BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Dalam penelitian ini terdapat beberapa landasan teori yang digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan dependen diantaranya adalah Agency Theory, Signalling Theory, dan Stakeholder Theory. 1. Agency Theory (Teori Keagenan) Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori keagenan adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori keagenan memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Perusahaan merupakan konsep yang menjelaskan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandate kepada pihak lain, yaitu agents, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dalam kepastiannya sebagai keputusan (Sinkey, 1992, Jensen dan Smith, 1984). Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam hubungan keagenan, yaitu: 1) hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik, 2) hubungan keagenan antara manajer dengan kreditur dan 3) hubungan keagenan antara manajer dengan pemerintah. Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan sesuatu dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam hal hubungannya
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah (Purwandari dan Purwanto, 2012). Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan daripada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (Richardson, 1998) dalam Suryani (2010). Menurut Eisenhard (1989) buku teori keagenan dilandasi oleh 3 jenis asumsi yaitu : a.
Asumsi tentang sifat manusia yang memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self-interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan menghindari risiko (risk aversion).
b.
Asumsi tentang keorganisasian yaitu ditandai dengan adanya konflik antar anggota organisasi, efesiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya Information Asymmetry antara principal dan agent.
c.
Asumsi tentang informasi yang memandang bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa teori agensi menggambarkan dua
hubungan antara pemilik dan agent, atau bisa dikatakan pemilik perusahaan dengan manajemen yang saling berkaitan satu sama lain, dalam hal ini pihak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
manajemen yang diberikan wewenang untuk menjalankan operasi perusahaan oleh pemilik yaitu dalam melaksanakan pengungkapan Corporate Social Responsibility untuk memenuhi tuntutan masyarakat. 2. Signalling Theory (Teori Sinyal) Signal atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberikan
petunjuk
bagi
investor
tentang
bagaimana
manajemen
memandang prospek. Signalling Theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut guna memberikan informasi karena terdapat asimetris informasi antara perusahaan dan pihak luar. Kurangnya informasi bagi pihak eksternal menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga rendah untuk perusahaan (Brigham dan Houston, 2011). Teori sinyal dilakukan manajemen perusahaan yang bertujuan untuk memberikan petunjuk atau informasi kepada pemegang saham bagaimana manajemen yang bertugas mengelola perusahaan tersebut memandang kondisi perusahaan dimasa yang akan datang. Manajer memiliki kewajiban dalam memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik sebagai wujud dari tanggung jawab manajer dalam mengelola perusahaan yaitu dengan memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal (Wicaksana, 2012). Perusahaan merupakan teori yang mengatakan bahwa perusahaan yang mengahasilkan profit akan memberikan sinyal profitabilitasnya kepada para
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
investor agar mau menanamkan saham mereka untuk memberikan kompensasi manajemen (Malone et al, 1993 dalam Dibiyantoro, 2011). Laporan tahunan yang memiliki banyak informasi atau semakin tinggi tingkat informasi yang diungkapkan, maka semakin baik dan semakin tinggi profit yang dimiliki. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak diluar perusahaan, terutama pihak investor adalah laporan tahunan dan laporan berkelanjutan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan laporan berkelanjutran sebuah informasi non-keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan masyarakat sekitar perusahaan. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan yakni, variabel CSR, dan rasio- rasio dari laporan keuangan seperti proksi dari variabel Profitabilitas (ROE), Struktur Modal (DER), dan rasio lainnya yang bermandaat bagi investor maupun calon investor sebagai salah satu dasar analisis dalam berinvestasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
3. Stakeholder Theory (Teori Pemegang Saham) Stakeholder ialah kelompok atau individu yang mendapat keuntungan atau kerugian, dan hak-haknya yang dilanggar atau dihargai oleh aktivitas perusahaan. Stakeholder menjadi sangat berpengaruh karena keberlangsungan perusahaan tergantung dari stakeholder. Sedangkan, menurut Ullman (1985) dalam Damayanti (2011) perlu juga mempertimbangkan mengenai the power of stakeholder yang berkaitan dengan postur strategis. Terdapat dua postur strategis yang akan diadopsi oleh perusahaan. Dua postur tersebut yakni active posture dan passive posture. Active posture adalah strategi yang berusaha mempengaruhi hubungan organisasi dengan stakeholder yang dianggap memiliki peranan penting. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak hanya mengidentifikasi stakeholder tetapi juga shareholder yang berpengaruh. Perhatian yang besar terhadap stakeholder akan mengakibatkan tingginya tingkat pengungkapan informasi sosial dan tingginya kinerja sosial perusahaan. Kemudian, strategi yang kedua passive posture cenderung untuk terus menerus mangawasi aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder. Kurangnya perhatian terhadap stakeholder akan berakibat rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan. Pengungkapan CSR ini penting dikarenakan para stakeholder perlu mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana perusahaan melaksanakan peranannya sesuai dengan keinginan stakeholders, sehingga menuntut adanya akuntabilitas perusahaan atas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
kegiatan CSR yang telah dilakukannya. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham Rustiarini (2010) dalam Riswari (2012). Dalam hal ini teori stakeholder dapat di berpengaruh ke pasar harga saham salah satunya di lihat dari variabel dependen yang menggunakan proksi Tobin’s Q. 4. Nilai Perusahaan Menurut Van Home (dikutip Diyah dan Erman, 2009) “Value is respresented by the market of the company’s common stock which in turn, is afunction of firm’s investment, financing and dividen decision”. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral di semua pelaku pasar, harga pasar saham merupakan barometer kinerja perusahaan. Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham, dimana harga saham yang tinggi akan membuat nilai perusahaan juga tinggi Sujoko dan Soebiantoro (2007) dalam Hansen dan Juniarti (2014). Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Menurut Rika dan Ishlahuddin (2008), nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum jika harga perrusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor karena dengan permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan. Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalkan harga saham Kusumadilaga (2010) dalam adinda (2015). Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan Tobin’s Q karena informasi yang diberikan oleh Tobin’s Q, dianggap paling baik, karena dalam rumus Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh asset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bbentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur, Sukamulja (2004) dalam Hansen dan Juniarti (2014). Jadi Perusahaan yang memiliki Tobins Q dengan nilai yang semakin tinggi menunjukkan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan semakin baik, hal ini terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
nilai buku asset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut. Menurut Chung & Pruitt (1994) nilai Tobin’s Q dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: (EMV + D) Q= TA
Keterangan: Q
= nilai perusahaan
EMV (nilai pasar ekuitas) = closing price x jumlah saham yang beredar D
= nilai buku dari total hutang
TA
= Total Aset
5. Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate social responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat maupun masyarakat luas (Untung, 2014). Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Wardoyo dan Veronica (2013) mengatakan bahwa pengungkapan CSR dalam laporan tahunan (annual report) memperkuat citra perusahaan menjadi sebagai salah satu pertimbangan yang diperhatikan investor maupun calon investor dalam memilih tempat investasi karena menganggap bahwa perusahaan tersebut memberikan citra (image) kepada masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Corporate Social Responsibility (CSR) ialah suatu bentuk program tanggung jawab sosial yang harus diterapkan oleh setiap perusahaan agar keberlangsungan perusahaan dapat terjaga. Perusahaan juga tidak hanya dapat terus melakukan kegiatan usahanya namun juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan hidup masyarakat. Pengungkapan corporate responsibility (CSR) dapat diukur dengan menggunakan acuan pada indikator pada indikator GRI (Global Reporting Initiative) sebuah organisasi nirlaba yang mempromosikan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan mendefinisikan CSR sebagai sebuah tanggung jawab dari kinerja organisasi perusahaan kepada stakeholder
internal
maupun
eksternal
untuk
tujuan
pembangunan
berkelanjutan (Sustainbility Reporting Guidelines, 2011). Konsep pelaporan CSR digagas dalam GRI. Dalam GRI Guidelines disebutkan bahwa perusahaan harus menjelaskan dampak aktivitas perusahaan terhadap ekonomi, lingkungan, dan sosial pada bagian standard disclosures. Dibandingkan dengan versi pedoman sebelumnya, G4 memberikan penekanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
lebih besar atas kebutuhan organisasi tentang fokus dalam proses pelaporan dan laporan final, yang berisikan topik-topik yang bersifat material bagi bisnis dan pemangku kepentingan utama perusahaan. Hal ini akan menjadikan laporan tersebut lebih relevan, lebih kredibel, lebih ramah pengguna dan memungkinkan organisasi memberikan informasi lebih baik kepada pasar dan masyarakat mengenai masalah-masalah keberlanjutan (GRI, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman GRI (Global Reporting Initiative) versi 4
atau G4 yang memiliki 3 kategori yaitu ekonomi,
lingkungan, dan sosial serta didalamnya terdiri dari 91 item indikator, yaitu: a. Ekonomi, terdiri dari aspek: kinerja ekonomi, keberadaan pasar, dampak ekonomi tidak langsung dan praktik pengadaan. b. Lingkungan, terdiri dari aspek : bahan, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, efluen dan limbah, produk dan jasa, kepatuhan, transportasi, lainlain, asesmen pemasok atas lingkungan, asesmen mekanisme pengaduan masalah lingkungan. c. Sosial, terdiri dari aspek: 1) Sub kategori: praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, terdiri dari aspek: kepegawaian, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan dan pendidikan, keberagaman dan kesetaraan peluang, kesetaraan remunerasi perempuan dan laki-laki asesmen pemasok terkait
praktik ketenagakerjaan,
pengaduan masalah ketenagakerjaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mekanisme
23
2) Sub kategori: hak asasi manusia, terdiri dari aspek: investasi, non diskriminasi, kebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama, pekerja anak, pekerja paksa atau wajib pajak, praktik pengamanan, hak adat, asesmen pemasok atas hak asasi manusia, mekanisme pengaduan masalah hak asasi manusia. 3) Sub kategori: masyarakat, terdiri dari aspek: masyarakat lokal, anti korupsi, kebijkan publik, praktik monopoli danhasilnya, kepatuhan, asesmen pemasok atas dampak terhadap masyarkat, mekanisme pengaduan dampak terhadap masyarakat. 4) Sub kategori: Tanggung jawab atas produk, terdiri dari
aspek:
kesehatan dan keselamatan karyawan, aspek pelabelan produk dan jasa, aspek komunikasi pemasaran, privasi pelanggan, kepatuhan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholder, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum pengungkapan CSR diukur menggunakan daftar pengungkapan tanggung jawab sosial yaitu dengan memberi skor “0” untuk setiap item yang tidak diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dan memberi skor “1” untuk setiap item yang diungkapkan Sembiring (2005). n CSRIj = K
Keterangan: CSRIJ :
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Index perusahaan j
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
N
:
Jumlah item yang diungkapkan
K
:
Total jumlah item yang diungkapkan
6. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Pengertian yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh Husnan (2001) dalam Suarnami dkk (2014) yang menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada suatu tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Selain itu profitabilitas juga didefinisikan sebagai suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Rasio Profitabilitas terdiri atas dua jenis yaitu, rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan (margin laba kotor dan margin laba bersih), dan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi yaitu return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Dalam mengukur profitabilitas, peneliti menggunakan rasio return on equity (ROE). Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan.
Return
on equity (ROE) sebagai salah satu rasio profitabilitas merupakan indikator yang sangat penting bagi para investor. ROE dibutuhkan investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang berkaitan dengan dividen. Naiknya Rasio ROE dari tahun ke tahun pada perusahaan berarti terjadi adanyakenaikan laba bersih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
dari perusahaan yang bersangkutan. Naiknya laba bersih dapatdijadikan salah satu indikasi bahwa nilai perusahaan juga naik karena naiknya laba bersih sebuah perusahaan yang bersangkutan akan menyebabkan harga saham yang berarti juga mengalami kenaikan dalam nilai perusahaan. Berikut rumus untuk mencari tingkat ROE menurut Hery (2015): Laba Setelah Pajak ROE = Ekuitas Pemegang Saham
7. Struktur Modal Struktur modal merupakan kumpulan dana yang dapat digunakan dandialokasikan oleh perusahaan dimana dana tersebut diperoleh dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi lain mengemukakan struktur modal itu merupakan campuran atau kumpulan dari hutang, saham preferen dan modal sendiri yang digunakan untuk menggalang modal (Brigham dan Houston, 2003) dalam (Rositawati, 2015). Bentuk pembelanjaan yang permanen di dalam mencerminkan keseimbangan di antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri sehingga sering diistilahkan dengan struktur modal. Menurut Kusumajaya (2011), struktur modal merupakan perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri perusahaan. Terkait Teori trade-off muncul dari perdebatan mengenai teori irrelevansi Modigliani-Miller (Frank & Goyal, 2007). Teori trade-off mengemukakan bahwa rasio hutang optimal perusahaan ditentukan oleh tradeoff antara keuntungan dan kerugian dari meminjam, investasi aset perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
dan perencanaan investasi. Perusahaan akan mensubstitusi hutang dengan ekuitas atau ekuitas dengan hutang hingga nilai perusahaan maksimal. Keuntungan menggunakan hutang yaitu berupa tax-shelter effect muncul ketika perusahaan membayar beban bunga hutang maka akan mengurangi pendapatan kena pajak perusahaan sehingga pajak yang dibayarkan perusahaan lebih kecil (tax shield). Perusahaan yang mengikuti teori trade-off akan menentukan target debt to-value ratio dan secara perlahan-lahan akan menuju target tersebut. Target ini ditentukan dengan cara melakukan penyeimbangan antara keuntungan dari pengurangan pajak (debt tax shields) dengan biaya dari kebangkrutan (cost of bankruptcy). Tradeoff model menyatakan
bahwa
struktur
modal
optimal
diperoleh
dengan
menyeimbangkan keuntungan tax shield akibat hutang dengan financial distress cost dan agency cost sehingga keuntungan dan biaya dari hutang saling trade-off satu sama lain (Brigham & Gapenski, 1994). Dalam suatu perusahaan sering kali muncul adanya kenyataan bahwa perusahaan tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang (kewajiban) yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih atau terkadang perusahaan,juga sering tidak memiliki dana untuk membayar kewajibanya tepat waktu. Kasus seperti ini akan sangat mengganggu hubungan baik antara perusahaan dengan para kreditor, atau juga dengan para distributor. Dalam jangka panjang, kasus ini akan berdampak pula kepada pelanggan (konsumen), artinya pada akhir perusahaan akan memperoleh krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang selama ini membantu kelancaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
usahanya (Kasmir, 2012). Struktur modal optimal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka mpanjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri yang dapat diukur melalui Debt Equity Ratio/DER dan Debt Ratio/DR (Martono dan Harjito, 2008). Debt to Equity Ratio atau Rasio Utang terhadap Modal yang digunakan untuk mengukur besarnya rasio utang terhadap modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, berfungsi untuk mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi anatara total utang dengan modal (Hery, 2015). Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang terhadap modal:
Total Liabilities DER = Total Equity 8. Kepemilikan Institusional (Damayanti dan Akhmad, 2013) menerangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya. Investor Institusional sering disebut sebagai investor yang canggih (sophisticated) sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
investor non institusional. Investor institusional diyakini mampu memonitor tindakan manajer dengan lebih baik dibanding dengan investor individual. Kepemilikan institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga keberadaanya memiliki arti penting bagi pemonitoran manajemen.
Dengan adanya monitoring tersebut maka
pemegang saham akan semakin terjamin kemakmurannya, pengaruh kepemilikan institusional yang berperan sebagai agen pengawas ditekan oleh investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal (Permanasari, 2010 dalam Bernandhi, 2013). Beberapa kelebihan dari struktur kepemilikan institusional disebutkan oleh (Permanasari, 2010 dalam Bernandhi, 2013) sebagai berikut : a. Profesionalisme dalam analisis informasi yang berdampak pada keterandalan informasi, b. Motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas perusahaan. Menurut Pengukuran ini mengacu dari penelitian Friend dan Hasbrouk (1988).
Jumlah saham investor Institusi Kep. Konstitusional = X 100% Total Saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
B. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Profitabilitas, Struktur Modal dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Berikut ini merupakan hasil dari beberapa penelitian. Dewi dan Wirajaya (2013) mengungkapkan dengan judul “Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Pada Nilai Perusahaan”. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh struktur modal, profitabilitas dan ukuran perusahaan pada nilai perusahaan manufaktur di BEI periode 20092011. Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam model analisis ini adalah nilai perusahaan dan variabel bebasnya adalah modal (X1), profitabilitas (X2) dan ukuran perusahaan (X3). Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan pada nilai perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Wardoyo dan Theodora Marina Veronica (2013) meneliti pengaruh Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Objek penelitian adalah seluruh perusahaan go public yang berjumlah 29 bank. Berdasarkan kelengkapan data hanya 24 bank yang menjadi sampel dengan periode pengamatan 2008-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, ROA dan ROE
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran dewan komisaris, independensi dewan komisaris, jumlah anggota komite audit dan CSR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Anggraini (2013), dalam penelitian yang berjudul "Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan". Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan Corporate Social Responsibility pengaruh terhadap nilai perusahaan, Suksmana (2015), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada perusahaan LQ-45 yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014)''. Jenis penelitin ini adalah penelitian eksplanatif dengan metode purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian
Octavia
(2012)
berjudul
“Pengaruh
Pengungkapan
Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi” mengatakan bahwa Profitabilitas tidak dapat mempengaruhi nilai perusahaan, Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
mengahsilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan. Pengungkapan Lingkungan terhadap nilai perusahaan berpengaruh positif dan signifikan. Agustine (2014) dalam penelitian berjudul bahwa pengaruh “CSR tehadap nilai perusahaan tidak dapat secara langsung mempengaruhi nilai perusahaan sehingga diperlukan variabel moderating, yaitu presentase dan profitabilitas untuk menguatkan hubungan variabel independen dan dependennya. Penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda. Dengan menggunakan populasi semua perusaan terbuka yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2012, penelitian ini menunjukkan bahwa hasil CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Choi, Kwak, Choe (2010), hubungan empiris antara tanggung jawab social perusahaan (CSR) dan kinerja keuangan perusahaan di Korea menggunakan sampel 1.222 perusahaan tahun selama 2002-2008. Mengukur tanggung jawab social perusahaan kepentingan-tertimbang disarankan oleh Akpinar et al. (2008). Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan return on equity, return on asset, dan Tobins Q. kami menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara kinerja keuangan perusahaan dan indeks CSR pemangku kepentingan berbobot, tetapi tidak indeks CSR sama-tertimbang. Temuan ini kuat untuk spesifikasi alternative model dan beberapa tes tambahan, memberikan bukti yang mendukung teori stakeholder berperan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Young oh, Kyun Chang dan Martynov (2011) berjudul “Pengaruh Kepemilikan pada Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Korea”. Hasil ini menunjukkan signifikan, hubungan positif antara penilaian CSR dan kepemilikan saham oleh manajer puncak hubungan negatif dengan perusahaan wisatawan CSR sementara di luar kepemilikan direktur tidak signifikan. Thanatawee (2014) berjudul “GCG, kepemilikan institusional lokal, kepemilikan institusional asing, struktur kepemilikan”. Hasil menunjukkan Investor institusi lokal berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena memberikan peran pengawasan yang efektif sedangkan investor institusi asing tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan mengambil alih sumber daya perusahaan. Kodongo, Thabang, and Leonard (2014) berjudul “Struktur modal, protability dan firm Nilai: bukti panel rms terdaftar di Kenya” . Hasik ini
menunjukkan
bahwa
Leverage
secara
signifikan
dan
negatif,
mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang terdaftar di Kenya. Namun, leverage tidak berpengaruh pada Tobin's Q proxy kami untuk nilai perusahaan. Kedua, karena kinerja perusahaan bergantung pada hal-hal lain selain hanya struktur modal mereka, kami mengendalikan efek dari variabel lain tersebut dengan memasukkannya ke dalam model kami. Anehnya, aset tangibilitas secara konsisten memiliki hubungan negatif dengan profitabilitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1
Nama Peneliti Variabel (Tahun) Dewi dan Struktur Modal, Wirajaya Profitabilitas, (2013) ukuran perusahaan, terhadap nilai perusahaan.
Media Publikasi
Hasil Penelitian
E-Jurnal Akuntansi, Universitas Udayana, Denpasar : 4(2), 2013. ISSN: 2302
Variabel struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan, profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. ROA berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan sedangkan variabel Kepemilikan Institusi, Kepemilikan Manajemen dan DER tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
2
Hutahuruk (2013)
Kepemilikan Manajemen, kepemilikan Institusi, DER Dan ROA Terhadap Nilai Perusahaan
Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol 3. No 1. 2013.
3
Susanti (2014)
Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, dan CSR terhadap Nilai Perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014). U
4
Wardoyo dan Veronica (2013)
5
Anggraini (2013)
Kepemilikan Manajemen dan variabel CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan . Namun, Kepemilikian Institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Good Corporate Jurnal. Ukuran dewan direksi, ROA Governance, Dinamika dan ROE memiliki pengaruh Corporaate Manajemen. signifikan terhadap nilai Social JDM Vol. 4, perusahaan, sedangkan ukuran Responsibility, No. 2, 2013, dewan komisaris, independensi Kinerja pp: 132-149. dewan komisaris, jumah Keuangan, STIESIA. anggota komite audit dan CSR terhadap Nilai Surabaya tidak memiliki pengaruh Perusahaan signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan Jurnal Kepemilikan manajemen tidak Manajemen, Manajemen berpengaruh signifikan Kepemilikan Binus terhadap nilai perusahaan Institusional, University sedangkan kepemilikan Corporate Social 2013. 2012-2- institusional dan corporate Responsibility, 00628 social responsibility
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
terhadap Nilai Perusahaan 6
Ira Agustine (2014)
CSR, Nilai perusahaan, variabel moderating kepemilikan manajemen dan profitabilitas
Jurnal Ekonomi. UKP.FINEST A Vol. 2, No. 1, (2014) 4247
7
Choi, Kwak, Kinerja Keuangan Choe (2010) peusahaan diukur dengan ROA, ROE dan Tobins Q.
Austrakian Journal of Management, 35930-29131, 2010.
8
Thanatawee (2014)
GCG, kepemilikan institusional lokal, kepemilikan institusional asing, struktur kepemilikan
Asian Journal of Business and Accounting 7(2), 2014. ISSN: 1985–4064.
9
Won Young oh, Young Kyun Chang dan Aleksey Martynov (2011)
Pengaruh sturktur kepemilikan pada tanggung jawab sosial perusahaan di Korea
Journal of Business Ethics 104 (2): 283-297 (2011)
10
Kodongo, Thabang, and Leonard (2014)
Struktur modal, protability dan firm Nilai: bukti panel rms terdaftar di Kenya
MPRA Paper No. 57116. University Library of Munich, Germany.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara serempak CSR, presentase kepemilikan manajemen, profitabilitas, interaksi antara CSR dan presentase kepemilikan manajemen dan interaksi antara CSR dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan Hubungan positif dan signifikan antara kinerja keuangan perusahaan dan indeks CSR pemangku kepentingan berbobot, tetapi tidak indeks CSR samatertimbang. Investor institusi lokal berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena memberikan peran pengawasan yang efektif sedangkan investor institusi asing tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan mengambil alih sumber daya perusahaan Hasil menunjukkan signifikan, hubungan positif antara penilaian CSR dan kepemilikan oleh institusi dan investor asing. Sebaliknya, kepemilikan saham oleh manajer puncak berhubungan negatif dengan perusahaan wisatawan CSR sementara diluar kepemilikan direktur tidak signifikan. Leverage secara signifikan dan negatif, mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang terdaftar di Kenya. Namun, leverage tidak berpengaruh pada Tobin's Q proxy kami
35
April 2014.
Sumber: Data telah diolah oleh penulis
untuk nilai perusahaan. Kedua, karena kinerja perusahaan bergantung pada hal-hal lain selain hanya struktur modal mereka, kami mengendalikan efek dari variabel lain tersebut dengan memasukkannya ke dalam model kami. Anehnya, aset tangibilitas secara konsisten memiliki hubungan negatif dengan profitabilitas.
C. Rerangka Pemikiran Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah CSR, Profitabilitas, Struktur Modal, dan Kepemilikan Institusional sebagai variabel independen. Sedangkan Nilai Perusahaan sebagai variabel dependen. 1. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Corporate Social Responsibilty dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut. Teori Sinyal menyatakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan, sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, serta promosi atau informasi lain
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain Sari (2006) dan Zuhrotun dalam Rahayu (2010). Informasi yang diberikan yaitu mengenai penerapan program CSR perusahaan agar sinyal positif dapat diterima oleh stakeholder yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardoyo dan Veronica (2013) yang menunjukkan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan. Profitabilitas
(profitability)
adalah
kemampuan
perusahaan
memperoleh laba melalui operasional usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian lain juga menyebutkan
bahwa
profitabilitas
(profitability)
menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya
(Mas’ud,
2008).
Perusahaan
yang
memiliki
tingkat
profitabilitas yang tinggi setiap tahunnya, memiliki kecenderungan untuk menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan menggunakan hutang (Kesuma, 2009). Asumsi lain dari Dewi dan Wirajaya (2012) juga menyebutkan bahwa pengungkapan lingkungan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Penelitian mengenai nilai perusahaan telah banyak dilakukan. Setiap penelitian mengindikasikan bahwa dalam pemaparan hubungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
antara struktur modal erat kaitannya dengan nilai perusahaan. Struktur modal menjadi salah satu keputusan keuangan yang kompleks karena berhubungan dengan variabel keputusan keuangan lainnya. Demi mencapai tujuan perusahaan dalam memaksimalkan keuntungan, manajer harus dapat
menilai struktur modal perusahaan dan memahami
hubungannya dengan risiko, hasil/pengembalian dan nilai. Keputusan struktur modal perusahaan yang buruk dapat mengakibatkan biaya modal yang tinggi. Keputusan keuangan yang efektif dapat mengurangi biaya modal dan akan meningkatkan nilai perusahaan. Pemaparan struktur modal kali ini diproyeksikan menggunakan rumus Debt to Equity Ratio di mana semakin besar nilai DER ini, maka jumlah hutang yang mampu dijamin dengan modal sendiri perusahaan semakin kecil. Salah satu aspek yang paling penting dalam penelitian struktur modal adalah perhitungan Debt of Equity Ratio (DER). Teori yang berkaitan dengan Struktur Modal Teori menyangkut struktur modal adalah teori yang menjelaskan kebijakan pendanaan perusahaan utang dan ekuitas untuk memaksimumkan nilai perusahaan yaitu dengan trade-off theory. Penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi dan Wirajaya (2012) membuktikan struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan signifikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Kepemilikan oleh institusi berperan penting dalam hal pengawasan yang lebih optimal kepada manajemen sehingga mampu menekan perilaku oportunistik yang mungkin dilakukan manajer dan dapat memantau pengambilan keputusan perusahaan. Pengawasan tersebut mendorong peningkatan kinerja manajemen dan berdampak positif pada nilai perusahaan. Penelitian Nuraini (2012), menunjukkan bahwa dengan semakin tingginya tingkat kepemilikan institusional sehingga semakin kuat pengawasan eksternal terhadap perusahaan. Adanya kepemilikan institusional yang tinggi akan memicu peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kualitas dan kelangsungan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu mengoptimalisasikan nilai perusahaan. Semakin tingginya kepemilikan institusional maka usaha pengawasan akan lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga perilaku opportunistic manager terhalangi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Anggraini (2013) membuktikan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
D. Hipotesis Dari kerangka pemikiran diatas terlihat bahwa adanya hubungan antara variable independen dan variable dependen yaitu, H1 :
Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
H2 :
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
H3 :
Struktur modal berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
H4 :
Kepemilikan
Institusional
berpengaruh
perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
positif
terhadap
nilai