5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Laba Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT) dan Agency Theory. Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman (1986) adalah : a. The Bonus Plan Hypothesis Perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. b. The debt to equity hypothesis (Debt Covenant Hypotesis) Perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.
6
c. The political cost Hypothesis ( Size Hypothesis) Perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu sematamata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku oportunistik dari agent, yaitu perilaku manejemen untuk memaksimumkan kesejahteraanya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menetapkan metode akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal. Scott (1997) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”. Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.
7
Scott (1997) dalam Halim, Meiden dan Tobing (2005) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (Opportunistic Earning Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient cont racting (effecient Earning Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
2. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Evans (2003) dalam Sudrajat (2010) mengartikan pengungkapan sebagai berikut : Disclosure means supplying information in the financial statements, including the statements themselves, the notes to the statements, and the suppplementary disclosures associated with the statements. It does not extend to public or private statements made by management or information provided outside the financial statements.
8
Secara lebih spesifik, Wolk, Tearney, dan Dodd (2001) dalam Sudrajat (2010) menginterpretasi pengertian pengungkapan sebagai berikut : Broadly interpreted, disclosure is concerned with information in both the financial statements adn supplementary communications including footnotes, post statement event, management’s discussion and analysis of operations for the fortcoming year, financial and operating forecasts, and additional financial statements covering segmental disclosure and extentions beyond historical cost.
Evans membatasi pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat kabar atu media masa lian serta informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak masuk daam pengertian pengungkapan. Sementara itu, Wolk, Tearney, dan Dodd memasukkan pula statemen keuangan segmental dan statemen yang merefleksi perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan. Keluasan dan kerincian pengungkapan berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi harus diungkapkan yang disebut dengan tingkat pengungkapan (levels of disclosure). Evans (2003) dalam Sudrajat (2010) mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai (adequate disclosure), wajar atau etis (fair or ethical disclosure), dan penuh (full disclosure). Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang harus diungkapkan. Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statemen keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan. Tingkat wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlaukan atau pelayanan informasional yang sama.
9
Artinya, tidak ada satu pihak pun yang kurang mendapat informasi sehingga mereka menjadi pihak yang kurang diuntungkan posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan informasi. Tingkat penuh menuntut secara penuh semua informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan. Keputusan Ketua Bapepam Kep.18/PM/1996 untuk mengukur tingkat pengungkapan laporan tahunan yang relevan dengan kondisi di Indonesia. Peraturan ini menjelaskan ketentuan mengenai bentuk dan isi laporan tahunan yang ditetapkan oleh Bapepam. Hubungan agency yang terjadi antara manajemen dan principal membebankan tanggung jawab kepada manajer untuk melaporkan kinerja perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earnings) yang diinginkan. Standar Akuntansi Keuangan juga memberikan keleluasaan kepada manajer untuk memilih metode akuntansi dalam menyusun laporan keuangan. Deteksi atas kemungkinan dilakukannya manajemen laba dalam laporan keuangan secara umum diteliti melalui penggunaan akrual. Jumlah akrual yang tercermin dalam penghitungan laba terdiri dari discretionary accruals dan nondiscretionary accruals. Nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang terjadi seiring dengan perubahan dari aktivitas perusahaan dan discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari earning manajement yang dilakukan manajer.
10
3. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat manajemen laba yang akan dilakukan perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan karakteristik yang dapat mengklasifikasikan apakah suatu perusahaan termasuk kedalam ukuran kecil, menengah ataupun besar. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi. Semakin besar ukuran perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi. Ukuran perusahaan dinyatakan dalam determinan dari struktur keuangan untuk alasan yang berbeda. Ukuran perusahaan dapat menentukan tigkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal, investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan skala besar. Ukuran perusahaan juga dapat menentukan kekuatan tawar menawar dalam kontrak keuangan, karena perusahaan
besar
dapat
memberikan
penawaran
spesial
yang
lebih
menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Terdapat berbagai proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu jumlah karyawan, total asset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar asset maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin besar penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar
11
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut dikenal oleh masyarakat.
4. Manajemen Laba dan Tingkat Pengungkapan Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Dalam situasi dimana pemgang saham memiliki informasi yang lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba. Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pemegang saham memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Glosten and Milgrom (1985) dalam Halim, Meiden dan Tobing, mengatakan bahwa peningkatan informasi dalam pengungkapan laporan keuangan akan
menurunkan
asimetri
informasi.
Dengan
demikian,
peningkatan
pengungkapan menyebabkan fleksibilitas manajer untuk melakukan manajemen laba akan berkurang karena berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya.
5. Tingkat Pengungkapan dan Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Perusahaan besar yang memiliki laba tinggi cenderung akan melakukan
pengurangan
laba
(income
decreasing)
untuk
menghindari
12
pembayaran pajak yang tinggi. Di sisi lain, perusahaan yang menginginkan publik mempercayai bahwa perusahaan tersebut memiliki performa yang baik akan melakukan peningkatan laba (income increasing) agar para investor tertarik untuk menanamkan modal mereka. Peningkatan laba juga berkaitan dengan leverage yaitu untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang, sehingga mendapatkan penilaian kerja yang baik dari kreditur.
B. Rerangka Penelitian Tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan dipengaruhi oleh banyak hal, baik pengaruh dari dalam perusahaan, maupun pengaruh dari luar perusahaan. Manajer sebagai pembuat laporan tahunan memiliki wewenang atas informasi perusahaan yang dimilikinya, oleh karena itu manajer akan mengambil kebijakan-kebijakan khusus untuk kepentingan perusahaan dan kepentingan dirinya sendiri. Variabel-variabel seperti manajemen laba, leverage dan ukuran perusahaan mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan sebuah perusahaan. Manajemen laba sebagai salah satu wewenang manajer dalam pengungkapkan laba perusahaan, selama masih dalam Standar-standar Akuntansi yang berlaku. Manajemen laba dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan laba, hal ini tergantung dari tujuan yang ingin dicapai oleh manajer. Jika manajemen laba dilakukan, manajer akan mengambil kebijakan atas laporan tahunan, apakah manajer akan membuat tingkat pengungkapan lebih rendah dengan tujuan untuk menyamarkan manajemen laba yang dilakukannya. Atau manajer akan membuat
13
tingkat pengungkapan lebih tinggi dengan tujuan untuk menggunakan laporan tahunan sebagai alat pengkomunikasian. Wewenang manajer lainnya yang disebut asimetri informasi, dapat memilih dan mengganti informasi yang dimilikinya untuk dilaporkan kepada pemegang saham dalam rangka penilaian kinerja. Seorang manajer pasti akan membuat laporan dimana kinerja yang dimilikinya terlihat baik. Hal ini mempengaruhi manajemen laba yang akan dilakukan oleh manajer. Manajer akan memodifikasi laba dengan sedemikian mungkin agar pemegang saham merasa puas dengan kinerja manajer. Tetapi hal sebaliknya dapat terjadi jika pemegang saham sendiri yang meminta untuk memodifikasi agar laba menjadi lebih rendah, kaitannya dengan kewajiban pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. Ukuran
perusahaan
juga
sangat
berpengaruh
terhadap
tingkat
pengungkapan laporan tahunan. Seperti yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa perusahaan besar yang memiliki laba tinggi cenderung akan melakukan
pengurangan
laba
(income
decreasing)
untuk
menghindari
pembayaran pajak yang tinggi, sebaliknya beberapa perusahaan melakukan peningkatan laba (income increasing) untuk menarik para investor. GAMBAR 2.1 SKEMA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL Decretionary Accruals (Y)
Leverage (X1)
Indeks Pengungkapan (Z)
Size (X2)
14
C. Hipotesis H1. Leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat manajemen laba (decretionary accrual) H2. Ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
tingkat
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
tingkat
manajemen laba H3. Ukuran
perusahaan
pengungapan laporan tahunan H4. Manajemen laba memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan.