Di dalam sistem gagasan budaya Jawa hal tersebut dapat ditemui dalam berbagai adat-istiadat, tradisi, ungkapan-ungkapan tradisional, norma, aturan, pandangan hidup serta kearifan lokal. Masyarakat merupakan objek studi dari disiplin ilmu sosiologi, maka masyarakat tidak hanya dipandang sebagai suatu kumpulan individu semata-mata, melainkan suatu pergaulan hidup karena mereka cenderung hidup bersama-sama dalam jangka waktu yang cukup lama. Manusia adalah makhluk individu namun sekaligus makhluk sosial. Setiap individu sebenarnya terikat oleh suatu kebutuhan kelompok atau masyarakat. Orangcommit tidak dapat hidup sendiri sendiri di lingkungan to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
kelompok masyarakat. Mereka akan terikat oleh aturan-aturan yang diciptakan oleh kelompoknya, meskipun aturan tersebut terbentuk norma yang tidak tertulis. Demikian pula yang ada pada masyarakat lereng Merapi. Banyak hubungan sosial yang ada di masyarakat, misalnya gotong royong, kerja bakti, sistem kekerabatan, adat-istiadat. Hubungan ketetanggaan masih menonjol dalam kehidupan seharihari. Di dalam budaya Jawa secara luas telah dikenal dengan berbagai makna dan simbolisasi budaya yang hampir melingkupi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Bahkan seperti tanda-tanda alam sekalipun, sering dihubunghubungkan dengan sesuatu peristiwa yang akan terjadi. Kepiawaian manusia Jawa dalam niteni suatu fenomena alam yang akan terjadi dalam hidupnya memang tidak perlu diragukan. Kebudayaan Jawa adalah terletak pada kemampuannya yang luar biasa untuk membiarkan diri dibanjiri oleh gelombang-gelombang kebudayaan yang datang dari luar. Dalam banjir itu ia mempertahankan keasliannya. Manusia Jawa tidak menerima begitu saja pengaruh kebudayaan dari luar, tetapi kebudayaan baru yang datang tersebut diseleksi terlebih dahulu disesuaikan dengan apa yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Dalam tradisi atau tindakannya orang Jawa selalu berpegang pada dua hal. Pertama, kepada pandangan hidupnya atau filsafat hidupnya yang religius dan mistis. Kedua, pada sikap hidupnya yang etis dan menjunjung tinggi moral atau derajat hidupnya. Pandangan hidupnya yang selalu menghubungkan segala sesuatu dengan Tuhan yang serba rohaniah atau mistis magis maka dipakailah simbol-simbol. Gunung Merapi sebagai salah satu gunung api teraktif di dunia menyimpan berbagai cerita, simbol, mitos dan mistis. Gunung berapi yang berumur ratusan ribu tahun ini diperkirakan telah meletus sebanyak 100 kali. Dibalik letusan yang dahsyat ternyata tidak membuat warga sekitar lereng Gunung Merapi panik. Bahkan ketika letusan terakhir pada Oktober 2010 banyak masyarakat yang enggan untuk mengungsi. Sebab masyarakat percaya bahwa selain memberi ancaman bencana, Merapi juga memberikan kesuburan tanah untuk pertanian dan peternakan. Dikalangan penduduk setempat, lereng Gunung user Merapi tumbuh subur berbagaicommit mitos.toDiantaranya posisi juru kunci yang
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dianggap sebagai penghubung antara Kraton Yogyakarta dengan penguasa Gunung Merapi. Mbah Maridjan diangkat oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjaga Merapi. Mbah Maridjan diangap memiliki kekuatan supranatural yang dapat mengetahui kapan gunung tersebut akan meletus. Oleh masyarakat, beliau dianggap seorang tokoh penjaga kearifan lokal dari lereng Gunung Merapi.
Lingkungan masyarakat Gunung Merapi
Mitologi Merapi
Kebudayaan Masyarakat Lereng Merapi
Kearifan Budaya Lokal
Mbah Maridjan
Kearifan Lokal
Kearifan Lokal
Masyarakat Lereng Merapi
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian tentang MBAH MARIDJAN, SOSOK FENOMENAL (Studi Kearifan Lokal Budaya Jawa di Lereng Gunung Merapi)
commit to user
Keraton Yogyakarta