BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A.
Kajian Pustaka a. Pengertian Bank Syariah Menurut Muhamad (2009), Bank syariah adalah lembaga intermediasi dan
penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan system nilai islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba) bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif, bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar) berprinsip keadilan dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal Di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 Perubahan atas UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
8
9
Dalam kerangka ekonomi umat Islam, istilah bank memiliki konsep sendiri yakni bank syariah, yang memiliki prinsip operasional yang berbeda dengan prinsip operasional bank konvensional. Bank Islam menurut Antonio dan Perwataatmadja yang dikutip oleh Muhammad (2005:13) membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah islam yaitu : “Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan AlQur’an dan Hadits, sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah islam adalah bank dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat dalam islam.” b.
Fungsi dan Produk Bank Syariah 1. Fungsi Bank Syariah Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank
konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-based income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).
10
2. Produk Bank Syariah Produk Bank Syariah terbagi menjadi empat yaitu: 1) Produk pendanaan yang meliputi pola titipan (wadiah) berbentuk giro dan tabungan, pinjaman (qardh) berbentuk giro dan tabungan, bagi hasil (mudharabah) dalam bentuk tabungan, deposito dan obligasi serta sewa (ijarah)berbentuk obligasi, 2) Produk pembiayaan meliputi pola bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) berbentuk pembiayaan investasi dan modal kerja, jual beli (murabahah, salam, isthisna) berbentuk dalam pembiayaan properti, sewa (ijarah) berbentuk sewa beli dan akuisisi aset serta pinjaman (qardh) berbentuk pembiayaan surat berharga. 3) Produk jasa perbankan yang meliputi pola titipan (wadiah) berbentuk safe deposit box, bagi hasil (mudharabah) berbentuk investasi terikat dan pola lain (wakalah, kafalah, hawalah, rahn, ujr, sharf) berbentuk transfer dan kliring. 4) Produk kegiatan sosial dalam bentuk pola pinjaman (qardh) yang diterapkan untuk dana talangan kepada nasabah dan sumbangan sektor usaha kecil.(Ascarya,2011:112) a. Produk Penyaluran Dana Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu: 1. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.
11
2. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa. 3. Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti murabahah, salam, dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu ijarah. Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi-hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah musyarakah dan mudharabah. A. Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (Shahibul Maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100% modal shahibul maal dan keahlian dari mudharib. a. Jenis Jenis Mudharabah Bahwa pembiayaan mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqqayadah. Berikut ini adalah penjelasan dari jenis-jenis pembiayaan mudharabah tersebut :
12
1) Mudharabah Mutlaqah Trasnsaksi mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha waktu dan daerah bisnis. 2) Mudharabah Muqayadah Transaksi mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu dan tempat usaha. Karakteristik mudharabah muqayadah pada dasarnya sama dengan persyaratan di atas. Perbedaannya adalah terletak pada adanya pembatasan penggunaan modal sesuai dengan permintaan pemilik modal. b. Rukun Akad Mudharabah Rukun akad mudharabah yang harus dipenuhi dalam transaksi, antara lain : 1. Pelaku akad, yaitu shahibul maal (pemodal) adalah pihak yang memiliki modal tetapi tidak bisa berbisnis, dan mudharb (pengelola) adalah pihak yang pandai berbisnis, tetapi tidak memiliki modal. 2. Objek akad, yaitu modal, kerja, dan keuntungan. 3. Shighah, yaitu ijab dan qabul c. Ketentuan Syariah Akad Mudharabah 1. Pelaku Pelaku harus cukup umur dan dapat dilakukan dengan sesama muslim ataupun dengan non muslim. 2. Objek mudharabah (modal dan kerja)
13
3. Modal merupakan uang atau asset lainnya yang harus jelas jumlah maupun jenisnya serta tunai atau tidak hutang. Kerja adalah kontribusi pengelola dana yang dapat berbentuk keahlian, keterampilan dan lain – lain. d. Berakhirnya akad Mudharabah Menurut Rizal Yaya (2009), Akad mudharabah dapat berakhir karena hal – hal berikut : 1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah
berakhir pada waktu yang telah ditentukan. 2. Salah satu pihak memutuskan untuk mengundurkan diri. 3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal. 4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha dalam
mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. 5. Modal sudah tidak ada.
B. Musyarakah Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersamasama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Menurut Muhammad (2009), mendefinisikan pembiayaan almusyarakah adalah :
14
“Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan resiko akann ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.” Sedangkan pengertian Al-Musyarakah, menurut Sunarto Zulkifli (2007:53) yaitu : “Akad kerjasama atau percampuran antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai dengn nisbah yang disepakati dan resiko akan ditanggung sesuai porsi kerjasama”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Al-Musyarkah merupakan suatu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu dengan kesepakatan bahwa apabila mengalami keuntungan ataupun resiko akan ditanggung bersama. a. Syarat dan Rukun Musyarakah 1. Syarat sah musyarakah, yaitu : a. Melafazakan kata-kata yang menunjukkan izin yang akan mengendalikan harta, b. Anggota syarikat percaya mempercayai, c. Mencampurkan harta yang disyarikatkan. 2. Adapun rukun sahnya melakukan syirkah, adalah a. Macam harta modal, b. Nisbah bagi hasil dari modal yang diserikatkan. c. Kadar pekerjaan masing-masing pihak yang berserikat.
15
C. Murabahah Murabahah adalah kesepakatan untuk transaksi jual beli antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli terhadap barang sebesar harga perolehan ditambah keuntungan (margin) yang disepakati dan dengan informasi yang
lengkap
dan
transparan
(jujur)
diantara
dua
pihak.
(Slamet
Haryono,2009:84) Murabahah meupakan pembiayaan bank syariah melalui system jual beli barang dengan kesepakatan keuntungan dan jangka waktu tertentu. Murabahah dapat diartikan sebagai akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah
keuntungan
yang
disepakati
dan
penjual
harus
mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Dalam akad murabahah, pembayaran bias dilakukan dengan dua cara yaitu pembayaran tunai dan pembayaran yang ditangguhkan. Bisa ditangguhkan dengan cara mencicil setelah menerima barang ataupun ditangguhkan dengan cara mencicil setelah menerima
barang
ataupun
ditangguhkan
dengan
pembayaran
sekaligus
dikemudian hari (Nurhayati, 2013) Murabahah berasal dari kata Ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya, bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan.kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waku pembayaran, harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. (Ahmad Rodoni, 2006 : 31)
16
Murabahah Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank di tambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil (bitsaman ajil) maupun sekaligus. Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa lumpsum atau berdasarkan persentase. Jika seseorang melakukan penjualan komoditi/ barang dengan harga lumpsum tanpa memberi tahu berapa nilai pokoknya, maka bukan termasuk murabahah, walaupun ia juga mengambil keuntungan dari penjualan tersebut. Murabahah Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan. Pembiayaan Murabahah dalam istilah fiqih ialah akad jual beli atas barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas
17
barang yang diperjual belikan termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil . Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia bank dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. a. Rukun dan Syarat Murabahah 1. Rukun Murabahah yaitu : 1.
Transaktor (pihak yang bertransaksi).
2.
Obyek murabahah.
3.
Ijab dan kabul.
2. Syarat Murabahah yaitu : 1.
Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah.
2.
Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3.
Kontrak harus bebas riba.
4.
Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.
5.
Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya: jika pembelian dilakukan secara utang. Jadi di sini terlihat adanya unsur keterbukaan.
D. Profitabilitas Setiap perusahaan atau lembaga usaha termasuk bank memiliki tujuan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaanya salah satunya adalah dengan berusaha meningkatkan profitabilitas bank, sebagaimana bank umum lainnya
18
(bank konvensional), tugas utama bank syariah adalah mengoptimalkan laba, meminimalkan resiko, dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Potensi resiko yang dihadapi bank konvensional juga dihadapi bank syariah, kecuali resiko tingkat bunga, karena prinsip profit dan loss sharing yang menjadi landasan operasionalnya. Menurut Citra (2013) mendefinisikan proditabilitas sebgai berikut : “Profitabilitas adalah kemampuan suatu bank untuk mendapatkan keuntungan yang sebagian besar bersumber pada pembiayaan yang dipinjamkan. Tingkat keuntungannya tergantung pada kelancaran pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat, maka jika terjadi pembiayaan bermasalah yang mengarah kepada kredit macet, maka tingkat profitabilitas akan terganggu. Sedangkan menurut Russely (2013) menjelaskan bahwa pengertian profitabilitas adalah : “Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum periode tertentu, yang diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut”. Jadi profitabilitas dapat mencerminkan tingkat evektifitas yang dicapai oleh suatu usaha operasional bank. Dengan dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan dipakai sebagai salah satu untuk menilai kesehatan bank dan efektivitas kepada masyarakat. Tingkat profitabilitas bank syariah merupakan suatu kualitas yang dinilai berdasarkan keadaan atau kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.
19
Mengoptimalkan laba dalam akuntansi syariah tidak berarti bahwa perusahaan hanya melakukan usaha peningkatan laba, lebih dari itu perusahaan juga harus memperhitungkan tingkat investasi modal untuk menjaga agar pendapatan terutama laba terus dapat ditingkatkan. Bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan agar mencapai tingkat laba yang cukup dan tingkat risiko yang rendah. Tingkat laba yang dihasilkan bank dikenal dengan istilah profitabilitas, yang merupakan pengukuran mengenai kemampuan bank untuk menghasilkan laba dari asset yang digunakan. Lukman Dendawijaya (2009 : 118), mengatakan bahwa “Analisis rasio profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaga dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.” a. Analisis rasio profitabilitas Profitabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Profitabilitas yang tinggi menunjukan kemampuan manajemen dalam mengelola dana yang dihimpun, sehingga keuntungan yang diperlukan dalam mendanai perluasan usaha, membiayai usaha peningkatan mutu jasa bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan.
20
Menurut Lukman Dendawijaya (2008:118) Analisis tingkat profitabilitas suatu bank dapat diukur sebagai berikut : 1. Return On Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Return On Asset (ROA) =
Laba Sebelum Pajak × 100% Total Asset
2. Retur On Equity (ROE) Rasio ini adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Return On Equity =
Laba Sebelum Pajak × 100% Modal Sendiri
Rasio ini merupakan profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang berkaitan dengan modal sendiri dari bank yang bersangkutan. 3. Rasio Biaya (Beban) Operasional Rasio biaya (beban) operasional adalah perbandingan antara biaya (beban) operasional dan pendapatan operasional.nRasio biaya (beban) operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya (beban) operasional digunakan untuk
21
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Biaya Operasional =
Biaya (beban)operasional x100% Pendapatan operasional
4. Net Pofit Margin (NPM) Net Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Net Pro it Margin =
laba sebelum pajak x100% pendapatan operasional
b. Perhitungan profitabilitas dengan ROA Profitabilitas menunjukkan kempuan perusahaan dalam memperoleh laba yang dikur dengan kesuksesan melalui sumber dana yang ada. Perhitungan yang seringkali digunakan dalam hal mengukur prfitabilitas adalah Return On Asset (ROA), melalui perhitungan ROA dapat diketahui kemampuan menajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan profitabilitas dengan tolak ukur ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Rivai, Andri dan Ferry (2007:720) menyatakan “ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan secara keseluruhan”.
22
Bank Indonesia dalam menghitung profitabilitas lebih mengutamakan menggunakan rasio Return On Asset (ROA) yang mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dari rata-rata setiap rupiah asset yang dimiliki bank. Sebagaimana dinyatakan oleh Lukman Dendawijaya (2005:119) bahwa dalam penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya return on asset. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Dari pengertian diatas darpat ditarik kesimpulan bahwa return On Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahan dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak, berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Besarnya nilai (angka) untuk “laba sebelum pajak” dapat dibaca pada perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan, sedangkan “total aktiva” dapat dilihat pada neraca. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Menurut Aditya (2014), menyatakan bahwa “Rasio ROA memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah dana yang ditanamkan”. Return On Asset (ROA) terdiri dari dua unsur pokok sebagai berikut : 1. Laba Sebelum Pajak
23
Laba merupakan salah satu indikator keberhasilan usaha bank yang utama. Besar kecilnya laba yang diperoleh, akan memberikan gambaran mengenai kinerja yang dicapai bank atas keberhasilan usahanya. 2. Aktiva (Asset) Aktiva (Asset) merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan atau bank yang digunakan untuk memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha yang dijalankan serta dinyatakan dalam satuan uang. Perhitungan ROA dilakukan dengan rumus sebagai berikut: ROA =
laba Sebelum Pajak x 100% Total Aset
Keterangan : Untuk rasio 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015% dimulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100. Dalam penentuan tingkat kesehatan atau kinerja suatu bank. Bank Indonesia lebih mementinghkan penilaian besarnya Return on Aset (ROA) dan tidak memasukan unsur Return On Equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang sumber dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan rakyat.
24
A. Penelitian Terdahulu Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti dapat dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah pengaruh pendapatan mudharabah dan musyarakah terhadap profitabilitas. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menyiratkan bahwa sebagian besar menyatakan bahwa variabel-variabel Dependen tersebut mempengaruhi variabel independent. Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan judul peneliti diantaranya sebagai berikut : a. Penelitian dilakukan oleh Russely Inti Dwi Permata Fransisca Yaningwati Zahroh Z.A 2014 dari fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang dengan judul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Tingkat Profitabilitas Study pada Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia Periode 2009-2012. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pembiayaan mudharabah memberikan pengaruh
negative dan signifikan terhadap tingkat
profitabilitas,
sedangkan pembiayaan musyarakah memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas secara parsial.
25
b. Penelitian dilakukan oleh Muhamad Ziqri pada tahun 2009 dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dengan judul “Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank”. Sample yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan populasi yang terdaftar di bank Indonesia (BI) dari tahun 2005 sampai 2008, Metode statistic yang digunakan adalah metode Regresi Berganda. Hasil statistic menunjukan bahwa Mudharabah mempengaruhi Profitabilitas secara signifikan. Murabahah dab Musyarakah tidak mempengaruhi Profitabilitas secara signifikan. c. Penelitian dilakukan oleh Citra Pravitasari pada tahun 2013 dari Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama dengan judul “Pengaruh Pendapatan Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Mandiri Syariah” Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Dengan metode sampling purposive pada Bank Mandiri Syariah. Berdasarkah hasil uji regresi berganda memperlihatkan bahwa pengaruh pendapatan mudharabah terhadap profitabilitas diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah nilai thitung (3.206) > ttabel (3.182), artinya H0 ditolak dan Ha diterima,
sedangkan
pengaruh
pendapatan
murabahah
terhadap
profitabilitas yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah nilai thitung (3.451) > ttabel (2.110), artinya H0 ditolak dan Ha diterima.
26
d. Penelitian dilakukan oleh Aditya Refinaldy 2014 dari fakultas Ekonomi Universitas Jember Jurusan Akuntansi dengan judul “Pengaruh Tingkat Resiko Pembiayaan Musyarakah dan Pembiayaan Mudharabah terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah”. Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya Pengaruh Risiko Pembiayaan Musyarakah dan Risiko Pembiayaan Mudharabah terhadap Tingkat Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Populasi dari penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2009-2013 yang berjumlah 11 berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia. Samplenya adalah 8 bank selama 5 tahun. Data menggunakan metode regresi liniear berganda dan uji T. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa risiko pembiayaan mudharabah tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas. e. Penelitian dilakukan oleh Indriani Laela Qodriasari (2014), dari fakultas Ekonomi
dan
Bisnis
dan
Fakultas
Agama
Islam
Universitas
Muhammadiyah Surakarta, dengan judul Analisis Pengaruh Pendapatan Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Sewa Ijarah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia (2011-2013). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa fungsi keuntungan Cobb-Dauglas memaksimumkan keuntungan yang ditunjukan dengan garis singgung positif kekanan. Kemudian dari analisis data menunjukan bahwa variabel pendapatan pembiayaan mudhrabah, musyarakah, murabahah, dan ijarah memiliki pengaruh negative signifikan terhadap profitabilitas .
27
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No
Penelitian dan Tahun
1.
Russely
Inti
Permata Yaningwati
Judul
Dwi Analisis
Hasil Penelitian
Pengaruh Hasil dari penelitian ini
Fransisca Pembiayaan
menunjukan
bahwa
Zahroh Mudharabah
dan pembiayaan
mudharabah
Musyarakah Terhadap memberikan
pengaruh
Tingkat Profitabilitas negative
signifikan
Z.A (2013)
Study
pada
dan
Bank terhadap
tingkat
Umum Syariah yang profitabilitas, terdaftar
di
Indonesia
sedangkan
Bank pembiayaan
musyarakah
Periode memberikan
pengaruh
2009-2012.
positif
dan
terhadap
signifikan tingkat
profitabilitas secara parsial 2.
Muhammad pada tahun 2009
Ziqri “Analisis
Pengaruh Hasil
statistik
yang
Pendapatan
menunjukan
Murabahah,
Mudharabah mempengaruhi
Mudharabah,
bahwa
dan Profitabilitas
secara
Musyarakah terhadap signifikan. Murabahah dan Profitabilitas Bank.”
Musyarakah
tidak
mempengaruhi Profitabilitas secara signifikan 3.
Citra Pravitasari pada “Pengaruh Pendapatan Berdasarkah hasil uji regresi tahun 2013
Mudharabah
dan berganda
memperlihatkan
Musyarakah Terhadap bahwa pengaruh pendapatan Profitabilitas Mandiri Syariah”
Bank mudharabah
terhadap
profitabilitas diperoleh dari perbandingan thitung dengan
28
ttabel adalah nilai thitung (3.206)
>
ttabel
(3.182),
artinya H0 ditolak dan Ha diterima,
sedangkan
pengaruh
pendapatan
murabahah
terhadap
profitabilitas yang diperoleh dari
perbandingan
thitung
dengan ttabel adalah nilai thitung (3.451) > ttabel (2.110), artinya H0 ditolak dan Ha diterima. 4.
Aditya
Refinaldy “Pengaruh
2014
Resiko
Tingkat Data menggunakan metode Pembiayaan regresi liniear berganda dan
Musyarakah
dan uji T. Hasil penelitian ini
Pembiayaan
menunjukan bahwa risiko
Mudharabah terhadap pembiayaan
mudharabah
Tingkat Profitabilitas tidak
berpengaruh
Bank Syariah”.
signifikan terhadap tingkat profitabilitas.
5.
Indriani
Laela Analisis
Qodriasari (2014)
Pengaruh Hasil
analisis
data
Pendapatan
menunjukan bahwa variabel
Pembiayaan
pendapatan
pembiayaan
Mudharabah,
mudharabah,
musyarakah,
Musyarakah,
murabahah,
dan
ijarah
Murabahah, dan Sewa memiliki pengaruh negative Ijarah
Terhadap signifikan
Profitabilitas Umum
Bank profitabilitas.
Syariah
di
Indonesia (2011-2013)
terhadap
29
B. Rerangka Pemikiran 1.
Pengaruh Pendapatan Mudharabah terhadap ROA (Return On Asset) Setiap bank pasti menghimpun dana dan mengalokasikan dananya
untuk kegiatan lain yang menghasilkan keuntungan. Salah satu pengalokasian dana
tersebut
adalah
pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Kedua
pembiayaan tersebut akan menghasilkan laba dari perhitungan bagi hasilnya. Keuntungan tersebut akan dibagi antara bank dan nasabah pengelolanya. Keuntungan tersebut akan digunakan untuk mengembalikan modal yang dialokasikan untuk pembiayaan. Tingkat pengembalian modal tersebut dapat mengukur
tingkat
ROA (Return On Asset) suatu
bank
dengan
cara
memperbandingkan keuntungan/laba dan modal yang dimilikinya. 2.
Pengaruh Pendapatan Musyarakah terhadap ROA (Return On Asset) Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dan dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Keuntungan tersebut akan digunakan untuk mengembalikan modal yang dialokasikan untuk pembiayaan. Tingkat pengembalian modal tersebut dapat mengukur tingkat ROA (Return On Asset) suatu bank dengan cara memperbandingkan keuntungan/laba dan modal yang dimilikinya. 3.
Pengaruh Margin Murabahah terhadap ROA (Return On Asset) Prinsip margin Sistem margin yang digunakan bank syariah merupakan
sistem dimana dilakukannya akad perjanjian antara bank dengan nasabahnya. Margin yang ditentukan bank hendaknya disepakati oleh nasabah. Ini
30
dimaksudkan agar menghindari riba dan mempunyai rasa kepuasan antara bank dan nasabah. Margin bank syariah digunakan dalam melakukan akad jual beli dan jasa, seperti murabahah, isthisna, salam , hawalah, kafalah, dan lain sebagainya yang tentunya dapat mempengaruhi ROA (Return On Asset). Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
Pendapatan Mudharabah
H1
Pendapatan Margin Murabahah
H2
Pendapatan Musyarakah
Profitabilitas (ROA)
H3
Sumber : Muhammad (2009) Berdasarkan
rerangka pemikiran diatas terlihat bahwa variabel
pendapatan mudharabah, pendapatan musyarakah, pendapatan margin murabahah yang mempengaruhi Profitabilitas (ROA). C. HIPOTESIS Hipotesis menurut Sugiyono (2009: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.
31
Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Atas dasar tujuan, kajian pustaka, penelitian terdahulu, dan
rerangka
pemikiran teoritis diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Pendapatan Mudharabah berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA) H2 : Pendapatan Musyarakah berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA) H3 : Pendapatan Margin Murabahah berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA)