11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Kajian Terhadap Teori a. Teori Efficient Market Hypothesis (Konsep Pasar Efisien) Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama (1970) (Tatang dan Elok, 2002). Teori Efficient Market Hypothesis menyatakan bahwa harga saham yang terbentuk merupakan refleksi dari seluruh informasi yang ada, baik fundamental ditambah insider information (Eko, 2009). Dalam mempelajari konsep pasar efisien, perhatian kita akan diarahkan pada sejauh mana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat mempengaruhi pasar yang tercermin dalam perubahan harga sekuritas. Haugen (2001) dalam Tatang dan Elok (2002) membagi kelompok informasi menjadi tiga, yaitu: 1) Informasi harga saham masa lalu (information in past stock prices) 2) Semua informasi publik (all public information) 3) Semua informasi yang ada termasuk informasi orang dalam (all available information including inside or private information). Jones (1998) dalam Tatang dan Elok (2002) menyebutkan bahwa harga sekarang suatu saham mencerminkan dua jenis informasi, yaitu informasi yang sudah diketahui dan informasi yang masih memerlukan dugaan.
12
Informasi yang sudah diketahui meliputi dua macam, yaitu informasi masa lalu (misalnya laba tahun atau kuartal yang lalu) dan informasi saat ini (current information) selain juga kejadian atau peristiwa yang telah diumumkan tetapi masih akan terjadi (misalnya rencana pemisahan saham). Contoh untuk informasi yang masih membutuhkan dugaan adalah jika banyak investor percaya bahwa suku bunga akan segera turun, harga-harga akan mencerminkan kepercayaan ini sebelum penurunan sebenarnya terjadi.
b. Indeks Harga Saham di Indonesia Angka indeks atau sering disebut dengan indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama dalam dua waktu yang berbeda (J. Supranto, 1994). Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham dalam suatu periode. Indeks ini berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu (www.infovesta.com). Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini, apakah sedang naik, stabil atau turun. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Menurut Tjiptono dan Hendy (2001), di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu:
13
1) Sebagai indikator trend pasar. 2) Sebagai indikator tingkat keuntungan. 3) Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu potofolio. 4) Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. 5) Mefasilitasi berkembangnya produk derivatif. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Indeks-indeks tersebut adalah: 1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menggunakan
semua
Perusahaan
Tercatat
sebagai
komponen
perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. 2) Indeks Sektoral Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri,
14
Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufaktur. 3) Indeks LQ45 Indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 4) Jakarta Islamic Index (JII) Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. 5) Indeks Kompas100 Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 6) Indeks BISNIS-27 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.
15
7) Indeks PEFINDO25 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari
25
saham
Perusahaan
Tercatat
yang
dipilih
dengan
mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 8) Indeks SRI-KEHATI Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float.
16
9) Indeks Papan Utama Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama. 10) Indeks Papan Pengembangan Mengguanakn saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan. 11) Indeks Individual Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat.
c. Indeks Harga Saham Sektor Manufaktur Manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Indeks harga saham sektor manufaktur merupakan salah satu dari indeks sektoral yang ada di Bursa Efek Indonesia. Indeks harga saham sektor manufaktur merupakan suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan manufaktur dalam suatu periode, yang berfungsi sebagai
indikator trend pasar,
artinya pergerakan
indeks
menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu.
17
d. Inflasi Salah satu peristiwa yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi (Achmad, 2009). Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (id.wikipedia.org). Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu: 1) Inflasi tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) atau yang disebut juga demand pull inflation, terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. 2) Inflasi desakan biaya (cost push inflation), terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya
18
pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu: 1) Inflasi ringan ( kurang dari 10% per tahun) 2) Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% per tahun) 3) Inflasi berat (antara 30% sampai 100% per tahun) 4) Hiperinflasi (lebih dari 100% per tahun) Inflasi memiliki dampak positif apabila inflasi tersebut tergolong ke dalam inflasi ringan yaitu dapat mendorong perekonomian lebih baik, karena dapat meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, jika terjadi hiperinflasi, justru akan memberikan dampak negatif bagi Negara, karena akan membuat keadaan perekonomian menjadi kacau dan lesu.
e. Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) Menurut Musdholifah dan Tony (2007) dalam Imam (2012), nilai tukar atau kurs didefinisikan sebagai perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan menurut Eeng dan Epi (2007), kurs didefinisikan sebagai perbandingan nilai atau harga antara dua
19
nilai mata uang dan mata uang tersebut dapat dipertukarkan atau diperjualbelikan. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mata uang (kurs) merupakan perbandingan antara nilai mata uang suatu Negara dengan mata uang Negara lain yang dapat dipertukarkan atau diperjualbelikan. Menurut Triyono (2008) dalam Imam (2012) terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku, yaitu: 1) Sistem kurs mengambang (floating exchang rate) Dalam sistem kurs mengambang, nilai kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah. Dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter, apabila terdapat campur tangan pemerintah maka sistem ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate). 2) Kurs tertambat (pegged exchange rate) Suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya. 3) Kurs tertambat merangkak (crawling pegs) Dalam sistem kurs ini, negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu. Keuntungan utama
20
dari sistem ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika dibanding dengan sistem kurs terambat. 4) Sekeranjang mata uang (basket of currencies) Sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang dimasukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. 5) Kurs tetap (fixed exchange rate) Dalam sistem kurs tetap, negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan seperti sering mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap merupakan suatu kebijakan yang beresiko tinggi.
f. Harga Minyak Mentah (ICP) Harga Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price) yang selanjutnya disingkat ICP adalah harga rata-rata minyak mentah Indonesia di pasar internasional yang dipakai sebagai indikator perhitungan bagi hasil minyak. ICP merupakan basis harga minyak mentah yang digunakan dalam APBN dan ditetapkan setiap bulan.
21
Faktor yang sangat mempengaruhi ICP yaitu kondisi pasar minyak internasional. Faktor ini terbagi menjadi faktor fundamental dan faktor nonfundamental. Faktor fundamental yaitu suatu kondisi yang dipengaruhi oleh mekanisme penawaran (produksi, stok, kondisi kilang, fasilitas pipa dan kebijakan produksi) dan permintaan (tingkat pertumbuhan ekonomi, kebutuhan, musim, dan ketersediaan teknologi sumber tenaga alternatif). Sedangkan faktor non-fundamental yaitu suatu konfisi yang dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar akibat gangguan politik, keamanan, dan aksi spekulasi di pasar minyak Sejak periode 1968 s.d. 1989, Harga resmi minyak mentah Indonesia (ICP) ditetapkan dengan mengacu Patokan Minyak mentah OPEC dan Penerapan TRP (Tax Reference Price) untuk perhitungan pajak KPS, dan ASP (Agreed Selling Price) - untuk harga ekspor. Sejak April 1989 diberlakukan formula ICP yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Kajian Riset Terdahulu a. Achmad (2009) Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai pengaruh indikator ekonomi makro, tingkat inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan terhadap indeks harga saham sektor properti selama periode tahun 2000-2008. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi linier berganda. Sumber data diperoleh dari Monthly Statictic dari Indonesia Stock Exchange, Indikator ekonomi dari Badan Pusat Statistik, Laporan bulanan
22
Bank Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan data dikumpulkan dengan teknik mencatat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh positif signifikan dan variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti, sedangkan variabel suku bunga dan pertumbuhan GDP hanya signifikan bila diuji secara bersamaan dan tidak berpengaruh signifikan bila diuji secara parsial.
b. I Gusti dkk (2013) Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kausalitas dan bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa indeks saham dan indikator ekonomi global terhadap kondisi pasar modal Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan diolah dengan menggunakan regresi linier berganda. Indeks saham global yang dipakai dalam penelitian ini yaitu indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks Shanghai (SSE), indeks UK:FT100. Indikator ekonomi global yang digunakan meliputi harga minyak dunia, harga emas dunia, dan kurs USD/IDR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks Dow Jones, indeks Shanghai, dan indeks UK:FT100 berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG, sedangkan variabel indeks Nikkei 225, harga minyak dunia, harga emas dunia, dan kurs USD/IDR berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG.
23
c. Udoka et al. (2013) Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara inflasi dengan performa dari pasar saham di Nigeria. Data dari penelitian ini diperoleh dari Buletin Statistik Bank Sentral Nigeria. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode regresi kuadrat terkecil biasa (ordinary least squares regression). Hasil penelitian menunjukkan, terdapat hubungan yang berbanding terbalik dan signifikan antara inflasi dengan nilai saham yang diperdagangkan di pasar saham Nigeria.
d. Ali (2013) Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh nilai tukar mata uang dan Indeks Harga Saham Global (indeks Nasdaq, Nikkei, Taiex, dan Kopsi) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan baik secara simultan maupun secara parsial di BEI. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan
total sampel yang
digunakan sebanyak 96 sampel. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa secara simultan terdapat hubungan yang signifikan antara nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global terhadap pergerakan IHSG. Sedangkan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable indeks Taiex terhadap pergerakan IHSG, tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global (Nasdaq, Nikkei, dan Kopsi) terhadap IHSG.
24
e. Istriyansyah (2013) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh inflasi, harga minyak mentah Indonesia, dan suku bunga (BI Rate) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dipublikasikan oleh instansi yang berwenang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap IHSG dan harga minyak mentah Indonesia memiliki pengaruh positif terhadap IHSG. Sedangkan tingkat suku bunga tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG.
f. Anak Agung dan Ni Putu (2013) Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kembali faktor-faktor makroekonomi apa saja yang berpengaruh terhada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Faktor makroekonomi yang digunakan yaitu tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga SBI. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan menggunakan metode pengambilan sampel jenuh sebanyak 56 bulan data closing price. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan pada IHSG. Sedangkan secara parsial hanya tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah yang berpengaruh signifikan pada IHSG di BEI
25
g. Ika (2010) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktorfaktor makro ekonomi yang meliputi inflasi, kurs, bunga dan Gross Domestic Product (GDP) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama inflasi, kurs, bunga, dan GDP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Sedangkan secara parsial hanya veriabel kurs dan GDP saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG.
h. Saluja et al. (2012) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel makroekonomi di pasar saham India yang berkaitan dengan indeks Sensex di Bursa Efek India. Variabel makroekonomi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi investasi asing, investasi dalam negeri, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, suku bunga, Produk Domestik Bruto (GDP), dan inflasi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan diuji dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi. Hasil uji T menunjukkan bahwa secara parsial investasi asing, nilai tukar, inflasi dan GDP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks Sensex, sedangkan investasi dalam negeri, pertumbuhan ekonomi, dan suku bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks Sensex. Secara bersama-sama, ke tujuh variabel makroekonomi tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks Sensex.
26
i.
Putri (2012) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs rupiah, harga
emas dunia dan harga minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor pertambangan di BEI. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier berganda dengan tingkat signifikansi 5%. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data skunder yang diperoleh dengan cara dokumentasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun secara parsial, kurs rupiah per dollar, harga minyak dunia dan harga emas dunia mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor pertambangan.
27
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu No 1
2
Peneliti (Tahun) Achmad Ath Thobarry (2009)
I Gusti Agus Andiyasa (2014)
Judul
Variabel
Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi Dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 20002008)
1) Variabel Independen: Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi, dan Pertumbuhan GDP 2) Variabel Dependen: Indeks Harga Saham Sektor Properti
Pengaruh Beberapa Indeks Saham Dan Indikator Ekonomi Global Terhadap Kondisi Pasar Modal Indonesia
Hasil Penelitian
Variabel nilai tukar memiliki pengaruh positif signifikan dan variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti, sedangkan variabel suku bunga dan pertumbuhan GDP hanya signifikan bila diuji secara bersamaan dan tidak berpengaruh signifikan bila diuji secara parsial. Indeks Dow Jones, 1. Variabel indeks Shanghai, ndependen: dan indeks indeks Dow Jones, indeks UK:FT100 Nikkei 225, berpengaruh indeks Shanghai positif terhadap pergerakan IHSG, (SSE), indeks sedangkan variabel UK:FT100, harga minyak indeks Nikkei 225, harga minyak dunia, harga emas dunia, dan dunia, harga emas kurs USD/IDR dunia, dan kurs USD/IDR 2. Variabel berpengaruh Dependen: Pergerakan negatif terhadap pergerakan IHSG IHSG
28
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 3
4
Peneliti (Tahun) Chris O. Udoka et al. (2013)
Ali Fikri Hasibuan (2009)
Judul
Variabel
The Effect Of Inflation On Stock Market Performance in Nigeria, 1980 – 2010
1. Variabel Independen: Inflasi 2. Variabel Dependen: Nilai Saham
Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG
1. Variabel Independen: Nilai tukar mata uang dan Indeks Harga Saham Global 2. Variabel Dependen: IHSG
Hasil Penelitian Terdapat hubungan yang berbanding terbalik dan signifikan antara inflasi dengan nilai saham yang diperdagangkan di pasar saham Nigeria. Secara simultan terdapat hubungan yang signifikan antara nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global terhadap pergerakan IHSG. Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variable indeks Taiex terhadap pergerakan IHSG, tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global (Nasdaq, Nikkei, dan Kopsi) terhadap IHSG.
29
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 5
Peneliti (Tahun) Istriyansah Novitasari (2013)
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Pengaruh Inflasi, Harga Minyak Mentah Indonesia, Dan Suku Bunga (BI Rate) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Data Per Bulan Periode 2006-2012)
1. Variabel Independen: Inflasi, Harga Minyak Mentah Indonesia, Dan Suku Bunga (BI Rate) 2. Variabel Dependen: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 1. Variabel Independen: Inflasi, nilai tukar Rupiah, suku bunga SBI 2. Variabel Dependen: Indeks harga Saham Gabungan
Inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap IHSG dan harga minyak mentah Indonesia memiliki pengaruh positif terhadap IHSG. Sedangkan tingkat suku bunga tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG.properti.
6
Anak Agung Gde Aditya Krisna dan Ni Putu Wirawati (2013)
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham Gabungan Di BEI
7
Ika Sisbintari (2010)
Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
1. Variabel Independen: Inflasi, Kurs, Bunga, dan Gross Domestic Product (GDP) 2. Variabel Dependen: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Secara simultan tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah, dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan pada IHSG. Sedangkan secara parsial hanya tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah yang berpengaruh signifikan pada IHSG di BEI. secara simultan inflasi, kurs, bunga, dan GDP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Sedangkan secara parsial hanya variabel kurs dan GDP yang memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG.
30
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 8
9
Peneliti (Tahun) Harmender Singh Saluja et al (2012)
Putri Niti Kesuma (2012)
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Impact of Macroeconomic Variables on Indian Stock Market - A Study Nof BSE Sensex
1. Variabel Independen: Variabel Makroekonomi (Investasi Asing, Investasi Dalam Negeri, Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Tukar, Suku Bunga, Produk Domestik Bruto (GDP), dan Inflasi) 2. Variabel Dependen: Indeks Sensex
Analisis Pengaruh Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia Dan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG Sektor Pertambangan di BEI (Periode Januari-Desember 2010)
1. Variabel Independen: Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, dan Harga Minyak Dunia 2. Variabel Dependen: IHSG Sektor Pertambangan
Secara parsial investasi asing, nilai tukar, inflasi dan GDP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks Sensex, sedangkan investasi dalam negeri, pertumbuhan ekonomi, dan suku bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks Sensex. Secara simultan, ketujuh variabel makroekonomi tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks Sensex. Baik secara simultan maupun secara parsial, kurs rupiah per dollar, harga minyak dunia dan harga emas dunia mempunyai pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor pertambangan.
Sumber: Data diolah dari beberapa hasil penelitian
31
B. Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
1. Inflasi terhadap indeks harga saham sektor manufaktur Istilah inflasi digunakan oleh para ekonom untuk menggambarkan situasi ekonomi pada saat keseluruhan harga mengalami kenaikan. Laju inflasi (inflation rate) adalah persentase perubahan tingkat harga pada suatu waktu tertentu dibandingkan dengan tingkat harga pada periode sebelumnya (Eeng dan Epi, 2007). Inflasi merupakan salah satu aspek kinerja makroekonomi yang paling diperhatikan secara cermat, sekaligus merupakan salah satu variabel kunci dalam perumusan kebijakan makroekonomi. Penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan indeks harga saham sektor properti yang dilakukan oleh Achmad (2009) menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh signifikan yang negatif terhadap indeks harga saham properti. Adanya pengaruh inflasi terhadap indeks saham sektor properti menandakan inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu maupun perusahaan. Dengan inflasi yang meningkat akan menyebabkan permintaan saham akan turun. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Anak Agung dan Ni Putu (2013) membuktikan bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan. Udoka, Mboto, dan Anyingang (2013) juga melakukan penelitian mengenai hubungan inflasi dengan nilai saham, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik dan signifikan antara inflasi dengan nilai saham yang diperdagangkan di pasar saham Nigeria.
32
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tersebut, maka diduga tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham sektor manufaktur di BEI. Sehingga dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Inflasi berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor manufaktur di BEI.
2. Nilai Tukar (Kurs) terhadap indeks harga saham sektor manufaktur Nilai tukar mata uang (kurs) merupakan perbandingan antara nilai mata uang suatu Negara dengan mata uang Negara lain yang dapat dipertukarkan atau diperjualbelikan. Penelitian tentang hubungan antara nilai tukar dengan Indeks Harga Saham Gabungan yang dilakukan oleh Anak Agung dan Ni Gusti (2013) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, yang berarti bahwa jika nilai tukar rupiah terhadap dollar menguat, maka harga saham pun akan meningkat, begitu pun sebaliknya jika nilai tukar rupiah melemah maka harga saham pun akan ikut turun. Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri (2012) menunjukkan bahwa kurs rupiah per dollar berpengaruh signifikan positif terhadap IHSG sektor pertambangan. Penelitian terhadap nilai tukar juga dilakukan oleh Achmad (2009) yang menyatakan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap indeks harga saham properti.
33
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tersebut, maka diduga nilai tukar (kurs) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham sektor manufaktur di BEI. Sehingga dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Nilai tukar (kurs) berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor manufaktur di BEI.
3. Harga minyak mentah (ICP) terhadap indeks harga saham sektor manufaktur Minyak merupakan komoditas yang menggerakkan perekonomian global sehingga dapat dipahami bahwa dampak kenaikan harga minyak memiliki pengaruh yang besar terhadap ekonomi global. Naiknya harga minyak mentah akan mendorong investor untuk berinvestasi karena menganggap meningkatnya permintaan global, yang berarti membaiknya ekonomi global sehingga akan meningkatkan laba dan kinerja perusahaan (Istriansyah, 2013). Meningkatnya laba akan mendorong peningkatan permintaan saham yang kemudian akan berdampak pada naiknya indeks harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Istriyansyah (2013) menunjukkan bahwa harga minyak mentah Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap indeks harga saham gabungan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri (2012) juga menunjukkan bahwa harga minyak dunia memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap indeks harga saham gabungan sektor pertambangan.
34
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tersebut, maka diduga harga minyak mentah (ICP) memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap indeks harga saham sektor manufaktur di BEI. Sehingga dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Harga minyak mentah (ICP) berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor manufaktur di BEI. Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran dapat digambarkan dalam suatu skema kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran