BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Landasan Teori a. Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal didasarkan pada asumsi bahwa informasi yang diterima oleh masing-masing pihak tidak sama. Dengan kata lain, teori sinyal berkaitan dengan asimetri informasi. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi. Untuk itu, manajer
perlu
memberikan
informasi
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan melalui penerbitan laporan keuangan. Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Menurut Jogiyanto (2014), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan
keputusan
investasi.
Jika
pengumuman
tersebut
mangandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi
tersebut,
pelaku
pasar
terlebih
dahulu
menginterprestasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana informasi privat yang hanya dimiliki investor-investor yang hanya dapat informasi saja. Hal tersebut akan terlihat jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang diperoleh tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan. Maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap suatu kejadian yang akan mempengaruhi nilai peusahaan yang tercermin melalui harga saham (Jagiyanto, 2014).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Secara garis besar signaling theory erat kaitannya dengan ketersediaan informasi. Berdasarkan informasi maka pasar modal dapat dibedakan menjadi (Jagiyanto, 2014): 1. Pasar modal bentuk lemah (weak form); pasar yang hargaharga sekuritasnya mencerminkan informasi masa lalu, 2. Pasar modal bentuk setengah kuat; pasar yang harga-harga sekuritasnya secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, dan 3. Pasar modal bentuk kuat (strong form), pasar yang harga-harga sekuritasnya
mencerminkan
secara
penuh
semua
jenis
informasi termasuk informasi privat.
b. Teori Stakeholder Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) mengatakan bahwa perusahaan
bukanlah
entitas
yang
hanya
beroperasi
untuk
kepentingannya sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder
(pemegang
saham,
kreditur,
konsumen,
supplier,
pemerintah, masyarakat, analisis, dan pihak lain). Dengan demikian keberadaan perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri 2007). Stakeholder dapat mengendalikan perusahaan, tergantung oleh proporsi yang dimiliki stakeholder tersebut. Semakin banyak manfaat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
yang diberikan perusahaan kepada stakeholder, maka stakeholder akan memberikan dorongan positif terhadap kegiatan yang dilakukan perusahaan.
c. Laporan Keuangan 1) Pengertian Laporan Keuangan Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan, manajer keuangan perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Untuk memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Disamping manajer keuangan, beberapa pihak diluar perusahaan juga perlu memahami kondisi keuangan perusahaan diantaranya adalah calon investor dan kreditur. Menurut Martono dan Agus (2010) dalam Errossa (2013), laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Kemudian menurut Fahmi (2011) dalam Errossa (2013), laporan
keuangan
merupakan
suatu
informasi
yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan
merupakan
suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
informasi
yang
14
menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dimana informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan dari perusahaan tersebut.
2) Tujuan Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) dalam Meynisa Ulchair (2013), laporan keuangan bertujuan untuk: a) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. b) Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. c) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan menurut Fahmi (2011) dalam Errossa (2013), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angkaangka dalam satuan moneter.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
3) Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan merupakan ringkasan dari harta, kewajiban, dan kinerja operasi selama satu periode akuntansi tertentu. Pada umumnya laporan keuangan terdiri atas tiga hal utama, yaitu neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), dan laporan perubahan modal (statement of changes in capital). Dalam perkembangannya komponen laporan keuangan bertambah dengan satu laporan keuangan yaitu laporan arus kas (cash flow). Dimana menurut Gumanti (2011) dalam Errosa (2013), jenis laporan keuangan yaitu: a) Neraca (Balance Sheet) Merupakan laporan tentang kekayaan dan kewajiban atau beban suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. b) Laporan Laba Rugi (Income Statement) Menunjukkan kinerja operasi suatu perusahaan dalam suatu periode akuntansi tertentu dan juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menjalankan kegiatan usaha serta seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. c) Laporan Perubahan Modal (Statement of Changes in Capital) Menunjukkan berapa besar bagian atau porsi dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan yang diinvestasikan kembali ke perusahaan yang mempengaruhi besaran modal secara keseluruhan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
d) Laporan Arus Kas (Cash Flow) Menyajikan informasi tentang arus kas bersih dari tiga kegiatan utama di perusahaan yaitu: arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, dan arus kas dari aktivitas investasi.
d. Analisis Laporan Keuangan 1) Pengertian Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Hasil analisis laporan keuangan akan mampu menginterprestasikan berbagai hubungan dan kecenderungan yang dapat memberikan pertimbangan terhadap keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang. Adapun pengertian analisis laporan keuangan menurut Harmono (2011) dalam Errossa (2013), adalah: “Alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial maupun kinerja organisasi secara keseluruhan”. Sedangkan menurut Prastowo dan Rifka (2010) dalam Errossa (2013), analisis laporan keuangan yaitu: “Merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya. Penelaahan mendalam terhadap masing-masing komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses menelaah laporan keuangan untuk melihat berbagai hubungan dan kecenderungan yang dapat memberikan pertimbangan terhadap keberhasilan perusahaan dimasa yang akan datang.
2) Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan mempunyai beberapa tujuan penting untuk dipahami oleh pemakai laporan keuangan. Adapun tujuan analisis laporan keuangan tersebut pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan (Hanafi dan Abdul 2009, dalam Errossa, 2010). Sedangkan tujuan analisis laporan keuangan menurut Prawoto dan Rifka (2010) dalam Errossa (2013), adalah: “Untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan”. Berdasarkan tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk memberikan pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, mengingat data yang disajikan laporan keuangan menggambarkan apa yang telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
terjadi dan analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk mengurangi dan mempersempit berbagai ketidakpastian.
e. Analisis Rasio Keuangan 1) Pengertian Analisis Rasio Keuangan Dalam menghindari masalah yang timbul di dalam membandingkan perusahaan dengan ukuran yang berbeda yaitu dengan
cara
menghitung
dan
membandingkan
rasio-rasio
keuangan. Adapun pengertian analisis rasio keuangan adalah suatu cara yang membuat perbandingan data keuangan perusahaan menjadi lebih berarti. Rasio keuangan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai kesehatan keuangan dari perusahaan (Samryn 2011, dalam Errossa, 2013). Sedangkan menurut Warsidi dan Bambang dalam Errossa (2013): “Analisis laporan keuangan merupakan instrument analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan”. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
keuangan yang digunakan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan perusahaan.
2) Manfaat Analisis Rasio Keuangan Dengan menganalisis laporan keuangan maka akan didapatkan sebuah gambaran mengenai kondisi atau keadaaan keuangan suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011) dalam Errossa (2013), adapun manfaat dari analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut: a) Bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat untuk menilai kinerja dan prestasi perusahaan. b) Bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaa. c) Dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. d) Bermanfaat bagi para kreditur digunakan untuk memprediksi potensi risiko yang akan dihadapi dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. e) Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. Berdasarkan manfaat analisis rasio keuangan tersebut maka dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
besarnya hutang yang digunakan perusahaan apakah rasional atau tidak, dan perencanaan dalam investasi yang akan digunakan.
3) Jenis-jenis Rasio Keuangan Secara garis besar terdapat empat jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas (rentabilitas). Menurut Martono dan Agus (2011) dalam Errossa (2013), keempat rasio keuangan tersebut dijelaskan sebagai berikut: a) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. b) Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio Aktivitas dikenal juga sebagai rasio efisiensi, yaitu rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan assetasetnya. c) Rasio Leverage (Leverage Ratio) Rasio
yang
mengukur
seberapa
banyak
menggunakan dana dari hutang (pinjaman).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perusahaan
21
d) Rasio Profitabilitas (Profitabillity Ratio) Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.
f. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan (asset) yang dimiliki suatu perusahaan. Pengukuran perusahaan bertujuan untuk membedakan secara kuantitatif antara perusahaan besar (large firm) dengan perusahaan kecil (small firm). Besar kecilnya suatu perusahaan dapat memengaruhi
kemampuan
manajemen
untuk
mengoperasikan
perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya. Pada hakikatnya kemampuan untuk mengoperasikan perusahaan tersebut dapat mempengaruhi pendapatan sahamnya. Ukuran perusahaan biasa digunakan untuk mengetahui apakah data dari objek yang diteliti memiliki perbedaan karakteristik (atau memiliki karakteristik spesifik) tertentu. Variabel kontrol yang sering dipakai adalah Size. Dalam hal ini biasanya Size muncul sebagai variabel penjelas. Proksi Size biasanya adalah total asset perusahaan. Karena asset biasanya sangat besar nilainya dan untuk menghindari bias skala maka besaran asset perlu dikompres. Secara umum proksi Size dipakai logaritma (log), logaritma natural (Ln) dari asset (Rodoni
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
dan Ali, 2010 dalam Restu, 2013). Digunakan log atau Ln asset sebab perusahaan sampel dalam penelitian ini memiliki jumlah asset yang bervariasi karena perbedaan ukuran perusahaan.
g. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Menurut Michelle & Megawati (2005), profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan. Menurut Enduardus (2001) dalam Ingga (2013), dari sudut pandang investor salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa mendatang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan Return On Asset (ROA). Return on asset adalah rasio keuangan yang menunjukan kemampuan perusahaan
menghasilkan
laba
dari aktiva
yang
dipergunakan. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik keadaan suatu perusahan, begitu pula sebaliknya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Return on asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009). Return on asset merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva (Syafri 2008). Return On Asset (ROA) dapat dihitung dengan rumus :
Return On Asset =
Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
h. Leverage Leverage disebut juga dengan rasio solvabilitas. Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial-nya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable. Dalam penelitian ini, rasio solvabilitas (leverage) diukur dengan menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR). Rasio ini merupakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Rasio ini dihitung dengan rumus: Debt to Asset Ratio =
Total hutang Total aktiva
i. Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (2014), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko di masa mendatang. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam
melakukan
investasi,
investor
dihadapkan
pada
ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula ( high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional. Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat. Sedangkan capital gain/loss merupakan selisih laba/rugi yang dialami oleh
pemegang
saham
karena
harga
sekarang
relatif
lebih
tinggi/rendah dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham sebelumnya (Pt-1), maka pemegang saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya, maka pemegang saham akan mengalami capital loss. Menurut Jogiyanto (2014), return saham dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
RT = ∑
Pt - (Pt-1) (Pt-1)
Dimana: RT
=
Return saham pada peristiwa ke t.
Pt
=
Harga penutupan saham pada peristiwa ke t.
Pt-1
=
Harga penutupan saham pada peristiwa t-1.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Menurut Ang (1997) dalam Meynissa Ulchair (2013), menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi, jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan. j. Return Taknormal (Abnormal Return) Studi peristiwa menganalisis return taknormal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi dari sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasian (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return taknormal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian. Menurut Jogiyanto (2014), return taknormal (abnormal return) dapat dirumuskan sebagai berikut: ARi,t = Ri,t – E[Ri,t] Dimana: ARi,t
= Return taknormal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
Ri,t
= Return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
E[Ri,t]
= Return ekspektasian sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.
Return realisasian atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus (Pi,t – Pi,t-1) / Pi,t-1. Sedangkan return ekspektasian merupakan return yang harus diestimasi. Menurut Brown dan warner (1985) dalam Jogiyanto (2014), mengestimasi return ekspektasian menggunakan model estimasi mean-adjusted model, makert model, dan marketadjusted model. Dalam penelitian ini, return ekspektasian yang digunakan adalah market-adjusted model. Model sesuaian pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang disetimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Menurut Jogiyanto (2014), market-adjusted model dapat dirumuskan dengan: E[Ri,t] = Rmt Dimana: E[Ri,t] = Return ekspektasian sekuritas ke-i untuk periode
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
peristiwa ke-t. Rmt
= Return pasar pada periode ke-t. Sedangkan return pasar diwakili dengan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dihitung secara bulanan dengan rumus:
Rmt
=
(IHSGt – IHSGt-1 ) IHSGt-1
Dimana: Rmt
= Return pasar pada periode ke-t.
IHSGt
= Indeks harga saham gabungan pada bulan t.
IHSGt-1
= Indeks harga saham gabungan pada bulan t.
k. Akumulasi Return Taknormal (Cumulative Abnormal Return) Akumulasi return taknormal (cumulative abnormal return) merupakan penjumlahan return taknormal hari sebelumnya didalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas. Menurut Jogiyanto (2014), akumulasi return taknormal (cumulative abnormal return) dapat dihitung dengan rumus:
CARi,t
t = ∑ AR i, a a=t3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Dimana: CARi,t
= Akumulasi return taknormal (cumulative abnormal return) sekuritas ke-i pada peristiwa ke-t, yang diakumulasi dari return taknormal (AR) sekuritas ke-i mulai awal periode peristiwa (t3) sampai peristiwa ke-t.
ARi,a
= Return taknormal (abnormal return) untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke-a, yaitu mulai t3 (peristiwa awal periode jendela) sampai periodeke-t.
2. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage serta cumulative abnormal return telah banyak dilakukan oleh peneliti antara lain: a. Rhandhy Ichsan dan Salma Taqwa (2013) pernah melakukan penelitian mengenai
pengaruh
informasi
laba,
kebijakan
dividen,
dan
profitabilitas terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informasi laba berpengaruh positif terhadap harga saham, kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap harga saham. b. Indra Pahala, Tresno Eka Jaya, dan Grace Ombun Meilisa (2012) menguji pengaruh laba akuntansi dan laba fiskal serta ROA terhadap cumulative abnormal return pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
bahwa book-tax differences berpengaruh positif terhadap cumulative abnormal return. Sedangkan ROA tidak terbukti berpengaruh terhadap cumulative abnormal return. c. Larasati Sunarto (2014) menguji tentang pengaruh informasi laporan arus kas, laba kotor, ukuran perusahaan, dan nilai pasar terhadap abnormal return saham pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel arus kas investasi, arus kas pendanaan, laba kotor, ukuran perusahaan, dan nilai pasar berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return. Sedangkan secara parsial arus kas investasi dan laba kotor berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return. Arus kas pendanaan, ukuran perusahaan, dan nilai pasar tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. d. Ingga Zulfa (2013) melakukan pengujian tentang pengaruh rentabilitas yang diukur dengan ROA, likuiditas yang diukur dengan LDR, kecukupan modal yang diukur dengan capital adequacy ratio, dan ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan total aset terhadap return saham (cumulative abnormal return) pada perusahaan perbankan yang listing di BEI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya ROA yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan sisamya yaitu LDR, capital adequacy ratio, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
e. Niekie Arwiyati Shidiq (2012) menguji pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas, dan EPS terhadap Harga Saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI 2006-2010. Penelitian ini menggunakan teknik purposive random sampling dengan metode analisis regresi berganda. Peneliti menemukan bahwa EVA dan EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. ROE dan ROS berpengaruh
negatif tidak
signifikan
terhadap
harga
saham.
Sedangkan ROA berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham. f. Nurhidayah Djam’an (2011) menguji signifikasi laporan arus kas, laba, dan Size perusahaan terhadap abnormal return pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menunjukkan hasil arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, laba, Size perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return. Dan arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap abnormal return.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti Rhandhy Ichsan dan Salma Taqwa (2013)
Indra Pahala, Tresno Eka Jaya, dan Grace Ombun Meilisa (2012) Larasati Sunarto (2014)
Variabel Penelitian Independen: Harga Saham Dependen: Informasi Laba, Kebijakan Dividen, dan Profitabilitas Independen: Cumulative Abnormal Return Dependen: book-tax differences dan ROA Independen: Abnormal Return saham Dependen: Laporan arus kas, Laba kotor, Ukuran perusahaan, dan Nilai pasar
Ingga Zulfa (2013)
Independen: Return saham Dependen: Rentabilitas, Likuiditas, Kecukupan Modal, dan Ukuran Perusahaan
Niekie Arwiyati Shidiq (2012)
Independen: Harga saham Dependen : EVA, rasio profitabilitas, dan EPS
Nurhidayah Djam’an (2011)
Independen: Abnormal Return saham Dependen: Laporan arus kas, Laba, dan Size
Hasil Penelitian Informasi laba berpengaruh positif terhadap harga saham, kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap harga saham. Book-tax differences berpengaruh positif terhadap cumulative abnormal return. Sedangkan ROA tidak terbukti berpengaruh terhadap cumulative abnormal return. Secara simultan variabel arus kas investasi, arus kas pendanaan, laba kotor, ukuran perusahaan, dan nilai pasar berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return. Sedangkan secara parsial arus kas investasi dan laba kotor berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return. Arus kas pendanaan, ukuran perusahaan, dan nilai pasar tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. ROA yang berpengaruh positif dan signifikan tcerhadap return saham. Sedangkan sisamya yaitu LDR, capital adequacy ratio, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham.
EVA dan EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.ROE dan ROS berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham. Sedangkan ROA berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham. Arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, laba, Size perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return. Dan arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap abnormal return.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan pemaparan teori diatas maka dibuatlah rerangka pemikiran sebagai berikut:
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Return On Asset
Y = Cumulative Abnormal Return
X3 = Debt to Asset Ratio
Keterangan: Uji t
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
C. Hipotesis Ha1 = Ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
cumulative abnormal return. Ha2 = Return on asset mempunyai pengaruh signifikan terhadap cumulative abnormal return. Ha3 = Debt to asset ratio mempunyai pengaruh signifikan terhadap cumulative abnormal return.
http://digilib.mercubuana.ac.id/