BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pengendalian internal diperlukan untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan. Risiko memiliki potensial berbahaya. Kita semua dihadapkan dengan risiko setiap harinya dan kita semua harus mempunyai kemampuan menilai berbagai risiko dan mengetahui cara terbaik untuk menghindari atau mengurangi risiko walau kita sudah berusaha melakukan segala hal dengan cara terbaik, risiko tidak dapat dihindari. Contohnya adalah: apabila kita membawa kendaraan walaupun sudah berhati-hati namun tidak dapat menghindari kecelakaan apabila ada yang menabrak mobil kita. Semua risiko itu adalah sebuah ketidakpastian sehingga semua pihak baik principal maupun agent bertanggung jawab terhadap keberlangsungan perusahaan dengan melakukan pengendalian internal. 1. Agency Theory, 2015 Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agenst. Pihak principals adalah pihak yang memberikan mandat kepada yang lain yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Smith, 1984). Di dalam dunia bisnis, agen dapat disebut sebagai pemimpin perusahaan yang dalam setiap pengambilan keputusannya memerlukan bantuan
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
beberapa staf atau timnya dalam hal ini terjadi hubungan vertikal antara pemilik perusahaan dengan pimpinan perusahaan, pimpinan perusahaan dengan bawahan.
Scott (2015) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer perusahaan, dimana antara agen dan prinsipal ingin memaksimalkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agen memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi yang lain, sehingga menimbulkan adanya asymmetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingannya sendiri dalam rangka memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik atau investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajer karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajer perusahaan dilakukan tanpa sepengetahuan pihak pemilik. Salah satu hipotesis dalam agency theory adalah bahwa manajemen dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan kepentingan pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut dapat dikarenakan agen memiliki informasi yang lebih banyak (keunggulan informasi) daripada
prinsipal.
Sedangkan
prinsipal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat
lebih
mementingkan
18
kepentingannya daripada agen karena memiliki keunggulan kekuasaan. Namun demikian, dua tokoh utama tersebut yaitu prinsipal dan agen dalam interaksi bisnis sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth (kekayaan). milik atau investor. (Mulya, 2016).
Teori agensi secara garis besar dikelompokkan menjadi dua (Eisenhardt, 1989), yaitu positive agency research dan principal agent research. Positive agency research memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan principal mempunyai tujuan yang bertentangan dan mekanisme pengendalian yang berbatas hanya menjaga perilaku self serving agen. Secara ekslusif, kelompok ini hanya memperhatikan tujuan antara pemilik (shareholder) dengan manajer. Principal agent research memfokuskan pada kontrak optimal antara perilaku dan hasilnya, secara garis besar penekanan pada hubungan principal dan agent. Principal agent research mengungkapkan bahwa hubungan agentprincipal menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer dan klien, auditor dan auditee. Hubungan vertikal tersebut selaras dengan tugas dan tanggung jawab yang di emban oleh seorang pimpinan dimana harus memperlakukan karyawannya secara adil serta memberikan contoh yang baik untuk menghindari konflik kepentingan serta menetapkan pentingnya etika perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Prinsipal maupun agen merupakan pelaku utama dan keduanya mempunyai bargaining position masing-masing dalam menempatkan posisi, peran dan kedudukannya. Prinsipal sebagai pemilik modal memiliki akses pada informasi internal perusahaan sedangkan agen sebagai pelaku dalam praktek operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh. Perbedaan tersebut akan menimbulkan pertentangan atau tarik menarik kepentingan (conflict of interest). Teori keagenan menyatakan bahwa dalam pengelolaan perusahaan selalu ada konflik kepentingan (Brigham dan Gapenski, 1996) antara (1) manajer dan pemilik perusahaan (2) manajer dan bawahannya, (3)pemilik perusahaan dan kreditor. Perbedaan posisi, kepentingan dan tujuan tersebut, idealnya tidak mempengaruhi terhadap pengendalian internal dan selalu mengantisipasi terhadap kemungkinan terjadinya risiko agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik demi kesejahteraan seluruh karyawan atau pihak-pihak yang terkait. 2. Risk Exposure Theory, 2010 Menurut Meier (2010) Risiko adalah sesuatu hal yang salah dan dapat menghambat tujuan bisnis yang spesifik, risiko tidak hanya masalah dengan individu. Risiko bersifat sosial, misalnya risiko masalah sosial dan politik, masalah menciptakan masyarakat yang berkelanjutan secara ekologis: risiko dipahami dengan latar belakang sosial dan budaya, yaitu orang-orang khawatir tentang risiko yang berbeda karena berbeda sosial dan latar belakang budaya; dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
risiko adalah (key concept) dalam berbagai praktek dan pengetahuan dengan orang yang diatur dan masyarakat terstruktur. Misalnya, sistem asuransi sosial adalah lembaga sosial yang dibangun dan berkaitan dengan risiko begitupula dengan sebuah perusahaan yang dibangun dengan sistem atau SOP dimana untuk mencapai tujuan tertentu atau pencapaian keuntungan, perusahaan dihadapkan dengan risiko, risiko menawarkan produk kepada dokter yang menimbulkan biaya atau klaim karyawan yang dikeluarkan dalam usaha untuk mendapatkan klien yang akan membeli produk tersebut guna mencapai keuntungan perusahaan, dalam pengajuan klaimpun akan dihadapkan pada risiko dimana tidak semua vendor menyediakan kuitansi cetak hingga timbullah beberapa masalah penemuan fake invoice, perbedaan masalah sosial dan budaya beberapa vendor dan beberapa karyawan tersebut akan selalu menemukan risiko. Mary Douglas (2012) berfokus pada logika budaya perbedaan pasar dimana ada beberapa orang takut mengambil risiko dan ada yang siap mengambil risiko. Beberapa orang khawatir tentang risiko, katakanlah, risiko pemanasan global yang dapat merusak kesehatan. Semua individu takut untuk hidup dan kesehatan mereka, tapi mereka tetap memegang keyakinan yang berbeda tentang risiko dan cara mereka mengelola risiko juga beda, dan mereka melakukannya tidak secara acak melainkan sesuai dengan pendekatan sosial dan budaya logik. Mereka melakukan pendekatan sosial untuk mengetahui setiap risiko yang ada sebagai contoh adalah untuk mengetahui bahaya suatu lingkungan masyarakat seperti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
bahaya narkoba di lingkungan baru, maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan melakukan atau mengadakan musyawarah bulanan antara warga secara rutin dan budaya logika dapat diilustrasikan bahwa masyarakat sosial baik yang takut maupun berani mengambil risiko untuk kehidupan dan kesehatan mereka, pada akhirnya akan mengalami kematian juga dimana hukum alam dan takdir Tuhan tidak dapat merubah setiap akibat dari risiko yang harus diterima. Coso telah menerbitkan pedoman pemikiran untuk membantu manajmen dan dewan dalam pengembangna indikator risiko penting (KRI-Key Risk Indicator) untuk memberikan sinyal awal tentang peningkatan eksposur risiko. KRI membantu manajemen dan dewan dalam menghadapi dan mengelola kejadian berisiko yang mungkin timbul di masa depan dengan lebih baik. KRI harus dibedakan dari indikator kinerja penting (KPI-Key Performance indicator). KPI adalah metrik yang memberikan gambaran tingkat tinggi tentang kinerja masa lalu. Ukuran
ini mungkin
tidak
memberikan
peringatan
menyangkut
perkembangan risiko karena berfokus pada hasil yang telah terjadi. Sebaliknya, KRI adalah indikator utama untuk risiko. Misalnya, data tentang penghapusan piutang usaha terkini adalah indikator kinerja yang penting bagi penagihan piutang usaha. Sebaliknya analisis hasil keuangan pelanggan utama dapat digunakan sebagai indikator risiko yang penting bagi masalah penagihan di masa depan. Contoh lainnya adalah data tentang pembayaran utang usaha adalah indikator kinerja bagi pembayaran utang usaha. Sebaliknya analisis dan forensik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
terhadap invoice dapat digunakan sebagai indikator risiko yang penting bagi masalah pembayaran di masa depan. KRI dapat memberikan informasi secara tepat waktu dan relevan agar tercipta pengawasan risiko yang efektif. Idealnya indikator tersebut harus dikembangkan oleh tim yang mencakup staf manajemen risiko dan manajer unit bisnis, serta dikembangkan bersama dengan rencana strategis untuk unit bisnis. Pengembangan KRI dapat menghasilkan peningkatan kinerja dengan mengurangi kerugian dan mengidentifikasi risiko yang dapat dieksploitasi secara strategis demi kepentingan perusahaan. Penggunaan KRI dapat memperbaiki proses dengan mengurangi risiko gangguan layanan dan episode manajemen krisis. KRI yang dikembangkan dengan baik akan mengurangi kejutan dengan menempatkan manajemen dan dewan secara proaktif, dan bukan reaktif. Penempatan dewan manajemen yang proaktif adalah penempatan dewan yang tepat dalam memberikan solusi terhadap suatu masalah atau gejala timbulnya masalah dan bukan manajemen yang reaktif yaitu manajemen yang selalu bereaksi terhadap masalah yang sudah terjadi. Menurut Hanafi (2012) Risiko ada dimana-mana. Hukum kekekalan energi mengatakan energi tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan. Energi berpindah-pindah dari satu tempat/makhluk hidup ke tempat/makhluk hidup yang lain. Risiko seperti energi, Risiko tidak bisa dihilangkan atau diciptakan, Risiko
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
hanya bisa ditransfer dari satu pihak ke pihak yang lainnya. Makhluk hidup secara natural akan mengantisipasi dan mengelola risiko, sebagai contohnya adalah ketika kita melakukan perjalanan ke kantor dengan menggunakan mobil, maka kita akan berhati-hati dengan kondisi disekitarnya. Begitu pula dengan perusahaan yang dijalankan dengan peraturan yang ketat akan selalu ada celah pelanggaran yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, oleh karena itu seorang yang melakukan pengendalian internal tetap harus berhati-hati dalam menyetujui suatu perjalanan dinas atau transaksi. Dalam hal ini tugas dari seluruh manajemen dan karyawan adalah membuat organisasi menjadi sadar risiko sehingga risiko dapat diantisipasi dan dikelola dengan baik. Semakin tingginya pengendalian internal maka akan semakin rendahnya risiko yang terjadi. Tujuan dari budaya sadar risiko adalah agar setiap anggota organisasi sadar adanya risiko dan mengambil keputusan tertentu dengan mempertimbangkan aspek risikonya. Jika anggota tersebut sadar akan risiko, maka organisasi yang terdiri dari kumpulan individu akan menjadi lebih peka terhadap risiko. Sebagai Contoh adalah apabila seorang line manager mengambil keputusan untuk menyetujui setiap transaksi yang diajukan oleh staf nya, hendaknya harus memliki sikap scepticism atau kehati-hatian dalam menyetujui transaksi tersebut dengan melihat segala aspek risiko yang mungkin terjadi. Berdasarkan contoh diatas, pengelolaan risiko bisa diilustrasikan sebagai kombinasi penekanan gas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
(mempercepat kendaraan) dan penekanan rem (memperlambat kendaraan). Kombinasi yang ideal bisa membuat berjalan kencang tetapi tetap terkendali. Pengendalian internal yang kuat dan pembuatan SOP yang sesuai dengan kondisi yang ada merupakan kombinasi yang tepat sehingga perusahaan dapat maju dengan pesat dan tetap memperhatikan compliance. Risiko mempunyai sekuen dari sumber risiko sampai kemudian munculnya kerugian risiko tersebut. Berikut ini adalah bagan sekuen risiko Sekuen Risiko - >kerugian Sumber Risiko
Eksposur terhadap risiko
Risk Factors Kondisi yang menaikkan kemungkinan kerugian
Moral Hazard, dan Kesempatan
Penciptaan Fake Invoice oleh oknum karyawan
Kerugian
Penemuan Fake invoice oleh controller
Terjadi Kerugian (peril): pemecatan karyawan yang dapat merugikan perusahaan (terjadinya kekosongan jabatan dan rusaknya etika)
Gambar : 2.1. Sekuen Risiko Sumber: Hanafi, 2012, olahan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Gambar diatas menunjukkan, pertama ada sumber risiko yaitu Moral Hazard dan Kesempatan. Moral Hazard dan kesempatan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Kemudian ada risk factors (faktor risiko) yang menjadi katalis (catalyst), yaitu yang mempercepat atau memperbesar kemungkinan munculnya kejadian yang tidak diinginkan. Dalam contoh diatas, risk factor tersebut adalah penciptaan fake invoice, perbuatan tersebut akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kerugian perusahaan dengan ditemukannya fake invoice oleh controller. Kemudian terjadi kejadian yang tidak diinginkan (peril), yaitu pemecatan
terhadap
oknum
karyawan
tersebut.
Pemecatan
tersebut
mengakibatkan kerugian baik bagi keluarga karyawan yang kehilangan pekerjaan dan nama baik maupun bagi perusahaan yang akan kehilangan karyawan sehingga menimbulkan kekosongan jabatan dan biaya hire yang tinggi serta menurunkan budaya etika yang diterapkan oleh perusahaan. Pembuatan fake invoice merupakan suatu tindakan yang sudah direncanakan oleh oknum karyawan. Fake invoice merupakan salah satu bentuk fraud yang tidak dapat dapat dibenarkan dalam kondisi dan alasan apapun. 3. Teori Donald R. Cressey, 2013 Penelitian Cressey atas faktor-faktor yang menyebabkan orang melakukan fraud didasari oleh keinginan Cressey untuk mengetahui alasan-alasan orang yang melakukan penggelapan yang disebutnya sebagai pengkhianat kepercayaan. Hipotesa Cressey dikenal dengan fraud Triangle dan digunakan oleh banyak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
organisasi untuk menggambarkan faktor-faktor penyebab timbulnya fraud. (Tjahjono et al, 2013:28).
Gambar 2.2 Fraud Triangle Sumber: hipotesis Cressey, 1953
4. Teori Steve Albrecht, 2013 Albrecth menuliskan penelitiannya dalam buku berjudul Dettering Fraud: The internal Auditor’s perspective. “Ia menyatakan bahwa ada dua aspek yang sangat memengaruhi orang melakukan fraud, yakni aspek personal (personal integrity & situational pressure) dan aspek system lingkungan perusahaan (opportunity)”. Fraud akan rendah ketika integritas personal seseorang tinggi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
kemudian sistem perusahaan baik (opportunity) dan tekanan dari lingkungan untuk melakukan fraud rendah. (Tjahjono et al, 2013:32). 5. Teori Richard C. Hollinger dan John P. Clark, 2013 Holinger dan Clark dalam buku Theft by employee menyimpulkan bahwa pegawai melakukan fraud di tempat kerjanya semata-mata karena kondisi lingkungan kerja yang tidak memadai. (Tjahjono et al, 2013:34). Penyebab utama hal ini adalah karena mereka dinilai terlalu rendah di bawah kapasitas yang mereka miliki. Kondisi lingkungan yang tidak memadai dengan menganggap rendah kemampuan yang dimiliki oleh karyawan, akan menimbulkan rasa ketidakpuasan dan tidak adanya penghargaan terhadap apa yang telah mereka berikan untuk perusahaan, namun menurut seorang filsuf ke-34, Antoine Arnauld, 1612-1694 : “jernih dalam berpikir adalah hal utama dalam setiap aspek kehidupan”. Apabila seorang yang melakukan tindakan fraud selalu berpikir jernih dalam menjalankan segala aspek kehidupannya, maka dia tidak akan pernah mau melakukan tindakan fraud demi keluarga yang dicintainya. Oleh karena itu menurut penulis teori tersebut belum sepenuhnya benar dan hal tersebut hanyalah sebagai alasan dari pelaku fraud. 6. Teori French dan Raven, 2013 Menurut French dan Raven, ternyata setelah seseorang menjadi pelaku fraud, orang tersebut akan memengaruhi orang lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
fraud. (Tjahjono et al, 2013:35). French and Raven dalam bukunya The Basis Of Social Power membagi kekuasaan menjadi 5 variable: 1) Reward Power, yaitu kemampuan dari pelaku fraud untuk meyakinkan korban bahwa ia akan mendapat keuntungan tertentu jika berpartisipasi dalam skema fraud yang dilakukan. Sebagai contoh sesuai dengan judul penulisan ini adalah pelaku fraud meyakinkan korbannya untuk melakukan penciptaan fake invoice agar mendapatkan keuntungan lebih terhadap transaksi fiktif dengan unsur cobacoba. 2) Coercive Power merupakan kemampuan dari pelaku fraud untuk membuat seseorang menerima hukuman jika mereka tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fraud. Mengenai kemampuan ini biasanya pelaku fraud yang telah diketahui tindakannya oleh rekannya atau orang lain, akan melakukan tindakan pemaksaan kepada korban untuk berpartisipasi melakukan tindakan tersebut. Tipe hukuman ini biasanya dilakukan dengan intimidasi untuk menimbulkan ketakutan. Misalnya ancaman akan diberhentikan dari pekerjaan, dikucilkan dari masyarakat dan sebagainya. 3) Expert Power, yaitu kemampuan dari pelaku fraud untuk memengaruhi orang lain karena keahlian atau pengetahuan yang ia milikinya. Sebagai contoh adalah pelaku fraud telah mempunyai keahlian dan pengetahuan bagaimana cara mencetak atau membuat fake invoice, dengan pengetahuan tersebut, seorang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
pelaku fraud akan memengaruhi temannya atau rekannya untuk melakukan hal yang sama. 4) Legitimate Power, yaitu kemampuan dari pelaku fraud untuk meyakinkan calon pelaku. Misalnya dalam perusahaan, Area manager mempunyai legitimate power untuk mengambil keputusan yang memengaruhi seluruh organisasi walaupun mungkin keputusan tersebut kurang etis. Seperti keputusan pemberian discount yang besar kepada klien dimana di dalam SOP dinyatakan bahwa ada ketentuan limitation pemberian discount. Sebagai seorang karyawan yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan atasannya, maka karyawan tersebut melakukan perintah atasan yang melanggar SOP yang ditentukan. 5) Referent Power, yaitu kemampuan pelaku fraud untuk menghubungkan dirinya dengan calon co-conspirator. Pelaku fraud biasanya akan menggunakan referent power untuk meyakinkan dan memberi semangat pada calon coconspirator ketika melakukan fraud. Dalam hal ini biasanya pelaku fraud akan meminta rekannya atau temannya untuk mengajak karyawan yang baru yang belum mengerti peraturan untuk melakukan tindakan fraud. 7. Teori David T. Wolfe dan Dana R. Hermanson, 2013 Wolfe dan Hermanson (2004) dan dirilis oleh The CPA journal memperkenalkan elemen baru dalam fraud triangle, yaitu kemampuan (capability). Dia menganggap bahwa kemampuan merupakan salah satu unsur
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
yang penting ketika seseorang melakukan fraud. Bisa saja seseorang memiliki kesempatan, tekanan dan rasionalisasi, namun jika pelaku tidak memiliki kemampuan maka sulit baginya untuk melakukannya. Model ini dinamakan fraud diamond. (Tjahjono et al, 2013:37). Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam unsur kemampuan mempengaruhi adalah: 1) Posisi pelaku yang mempunyai kewenangan dalam fungsi tertentu di organisasi. Posisi pelaku yang mempunyai kewenangan lebih tinggi seperti Area manager, Business Unit Head, Direktur, dan lain sebagainya. Kekuatan posisi tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, oleh karena itu setiap perusahaan, alangkah lebih baiknya memilih pimpinan ataupun karyawan dengan ketat. Apabila karyawan yang menduduki posisi yang mempunyai kekuatan besar tidak memiliki integritas yang tinggi, maka sangat membahayakan keberlangsungan sebuah perusahaan. 2) Kapasitas untuk memahami dan mengeksploitasi sistem akuntansi dan kelemahan pengendalian internal. Biasanya orang tersebut mempunyai otoritas sebagai super user didalam sistem akuntansi contohnya adalah orang tersebut sebagai super user SAP R3 dan mengetahui kelemahan pengendalian internal di dalam sistem tersebut. Semakin tinggi internal control semakin kuat keamanan asset.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
3) Kepercayaan diri yang tinggi (ego) dimana pelaku yakin dia tidak akan terdeteksi ataupun jika terungkap maka pelaku akan dapat dengan segera menjauhkan diri dari masalah yang timbul. Biasanya kepercayaan diri ini merupakan salah satu sikap pelaku untuk melakukan coba-coba terhadap pengendalian internal yang lemah akan tetapi apabila perusahaan mempunyai pengendalian internal yang tinggi dan staf yang mempunyai kompeten yang tinggi juga, maka kepercayaan diri dari pelaku fraud akan menghancurkan pelaku itu sendiri. Menurut Filsuf ke-35 Nicolas Malebranche (1638-1715) “ ketika kita berpikir, kita sudah berbuat, Tuhan benar-benar berbuat untuk kita”. Apabila kita sudah berpikir bahwa perbuatan tersebut tidak akan ketahuan, Namun yang menyebabkan semuanya terjadi adalah Tuhan. 4) Kemampuan untuk menjalin kerja sama dengan orang lain untuk menutupi aksinya. Pelaku tersebut mampu menjalin kerja sama dan mempunyai sikap yang ramah terhadap lingkungan sekitar, sehingga tidak ada yang akan menyangka bahwa dia akan melakukan tindakan yang melanggar peraturan. Hal ini dapat dikategorikan dengan menghalalkan segala cara seperti yang disampaikan oleh filsuf ke-26 Niccolo machiavelli, 1467-1527, “tujuan menghalalkan cara untuk meraih tujuan tersebut”. Tujuan menghalalkan segala cara contohnya adalah oknum karyawan mempunyai kedekatan yang erat dengan rekannya yaitu bagian Treasury kemudian karyawan tersebut memanfaatkan kedekatannya dengan meminta kepada treasury tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
untuk memproses tagihan dari vendor yang merupakan keluarga oknum tersebut tanpa melalui prosedur yang sudah diterapkan. 8. Teori Atom, 2010 Demokritos filsuf atom, 460SM-370SM dikenal sebagai filsuf yang sering tertawa. Menurutnya: “penyusunan dasar dari alam semesta ini adaah atom-atom yang tidak dapat dibagi-bagi lagi dan bergerak dengan konstan diruang hampa”. Demokritos terkenal dengan teori atomnya, tetapi sebenarnya semua teori yang ia kemukakan berujung pada tujuan etis yang ingin disumbangkan pada peradaban. Ia dikenal sebagai filsuf yang secara eksplisit mengajukan kemuliaan (Supreme good) yang diistilahkan sebagai keceriaan (heerfulness) dan kebaikan ( well being). Keyakinan akan hal ini terpancar penuh dalam keseharian Demokritos yang dikenal sebagai filsuf yang sering tertawa, tentu karena ia memang meyakini bahwa keceriaan adalah sesuatu yang bersifat spiritual, namun ia bukan tipe orang yang tidak serius atau pelawak. Ia mengatakan, “keceriaan dan kesedihan adalah tanda-tanda yang membedakan adanya sesuatu yang baik dan jahat”. Sebagai contohnya yang berkaitan dengan judul penelitian penulis adalah ketika seseorang melakukan tindakan kecurangan dengan pembuatan fake invoice, biasanya oknum karyawan tersebut akan merasakan kegelisahan yang terus menerus sehingga mengurangi keceriaannya, dimana oknum tersebut selalu berusaha dan berpikir agar setiap tindakan atau perbuatan kecurangannya tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
terlihat atau ketahuan oleh orang lain.
Demokritos mengajukan pentingnya
pengendalian diri sebagai kunci untuk mencapai kenikmatan yang mulia. (Yuana, 2010). Peran pengendalian diri bagi etika bisnis tentu menjadi penting bagi pelaku bisnis dengan karakter yang cenderung serakah dan tidak menghormati lingkungannya. Filsuf ke-11 Epikuros, 341-270 SM mengajarkan etika pengejaran kenikmatan yang dipahami dapat menggantikan kesakitan. Bahwa kenikmatan tertinggi adalah hidup sederahana bersama kawan-kawan yang memiliki ketertarikan terhadap filasafat dalam kehidupan, teorinya menyatakan bahwa atom bergerak seperti bola bilyar, sama dengan teori Demokritos, namun dengan tambahan kemampuan berbelok dan melenting secara spontan. Tambahan teori ini untuk menjelaskan adanya sifat kehendak bebas (free will) manusia. Manusia yang memiliki kehendak bebas menjadi pijakan bagi sahnya hukum etis bagi manusia. Artinya, jika manusia dituntut untuk berbuat etis, tentu bukan karena manusia terpaksa untuk berbuat etis, tetapi lebih karena pilihan yang bebas pada dasarnya merupakan pelaku bisnis yang berkehendak bebas untuk berbuat jujur atau curang. Namun etika bisnis mampu membuat pelaku bisnis untuk berbuat jujur. Nilai kejujuran manusia tentu akan sangat berbeda dengan nilai kejujuran kalkulator yang hanya sebuah mesin. Kalkulator tentu selalu jujur dalam menghitung karena kalkulator tidak memiliki kehendak bebas untuk berbuat salah sehingga jika kalkulator mengalami kerusakan dan perhitungannya error,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
kalkulator tidak dikenai predikat etis seperti dosa. Berbeda dengan manusia yang akan dicap berdosa jika manusia secara sadar memilih keputusan untuk berbuat salah. Ia juga mengajarkan filsafat egalitaranisme atau kesamaan hak dan kedudukan pada seluruh diri manusia. Prinsip egaliter ini tentu sangat penting dalam dunia bisnis karena kesetaraan dalam memandang manusia akan menghasilkan lingkungan bisnis yang nyaman dengan orang-orang yang saling menghormati. 9. Pengendalian Internal Setiap pelaku bisnis yang baik dari masa ke masa pasti memiliki kesadaran akan pentingnya “pengendalian internal” agar dapat sejalan dengan tujuan bisnis itu dan siap menghadapi peluang dan tantangan di luar institusi maupun di waktu mendatang. Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang di rancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering kali disebut pengendalian. (Arens et al, 2015). Menurut Bodnar & Hopwood (20016:129), pengendalian internal merupakan suatu peroses yang dipengaruhi oleh dewan direksi perusahaan, manajemen, dan personel lain yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal terkait tercapainya tujuan berikut: (1) reliabilitas laporan keuangan, (2) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (3) kesesuaian dengan peraturan dan regulasi yang berlaku. Menurut Mulyadi, 2014 menyatakan bahwa pengendalian internal meliputi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
struktur organisasi, metode dan ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga harta kekayaan organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Ketiga pendapat ahli tersebut diatas berkesimpulan bahwa pengendalian internal adalah suatu alat yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan mengantisipasi risiko yang akan dihadapi. Dalam penelitian Hermiyetti, pada awal perkembangannya pengendalian internal diartikan sebagai internal cek. Internal cek dengan konsep kesamaan hasil melalui pencocokan catatan dari dua bagian atau lebih. Sebagaimana diungkapkan American Institute of Certifield Public Accountant (AICPA) yang dikutip Moller & Witt (1999:81) menjabarkan definisi pengendalian internal sebagai berikut: “Internal control comprises the plan of organization and all of the coordinate methods and measures adopted within a business to safeguard its assets, check the accuracy and reliability of its accounting data, promote operational effIciency, and encourage adherence to prescribed managerial policies”. Pengendalian internal dapat digunakan untuk: 1) Menjaga keamanan harta milik negara; 2) Memberikan keyakinan bahwa laporan yang disampaikan kepada pimpinan adalah benar; 3) Meningkatkan efisiensi usaha; dan 4) Memastikan bahwa kebijakan yang telah ditetapkan telah dijalankan dengan baik. Dengan pengendalian internal yang baik, terjadinya fraud dan pemborosan dapat dideteksi dan ditanggulangi secara dini sehingga kerugian negara dapat dihindari.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada bulan September 1992 memperkenalkan suatu kerangka pengendalian yang lebih luas daripada model pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup manejemen risiko, yaitu pengendalian intern terdiri atas 5 ( lima ) komponen yang saling terkait yaitu : 1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan Pengendalian terdiri atas tindakan kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur, dan pemilik entitas secara keseluruhan mengenai pengendalian internal serta arti pentingnya bagi entitias itu. Dalam studi empiris oleh valentine, Godkin dan Lucero (2002), sebuah asosiasi positif dan signifikan terkait dengan tingkat komitmen organisasi karyawan. Berdasarkan sampel dari 304 orang dewasa kerja muda, valentine et al (2002) menemukan bahwa lingkungan etika positif dan signifikan terkait dengan tingkat komitmen organisasi karyawan. Subkomponen pengendalian ini yang paling penting adalah: a)
Integritas dan nilai-nilai etis Integritas dan nilai-nilai etis adalah produk standar etika dan perilaku entitas,
serta
bagaimana
standar
itu
dikomunikasikan
dan
menghilangkan atau mengurangi dorongan dan godaan yang mungkin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
membuat karyawan melakukan tindakan tidak jujur, illegal atau tidak etis. Ini juga meliputi pengomunikasian nilai-nilai entitas dan stándar perilaku kepada para karyawan melalui pernyataan kebijakan, kode perilaku dan teladan. b) Komitmen pada kompetensi Kompetensi adalah Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menyelesaikan
tugas
mendefinisikan
pekerjaan
seseorang.
Komitmen pada kompetensi meliputi pertimbangan manajemen tentang tingkat kompetensi bagi pekerjaan tertentu, dan bagaimana tingkatan tersebut diterjemahkan menjadi keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Manajemen dapat melakukan pencarian talent-talent atau bakat karyawannya
dan
mengembangkannya
melalui
training
baik
diselenggarakan oleh internal maupun eksternal. c)
Partisipasi Dewan Komisaris Dewan Komisaris berperan penting dalam tata kelola koperasi yang
efektif karena memikul tanggung jawab akhir untuk memastikan bahwa manajemen telah mengimplementasikan pengendalian internal dan proses pelaporan yang layak. Dewan komisaris yang efektif independen dengan manajemen, dan para anggotanya terus meneliti dan terlibat dalam aktivitas manajemen.
Meskipun
mendelegasikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tanggung
jawabnya
atas
38
pengendalian internal kepada manajemen, dewan harus secara teratur menilai pengendalian tersebut. Selain itu, dewan yang aktif dan objektif sering kali juga dapat mengurangi kemungkinan bahwa manajemen mengesampingkan pengendalian yang ada. Sebagai contohnya adalah: Dewan komisaris memberikan wewenang dalam pembuatan dan penerapan SOP kepada departemen compliance. Setiap SOP yang dibuat dan diterapkan oleh bagian compliance hendaklah di review kembali oleh dewan komisaris setiap tahunnya, apakah masih relevan atau harus ditingkatkan atau diperbaharui?, hal ini dapat mengurangi kemungkinan Manajemen, melalui aktivitasnya, memberikan isyarat yang jelas kepada para karyawan tentang pentingnya pengendalian internal. Contoh : terkait dengan penelitian ini adalah apakah manajemen mengambil risiko yang sangat besar atau justru menghindari risiko itu dengan memberikan toleransi setiap pelaku pembuatan fake invoice? d)
Filosopi dan Gaya Operasi Manajemen Manajemen, melalui aktivitasnya, memberikan isyarat yang jelas kepada para karyawan tentang pentingnya pengendalian internal. Contoh : terkait dengan penelitian ini adalah apakah manajemen mengambil risiko yang sangat besar atau justru menghindari risiko itu dengan memberikan toleransi setiap pelaku pembuatan fake invoice?.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
e)
Struktur Organisasi Sturktur
organisasional
entitas
menentukan
garis-garis
tanggung jawab dan kewenangan yang ada. Dengan memahami struktur organisasi sebuah perusahaan dapat dilihat dan diketahui unsur-unsur fungsional tersebut sehingga pengendalian dapat diimplementasikan. f)
Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia Aspek paling penting dari pengendalian internal adalah personil.
Orang-orang yang tidak kompeten atau tidak jujur bisa merusak systemmeskipun ada banyak pengendalian yang diterapkan. Orang-orang yang jujur dan efisien mampu mencapai kinerja yang tinggi meskipun hanya ada segelintir pengendalian yang lain untuk mendukung mereka. Akan tetapi orang-orang yang kompeten dan terpercaya sekalipun bisa saja memiliki kekurangan. Sebagai contoh mereka dapat menjadi bosan atau tidak puas, masalah pribadi dapat mengganggu kinerja mereka, atau sasarannya mungkin berubah. Karena pentingnya personil yang kompeten dan terpercaya dalam mengadakan pengendalian yang efektif, metode untuk mengangkat, mengevaluasi, melatih, mempromosikan, dan memberi kompensasi kepada personil itu merupakan bagian yang penting dari pengendalian internal.manajemen mengesampingkan pengendalian yang ada.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
2) Penilaian Risiko (Risk Assessment) Menurut IIA-PFF (1999), risiko dinilai dalam rangka untuk menentukan kemungkinan suatu peristiwa yang terjadi, dampak dan tingkat toleransi risiko. Dalam rangka untuk menentukan apakah menajemen risiko yang efektif, informasi risiko yang relevan harus ditangkap dan dikomunikasikan secara tepat waktu di seluruh organisasi, yang memungkinkan staf, manajemen dan dewan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka. Sebagai contoh peristiwa yang mungkin terjadi adalah jika suatu perusahaan sering menerima tagihan karena banyaknya
jenis
invoice,
maka
perusahaan
harus
menyelenggarakan
pengendalian yang memadai untuk mengatasi risiko salah penagihan atau adanya fake invoice. Demikian pula kegagalan untuk memenuhi tujuan sebelumnya, mutu personil, penyebaran geografis perusahaan, signifikansi dan kompleksitas proses bisnins inti, pengenalan teknologi yang baru dan pesaing baru, semuanya merupakan contoh faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko. Setelah mengidentifikasi risiko, manajemen mengestimasi signifikan risiko itu, menilai kemungkinan terjadinya risiko itu, dan mengembangkan tindakan khusus yang diperlukan untuk mengurangi risiko itu ketingkat yang dapat diterima. 3) Kegiatan Pengendalian (Control Activities) Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur, selain yang sudah termasuk dalam empat komponen lainnya, yang membantu memastikan bahwa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menangani risiko guna mencapai tujuan entitas. Aktivitas pengendalian umum nya dibagi lima jenis berikut ini: 1)
Pemisahan Tugas Ada empat pedoman umum menyangkut pemisahan tugas yang memadai untuk mencegah baik kecurangan maupun kekeliruan: a) Pemisahan penyimpanan aset dari akuntansi untuk melindungi perusahaan dari penyelewengan, seseorang yang ditugaskan menyimpan aset secara permanen ataupun temporer tidak boleh mencatat aset itu. Jika satu orang dibiarkan melaksanakan kedua fungsi tersebut , resiko bahwa orang itu mengeluarkan aset demi keuntungan pribadi dan menyesuaikan catatan untuk menutupi pencurian itu akan meningkat. Jika kasir, misalnya,menerima uang tunai dan bertanggung jawab atas entri data penerimaan kas serta penjualan, orang itu bisa saja mengantongi uang tunai yang diterima dan menyesuaikan akun pelanggan dengan tidak mencatat penjualan atau dengan mencatat kredit fiktif ke akun itu. b) Pemisahan otorisasi transaksi dari penyimpanan aset terkait sebaiknya, orang yang mengotorisasi transaksi tidak boleh memegang
kendali
atas
aset
terkait,
untuk
mengurangi
kemungkinan terjadinya penyelewengan. Sebagai contoh, ornag
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
yang sama tidak boleh mengotorisasi pembayaran faktur vendor dan juga menandatangani cek pembayaran tagihan itu. c) Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pencatatan untuk memastikan bahwa informasi tidak bias, pencatatan biasanya dimasukan dalam departemen terpisah dibawah kontroler. Sebagai contoh, jika setiap departemen atau divisi menyiapkan catatan dan laporannya sendiri, departemen atau divisi itu bisa saja mengubah hasilnya untuk memperbaiki kinerja yang dilaporkan. d) Pemisahan tugas TI dari departemen pemakai apabila tingkat kompleksitas
sistem
TI
meningkat,
pemisahan
otorisasi,
pencatatan, dan penyimpanan sering kali menjadi tidak jelas. Sebagai contoh, agen penjualan boleh memasukkan pesanan pelanggan secara online. Komputer mengotorisasi penjualan itu berdasarkan perbandingan batas kredit pelanggan dengan file induk, lalu membukukan semua penjualan yang disetujui ke dalam jurnal siklus penjualan. Karena itu komputer memainkan peran yang penting dalam mengotorisasi dan mencatat transaksi penjualan. Untuk mengimbangi tumpang tindih tugas ini, perusahaan harus memisahkan fungsi-fungsi utama yang terkait dengan TI dari fungsi-fungsi kunci departemen pemakai. Dalam contoh ini, tanggung jawab untuk merancang dan mengendalikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
program perangkat lunak akuntansi yang memuat pengendalian otorisasi serta posting penjualan harus berada dalam kewenangan TI, sedangkan kemampuan untuk memperbarui informasi dalam file induk batas kredit pelanggan harus berada di departemen kredit perusahaan di luar fungsi TI. 2)
Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas Agar pengendalian berjalan dengan baik, setiap transaksi harus diotorisasi dengan tepat. Jika setiap orang dalam suatu organisasi bisa memperoleh atau menggunakan aktiva seenaknya, hal itu akan menimbulkan kekacauan. Otorisasi dapat bersifat umum atau khusus. Dengan otorisasi umum, manajemen menetapkan kebijakan, dan para bawahan diinstruksikan untuk menginplementasikan otorisasi umum tersebut dengan menyetujui semua transaksi dalam batas yang ditetapkan oleh kebijakan itu. Contoh keputusan otorisasi umum termasuk dikeluarkannya peraturan pembatasan biaya makan, bensin ataupun biaya perjalanan dinas. Otorisasi khusus (specific authorization) berlaku untuk transaksi individual.
Untuk
transaksi
tertentu
manajemen
memilih
mengotorisasi setiap transaksi. Contohnya adalah otorisasi transaksi klaim reiumbersement pembayaran perjalanan dinas oleh área manajer untuk melakukan approvalnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Perbedaan antara otorisasi dan persetujuan juga merupakan hal yang penting. Otorisasi adalah keputusan kebijakan, entah untuk kelas transaksi umum ataupun transaksi khusus. Persetujuan adalah implementasi dari keputusan otorisasi umum manajemen. Contoh otorisasi umum adalah penetapan kebijakan yang mengotorisasi limit pengajuan klaim makan atau klain bensin untuk transportasi perjalanan dinas oleh Complaince Manager. Jika suatu departemen mengajukan klaim, maka área manager akan menyetujui melalui sistem dan persetujuan tersebut untuk menunjukkan bahwa kebijakan otorisasi telah dipenuhi. Dalam kasus lainnya, komputer menyetujui transaksi berdasarkan approval dari área manager dan melanjutkan kebagian finance untuk dilakukan approval lebih lanjut dengan membandingkan kuitansi yang ada dan nominal pengajuan klaimnya kemudian setelah finance melakukan persetujuan, sistem akan secara otomatis akan melakukan pembayaran. Dalam hal ini, komputer melakukan fungsi persetujuan dengan menggunakan informasi yang telah diotorisasi sebelumnya yang ada dalan file induk. 3)
Dokumen dan catatan yang memadai Dokumen dan catatan adalah objek fisik di mana transaksi akan dicantumkan serta diikhtisarkan. Dokumen dan catatan meliputi berbagai ítem seperti invoice, pesanan pembelian, jurnal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
account payble, dan travel request atau persetujuan sebelum melakukan perjalanan dinas. Banyak dari dokumen tersebut dan catatan tersebut diselenggarakan dalam format elektronik bukan format kertas. 4)
Pengendalian fisik atas aset dan catatan Penyelenggaraan pengendalian internal yang memadai, aset dan catatan harus dilindungi. Jika dibiarkan tidak terlindungi, aset itu bisa dicuri. Jika terlindungi secara memadai, catatan bisa dicuri, rusak, atau hilang yang dapat sangat mengganggu proses akuntansi dan operasi bisnis. Jika suatu perusahaan sangat terkomputerisasi, peralatan komputer, program, dan file datanya harus dilindungi. File data adalah catatan perusahaan dan jika rusak, rekonstruksinya bisa sangat mahal atau bahkan mustahil.
5)
Pemeriksaan kinerja secara independen Kategori dari aktivitas pengendalian adalah review yang cermat dan berkelanjutan atas empat hal lainnya, yang sering kali disebut pemeriksaan independen (independent checks) atau verifikasi internal. Kebutuhan akan pemeriksaan independen timbul karena pengendalian internal cenderung berubah seiring dengan berlalunya waktu, kecuali review sering dilakukan. Personil mungkin telah melupakan atau sengaja tidak mengikuti prosedur, atau mereka mungkin ceroboh kecuali ada yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
mengamati dan mengevaluasi kinerjanya. Tanpa menghiraukan kualitas pengendalian, personil bisa berbuat keliru atau melakukan kecurangan. 4) Informasi dan Komunikasi Sistem
informasi
dan
komunikasi
akuntansi
mempunyai
beberapa
subkomponen, yang biasanya terdiri atas kelas-kelas transaksi seperti office supplies, meals, transportation dan lain sebagainya. Tujuan sistem informasi dan akuntansi entitas adalah untuk memulai, mencatat, memroses dan melaporkan transaksi yang dilakukan entitas itu serta memeprtahankan akuntabilitas aset terkait. Sistem informasi dan komunikasi akuntansi mempunyai beberapa subkomponen, yang biasanya terdiri atas kelas-kelas transaksi seperti penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, akuisisi, dan sebagainya. 5) Pemantauan (monitoring) Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu pengendalian internal secara berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk menentukan pengendalian itu telah beroperasi seperti yang diharapkan. Salah satu bentuk pemantauan adalah dengan dilakukannya pemeriksaan silang (cross check). Pemeriksaan silang bisa berupa verifikasi data pada lingkup lain yang terkait atau wawancara dengan orang sebelumnya. Contohnya adalah: pemeriksaan silang terhadap suatu kuitansi yang mencurigakan yang menyangkut pembelian yaitu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
karywan kepada penjual atau vendor. Maka kita dapat melakukan pengendalian internal dengan menelephon vendor tersebut mengenai keabsahan invoice. Dari kelima komponen pengendalian internal tersebut diatas, maka dapat diberikan kesimpulan dengan menggunakan gambar sebagai berikut ini.
Gambar 2.3 Komponen Pengendalian Internal Sumber: Coso 1992 Pengendalian internal yang baik, diiringi juga dengan penerapan etika bisnis dan etika karyawan yang diterapkan di PT. XYZ dalam menjalankan setiap usaha bisnis untuk melayani konsumen maupun dalam menjalin kerjasama dengan lingkungan internal maupun eksternal. 9.2. Tujuan pengendalian Internal Arens et.al, (2015:340) mengatakan bahwa pengendalian internal sangat penting dalam pengendalian yang efektif bagi manajemen dalam rangka memenuhi: 1) Reliability of Financial Reporting
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Manajemen bertanggung jawab menyiapkan laporan keuangan baik bagi kepentingan pihak internal maupun pihak eksternal. Manajemen berkewajiban baik secara hukum maupun professional untuk menjamin bahwa informasi telah disajikan dengan standar pelaporan yang telah ditetapkan.
Informasi yang disajikan harus
sesuai dengan kondisi yang ada. 2) Efesiensi dan efektivitas operasi Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaransasaran perusahaan. Tujuan penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan non keuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan. 3) Compliance with applicable laws and regulations Section
404
mengharuskan
semua
perusahaan
publik
mengeluarkan laporan tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Selain mematuhi ketentuan hukum dalam section 404, organisasi-organisasi publik, non publik dan nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan. Peraturanperaturan atau hukum yang berkaitan dengan keadaan perusahaan harus ditaati dan dilaksanakan. Hal ini menyangkut aktivitas perusahaan dalam mengelola usahanya bagi kebutuhan masyarakat luas. Aturan yang berkaitan dengan perusahaan adalah : undang-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
undang lingkungan hidup, undang-undang peruburuhan, undangundang perpajakaan, termasuk juga peraturan tentang tata kerja perusahaan. 9.2. Manfaat pengendalian Internal Menurut Tunggal (2013) mengungkapkan bahwa filosofi manajemen modern memandang pengendalian sebagai bantuan, bukan penyempitan ruang gerak. Filosofi tersebut memandang pengendalian sebagai sebuah sarana mengintegrasikan pribadi dan tujuan perusahaan untuk membantu karywan mencapai sasarannya. Filosofi tersebut menyarankan agar orang yang dikendali juga membantu merencanakan pengendalian. Jadi pengendalian dipandang sebagai alat ukur seseorang menentukan apakah standar telah dicapai, apakah seseorang telah menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian pengendalian menjadi sarana mengendalikan diri sendiri. Sarana pengendalian tersebut digunakan untuk mendorong individu meningkatkan kinerja mereka tidak hanya puas dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Dipandang dari sudut pandang yang sempit pun, pengendalian tetap bermanfaat. Pengendalian dapat memusnahkan godaan untuk melakukan kecurangan. Contohnya, kita ketahuan melakukan penyelewangan dana, adanya kesempatan dan anggapan bahwa penyelewengan adalah hal yang biasa dikarenakan dengan adanya kebutuhan yang berlebihan. Manajemen tidak dapat berbuat banyak atas apa yang dianggap kebutuhan yang memadai oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
karyawan. Tetapi dengan pengendalian yang memadai, kesempatan atau godaan untuk melakukan penyelewengan bisa dikurangi atau dihilangkan. Manfaat pengendalian lainnya muncul dari teori agensi untuk manajemen. Manajer, sebagai agen dari pemilik, bertanggung jawab kepada pemilik. Mereka harus dapat membuktikan bahwa mereka telah menggunakan sumber daya yang telah dipercayakan kepada mereka dengan sebaik-baiknya. Dengan menerapkan pengendalian yang tepat, manajer sebagai agen dapat memberikan keyakinan yang memadai kepada pemilik mengenai pengelolaan perusahaan yang telah dijalankan. 10. Kode Etik (Code of Conduct) Etika, dalam bahasa latin "ethica", berarti falsafah moral. Etika merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang budaya, susila serta agama. Sedangkan menurut Keraf (1998), etika secara harfiah berasal dari kata Yunani ethos (jamaknya: ta etha), yang artinya sama persis dengan moralitas, yaitu adat kebiasaan yang baik. Adat kebiasaan yang baik ini lalu menjadi sistem nilai yang berfungsi sebagai pedoman dan tolak ukur tingkah laku yang baik dan buruk. Socrates menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tindakan etis adalah tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Benar dari sisi cara, teknik, prosedur, maupun dari sisi tujuan yang akan dicapai (Syafruddin, 2005). Dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
praktik hidup sehari-hari, teoritisi di bidang etika menjelaskan bahwa dalam kenyataannya, ada dua pendekatan mengenai etika ini, yaitu pendekatan deontological dan pendekatan teleological. Pada pendekatan deontological, perhatian dan fokus perilaku dan tindakan manusia lebih pada bagaimana orang melakukan usaha (ikhtiar) dengan sebaik-baiknya dan mendasarkan pada nilainilai kebenaran untuk mencapai tujuannya. Pada pendekatan teleological, perhatian dan fokus perilaku dan tindakan manusia lebih pada bagaimana mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya, dengan kurang memperhatikan apakah cara, teknik, ataupun prosedur yang dilakukan benar atau salah (Syafruddin, 2005). Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang (Munawir, 1997). Etika sangat erat kaitannya dengan hubungan yang mendasar antar manusia dan berfungsi untuk mengarahkan perilaku bermoral. Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki individu sebagai anggota kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan kelompoknya serta loyalitas pada kelompoknya (Sukamto, 1991) Istilah etika jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), memiliki tiga arti, yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
disimpulkan bahwa etika merupakan seperangkat aturan/norma/pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan
yang
dianut
oleh
sekelompok/segolongan
manusia/masyarakat/profesi. Bisnis ialah tindakan seseorang atau kelompok orang untuk mencari keuntungan. Etika bisnis ialah tindakan seseorang atau kelompok orang yang mencari keuntungan. Bertens (2000:5) menjelaskan etika bisnis ialah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Akuntansi karena merupakan bagian dari elemen pendukung ekonomi dan bisnis, sangat membutuhkan etika dalam kegiatannya. Magnis Suseno (1983:14) menegaskan bahwa etika adalah sebuah ilmu, bukan ajaran. Etika adalah ilmu tindakan benar salah dan etika harus dibedakan dengan moral. Moral ialah ajaran sosial yang berasal dari adat-istiadat dan kebudayaan, atau ajaran Agama dari Tuhan. Moral membicarakan baik atau buruk suatu tindakan yang telah memiliki sumber yang jelas. Moralitas haruslah diperkenalkan sebagai faktor diluar motif keuntungan atau hukum standar. Hal-hal yang tidak diatur dalam hukum akan diatur oleh moral ataupun norma. Seringkali secara hukum belum diatur namun sudah menjadi adat-istiadat ataupun norma dalam kehidupan masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Banyak filsuf yang menulis etika bisnis dan diekspresikan sangat jelas dalam esai etika bisnis terkenal berikut ini: “perilaku etis yang layak terletak di atas hukum hukum hanya menspesifikasi standar ukuran perilaku umum yang paling rendah, yang bias diterima. (Gene Laczniak, “Business Ethics: Amanager’s primer”, 1983).
Etika dipandang sebagai cabang dari ilmu filsafat sehubungan dengan nilai dari perilaku manusia dengan memandang pada tindakan yang benar dan salah serta benar dan buruknya motif dan tujuannya. Dari beberapa studi yang dilakukan, ada beberapa pendekatan penting mengenai etika, yaitu: 1) Prinsip Imperatif – Kewajiban tidak berkondisi di mana semua orang sadar akan adanya peraturan dan setuju untuk mengikuti peraturan tersebut. 2) Prinsip Utilitarian – menyarankan bahwa masalah etika harus diselesaikan dengan mengukur dari sisi konsekuensi baik dan konsekuensi buruknya 3) Prinsip generalisasi – Jika semua orang bertindak dalam lingkuangan yang sama dan bertindak dengan cara tertentu sementara akibatnya tidak sesuai dengan yang diharapkan maka tidak ada kewajiban untuk bertindak dengan cara tersebut. Menurut Brooks (2007), kode etik yang ditetapkan oleh IFAC memberikan perlakuan terkini tentang ketentuan yang berkaitan dengan independensi dan konflik kepentingan. Oleh karena misi IFAC adalah melakukan harmonisasi standar di antara Negara-negara anggota IFAC dimasa mendatang, maka sangat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
pantas bila kode etik IFAC ini mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Indonesia sendiri melalui organisasi profesi IAI telah mencanangkan tekadnya untuk mengadopsi standar teknis dan kode etik yang ditetapkan oleh IFAC selambat-lambatnya tahun 2012. Untuk lebih memahami kode etik yang diterapkan oleh IFAC ini, maka Brooks (2007) memberikan pendekatan cara memahami filosofi kode etik IFAC sbb: 1) Memahami struktur kode etik 2) Memahami kerangka dasar kode etik untuk melakukan penilaian yang bijak 3) Proses manajemen independensi pikiran (Independence in mind) dan penampilan (independence in appearance) 4) Pengamanan untuk mengurangi risiko situasi konflik kepentingan Pendekatan filosfi kode etik tersebut diatas, diterapkan juga di PT. XYZ dengan tujuan untuk menjaga integritas dan meningkatkan sistem pengendalian internal untuk mencegah terjadinya fraud. 11. Fake Invoice Kata “fake” dalam kamus bahasa Inggris yang berarti Palsu dan Invoice menurut kamus standar Akuntansi adalah Suatu dokumen yang dibuat sebagai bukti pendukung penjualan (faktur penjualan) dan pendukung pembelian (faktur pembelian). Dalam invoice tersebut tercantum nama, alamat pembeli atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
penjual, syarat-syarat, nama barang uraian barang, harga. Invoice ini biasanya terdiri dari beberapa rangkap, biasanya satu lembar untuk pembeli dan lembar lainnya sebagai dokumen asal bagi penjual. (Ardiyos, 2016). Fake Invoice adalah faktur palsu atau bukan asli. Tindakan pembuatan Fake Invoice yang dilakukan oleh oknum karyawan adalah merupakan salah satu tindakan Fraud. Kata “fraud” berasal dari sebuah kata dalam bahasa latin, “fraus” yang memiliki banyak makna, namun semuanya merujuk pada konsep “bahaya”, “pelanggaran” dan “penipuan”. Kata benda “fraus” ini dapat diubah menjadi kata sifat yaitu “fraudulentus” (Silvestron, 2007). Berikut ditemukan definisi kecurangan menurut beberapa ahli yang berkecimpung baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta. Dalam Black’s Law Dictionary, atau kamus hukum yang paling popular di Amerika Serikat, edisi keenam (1990) dengan editor Henry Campbell Black, Fraud didefinisikan yakni: “embracing all multivarious means which human ingenuity can devise, and which are resorted to by one individual to get an advantage over another by false suggestions or suppression of truth and includes all surprise, trick, cumming, or dissembling, and any unfair way which another is cheated”.
Kecurangan mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntangan dari orang lain, dengan saran yang salah satu atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat, licik, atau tersembunyi, dan setiap cara yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu. Bebarapa kasus kecurangan dilakukan oleh individu per individu dan bebarapa kasus lainnya dilakukan individu dengan bekerjasama (kolusi) dengan orang dalam ataupun dengan orang luar yang melewati batasan-batasan sosial antara manajmen perusahaan dengan pegawai perusahaan atau antara orang dalam perusahaan dengan orang luar perusahaan. Sebagai contoh adalah seorang karyawan melakukan perbuatan yang tidak diduga, penuh siasat, licik dengan melakukan pembuatan fake invoice seperti invoice bensin dan parkir, terkadang oknum tersebut tidak melakukan perbuatannya sendiri, dia akan bekerjasama dengan pihak lain baik orang dalam maupun orang luar yang akan berpura-pura sebagai vendor nya atau vendor fiktif dengan mencantumkan nama atau nomor telephon vendor fiktif tersebut. Fraud merupakan perbuatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan merugikan perusahaan. Fraud bukanlah kasus sembarangan dan bukan pula kejadian yang kebetulan. Menurut Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam Tuanakotta (2010), menyebutkan dalam pasal 362 tentang pencurian, fraud berbunyi barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum. Apabila karyawan melakukan pembuatan fake invoice, artinya karyawan tersebut telah mengambil asset perusahaan yang bukan miliknya yaitu dengan pembuatan invoice tersebut, kemudian dilakukan klaim, dan dilakukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
pembayaran, maka karyawan telah menerima yang bukan haknya dan hal ini merupakan tindakan pidana. Secara umum tindakan kecurangan mencakup unsur-unsur sebagai berikut: 1) Terdapat salah saji (misrepresentation). 2) Masa lampau (past) atau sekarang (present). 3) Fakta bersifat material (material fact) 4) Kesengajaan atau tanpa perhitungan (make-knowlingly or recklessly). 5) Dengan maksud (intent) menimbulkan reaksi dari satu pihak.
Tiga faktor pendorong seseorang melakukan kecurangan yang dikenal dengan “fraud triangle” seperti penjelasan teori diatas (Tjahjono et al, 2013) yaitu: a) Incentive Pressure, untuk melakukan kecurangan lebih banyak tergantung kepada kondisi individu, tekanan kecurangan, kebiasaan buruk dan kebiasaan lain yang merugikan. b) Opportunity, untuk melakukan kecurangan tergantung pada kedudukan pelaku
terhadap
objek
kecurangan.
Kesempatan
untuk
melakukan
kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. c) Attitudes Rassionalization, ini terjadi apabila seseorang membangun pembenaran atas kecurangan yang dilakukannya pelaku akan mencari alasan atau pembenaran kecurangan yang dilakukan bukan tindakan kecurangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bahwa tindak kecurangan dapat dicium bau busuknya, tetapi sulit menemukan sumbernya. Banyak kasus tindak kecurangan terbongkar karena adanya orang yang berani “bernyanyi” (whistle blower), membuat pengaduan atau membocorkan informasi. Dalam hal ini peneliti juga mewawancarai Head of Compliance mengenai penemuan-penemuan fraud yang ditemukan oleh BPO. Penemuan-penemuan fraud tersebut merupakan hasil dari pengendalian internal dalam mendeteksi kecurangan. Mendeteksi kecurangan adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindak kecurangan, sekaligus mempersempit ruang gerak para pelaku kecurangan (yaitu ketika pelaku menyadari prakteknya telah diketahui, maka sudah terlambat untuk berkelit). Dan seseorang yang membuat pengaduan atau membocorkan informasi akan dilindungi keselamatannya. B. Penelitian Terdahulu Rujukan penelitian pertama yaitu Hermiyetti (2011) dengan judul Pengaruh tunjangan kinerja, sistem pengendalian internal, kultur organisasi terhadap fraud PNS. Penelitiannya merupakan penelitian eksplanatory untuk mendapatkan kejelasan fenomena yang terjadi secara empiris (real world) dan berusaha untuk mendapatkan jawaban (verificative) hubungan kausalitas antara variabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1995), yakni penelitian ini hanya berlaku pada rumah sakit pemerintah dan swasta di kota Bandung. Periode waktu yang digunakan adalah cross section (sekaran, 2003). Teknik pengumpulan data
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
dengan menggunakan kuesioner. Variable-variable yang akan diukur dalam penelitian ini terkait dengan sikap, pendapat dan persepsi maka tipe skala yang digunakan adalah skala likert. Hasil dari penelitian ini adalah berpengaruh pengendalian
internal
dalam
pencegahan
penyimpangan
dalam
proses
pelelangan. Hasil penelitian ini didukung oleh rujukan penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Oguda Ndege Joseph et al (2015) dengan judul Pengaruh pengendalian internal terhadap deteksi dan pencegahan fraud di kecamatan kota Kakamega. Penelitiannya menggunakan metode purposive sampling digunakan untuk memilih staf treasury sedangkan metode simple random sampling digunakan untuk memilih kepala departmen untuk menanggapi instrument pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Dan penelitian ini menggunakan desain deskriptif survey untuk mengumpulkan data dari responden kunci. Metode ini diterapkan untuk mengumpulkan data dari responden kunci. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara system pengendalian internal dan deteksi penipuan pencegahan di Kecamatan Kakamega. Terdapat perbedaan penelitian sebelumnya dengan rujukan penelitian yang dilakukan oleh Irma martiningtyas Indriyati (2014) mengenai pengaruh komponen pengendalian internal untuk mencegah kecurangan pada perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Hasil penelitiannya adalah pengaruh pengendalian internal mempunyai hubungan negative dengan yang dilakukan PNS. Tabel 2.4 Gap Research Penelitan terdahulu JUDUL NO
NAMA
HASIL PENELITIAN PENELITIAN
1
2
3
Wyana oktaviani, Hendra Gunawan, Harlianto Utomo
Secara Parsial pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kinerja Pengaruh perusahaan dengan pengaruh sebesar pengendalian 54,93%, secara parsial pencegahan internal dalam fraud berpengaruh negative signifikan pencegahan fraud terhadap kinerja perusahaan dengan terhadap kinerja pengaruh sebesar 8,04%, secara perusahaan simultan pengendalian internal dan pencegahan fraud berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
Oguda Ndege Joseph et al, 2015
Effect of Internal Control on Fraud Detection and Prevetion in District Treasuries of Kakamega County
Hermiyetti (2011)
Berpengaruh pengendalian internal dalam pencegahan penyimpangan Pengaruh tunjangan dalam proses pelelangan, dan kinerja, system berpengaruh bahwa risiko pengendalian penyimpangan dalam proses pelelangan internal, kultur datpat ditekan dengan adanya sistem organisasi terhadap pengendalian internal yang baik dan fraud PNS juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak secara langsung terkait dengan model penelitan.
Ada hubungan positif yang signifikan antara system pengendalian internal dan deteksi penipuan dan pencegahan di kas sub-country di Kakamega County
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
4
5
6
7
The Impact Of Internal Control Mechanism on The Operational Efficiency Of Small and Medium Scale Enterprises in Nigeria
Alawiye-Adams Adewale and Bbatunde Afolabi, 2014
Kishore Singh et al, 2013
Tubagus Ismail, 2014
Syaikhul Falah, 2006
Jika mekanisme pengendalian internal industri kecil dan menengah memiliki fungsi yang efektif harus memiliki dampak yang besar pada operasi dan pertumbuhan dari industri skala kecil dan menengah dan hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa manajemen dari industri kecil dan menengah harus memiliki berbagai alat yang tepat dalam meningkatkan dan memperkuat sistem pengendalian internal.
Inti dari temuan penelitian ini adalah Automating Vendor mengotomatisasi analisis data rutin Fraud Detection in meningkatkan produktifitas auditor dan mengurangi waktu yang dibutuhkan Enterprise System untuk mengidentifiasi potensi penipuan, visualisasi membantu mengidentifkasi potensi kegiatan aktivitas pengguna.
Culture Control, Capability and Performance: evidence from creative industriesn in Indonesia
Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan Orientasi Etika terhadap Sensitivitas Etika
Kontrol budaya positif berpengaruh positif pada kemampuan organisasi, kreatifitas memfasilitasi pembentukan inovasi, pada akhirnya kreatifitas organisasi dan inovasi dipengaruhi oleh kinerja usaha kecil dan menengah (UMKM).
Hasil Penelitian menemukan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh terhadap idealisme akan tetapi tidak berpengaruh pada relativisme, diduga karena kurangnya pelatihan standar etika pemeriksaan bagi aparatur. Orientasi etika juga berpengaruh pada sensitivitas etika, khususnya relativisme, sedangkan idealisme tidak signifikan, meskipun uji tanda diterima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
8
9
10
Gustanty Dian dan Amillin, 2014
Peran Integritas Personal sebagai Pemediasi pada Pengaruh Lingkungan Etika Organisasi, Kualitas Pengendalian Internal dan Keadilan Organisasi
Lingkungan Etika Organisasi, Keadilan organisasi dan kualitas pengendalian internal berpengaruh terhadap terjadinya fraud dengan variabel intervening integritas personal.
Chairun Nisak et al, 2013
Sistem Pengendalian Intern dalam Pencegahan fraud pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Kabupaten Bangkalan
Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan Komunikasi dan Pemantauan berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan secara bersama-sama dan parsial.
Irma Martaningtyas Indriyati (2014)
Pengaruh komponen struktur pengendalian internal untuk mencegah kecurangan pada perusahaan
Sistem pengendalian internal mempunyai hubungan negative dengan fraud PNS dan mengetahui bentukbentuk fraud yang dilakukan PNS
Sumber : olahan peneliti, 2016
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah menurut sepengetahuan penulis, belum ada satupun penelitian yang memfokuskan pengaruh pengendalian internal terhadap fake invoice. Dimana salah satu tindakan fraud adalah pembuatan fake invoice yang selalu ditemui pada beberapa transaksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
C. Rerangka Pemikiran Komponen pengendalian internal yang dikemukakan oleh Coso merupakan salah satu alat dalam pencegahan fraud yang dilakukan oleh karyawan dengan membuat fake invoice. Menurut Albrecth (2011) menuliskan penelitiannya dalam buku berjudul Dettering Fraud: The internal Auditor’s perspective. Ia menyatakan bahwa ada dua aspek yang sangat memengaruhi orang melakukan fraud, yakni aspek personal (personal integrity & situational pressure) dan aspek system lingkungan perusahaan (opportunity). Fraud akan rendah ketika integritas personal seseorang tinggi, kemudian system perusahaan baik (opportunity) dan tekanan dari lingkungan untuk melakukan fraud rendah. Magnis Suseno (1983:14) menegaskan bahwa etika adalah sebuah ilmu, bukan ajaran. Etika adalah ilmu tindakan benar salah dan etika harus dibedakan dengan moral. Moral ialah ajaran sosial yang berasal adri adat-istiadat dan kebudayaan, atau ajaran Agama dari Tuhan. Moral membicarakan baik atau buruk suatu tindakan yang telah memiliki sumber yang jelas. Apabila seluruh karyawan menerapkan etika dalam kehidupannya sehari-hari, maka perbuatan melawan hukum dengan membuat fake invoice ataupun kecurangan lainnya dapat di hindari dengan etika yang baik, iman dan taqwa terhadap Tuhan YME.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Berdasarkan teori dan fenomena serta rujukan penelitian, maka rerangka penelitian tulisan ini adalah sebagai berikut: Variable independence /X1(Lingkungan Pengendalian) Variable independence /X 2(Penilaian Risiko) Variable independence /X3(Kegiatan Pengendalian)
Variable Dependent/Y (Fake invoice)
Variable independence /X4(Informasi dan Komunikasi) Variable independence /X5(Pemantauan/monitoring) Variable independence /X6(Code of conducts)
Gambar 2.5 kerangka konseptual penelitian Sumber: olahan penelitian, 2016
Variable
Independence
atau
variabel
bebas
adalah
variable
yang
memengaruhi variabel terikat. Yaitu X1 adalah pengendalian Internal dan X2 adalah Penilaian risiko, X3 adalah Kegiatan Pengendalian, X4 adalah Informasi dan Komunikasi, X5 adalah Pemantauan (monitoring), X6 adalah kode etik (Code Of Conduct) apakah berpengaruh postif atau negative terhadap variable dependence atau variable terikat yaitu Y fake invoice.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
D. Hipotesis Berdasarkan identifikasi masalah, kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Lingkungan Pengendalian terhadap pencegahan fake invoice Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Adewale
dan
Afolabi
(2014)
mengungkapkan bahwa lingkungan pengendalian adalah dasar untuk semua komponen lain dari pengendalian internal. Lingkungan pengendalian dipengaruhi oleh filsafat manajemen, gaya operasi, integritas, etika, nilai-nilai dan komitmen untuk kompetisi. Sebagai dasar dan pondasi suatu organisasi yang mempengaruhi komponen lain harus kuat dan kokoh sehingga keberlangsungan perusahaan tidak rentan dengan risiko yang selalu terjadi dalam aktivitas dan kegiatan sehari-hari, dimana dan kapan saja. Jika lingkungan pengendalian kuat, maka sistem keseluruhan pengendalian internal akan lebih efektif. Joseph et al (2015) menyatakan bahwa lingkungan pengendalian merupakaan gaya suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran pengendalian pada setiap orang yang berada dalam organisasi tersebut. Lingkungan berorgarnisasi yang sehat dan sadar akan adanya pengendalian dapat mencegah tindakan kecurangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Hermiyetti (2011) menyatakan bahwa lingkungan pengendalian yang baik akan meningkatkan pencegahan fraud. Dan Nisak et al (2013) mengungkapkan bahwa pimpinan instansi wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif. Semakin tingginya lingkungan pengendalian, maka semakin tinggi terjadinya pencegahan fraud dan pimpinan yang baik akan selalu memberikan contoh untuk berperilaku positif sehingga lingkungan yang kondusif tercipta dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan meningkat. Perilaku yang positif dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan meningkat, tindakan kecurangan dapat dicegah. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka hipotesis ini adalah: H1 : Terdapat pengaruh antara komponen lingkungan pengendalian terhadap pencegahan fake invoice. 2. Pengaruh Penilaian Risiko terhadap pencegahan fake invoice Joseph et al (2015) menyatakan bahwa risiko dinilai dalam rangka untuk menentukan kemungkinan suatu persitiwa yang terjadi, dampak dan tingkat toleransi risiko. Setelah mengidentifikasi risiko kemudian diklasifikasikan sebagai tinggi, sedang dan rendah. Dengan mengidentifikasi risiko, maka risiko dapat diketahui sedini mungkin dan dapat dicegah timbulnya kecurangan. Nisak et al (2013) menyatakan bahwa penilaian risiko dibutuhkan untuk mendeteksi adanya kemungkinan salah saji yang meterial atau dapat mendeteksi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
kemungkinan adanya transaksi fiktif yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dan menurut penelitian Adewale et al (2014) menyatakan bahwa risiko termasuk kejadian internal dan eksternal atau keadaan yang mungkin terjadi dan mempengaruhi operasi. Salah satu contoh risiko di internal adalah kecurangan dalam hal pembuatan kuitansi palsu dan risiko dari eksternal adalah terdapatnya vendor fiktif. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka hipotesis ini adalah: H2 : Terdapat pengaruh antara komponen penilaian risiko terhadap pencegahan fake invoice. 3. Pengaruh Kegiatan Pengendalian terhadap pencegahan fake invoice Aktivitas ini mencakup persetujuan, tanggung jawab dan kewenangan, mengarahkan, memeriksa, tes dan kontrol karyawan. (Adewale dan Afolabi, 2014). Dalam melakukan aktivitas pengendalian ini, seorang manajer yang mempunyai tanggung jawab terhadap persetujuan transaksi bisnis memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menangani risiko guna mencapai tujuan entitas. Kegiatan pengendalian dilakukan secara rutin untuk setiap transaksi binsis dengan melakukan pencatatan setiap transaksi dan kegiatan yang akurat melalui sistem yang telah disediakan yaitu ERP SAP R/3. Sistem SAP ini memberikan pemisahan otoritas terhadap karyawan yang berbeda-beda disesuaikan dengan posisi dari karyawan tersebut melalui pemisahan user dan password yang berbeda dan dijaga kerahasiaannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
Pemisahan otorisasi tersebut ditujukan untuk menghindari risiko pembayaran fake invoice yang tidak terdeteksi sebelumnya. Menurut
Singh
et
al
(2013)
penipuan
terjadi
karena
penipu
mengeksploitasi kurangnya pengendalian internal dan adanya kesempatan dan kegiatan yang melanggar pemisahan tugas merupakan indikator potensi penipuan dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Hermiyetti (2011) menyatakan bahwa semakin baik kegiatan pengendalian, maka dapat meningkatkan pencegahan fraud. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka hipotesis ini adalah: H3 : Terdapat pengaruh antara komponen kegiatan pengendalian terhadap pencegahan fake invoice. 4. Pengaruh Informasi dan Komunikasi terhadap pencegahan fake invoice Joseph
et
al
(2015)
mengungkapkan
bahwa
Informasi
dapat
dikomunikasikan secara lisan, tertulis, dan elektronik. Sementara komunikasi bersifat verbal dapat disampaikan pada kegiatan yang bersifat sehari-hari, hal yang paling terpenting adalah mendokumentasikan informasi penting. Dokumentasi penting tersebut memberikan catatan yang bersifat permanen dan memungkinkan manajer dan orang lain dapat menelusuri informasi tersebut. Informasi harus dijalankan dan dipastikan kepada seluruh anggota organisasi tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
Adewale dan Afolabi (2014) mengungkapkan bahwa manajer harus mampu memperoleh informasi yang dapat diandalkan untuk membuat keputusan bisnis, menentukan risiko, dan mengkomunikasikan informasi kebijakan dan lainnya kepada mereka yang membutuhkan. Hermiyetti (2011) mengungkapkan bahwa semakin baik informasi dan komunikasi maka akan meningkatkan pencegahan fraud. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka hipotesis ini adalah: H4 : Teradapat pengaruh antara komponen informasi dan komunikasi terhadap pencegahan fake invoice. 5. Pengaruh Pemantauan terhadap pencegahan fake invoice Joseph et al (2015) mengungkapkan bahwa manajemen harus fokus kepada pemantauan dalam upaya menjalankan pengendalian internal dan pencapaian misi organisasi. Pemantauan menjadi paling efektif, ketika semua karyawan memahami misi, tujuan, tingkat toleransi risiko organisasi dan tanggung jawab mereka terhadap kecurangan. Masli et al (2010) dalam Mohaptra et al (2015) menemukan bahwa banyak perusahaan yang berbasis di AS yang menerapkan teknologi pemantauan pengendalian internal memiliki kemungkinan lebih rendah dari salah saji material. Dengan pemantauan secara terus menerus, maka akan mengurangi risiko kecurangan dan kesempatan terjadinya kecurangan. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka hipotesis ini adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
H5 : Terdapat pengaruh antara komponen pemantauan terhadap pencegahan fake invoice. 6. Pengaruh Code Of Conduct terhadap pencegahan fake invoice Pengendalian internal yang mengikuti perkembangan zaman akan memberikan fleksibelitas terhadap bisnis, sehingga selain sistem dan kerangka kerja yang bagus, perilaku seseorang juga mempengaruhi, dimana perilaku tersebut diatur dalam kode etik yang berstandar. Fitria et al (2014) menjelaskan bahwa setiap organisasi bertanggung jawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan secara tertulis dan dapat dijadikan pegangan oleh seluruh pegawai. Pedoman berperilaku yang menjadi pegangan karyawan sebagai petunjuk berperilaku yang baik dan tidak baik sehingga risiko kesalahan dapat diminimaliskan. Kultur tersebut harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika pengelolaan suatu organisasi atau suatu entitas. Nilainilai luhur tersebut akan selalu tertanam dalam setiap aktivitas sehari-hari apabila diterapkan dengan baik sehingga karyawan akan selalu merasa malu dan takut untuk melakukan perilaku menyimpang dan tindakan kecurangan. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka hipotesis ini adalah: H6 : Terdapat pengaruh antara komponen kode etik (code of conduct) terhadap pencegahan fake invoice.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
http://digilib.mercubuana.ac.id/