BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Pada teori keagenan Jensen dan Mackling (1976) dalam Pratama (2013) menyatakan terdapat masalah yang disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan dan asemetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (pemegang saham) sebagai principal. Teori agensi menunjukan bahwa perusahaan
dapat
dilihat
sebagai
suatu
hubungan
kontrak
antara
pemilik(principals) dan manajemen (agen). Suatu hubungan agensi muncul ketika suatu atau lebih individu (principals), mempekerjakan satu atau lebih individu lain (agen), untuk melakukan layanan tertentu dan kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agen. Prinsipal dan agen diasumsikan sebagai pihak-pihak yang mempunyai rasio ekonomi dan motivasi oleh kepentingan pribadi, sehingga sulit untuk mempercayai bahwa manajemen (agen) akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemiliki usaha (principal). Menurut Yastuti (2102) Agen tidak selalu bertindak megikuti keinginan shareholders, hal ini terjadi karena agen memiliki informasi yang lebih pada perusahaan disbanding pemilik, hal tersebut memberikan cost pada pemilik. Untuk mencegah hal tersebut maka diperlukannya monitoring dari principal.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam hubungan antara principal dan agen, akan timbul masalah jika terdapat informasi yang asimetri. Asimetri informasi dapat berupa informasi yang terdistribusi antara agen dan principal, serta tidak mungkinnya principal untuk mengamati secara langsung usaha yang dilakukan oleh agen. Scott (2009) menyatakan bahwa apabila beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis lebih memiliki informasi dibandingkan pihak lainnya, maka kondisi tersebut dikatakan sebagai asimetri informasi. Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen dan pemilik, akan memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba sehingga akan menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja keuangan perusahaan. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para memilik serta pengambilan keputusan untuk melakukan berbagai strategi guna mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh principal dan agen agar aktivitas tersebut dapat dinilai berdasarkan kinerja keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Maka diperlukannya suatu standar untuk meminimalisir asimerti informasi setra mencerminkan kinerja yang sebenarnya dari manajemen untuk dipertanggung jawabkan pada pemilik. International Financial Reporting Standart (IFRS) merupakan standar keuangan yang menghasilkan laporan keuanga yang dapat mengurangi asimetris informasi, IFRS juga dapat dikatakan sebagai mediator untuk
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengurangi asimetris informasi dan agensi cost, hal ini terlihat dari pengungkapan yang lebih banyak dari pada pelaporan akuntansinya (Karthik et.al,2012). 2. Teori Sinyal (Signalling Theory) Machfoedz 199, dalam Wirawan 2010, sinyal dapat berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan olem manajemen perusahaan untuk merealisasikan keinginan pemilik serta dapat berupa promosi atau informasi lainnya yang menyatakan perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan (agen), pemilik usaha (principal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi keuangan. Penggunaan IFRS yang meningkatkan kualitas pelaporan, merupakan salah satu sinyal perusahaan untuk menarik investor atau penggua lain. 3. Generally Accepted Accounting Principle (GAAP) (SAK sebelum IFRS) Menurut Miller at.al (1985:7) akuntansi menerapkan suatu kerangka aturan yang unik yang disebut dengan GAAP. Selanjutnya dikemukakan, GAAP adalah rangkaian aturan yang umum dan spesifik yang dinamis yang harus diikuti oleh penyusunan laporan keuangan jika ingin mendapatkan opini yang baik dari auditor. IAI (2001;411.1) menjelaskan frase “prinsip akuntansi
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berlaku umum” adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencangkup konvensi, peraturan, dan prosedur yang di perlukan untuk merumuskan praktik akuntansi yang berlaku umum pada saat tertentu. US GAAP adalah produk dari FSAB (Dewan Pembuat Standar Akuntansi di Amerika). Lembaga ini memiliki wewenang untuk membuat dan menetapkan akuntansi yang akan digunakan di Amerika (IAI-Indonesia). Stock Exchange Commite (Bapepam-nya Amerika) memberikan ketentuan kepada perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam bursa, diwajibkan untuk membuat laporan keuangannya yang berpedoman pada GAAP. Prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) untuk jangka pendek, aturan akuntansi yang digunakan untuk mempersiapkan dan standarisasi pelaporan laporan keuangan, seperti neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas, untuk perusahaan publik dan perusahaan swasta di Amerika Serikat. GAAP berbasis pendapatan diukur sehingga informasi yang diberikan dalam laporan keuangan berguna untuk membuat keputusan ekonomi tentang perusahaan seperti calon investor dan kreditur. GAAP diimplementasikan melalui prinsip-prinsip pengukuran dan prinsip keterbukaan. Prinsip-prinsip keterbukaan mengenali dan menetukan waktu dan dasar item yang memasuki siklus akuntansi dan dampak pada laporan keuangan, seperti periode dimana transaksi akan dicatat. Prinsip keterbukaan menentukan apa nomer tertentu dan informasi lainnya yang penting yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Pada dasarnya GAAP berkaitan dengan pengukuran kegiatan ekonomi, saat pengukuran tersebut
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
harus dibuat dan dicatat, pengungkapan seputar kegiatan, dan penyusunan dan penyajian informasi ekonomi diringkas dalam laporan keuangan. Standar Akuntansi Indonesia (sebelum 2008) masih berkiblat pada US GAAP. PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) adalah terjemahan bebas dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), sehingga Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh IAI merupakan pengalihbahasaan GAAP ke dalam bahasa Indonesia. Jadi PSAK yang dibuat oleh IAI merupakan terjemahan dari US GAAP. Sudah lebih dari 30 tahun (sejak tahun 1974), Indonesia telah mengikuti standar akuntansi yang dibuat oleh Amerika. Hal ini dikarenakan, banyak perusahaan lokal dalam negeri yang terdaftar sebagai anggota bursa saham di Amerika. Perkembangan sejarah akuntansi di Indonesia telah mengalami masamasa yang panjang dan sulit. Di awali dari belum memiliki standar akuntansi yang jelas, hingga pada tahun 1974 mengenal US GAAP dan menjadikan GAAP
sebagai
Standar
Akuntansi
Indonesia
pada
tahun
1984.
Dilanjutkan pada tahun 1994, IAI mulai berkomitmen untuk mengikuti IAS. Saat ini, IAI telah berpedoman pada IFRS dan telah diterapkan sejak 1 Januari 2012.
4. International Financial Reporting Strandarts (IFRS) Menurut Rudy Suryanto selaku dosen program studi akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), IFRS merupakan standar
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pencatatan dan pelaporan akuntansi yang berlaku secara internasional yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Boards (IASB), sebuah lembaga internasional yang bertujuan untuk mengembangkan suatu standar akuntansi yang tinggi, dapat dimengerti, diterapkan, dan diterima secara internasional. Menurut Anjasmoro (2010), International
Financial Reporting
Standarts (IFRS) merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). IASB yang sebelumnya bernama International Accounting Standar Committee (IASC), merupakan lembaga independen yang menyusun standar akuntansi. International Accounting Standards (IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia, yaitu International Accounting Standard Board (IASB), European Communities (EC), International of Securities Commissions (IOSOC), danInternational Federation of Accounting (IFAC). Dengan masuknya era globalisasi diharapkan IFRS dapat menjadi standar global dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan, karena dengan menerapkan IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan dan keseragaman standar internasional. IFRS menggunakan principle-based yang berguna untuk meminimalkan perbedaan akuntansi antar negara. Sehingga dengan menggunakan standar akuntansi internasional dapat memundahkan perusahaan multinasional untuk mengurangi perbedaan dari masing-masing negara.
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Secara garis besar, ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi, yaitu (1) definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan, yang digunakan untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya. (2) pengukuran dan penilaian, yang digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadi transaksi maupun pada saat penyajian laporan keuangan. (3) pengakuan, yang digunakan
untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga dapat
disajikan dalam laporan keuangan. (4) penyajian dan pengungkapan laporan keuangan, yang digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. IFRS dianggap sebagai kumpulan dasar “dasar prinsip” yang kemudian menetapkan peraturan badan dan juga menjelaskan peraturan-peraturan tertentu. Purba (2010) menyatakan bahwa International Financial Reporting Standards mencangkup : peraturan-peraturan International Financial Reporting Standard (dikeluarkan setelah tahun 2001), peraturan-peraturan International Accounting Standards(dikeluarkan sebelum tahun 2001), interpretations yang diterbitkan oleh International Reporting Interpretation Committee (IFRIC) setelah tahun 2001, dan Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) sebelum tahun 2001. Penggunaan IFRS sudah diwajibkan bagi perusahaan yang go internasional atau yang memiliki partner dari uni eropa, Australia, rusia dan beberapa negara di timur tengah. Sehingga sudah lebih dari 150-an negara,
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
termasuk Jepang, Cina, Kanada dan 27 negara Uni Eropa yang menggunakan International Financial Reporting Standards (IFRS). Penerapan IFRS ini merupakan suatu cara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar yang dapat diterima secara global. Siregar (2012) menjelaskan tujuan IFRS adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. IFRS juga memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimasud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan, menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS dan dapat dihasilkan dengan biaya yang melebihi manfaat bagi para pengguna. Ketua Tim Implementasi IFRS IAI Dudi M. Kurniawan mengatakan dengan mengadopsi IFRS Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus. Tujuh manfaat tersebut, yaitu meningkatkan kualitas SAK, mengurangi biaya SAK, meningkatkan kreadibilitas dan kegunaan laporan keuangan, meningkatkan transparansi keuangan, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal, dan meningkatkan efesiensi penyusunan laporan keuangan. 5. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) Menurut Baskerville (2010) dalam Utami, et.al (2012) konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi dalam
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS. Menurut Hans, dkk (2012:26) konvegensi IFRS merupakan salah satu kesepakatan pemerintah indonesia sebagai anggota G20 forum. Sasaran program konvergensi tersebut adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan versi 1 januari 2009, dengan target pencapaian tahun 2012 yang artimya pada tahyn 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh DSAKIAI akan mengacu pada IFRS dan diterapkan oleh entitas. DSAK-IAI memilih menggunakan metode bertahap dalam melakukan program konvergensi tersebut. Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Wasington DC, 15 November 2008 secara prinsip-prinsip G20 direncanakan sebagai berikut, yaitu Strengthening Transparency And Accountability, Enhancing Sound Regulation, Promoting In Financial Market, Reinforcing International Cooperation, dan Reforming International Financial Institution. Pada tahun 2008, IAI telah mengumumkan rencana konvergensi standar akuntansi lokalnya yaitu pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang merupakan produk dari IASB. Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari pelaporan keuangan perusahaan yang ada di Indonesia. Dengan program konvergensi IFRS ini diharapkan akan mengurangi hambatan-hambatan investasi,
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengurangi biaya yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan, dan mengurangi cost of capital. Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkatan, yaitu : a. Full Adoption, yaitu suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan IFRS sama persis kedalam bahasa yang negara tersebut gunakan. b. Adopted, yaitu mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi negara tersebut. c. Piecemeal, yaitu suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomer IFRS yaitu nomer standar tertentu dan memilih paragraph tertentu saja. d. Referenced (convergensi), yaitu sebagai referensi standar ditetapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraph yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar. Di Indonesia, IAI menetapkan proses adopsi IFRS dalam 3 tahap, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan dan taham implementasi
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.1 Tahapan Konvergensi IFRS No. 1.
Tahap Tahap Adopsi (2008-2010)
2.
Tahap Persiapan (2011)
3.
Tahap Implementasi (2012)
Sumber : IAI
Keterangan Adopsi seluruh IFRS ke PSAK Persiapan infrastruktur yang diperlukan Evaluasi dan kelola adopsi terhadap PSAK yang berlaku Penyelesaian persiapan infrastruktur yang diperlukan Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berpasis IFRS Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif
Proses konvergensi IFRS di Indonesia yang secara resmi dimulai pada tahun 2008. Fase pertama yang berakhir tahun 2012 banyak melahirkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) baru dan revisi yang semakin mendekatkan jarak antara SAK yang berlaku di Indonesia dengan IFRS. Pada konvergensi IFRS fase pertama (2008-2012), per 1 Desember 2012 DSAK IAI telah menerbitkan : 40 PSAK, 20 IASK, 11 PPSAK berikut revisi terkait serta 10 PSAK syariah. Tahun 2014 merupakan konvergensi fase kedua bagi Indonesia dalam mengadopsi IFRS. Pada fase kedua, PSAK maupun Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) terbaru diterbitkan pada tahun 2013 dan 2014.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Table 2.2 Konvergensi IFRS 2013-2014 Pengesahan PSAK/ISAK
Keterangan
Tanggal Efektif
Disahkan oleh DSAK IAI tahun 2013 ISAK 27
Pengalihan asset dari pelanggan
1 Januari 2014
ISAK 28
Pengakhiran liabilitas keuangan dengan instrument ekuitas
1 Januari 2014
ISAK 29 PPSAK 12 PSAK 1 PSAK 4
Biaya pengupasan lapisan tanah tahap produksi pada tambang terbuka Pencabutan PSAK 33 (PSAK untuk industry pertambangan) Penyajian laporan keuangan
1 Januari 2014 1 Januari 2014 1 Januari 2015 1 Januari 2015
PSAK 24
Laporan keuangan tersendiri Investasi pada entitas asosiasi dan ventura bersama Imabalan kerja
PSAK 65
Laporan keuangan konsolidasi
1 Januari 2015
PSAK 15
PSAK 66 PSAK 67 PSAK 68
Pengaturan bersama (pengganti PSAK 11 dan PSAK 12) Pengukuran kepentingan dalam entitas lain Pengukuran nilai wajar
1 Januari 2015 1 Januari 2015
1 Januari 2015 1 Januari 2015 1 Januari 2015
Disahkan oleh DSAK IAI tahun 2014 PSAK 46
Pajak penghasilan
1 Januari 2015
PSAK 48
Penurunan nilai asset
1 Januari 2015
PSAK 50
Instrumen keuangan : penyajian Instrument keuangan : pengungkapan dan pengukuran Instrument keuangan : pengungkapan Penilaian ulang derivative melekat
1 Januari 2015
PSAK 55 PSAK 60 ISAK 26 Sumber : IAI
1 Januari 2015 1 Januari 2015 1 Januari 2015
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sampai dengan bulan Agustus 2012, hamper semua IFRS telah diadopsi ke dalam PSAK, kecuali IFRS 1 First Time Adoption of International Financial Reporting Standars karena IFRS 1 tidak dapat diterapkan apabila belum mengadopsi penuh IFRS, IAS 41 Agriculture yang belum diadopsi karena masih menunggu IASB merevisi standar tersebut serta IFRIC 15 Agreements for the Construction of Real Estate yang masih ditunda pemberlakuannya 6. Dasar Perbedaan GAAP (PSAK sebelumnya) Dengan IFRS Dalam menentukan standar akuntansi, Indonesia sendiri berpedoman pada PSAK yang berkiblat pada US GAAP sebelum tahun 2008, dan selanjutnya Indonesia masih dalam masa transisi (sebagian besar sudah berubah) untuk memulai standar baru yaitu IFRS, yang akhirnya awal tahun 2012 Indonesia sudah dalam tahap implementasi IFRS di seluruh entitas bisnis dan pemerintahan. IFRS umumnya memiliki lebih sedikit pedoman peraturan dari pada US GAAP, sehingga penilaian atau pertimbangan lebih lanjut diperlukan dalam menerapkan IFRS Banyak manfaat yang didapat Indonesia dalam mengeadopsi IFRS, salah satunya adalah meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan serta meningkatkan transparansi keuangan dan komparabilitas pelaporan keuangan. Dengan mengadopsi IFRS tentu adanya berbedaan yang signifikan antara IFRS dengan US GAAP (basis PSAK sebelumnya), adalah bahwa keseluruhan menyediakan kurang detail misalnya IFRS tidak mengijinkan metode Last In First Out (LIFO) sebagai metode penilaian persediaan, IFRS
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menerapkan adanya revaluasi (revaluation model) pada penilaian aktiva dalam keadaan tertentu, IFRS menggunakan single step method untuk penghapusan penurunan nilai (impairment) dari pada two step method yang digunakan US GAAP, sehingga membuat penghapusan lebih mungkin, selanjutnya, IFRS juga mensyaratkan kapitalisasi biaya pengembangan, ketika
kreteia
tertentu
dipenuhi.
Menurut
Hans,et.al
(2012:26-27),
konvergensi IFRS membawa perubahan yang signifikan terhadap system akuntansi dan pelaporan. Adapun perubahan PSAK berlandaskan US GAAP ke IFRS adalah sebagai berikut: a. PSAK yang sebelumnya bedasarkan Pinsip histori (historical cost) mengubah paradigmannya menjadi fair value (berdasarkan IFRS) Sebelumnya US GAAP menerapkan pengukuran dan penilaian persediaan dilakukan dengan metode historical cost dan fair value. Harga perolehan (historical cost) adalah asumsi adanya stable monetary unit yang mengakibatkan semua transaksi yang terjadi dicatat atas dasar nilai histori atau nilai yang didapat saat terjadi transaksi. Kelemahan dari historical cost adalah kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Keunggulan historical cost adalah bahwa historical cost lebih objektif dan lebih verifiable karena didasakan pada transaksi, namun demikian pihak manajemen bisa memanfaatkan kelemahan historical cost untuk melakukan manajemen laba. Sedangkan dengan perubahan standar akuntansi, standar IFRS lebih mengarah pada penggunaan nilai wajar (fair value). Nilai wajar
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(fair value) merupakan suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran asset atau penyelesaian keinginan untuk melakukan transaksi wajar. Keuntungannya adalah bahwa pos-pos asset dan liabilitas yang dimiliki lebih mencerminkan nilai yang sebenarnya pada laporan keuangan. Namun, ada yang menolak penggunaan fair value karena penggunaan fair value menyebabkan volatilitas dalam laporan keuangan dan mengurangi prediksi dari laba. Namun, dengan volatilitas yang tinggi, hal tersebut sebenarnya hanya mengungkapkan realitas ekonomi yang sebenarnya (Siregar,2010). Sehingga dengan demikian peralihan dari historical cost ke fair value diharapkan dapat mengurangi manajemen laba yang sebenarnya. b. PSAK (US GAAP) yang sebelumnya berdasarkan Rule Based berubah menjadi Principle based PSAK yang berlandaskan US GAAP berbasis rule based, yang berarti segala sesuatu diatur dalam batasan-batasan. Rule based ini akan meningkatkan konsistensi dan keterbandingan antar perusahaan dan antar waktu, namun disisi lain mungkin kurang relevan karena ketidakmampuan standar merefleksi kejadian ekonomi entitas yang berbeda antar perusahaan. Sedangkan standar akuntansi IFRS menggunakan principle based, yang berisi prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan pertimbangan akuntansi atau manajemen perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan akuntansi perusahaan. Namun principle based mempunyai
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kelemahan, yaitu sangat memerlukannya penalaran, judgment, dan pemahaman yang cukup mendalam dari pembaca aturan. Penggunaan standar berbasis prinsip ini konsisten dengan tujuan pelaporan keuangan yang menggambarkan kejadian yang sesungguhnya di perusahaan. c. Pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak, baik kuantitatif maupun kualitatif Standar akuntansi mengandung pedoman pengungkapan informasi secara kuatitatif maupun kualitatif dengan maksud untuk memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure), sehingga dapat memberikan kualitas dan pengungkapan yang memadai bagi pengguna informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) mengakui bahwa penyajian informasi dalam laporan keuangan baik jumlah maupun sifat harus memenuhi kaidah kesenambungan antara manfaat dan biaya. Tingkat pengungkapan yang semakin mendekati pengungkapan penuh akan mengurangi tingkat asimetri informasi (ketidakseimbnagan informasi) antara manjer dengan pihak pengguna laporan keuangan. Asimetri informasi adalah kondisi dimana manjer memiliki informasi internal lebih banyak dibandingkan dengan pihak lain (pemegang saham). Jika dikaitkan dengan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manejer dapat memberikan informasi mengenai kondisi
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perusahaan kepada investor untuk maksimalisasi
nilai saham
perusahaan. Jika dibandingkan dengan semua standar akuntansi yang dimiliki Indonesia dengan IFRS. Maka terdapat perbedaan kuantitas antara PSAK dengan IFRS, yang dapat dilihat dalam table 2.3 Table 2.3 Perbedaan Kuantitas PSAK dengan IFRS PSAK 43 Standart
IFRS 37 standart
8 Syari’ah standart
- 8 IFRS
11 Interpretation (ISAK)
- 29 IAS
4 Technical Bulletins
27 Interpretations
1 SAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik/UKM)
16 IFRIC Interpretation 11 SIC
Sumber : IAI 7. Kerangka Dasar Penyajian dan Penyusunan Laporan keuangan Menurut Kieso (2008), kerangka dasar atau kerangka kerja konseptual (conseptual framework) diartikan suatu system hoheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penerapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batasan-batasan (akuntansi keuangan dan laporan keuangan). Sehingga kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menjadi sebuah acuan dan asas utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan suatu entitas dengan andal, akurat, dan relevan yang mampu menghasilkan informasi yang diterima umum dan tidak bias. 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Hans, et.al (2012:44) kerangka dasar berisikan konsep dasar penyusunan standar akuntansi yang harus diikuti penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemangku kepentingan (stakeholders), khususnya pihak diluar manajemen. Kerangaka dasar konseptual dapat ditentukan dalam 3 tingkatan (level), yaitu level 1 : tujuan laporan keuangan, level 2 : karakteristik kualitatif dan elemen laporan keuangan, dan level 3 : asumsi dasar, prinsip dan kendala. Sejalan dengan konvergensi IFRS kedalam PSAK, maka kerangaka konseptual mengalami perubahan dari PSAK berbasis US GAAP kedalam IFRS. Perbedaan kerangka konseptual US GAAP dan IFRS dapat dilihat dalam table 2.4 Kerangka konseptual menggunakan asumsi kelangsungan usaha (going concern assumption) sebagai asumsi yang mendasari (underlying assumption). Menurut Hans, et.al (2012:48-49), asumsi dasar laporan keuangan dalam IFRS, yaitu : a. Dasar actual (accrual basic), merupakan suatu transaksi atau kejadian yang dibukukan dan dilaporkan pada saat terjadinya dan mempunyai dampak atas sumber daya dan atau kewajiban entitas, dan tidak semerta-merta berdasarkan saat terjadi penerimaan atau pengeluaran kas atau setara kas. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang menimbulkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi termasuk juga kewajiban pembayaran kas serta sumber daya yang mempresentasikan kas dimasa depan.
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dengan diaplikasikannya dasar akrual ini maka neraca da laporan laba rugi lebih akurat menggambarkan posisi keuangan dan hasil usaha suatu entitas. b. Kelangsungan usaha (going concern), biasanya laporan keuangan disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Perusahaan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi perusahannya, jika hal tersebut terjadi maka laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan. Asumsi going concern ini sangat penting mendasari penyajian dasar suatu laporan keuangan agar tidak menyesatkan para penggunanya. Laporan keuangan haruslah memenuhi karakteristik kualitatif tertentu agar dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai. Menurut IAI dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2007:7) menyatakan terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu antara lain : a. Dapat Dipahami (Understandability) Suatu informasi baru bermanfaat bagi penerima bila dapat dipahami.Pemakai diasumsikan harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang akuntasi serta aktivitas bisnis dan ekonomi serta asumsi dan konsep yang mendasari penyusunan laporan keuangan.
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Relevan (Relevance) Agar informasi bermanfaat haruslah relevan bagi pengguna dalam mengambil suatu keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mengetahui keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan. Suatu proses menghasilkan informasi memerlukan biaya, tenaga dan waktu. Apakah suatu informasi dianggap relevan untuk dilaporkan atau tidak akan dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Suatu informasi dianggap material atau signifikan, bial suatu kesalahan (error), salah saji (misstatement), atau kelalaian mencantumkan (omission) informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna informasi tersebut,atau dengan perkataan lain dapat menyesatkan pengambilan keputusan. c. Keandalan (Reliability) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal (reliable), yang artinya bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful presentation) dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar yang diharapkan dapat disajikan. d. Dapat Dibandingkan (Comparability) Informasi laporan keuangan harus dapat dibandingkan antar priode dan antar entitas dalam periode yang sama untuk mengevaluasi
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kecenderungan posisi keuangan dan kinerja keuangan.Perbandingan laporan keuangan untuk dua atau lebih periode akan dapat memberikan gambaran tentang perkembangan atau tren keadaan keuangan maupun kinerja
suatu entitas, sehingga lebih mampu
memberikan gambaran tentang prospek entitas dimasa depan. Sedangkan perbandingan laporan keuangan antar entitas akan memberikan masukan yang berguna bagi para calon investor dalam menentukan pilihan investasi yang dilakukan.
Berdasarkan PSAK 1 (revisi 2013) laporan keuangan terdiri dari kompnen-komponen, berikut yaitu : a. Laporan Posisi Keuangan/Neraca (Statement of Financial Position) pada akhir periode Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. laporan ini menggambarkan posisi asset, kewajiban dan ekuitas pada saat tertentu. Neraca adalah laporan yang menyajikan sumber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau asset kewajiban-kewajiban atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Laporan posisi keuangan merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur modal perusahaan serta dapat digunakan untuk menilaiu resiko perusahaan dan arus
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kas di masa depan. Laporan posisi keuangan menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiaban, dan ekuitas pemegang saham. Entitas biasanya menyajikan laporan posisi keuangan dengan memisahkan asset lancar dan liabilitas lancar dari asset tidak lancar dan liabilitas tidak lancar b. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain (Stetment Comprehensive Income) Menurut Munawir (2010:26), laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sisitematis tengtang penghasilan, beban, laba rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi dan penghasilan komrehensif merupakan laporan yang mengukur keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu. PSAK mensyaratkan entitas untuk menyajikan laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain dalam dua bagian, yaitu: laba rugi dan pos penghasilan komprehensif lain. DSAK meyakini hal ini akan memberikan lebih banyak konsistensi dalam penyajian dan
membuat
pelaporan
keuangan
menjadi
lebih
dapat
diperbandingkani. Laporan laba rugi komprehensif berguna untuk membantu pengguna laporan keuangan memprediksi arus kas masa depan, dalam rangka menentukan profotabilitas, nilai investasi dan kekayaan kredit. Laporan laba rugi komprehensif tidak hanya mencangkup keuantungan atau kerugian yang belum direalisasi,
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tetapi juga mencangkup keuntungan atau kerugian yang telah direalisasi menyediakan rincian penghasilan, beban, laba dan rugi entitas untuk suatu periode tertentu c. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Change of Equity) Untuk suatu entitas berbentuk usaha yang berbadan hukum perseroan terbatas (PT), laba yang ditahan dan dibagikan sebagai dividen disajikan dalam neraca sebagai bagian dari ekuitas. Agar para pemangku kepentingan dapat mengikuti perubahan yang terjadi atas setiap komponen ekuitas dari masa ke masa secara transparan, maka perlu disusun laporan tersendiri dalam suatu laporan perubahan keuangan. Laporan ini disusun dengan melakukan analisis atas kelopmok akun entitas serta dokumen dan catatan yang berkaitan dengan entitas, antara lain keputusan rapat umum pemegang saham tentang pemnbayaran deviden, koreksi laba rugi tahun lalu, perubahan struktur modal, dan perubahan pada komponen entitas lainnya, seperti pendapatan komprehensif lain. d. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Laporan arus kas mengandung informasi tentang kegiatankegiatan yang menghasilkan dan menggunakan kas, terutama kegiatan operasional, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan. Laporan arus kas juga menggabungkan konsep kasa dan setara kas.Informasi arus kas entitas berguna bagi para pengguna laporan
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. e. Catatan atas laporan keuangan Menurut PSAK 1 (revisi 2013) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijkan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain, informasi komparatif untuk mematuhi periode sebelumanya dan berisi informasi tambahan yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atas rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Menurut Hans,et.al (2012:135)
pada
dasarnya
catatan
atas
laporan
keuangan
seharusnya memuat informasi sebagai berikut : a. Pernyataan atas kepatuhan SAK b. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang ditetapkan seperti dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
laporan keuangan dan kebijakan akuntansi lain yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan keuangan. c. Informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam setiap komponen laporan keuangan sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian masing-masing pos. f. Laporan posisi keuangan
pada awal periode sebelumnya yang
disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangnnya sesuai dengan paragraph 40A-40D.
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Table 2.4 Perbedaan Kerangka Konseptual GAAP dan IFRS GAAP
IFRS
Berdasarkan Tujuan Laporan Keuangan a. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan investasi dan kredit. b. Menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomi, kliem terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan terhadap keduanya. c. Menyediakan informasi yang berguna untuk mempredikasi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan perusahaan.
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi. b. Pengguna adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi a. Releva terdiri dari : nilai prediksi, niali umapan balik, dan tepat waktu. b. Dapat diperaya terdiri dari : disajikan dengan jujur, netral, dan dapat diferivikasi. c. Dapat dibandingkan d. Konsisten
a. Relevan terdiri dari : nilai prediksi, nilai kofirmasi, dan nilai materialitas. b. Dapat dipercaya terdiri dari : disajikan dengan jujur, netral, substansi mengungguli bentuk, kehati-hatian (dimana ada ketidakpastian, kesalahan dalam menyediakan informasi dan manajemen adanya konservatisme), dan kelengkapan. c. Dapat dibandingkan. d. Keandalan
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perbedaan Kerangka Konseptual GAAP dan IFRS
Berdasarkan Elemen Laporan Keuangan a b c d e f g h i j a b c d e
a b c d a b c d
Asset a Asset Kewajiban b Kewajiban Ekuitas c Ekuitas Investasi pemilik d Pemeliharaan modal (diperoleh Distribusi kepada pemilik dari revaluasi asset dan Laba komperhensif kewajiban Pendapatan e Laba (pendapatan dan Keuntungan keuntungan) Beban f Beban (beban dan kerugian) Kerugian Berdasarkan Komponen Laporan Keuangan Neraca a Laporan posisi keuangan (neraca) Laporan laba rugi b Laporan laba rugi komperhensip Laporan perubahan ekuitas c Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas d Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan e Catatan atas laporan keuangan f Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi Berdasarkan Pengakuan dan Pengukuran – Asumsi Dasar Kelangsungan usaha Entitas ekonomi Uni moneter Periodisitas
a b
Kelangsungan usaha Basis akrual
Berdasarkan Pengakuan dan Pengukuran – prinsip Biaya historis a. Biaya hitoris Pengakuan pendapatan b. Biaya sekarang Kesesuaian c. Nilai realisasi (jumlah kas yang Pengungkapan penuh dapat diperoleh saat ini jika asset dilepas) d. Nilai wajar (fair value) e. Pengakuan pendapatan f. Pengakuan beban g. Pengungkapan penuh
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perbedaan Kerangka Konseptual GAAP dan IFRS Berdasarkan Pengakuan dan Pengukuran – Kendala a. Biaya dan manfaat a. Keseimbangan antara biaya dan b. Materialitas manfaat c. Praktik industry b. Tepat waktu d. Konservatisme c. Keseimbangan antara karakteristik kualitatif Sumber : Dwi M; akuntansi keuangan 1., dan Hans,et.al ; akuntansi keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS 8. Kinerja Keuangan Perusahaan Menurut Fahmi (2011:2), kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Dengan kinerja perusahaan dapat melihat suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan dengan menggunakan analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang dapat mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para pemilik dana serta untuk mencapai tujuan yang ditelah ditetapkan perusahaan. Tujuan penilaian kinerja perusahaan adalah untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan stabilitas perusahaan. Manfaat penilaian kinerja keuangan adalah sebagai dasar penentuan strategi perusahan dimasa yang akan datang, mengukur prestasi yang telah dicapai oleh perusahaan, sehingga dapat mencerminkan tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam pelaksanaan kegiatannya, melihat kinerja perusahaana secara keseluruhan, serta sebagai petunjuk dalam pembuatan keputusan dan 36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kegiatan organisasi pada umumunya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya, sertasebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Menurut Munawir (2010:36-37), dalam menganalisis kinerja keuangan ada beberapa teknik yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu : a. Analisisi perbandingan laporan keuangan, merupakan analisis yang disusun dengan cara membandingkan kenaikan atau penurunan posisi keuangan pada suatu periode tertentu dengan periode lainnya dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah maupun persentase. b. Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi
keadaan
keuangan
apakah
menunjukkan
kenaikan
atau
penurunan. c. Metode sumber dan penggunaan modal kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan d. Analisis common size, merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun hutang. e. Metode sumber dan penggunaan kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu peride tertentu.
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
f. Analisis rasio keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan keuangan laba rugi baik secara individu maupun simultan. g. Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis keuangan untuk memenuhi posisi laba rugi dan sebab akibat terjadinya perubahan laba. h. Analisis break even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan, pengungkapan laporan keuangan sangat penting dalam memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan. Menurut Munawir (2010), laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantuan bagi para pengguna (users) untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial. Millatima (2012), menyatakan bahwa laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting sebagai objek penelitian kinerja perusahaan oleh investor. Penilaian kinerja keuangan dapat dilihat pada laporan keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi prusahaan. Sehingga metode yang tepat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah metode analisis rasio keuangan.
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8.1 Analisis Rasio Keuangan Menurut Fahmi (2011:44), rasio keuangan (financial ratio) sangat penting gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Menurut Warsidi dan Bambang dalam Fahmi (2011), analisis rasio keuangan merupakan instrument analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Rasio keuangan merupakan suatu alat analisis yang
sering
digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan informasi dan gambaran perkembangan keuangan perusahaan yang terdapat di laporan keuangan. Dengan menggunakan analisis rasio ini dapat menjelaskan dan menggambarkan baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dan dapat pula membantu perusahaan dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio – rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angkaangka didalam atau diantara laporan laba rugi dan neraca. Menurut Hanafi dan Halim (2014:74), analisis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam lima macam katagori, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar. Menurut Fahmi (2011:53), bagi investor ada tiga rasio keuangan yang paling
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dominan yang dijadikan rujukan untuk melihat kondisi kinerja suatu perusahaan, yaitu rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio solvabilitas (solvability ratio), dan rasio profitabilitas (profitability ratio). Ketiga rasio keuangan tersebut dapat dijelaskan, sebagai berikut : a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Menurut Fahmi (2011:53-54), rasio likuiditas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Dua factor yang digunakan rasio likuiditas dalam mengukur likuiditas perusahaan yaitu dengan melihat hubungan antara aktiva lancar dan hutang lancar yang dimiliki perusahaan. Jenis rasio likuiditas yaitu Current Ratio, Acid Test Ratio, Cash Ratio, dan Working Capital to Total Asset Ratio . Rasio likuiditas yang digunakan, antara lain: 1) Current Ratio Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar
dengan
hutang
lancar
semakin
tinggi
kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
CR =
Aktiva Lancar Utang Lancar
x 100%
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2) Quick Ratio(Acid Test Ratio) Rasio ini merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan karena persediaan memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan disbanding asset lain. Rasio ini terdiri dari piutang dan surat-surat berharga yang dapat direalisir menjadi uang dalam waktu relatif pendek. Jadi semakin tinggi rasio ini semakin baik.
Quick Ratio =
Aktiva Lancar−Persediaan Utang Lancar
𝑥 100%
3) Cash Ratio Rasio ini merupakan alat ukur untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang yang dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara kas seperti rekening giro. Semakin besar perbandingan kas atau setara kas dengan utang lancar semakin baik.
Cash Ratio =
Kas+Bank Utang Lancar
𝑥 100%
4) Working Capital to Total Asset Ratio Rasio ini menunjukkan likuiditas total dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih. Rasio ini membandingkan aktiva lancar dikurangi hutang lancar, atau modal kerja dengan keseluruhan aktiva. Rumusnya adalah sebagai berikut: 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
WCTAR =
Aktiva Lancar−Utang Lancar Total Aktiva
Pada penelitian ini likuiditas diproksikan menggunakan Current Ratio (CR). Menurut Kasmir (2008:134) Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhaan. Tingkat rasio likuiditas yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaaan tersebut memiliki
kemampuan untuk
membayar
seluruh
kewajiban
lancarnya dan menunjukkan kondisi keuangan yang kuat yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio likuiditas suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula rating perusahaan tersebut karena semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh kewajiban lancarnya. b. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio) Menurut Fahmi (2011:54), rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Namun bukan berarti perusahaan yang insolvable namun likuid tapi tidak bisa menjalankan aktivitasnya. Karena dengan kemampuan likuiditas
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang dimiliki sangat memungkinkan perusahaan tersebut untuk bisa mengembalikan utangnya dengan cepat dan tepat. Jenis-jenis rasio solvabilitas yaitu Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio dan Time Interest Earned. Rasio solvabilitas yang digunakan yaitu : 1) Total Debt to Total Equity Ratio Rasio ini membandingkan total utang dengan modal pemilik (ekuitas). Rasio ini digunakan untuk menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang semakin kecil.
DER =
Total Utang Total Ekuitas
x100%
2) Total Debt to Total Asset Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengolaan aktiva.
DAR =
Total Utang Total Asset
𝑥 100%
3) Long Term Debt to Equity Ratio
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Rasio ini merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Long Term Debt to Equity Ratio
=
Utang Jangka Panjang Total Ekuitas
𝑥 100%
4) Times Interest Earned Ratio Rasio ini menunjukkan besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Times Interest Earned Ratio =
Utang Jangka Panjang Total Ekuitas
x 100%
Rasio Leverage pada penelitian ini akan diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Kasmir (2008:157) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage maka akan besar risiko yang didapatkannya, karena semakin besar aset yang didanai oleh utang. Semakin rendah leverage suatu perusahaan
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Menurut Fahmi (2011:54), rasio profitailitas bermanfaat untuk menunjukkan
keberhasilan
perusahaan
di
dalam
menghasilkan
keuntungan. Menjaga tingkat profitabilitas yang tinggi merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena profitabilitas yang tinggi merupakan
tujuan
setiap
perusahaan,
sehingga
semakin
tinggi
profitabilitas semakin baik dan efesian perusahaan tersebut. Menurut Hanafi dan Halim (2014:81), rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu dan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Jenis-jenis ratio profitabilitas yaitu Retrun of to Asset, Earning Per Share, , Gross Profit Margin, Net Profit Margin,
Operating Ratio,
Retrun of Investment dan Retrun of to Equity . Rasio yang digunakan adalah, sebagi berikut : 1) ROA (Return On Total Assets) ROA merupakan rasio antara saldo laba bersih setelah pajak dengan jumlah asset perusahaan secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh asset yang dimiliki perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Hasil
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perhitungan rasio ini menunjukkan efektivitas dari manajemen dalam menghasilkan profit yang berkaitan dengan ketersediaan asset perusahaan. ROA=
Laba Bersih Total Aktiva
x 100%
2) Earning Per Share (EPS) Dalam lingkaran keuangan alat ukukr yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share. Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasinkan mengenai performance perusahaan go public, karena investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk memprediksi mengenai besarnya deviden perusahaan dikemudian hari dan tingkat pengembalian saham dikemudian hari. EPS =
Net Income−Dividen Saham Preferen Rata−rata JUmlah Saham Yang Beredar
3) Gross Profit Margin Rasio ini mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan dan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Gross Profit Margin
=
Penjualan Bersih−COGS Penjualan Bersih
x 100%
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4) Net Profit Margin Rasio ini merupakan rasio perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Besarnya perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.
Net Profit Margin
=
Laba Setelah Pajak Penjualan Bersih
𝑥 100%
5) Operating Ratio Rasio ini menunjukkan berapa biaya yang dikorbankan dalam penjualan atau berapa presentase biaya yang dikeluarkan dalam penjualan. Rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan terserap dalam biaya jual yang tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil.
Operating Ratio
=
COGS Penjualan Bersih
6) ROI (Return On Investment) ROI mencerminkan kamampuan manajemen dalam mengatur aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menghasilkan keuntungan. Semakin kecil rasio ini semakin tidak baik, demikian juga sebaliknya.
ROI =
Laba Setelah Pajak Total Asset
𝑥 100%
7) ROE (Return On Equity) ROE
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. Rasio ini membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena berarti posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian juga sebaliknya.
ROE =
Laba Bersih Setelah Pajak Total Ekuitas
x 100%
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diproksikan sebagai Net Profit Margin. Besarnya perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu. Rasio ini sangat penting bagi manejer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. 9. Penelitian Terdahulu Masuknya IFRS di Indonesia, banyak menarik perhatian para peneliti khususnya di Indonesia.Dari tahap adopsi sampai tahap Implementasi, akhirnya awal tahun 2012 Indonesia secara resmi mengadopsi IFRS. Penelitian-penelitian tentang pengadopsian IFRS sudah banyak diteliti oleh peneliti dalam negeri maupun luar negeri. Meskipun sudah banyak penelitian tentang IFRS, tetapi penelitian yang berfokus kepada kinerja keuangan pada suatu perusahaan tertentu masih terbatas. Didalam melakukan penelitian, diperlukannya referensi dari peneliti-peneliti terdahulu. Maulidya dan Wardoyo (2013) meneliti perbandingan kinerja perbankan yang mengadopsi standar pelaporan keuangan internasional periode 2008-2012. Variable yang digunakan adalah rasio keuangan dengan indicator Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, data dianalisis dengan T-test dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan IFRS tidak memiliki dampak pada kinerja keuangan bank, karena pada dasarnya penerapan IFRS tidak secara langsung dan eksplisit ditujukan untuk meningkatkan kinerja, terlebih dalam jangka pendek. Wika, A.P dan Arif, D (2013) meneliti perbandingan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah adopsi IFRS pada perusahaan manufaktur di BEI.
49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Variabel yang digunakan adalah ROI, NPM, dan TAT. Penelitian ini menggunakan uji perbedaan t-tests Paired. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kinerja perusahaan sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Nuariyanti dan Erawati (2013) meneliti komparatif kinerja perusahaan sebelum dan sesudah konversi ke IFRS tahun 2002-2010. Penelitian dilakukan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Variable yang digunakan adalah Loan to Assets Ratio, ROA serta Debt to Equity Ratio.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja bank Mandiri sebelum dan sesudah konversi IFRS. Perbedaan tersebut disebabkan oleh penerapan prinsip penilaian asset yang menggunakan basis biaya fair value atau nilai wajar untuk periode setelah konversi IFRS, metode pengakuan biaya research an development yang tidak lagi dikapitalisasi. Nugrohadi dan Etna (2014) menguji pengaruh implementasi IFRS terhadap kinerja keuangan sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Penelitian ini menggunkan
regresi logistic biner. Hasil penelitian menunjukkan IFRS
berpengaruh signifikan pada Operating Profit Margin, Market Value Book Value dan Return of Shareholder Capital. IFRS tidak berpengaruh signifikan pada rasio likuiditas dan leverage, namun IFRS terbukti mempunyai pengaruh yang berbeda pada profitabilitas dan ukuran perusahaan. Wahyu Hidayat (2014) menguji perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah implementasi PSAK berbasis IFRS. Rasio keuangan yang digunakan adalah curren ratio, dan quick ratio untuk rasio likuiditas, debt to
50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
asset ratio (DAR), dan debt to equity ratio (DER) untuk rasio solvabilitas, dan return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) untuk rasio profitabilitas. Penelitian ini dilakukan pada sector manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2011-2012. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara curren ratio, quick ratio, DAR, DER, ROE dan ROA sebelum dan sesudah implementasi PSAK berbasis IFRS. Dewi, S (2015), meneliti pengaruh SAK berbasis IFRS terhadap laporan keuangan dengan perbandingan sebelum dan sesudah penerapan IFRS periode 2010-2013. Penelitian ini menggunakan metode indeks comarabilitas gray dan dianalisis dengan uji chi square. Variable yang digunakan adalah laba bersih, ekuitas, dan likuiditas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan IFRS berpengaruh terhadap laba bersih, ekuitas, dan likuiditas. Adapun penelitian terdahulu adalah sebagai berikut.
51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Table 2.5 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Maulidya Nurisya dan Wardoyo (2013)
Ni Kadek Intan Nuariyanti dan Ni Made Adi Erawati (2013)
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Menganalisis perbandingan kinerja keuangan pada bank yang telah dan belum mengadopsi standar pelaporan keuangan internasional (IFRS) di Indononesia Untuk menguji kinerja perusahaan dengan menggunakan rasio dengan membandingka n laporan keuangan sebelum dan sesuada konversi IFRS
Metode kuantitatif, data dianalisis dengan T-test dua sempel independen
CAR, ROA,ROE, LDR, dan NPL
Penerapan IFRS tidak memiliki dampak pada kinerja keuangan bank
Analisis regresi
Loan to Assets Ratio, ROA dan DAR
Terdapat perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah konversi IFRS
Loan to Assets Ratio, ROA dan DAR ROI, NPM, dan TAT
Tidak terdapat perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah adopsi IFRS
Untuk Uji mengetahui perbedaan tapakah tests Paired terdapat perbedaan Wika Arsanti yang Putri dan Arif signifikan pada Darmawan kinerja (2013) perusahaan sebelum dan sesudah perusahaan mengadopsi
Variable
Hasil Penelitian
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Anggi Pradipta Nugrohadi dan Etna Nur Afni Yuyrtta (2014)
Wahyu Hidayat (2014)
Dewi Suryaningsih (2015)
IFRS Menguji pengaruh implementasi IFRS terhadap kinerja keuangan dengan membandingka n sebelum dan sesudah adopsi IFRS pada laporan keuangan Menguji secara empiris perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah implementasi PSAK berbasis IFRS
Mengetahui ada atau tidaknya dampak penerapan standar IFRS terhadap laporan keuangan perusahaan manufaktur yang listing di BEI
Analisis regresi logistic biner
Operating Profit Margin, Market Value Book Value dan Return of Shareholder Capital
IFRS berpengaruh pada profitabilitas dan ukuran perusahaan dan tidak berpengaruh pada leverage dan likuditas
Uji Wilcoxon Current Signed Rank Ratio, Quick Ratio, DAR, DER, ROE, ROA
Terdapat perbedaan yang signifikan antara current ratio, quick ratio, DAR, DER, ROE, dan ROA sebelum dan sesudah implementasi PSAK berbasis IFRS Penggunaan standar IFRS berpengaruh terhadap laba bersih, ekuitas, likuiditas
Metode Laba bersih, indeks ekuitas, comparabilits likuiditas gray dan analisis uni chi square
Sumber : dari beberapa jurnal
53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
B. Rerangka Pemikiran IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan, sehingga memiliki pengaruh terhadap pelaporan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Dengan mengadopsi IFRS dapat meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan, sehingga menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, dan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat. IFRS memiliki pengaruh terhadap pelaporan keuangan dan kinerja perusahaan , sehingga penggunaan laporan keuangan sangat penting dalam perusahaan karena laporan keuangan menjadikan informasi dan pertimbangan bagi investor, kreditor, dan pengguna lainnya dalam mengambil sebuah keputusan. Millatima (2012) menyatakan bahwa laporan keuangan memiliki peranan penting sebagai objek kinerja perusahaan oleh investor. Dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan, pengungkapan laporan keuangan sangat penting dalam memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi prusahaan. Bagi investor ada tiga rasio keuangan yang paling dominan yang dijadikan rujukan untuk melihat kondisi kinerja perusahaan, yaitu rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio solvabilitas (solvability ratio), dan rasio profitabilitas (profitability ratio).
54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Perbandingan Likuiditas Perusahaan Antara Penggunaan GAAP Dengan Penggunaan IFRS Situmorang dan Purwanto (2011) menunjukan adanya pengaruh IFRS pada laporan keuangan perusahaan ditinjau dari likuiditas perusahaan berdasarkan indeks comparability gray. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa implementasi IFRS akan memiliki dampak pada perubahan rasio likuiditas sebelum dan sesuadah implementasi IFRS. Biasanya rasio likuiditas relative tidak penting dibandingkan rasio solvabilitas , tetapi rasio likuiditas (kewajiban jangka pendek) yang jelek dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi solvabilitas (kewajiban jangka panjang) perusahaan.Ada dua rasio likuiditas yang sering digunkan yaitu rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio/ acid test ratio). Adanya pengakuan hutang yang perbeda antara IFRS dengan US GAAP berpengaruh terhadap perbedaan sebelum dan sesudah mengadopsi IFRS. Perubahan perinsip akuntansi juga akan mempunyai pengaruh terhadap rasio lancar. Wahyu Hidayat (2014) menyatakan bahwa current ratio,quick ratio, DER, DAR, ROE dan ROA menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah implementasi PSAK berbasis IFRS.
55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Perbandingan Solvabilitas Perusahaan Antara Penggunaan GAAP Dengan Penggunaan IFRS IAS 37 berisi kriteria pengakuan yang lebih spesifik akan asset kontijensi, kewajiban dan aktiva kontijensi dan arena pengaturan akan pengungkapan yang lebih spesifik tersebut memiliki dampak negative terhadap nilai aktiva bersih. Hal ini akan berakibat pada berubahnya rasio solvabilitas. Nuriyanti dan Erawati (2013) menemukan adanya perbedaan Debt To Equity Ratio antara periode sesudah konvergensi IFRS dibandingkan dengan sebelum konvergensi IFRS. Sehingga hasil penelitian menunjukan bahwa dengan mengadopsi IFRS akan memiliki dampak pada berubahnya risio solvabilitas sebelum dan sesudah mengadopsi IFRS. 3. Perbandingan Profitabilitas Perusahaan Antara Penggunaan GAAP Dengan Penggunaan IFRS Laba bersih suatu perusahaan kadang-kadang dipengaruhi oleh dua faktor luar yang tidak selalu muncul dalam kegiatan bisnis yang normal, yaitu laba karena perubahan prinsip akuntansi dan biaya restrukturisasi. Dengan masuknya globalisasi sehingga standarnisasi akuntansi keuangan suatu perusahaan akan berubah menjadi standar internasional yaitu IFRS. Pergantian standar akuntansi ini akan memberikan efek pada kinerja keuangan perusahaan seperti pada profitabilitas, likuiditas, growth, dan leverage.
56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Nuariyanti & Erawati (2014) menemukan bahwa adanya perbedaan rasio profitabilitas periode sesuadah konversi IFRS dibandingkan dengan sebelum konvergensi IFRS. Nugrohadi dan Etna (2014) menemukan bahwa IFRS akan berpengaruh pada profitabilitas dan ukuran perusahaan dan tidak berpengaruh pada leverage dan likuiditas
Likuiditas Kinerja Keuangan
Solvabilitas Profitabilitas
Perbedaan antara penggunaan GAAP dengan penggunaan IFRS
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
C. Hipotesis H1
: Terdapat perbedaan likuiditas perusahaan antara penggunaan GAAP dengan penggunaan IFRS
H2
: Terdapat perbedaan solvabilitas perusahaan antara penggunaan GAAP dengan penggunaan IFRS
H3 : Terdapat perbedaan profitabilitas perusahaan antara penggunaan GAAP dengan penggunaan IFRS
57
http://digilib.mercubuana.ac.id/