BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Landasan Teori a. Teori Atribusi Menurut Fritz Heider pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori atribusi menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif tentang perilaku seseorang (Robbins dan Judge, 2008). Teori ini dalam pandangan Fritz Heider, mencoba untuk memahami perilaku orang lain dengan mengumpulkan informasi sampai mereka tiba di sebuah penjelasan yang masuk akal atau menyebabkan terjadinya sesuatu. Ahli teori atribusi mengamsusikan bahwa manusia itu rasional dan didorong untuk mengidentifikasi dan memahami struktur penyebab dari lingkungan mereka. Inilah yang menjadi ciri teori atribusi. Fritz Heider juga menyatakan bahwa kekuatan internal (atribut personal seperti kemampuan, usaha dan kelelahan) dan kekuatan eksternal (atribut lingkungan seperti aturan dan cuaca) itu bersama-sama menentukan perilaku manusia. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori atribusi karena peneliti akan melakukan studi empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor terhadap kualitas hasil audit, khususnya pada karakteristik personal auditor itu sendiri. Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan suatu faktor
internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. Atribut personal juga meliputi kecerdasan spiritual auditor yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah, karena kecerdasan spiritual bekerja secara maksimal ketika emosi tenang dan terkendali yang diatur oleh piranti kecerdasan emosional, sehingga kecerdasan intelektual bisa menghitung dengan efisien, tepat, cepat, serta tetap bergerak pada orbit spiritual (Afria Lisda, 2010). b. Teori Perilaku Etis Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (2006:58) perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakantindakan yang benar dan baik. Perilaku etis ini dapat menentukan kualitas individu seseorang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh dari luar yang kemudian menjadi prinsip yang dijalani dalam bentuk perilaku. Berdasarkan respon atau perilaku yang diambil seseorang dalam menghadapi masalah dan keadaan, maka kita akan dapat mengetahui sikap pada diri seseorang tersebut. Pembentukan atau perubahan sikap tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor pokok, yaitu faktor individu (faktor dalam) dan faktor lingkungan (faktor luar). Perilaku etis juga didefinisikan sebagai pelaksanaan tindakan fair sesuai hukum konstitusional dan peraturan pemerintah yang dapat diaplikasikan dalam Hanjani, (2014). Perilaku kepribadian merupakan karakteristik individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Karakteristik tersebut meliputi sifat, kemampuan, nilai, ketrampilan, sikap, dan intelegensi yang muncul dalam pola perilaku seseorang. Dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan perwujudan dari karakteristik-karakteristik seseorang
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Perilaku etis juga sering disebut sebagai komponen dari kepemimpinan. Dalam Carolita, 2012 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang meliputi: 1. Faktor personal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu 2. Faktor situasional, yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia sehingga dapat mengakibatkan seseorang cenderung berperilaku sesuai dengan karakteristik kelompok yang diikuti. 3. Faktor stimulasi, yaitu faktor yang mendorong dan meneguhkan perilaku seseorang.
Teori perilaku etis ini dapat menjelaskan tentang suatu kinerja auditor yang dapat diukur dengan karakteristik personal auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. Dalam teori perilaku etis ini juga dapat mempengaruhi auditor untuk bertindak, jujur, adil, tegas tanpa dipengaruhi tekanan maupun permintaan dari pihak tertentu atau kepentingan pribadi. Yang nantinya akan mempengaruhi auditor dalam mengambil judgment yang berkualitas sehingga audit yang dihasilkanpun berkualitas. 2. Pengalaman Kerja Pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Pengalaman kerja seseorang sangat ditentukan oleh rentan waktu lamanya seseorang menjalani pekerjaan tertentu. Lamanya pekerja tersebut dapat dilihat dari banyaknya tahun, yaitu sejak pertama kali diangkat menjadi karyawan atau staf pada suatu lapangan kerja tertentu.
Pada Standar umum yang terdapat pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dijelaskan bahwa seorang auditor diisyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dalam bidang industri yang digeluti (Arens dkk., 2004). Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan. Pengalaman kerja sangatlah penting diperlukan dalam rangka kewajiban seseorang auditor terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum audit. Pengetahuan seorang auditor itu dimulai dengan pendidikan formal, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman yang selanjutnya di lakukan dalam bentuk praktik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Carolita (2012) menjelaskan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan itemitem yang tidak umum dibandingkan dengan auditor yang kurang atau tidak berpengalaman. Hal ini merupakan salah satu nilai lebih yang diberikan oleh auditor dengan mempunyai pengalaman kerja terlebih dahulu . 3. Fee Audit Fee audit adalah biaya audit atau besaran jasa audit yang dikeluarkan oleh pihak penerima jasa (klien) kepada pihak pemberi jasa (auditor), sebagai tanggung jawab penerima jasa atas hasil kerja pemberi jasa (auditor). Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) dalam mendefinisikan Fee Audit sebagai berikut: “Besarnya biaya tergantung antara lain resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tesebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan professional lainya.”
Kualitas audit dapat dipengaruhi oleh penentuan besaran fee audit yang ditetapkan. Mark A. Clatworthy dan Michael J. Peel (2006) menyatakan fee audit berhubungan dengan kualitas audit. Fee audit dapat melatar belakangi seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Bin Sri Nidhi dan Ferdinand A. Gul (2006) menyatakan bahwa fee audit yang tinggi merefleksikan usaha audit yang lebih tinggi dan judgement yang lebih baik. 4. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan manusia yang berkenaan dengan usaha memberikan penghayatan bagaimana agar hidup ini lebih bermakna (Tarmizi, dkk 2012). Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif bahkan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Maka, ketika konflik tercipta, kecerdasan spiritual bekerja secara maksimal ketika emosi tenang dan terkendali yang diatur oleh piranti kecerdasan emosional, sehingga kecerdasan intelektual bisa menghitung dengan efisien, tepat, cepat, serta tetap bergerak pada orbit spiritual (Afria Lisda, 2010).
5. Kualitas Hasil Audit Kualitas hasil audit adalah pelaporan mengenai kelemahan pengendalian yang terjadi pada intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat
yang bertanggung jawab, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Carolita, 2012). Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: 1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah. 2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya. 3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar. 4) review oleh pihak ketiga, kualitas sudit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
B. Penelitan Terdahulu Seperti yang telah dijelaskan penelitian mengenai kualitas hasil audit telah cukup banyak dilakukan, dari penelitian tersebut didapatkan pula hasil yang beragam. Penelitian tersebut antara lain: 1. K. D. Pratistha & Ni Luh Sari W (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Independensi Auditor dan Besaran Fee Audit Terhadap Kualitas Proses Audit”. Peneliti menggunakan sampel 64 sampel auditor yang bekerja pada KAP di Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi auditor dan besaran fee berpengaruh positif dan signifikan baik secara parsial maupun simultan.
2. Fitriani K.P (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Fee Audit dan Pengalaman Auditor Eksternal Terhadap Kualitas Audit”. Peneliti menggunakan sampel 31 responden auditor yang bekerja pada 15 KAP di wilayah Bandung. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
fee
audit
dan
pengalaman
auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 3. Andreani Hanjani (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit”. Peneliti menggunakan populasi seluruh auditor independen yang bekerja di wilayah Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika auditor, pengalaman auditor, fee audit dan motivasi auditor berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. 4. Metha K. C (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Kompetensi dan Komitmen Organisasi Terhadap Kualitas Hasil Audit”. Peneliti menggunakan populasi seluruh auditor independen yang bekerja di wilayah
Semarang.
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
pengalaman kerja, objektifitas, integritas dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan. Sedangkan independensi dan kompetensi tidak berpengaruh signifikan. 5. Harvita Y. A (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pengalaman
Kerja,
Independensi,
Obyektifitas,
Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit”. Peneliti menggunakan responden Inspektorat Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan independensi tidak berpengaruh signifikan, sedangkan obyektifitas, integritas dan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. 6. Nungky N. S (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pengalaman
Kerja,
Independensi,
Objektivitas,
Integritas, Kompetensi dan Etika Terhadap Kualitas Audit”. Peneliti menggunakan responden auditor yang bekerja pada KAP di wilayah Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman
kerja,
independensi,
objektivitas,
integritas,
kompetensi dan etika berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 7. Kurnia A. K (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit dengan Kecerdasan Spiritual Sebagai Variabel Moderating”. Peneliti menggunakan populasi auditor internal yang bekerja di organisasi pemerintahan. Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
kompetensi
auditor
berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sedangkan kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. 8. Afria Lisda (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan
Spiritual Terhadap Perilaku Etis Auditor Serta Dampaknya Pada Kinerja”. Peneliti menggunakan 82 auditor yang bekerja paaada KAP wilayah Jakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan intelektual tidak berpengaruh terhadap perilaku etis, sedangkan
kecerdasan
emosional
dan
kecerdasan
spiritual
berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis auditor. 9. Happy Triana (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tekanan Klien dan Tekanan Peran Terhadap Independensi Auditor dengan Kecerdasan Spiritual Sebagai Variabel Moderating”. Peneliti menggunakan 79 sampel auditor yang bekerja di wilayah Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan klien dan tekanan peran secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap independensi auditor. Sedangkan kecerdasan spiritual menjadi variabel moderating untuk tekanan peran. Table 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.
Nama dan Tahun FEE AUDIT
Judul
1.
K. Dwiyani Pratistha dan Ni Luh Sari Widhiyani (2014)
“Pengaruh Independensi Auditor Dan Besaran Fee Audit Terhadap Kualitas Proses Audit”
2.
Fitriani Kartika Purba (2012)
Pengaruh Fee Audit Dan Pengalaman Auditor Eksternal Terhadap Kualitas
Variabel
Statistik
Hasil Penelitian
Variabel independen: independensi dan besaran fee audit. Variabel dependen: kualitas proses audit Variabel independen: fee audit dan pengalaman
Independensi -Tstatistik= 5.002 -Sig= .000 Besaran fee audit -Tstatistik=6.581 -Sig= .000 -Adjusted R Square= .655 Fee audit -Sig= .033 Pengalaman -Sig= .022
Independensi dan besaran fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Fee audit dan pengalaman auditor eksternal berpengaruh
Audit
auditor eksternal. Variabel dependen: kualitas audit. Variabel independen: fee audit, rotasi KAP dan reputasi auditor. Variabel dependen: kualitas audit
3.
Bambang Hartadi (2009)
“Pengaruh Fee Audit, Rotasi Kap, Dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit Di BEI”
4.
Wahyudin Nor (2012)
Pengaruh Fee Audit, Kompetensi Auditor Dan Perubahan Kewenangan Terhadap Motivasi Auditor
Variabel independen: fee audit, kompetensi dan perubahan kewenangan. Variabel dependen: motivasi auditor.
5.
Andreani Hanjani (2014)
Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit, Dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Auditor Kap Di Semarang)
Variabel independen: etika auditor, pengalaman auditor, fee audit dan motivasi auditor. Variabel dependen: kualitas audit.
“Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas, Kompetensi,Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kualitas Hasil Audit”
Variabel independen: pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan komitmen organisasi. Variabel dependen: kualitas hasil
signifikan terhadap kualitas audit. Fee audit -Tstatistik= 5.736 -Sig= .000 Rotasi KAP -Tstatistik= -,524 -Sig= .601 Reputasi -Tstatistik= 1,147 -Sig= .252
Fee audit -Koefisien regresi= .210 -Sig= .000 Kompetensi -Koefisien regresi= .200 -Sig= .000 Perubahan kewenangan -Koefisien regresi= .148 -Sig= .001 Tidak dipublikasikan
Fee audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit, rotasi KAP dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Fee audit, kompetensi dan perubahan kewenangan berpengaruh signifikan terhadap motivasi auditor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika auditor, pengalaman auditor, fee audit dan motivasi auditor berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit.
PENGALAMAN KERJA 6.
Metha Kartika Carolita (2012)
Tidak dipublikasikan
Pengalaman kerja, objektivitas, integritas, dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan. Sedangkan independensi dan kompetensi tidak berpengaruh
audit.
7.
Harvita Yulian Ayuningtyas (2012)
Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit
Variabel independen: pengalaman kerja, independensi, obyektivitas, integritas dan kompetensi. Variabel dependen: kualitas hasil audit
Tidak dipublikasikan
8.
Nungky Nurmalita Sari (2011)
Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi Dan Etika Terhadap Kualitas Audit
Variabel independen: pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika. Variabel dependen: kualitas audit.
9
Rr. Sabhrina Kushasyandita (2012)
Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, Dan Gender Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Melalui Skeptisisme Profesional Auditor
Variabel independen: pengalaman, keahlian, situasi audit, etika dan gender. Variabel dependen: ketepatan pemberian opini dan Variabel intervening: skeptisisme professional auditor.
Pengalaman -Tstatistik= 2.096 -Sig= .040 Independensi -Tstatistik= 2.183 -Sig= .032 Objektivitas -Tstatistik= 2.283 -Sig= .026 Integritas -Tstatistik= 2.041 -Sig= .045 Kompetensi -Tstatistik= 2.708 -Sig= .009 Etika -Tstatistik= 2.121 -Sig= .038 Tidak dipublikasikan
signifikan terhadap kualitas hasil audit. Pengalaman kerja dan independensi tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan obyektivitas, integritas dan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. Pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa gender memiliki pengaruh signifikan secara langsung terhadap ketepatan pemberian opini auditor dan situasi audit berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme
10
Andreani Hanjani (2014)
Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit, Dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Auditor Kap Di Semarang)
Variabel iddependen: etika auditor, pengalaman auditor, fee audit dan motivasi auditor. Variabel dependen: kualitas audit.
Tidak dipublikaikan
profesional auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika auditor, pengalaman auditor, fee audit dan motivasi auditor berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit.
KECERDASAN SPIRITUAL 11.
Kurnia Ariati K (2014)
Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan Kecerdasan Spiritual Sebagai Variabel Moderating
Variabel independen: Kompetensi Auditor. Variabel dependen: kualitas audit. Variabel moderating: kecerdasan spiritual
Tidak dipublikasikan
12.
Christina Gunaeka Notoprasetio (2012)
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Auditor Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya
Variabel independen: Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual Variabel dependen: kinerja auditor.
13.
Anis Choiriah (2013)
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Dalam Kantor Akuntan Publik
Variabel independen: Kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan etika profesi Variabel dependen: kinerja auditor
Kecerdasan emosional -Tstatistik=2.121 -Sig= .005 Kecerdasan spiritual -Tstatistik= 28.210 -Sig= .000 F Statistics = 596.954 Adjusted R Square = 0.969 Kecerdasan emosional -Tstatistik= 2.689 -Sig= .010 Kecerdasan intelektual -Tstatistik= 2.165 -Sig= .036 Kecerdasan spiritual -Tstatistik= 2.231 -Sig= .031 Etika Profesi -Tstatistik= 4.160 -Sig= .000
Kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja auditor.
Kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan etika profesi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja auditor.
14.
Afria Lisda (2009)
Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Etis Auditor Serta Dampaknya Pada Kinerja
Variabel independen: Kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual Variabel dependen: perilaku etis auditor
15.
Happy Triana (2010)
Pengaruh tekanan klien dan tekanan peran terhadap independensi auditor dengan kecerdasan spiritual sebagai variabel moderating
Variabel independen: tekanan klien dan tekanan peran Variabel dependen: independensi auditor Variabel moderating: kecerdasan spiritual
-Adjusted R Square = .692 Kemampuan intelektual -Tstatistik= .946 -Sig= .347 Kecerdasan emosional -Tstatistik= 2.249 -Sig= .027 Kecerdasan spiritual -Tstatistik= 4.668 -Sig= .000
Tekanan klien -Tstatistik= -1.719 -Sig= .090 Tekanan peran -Tstatistik= -1.910 -Sig= .060 Kecerdasan spiritual -Tstatistik= 2.238 -Sig= .028
Kemampuan intelektual tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku etis auditor, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku etis auditor. Kecerdasan spiritual tidak memoderasi tekanan klien terhadap independensi, namun memoderasi tekanan peran terhadap independensi auditor
Sumber: jurnal yang dipublikasikan
Jurnal Internasional No . 1
Nama dan Tahun Pengalaman kerja Robyn Moroney and Peter Carey (2011)
Judul
Industry- versus Task-Based Experience and Auditor Performance
Variabel
audit quality; industry-based experience; taskbased experience
Statistik
Hasil Penelitian
-
Hasil penelitian non-specialist auditors, industrybased experience berdampak terhadap pengalaman kerja. Predicted that for non-specialist auditors, performance is positively related to the extent of industry-based experience.
2
Fee Audit Geiger, Marshall A;Rama, Dasaratha V (2003)
3
Kualitas Audit Chen, Y-S dkk (2013)
Audit Fees, Nonaudit Fees, and Auditor Reporting on Stressed Companies
Quality, Size, And Performance Of Audit
Sumber: jurnal yang dipublikasikan
-
Variabel audit fees positif dan signifikan terhadap stress keuangan sedangkan nonaudit fees tidak positif dan signifikan terhadap stress keuangan
-
Hasil melaporkan hubungan positif antara ukuran perusahaan audit dan kualitas audit untuk tiga kategori perusahaan audit. Hubungan positif perusahaan audit nasional lebih tinggi dari audit regional dan lokal perusahaan. Hubungan antara kualitas audit dan kinerja keuangan positif. Positif hubungan perusahaan audit nasional lebih tinggi dari perusahaan audit regional dan lokal.
Audit Fees and Nonaudit Fees
Kualitas audit, ukuran dan kinerja audit
C.
Rerangka Pemikiran dan Hipotesis
Pengalaman Kerja (X1)
Kualitas Hasil Audit (Y)
Fee Audit (X2)
Kecerdasan Spiritual (M)
Gambar 2.1 Model konseptual
a.Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Hasil Audit Penelitian yang dilakukan oleh Sukriah dkk (2009) menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh secara positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Demikian juga dengan penelitian Ismiyati (2012) Pengalaman Auditor
berpengaruh terhadap Kualitas Audit yaitu sebagai berikut : “Pengalaman auditor mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas audit. Lamanya bekerja sesorang sebagai auditor menjadi bagian penting
yang mempengaruhi kualitasaudit. Semakin bertambahnya waktu bekerja bagi seorang auditor tentu saja akandiperoleh berbagai pengalaman baru. Auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan atribusi kesalahan lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman”. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang akan diajukan adalah: H1: Pengalaman Kerja Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Kualitas Hasil Audit
b. Pengaruh Fee Audit Terhadap Kualitas Hasil Audit Kualitas merupakan komponen mutu dari seorang akuntan public professional. Hartadi (2009) dengan menggunakan variabel corporate governance characteristics, audit dan non-audit fees, tipe opini audit di Malaysia, peneliti menemukan bukti bahwa fee memang secara signifikan mempengaruhi kualitas audit. Hartadi (2009) dengan menggunakan sampel terdiri atas 21.522 sampel pengamatan untuk perusahaan yang melaporkan data biaya audit dan non-audit untuk tahun fiskal 2000-2003. Pada saat auditor bernegosiasi dengan manajemen mengenai besaran tarif fee yang harus dibayarkan oleh pihak manajemen terhadap hasil kerja laporan auditan, maka kemungkinan besar akan terjadi hal-hal yang akan mereduksi kualitas laporan auditan. Dhaliwal et al. (2008) dengan menggunakan
sampel
sebanyak
560
new
debt
issues,
peneliti
menginvestigasi hubungan antara nonaudit fee, and total auditor fees dengan kualitas audit. Dalam penelitian tersebut, mereka menemukan bukti bahwa fee audit secara signifikan mempengaruhi kualitas audit. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H2: Fee Audit Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Kualitas Hasil Audit
Pengalaman Kerja (X1)
Kualitas Hasil Audit (Y)
Fee Audit (X2) Gambar 2.2 Model Hipotesis 1 dan Hipotesis 2
c. Kecerdasan Spiritual Memoderasi Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Hasil Audit Kecerdasan spiritual lebih penting daripada kecerdasan intelektual dan emosional, sebab eksistensi God-Spot dalam otak manusia sebagai pusat spiritual terletak antara jaringan syaraf dan otak (Ariarti, 2014). (Ariarti, 2014) menyimpulkan bahwa ada proses syaraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan syaraf yang lateral “mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih “bermakna”. Kecerdasan spiritual dapat membantu menyelesaikan masalah dirinya sendiri ataupun dengan orang lain dalam organisasi maka dari itu, ketika melakukan proses audit, diperlukan kecerdasan spritual karena pelaksanaan proses audit dilakukan oleh tim. Auditor yang telah berpengalaman telah
sering melaksanakan tugas yang dilakukan oleh tim dan kecerdasan spiritualnya akan mampu bekerja dengan baik. Berdasarkan penjelasan diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H3: Kecerdasan Spiritual Akan Memperkuat Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Hasil Audit
Pengalaman Kerja (X1)
Kualitas Hasil Audit (Y)
Kecerdasan Spiritual (M)
Gambar 2.3 Model Hipotesis 3
d. Kecerdasan Spiritual Memoderasi Pengaruh Fee Audit Terhadap Kualitas Hasil Audit Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Afria Lisda, 2009). Kecerdasan spiritual memungkinkan manusia untuk berpikir kreatif, berwawasan jauh, membuat atau bahkan mengubah aturan, yang membuat orang tersebut dapat bekerja lebih baik. Kecerdasan spiritual merupakan landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif. Secara singkat kecerdasan spiritual mampu mengintegrasikan dua kemampuan lain yang sebelumnya telah disebutkan yaitu kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional (Anis, 2013). Fee audit yang didapatkan auditor hendaknya tidak akan mempengaruhi independensi serta professional seorang auditor, sehingga hasil audit yang dilakukan menjadi independen dan berkualitas. Dalam hal ini kecerdasan spiritual seorang auditor berperan dimana auditor diharapkan dapat menempatkan perilaku sesuai dengan apa yang dihadapi dan dapat bersikap independen sehingga hasil audit atas laporan keuangan dapat berkualitas. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4:Kecerdasan Spiritual Akan Memperkuat Pengaruh Fee Audit Terhadap Kualitas Hasil Audit
Fee Audit (X2)
Kualitas Hasil Audit (Y)
Kecerdasan Gambar 2.4 Model Hipotesis Spiritual (M)
Gambar 2.4 Model Hipotesis 4