8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian pustaka 1. Teori Kontrak Karakteristik teori kontrak perusahaan sebagai hubungan hukum (koneksi) dari hubungan kontrak antara pemasok dan konsumen dari faktor produksi. Perusahaan itu ada karena kurangnya biaya individu untuk bertransaksi (atau kontrak) melalui organisasi pusat dari pada melakukannya secara individual (godfrey, 2010 : 361). Dengan adanya perspektif penghubung kontrak terhadap perusahaan teori biaya kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat dan penegak atas kontrak – kontrak ini untuk menurunkan biaya agensi dari konflik kepentingan tertentu. Suatu konflik yang mungkin muncul adalah konflik kepentingan antara pemegang obligasi dan pemegang saham dari perusahaan terhadap utang yang ada. Jadi teori biaya kontrak berasumsi bahwa metode akuntansi dipilih sebagai bagian dari pemaksimalan kesejahteraan. Biaya kontrak mencakup biaya transaksi, biaya agensi, biaya informasi, biaya negosiasi ulang, dan biaya kepailitan. Kaitan teori kontrak dengan penelitian ini adalah hubungan rumah sakit umum dengan konsumen yang memiliki utang dimana konsumen yang memiliki kewajiban untuk membayar utang sesuai kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
2. Teori Perilaku (pragmatik) Salah satu teori perilaku dikemukakan Lohrmann et al (2010), dengan teori perubahan perilaku The Ecology Model of Health Behavior menekankan pada perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh situasi lingkungan sekitar. Pendekatan perubahan perilaku digunakan pada pendekatan perubahan perilaku yang pesan perubahan perilaku di bawa oleh anak didik untuk merubah perilaku orang tua maupun masyarakat. Informasi/ pesan yang diterima di dalam meja studi diharapkan dapat diterima oleh orang tua maupun masyarakat. Informasi/ pesan menjadi keyakinan dan persepsi sebuah kebenaran sehingga terjadi perubahan perilaku pada orang tua atau masyarakat. Perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Kaitan antara teori prilaku dengan penelitian ini adalah pihak konsumen memiliki prilaku yang bermacam-macam dalam memenuhi kewajiban untuk melunasi utang ke rumah sakit umum. Semakin masyarakat memiliki pendidikan yang benar dan pihak rumah sakit melayani dengan baik, maka pasien yang memiliki hutang kepada rumah sakit akan bertanggungjawab untuk melunasinya. 3. Pengertian Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelayanan rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E: 3.1 Rumah Sakit Kelas A Rumah Sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah, rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat. 3.2 Rumah Sakit Kelas B Rumah Sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B. 3.3 Rumah Sakit Kelas C Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat empat macam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan didirikan di setiap kabupaten/kota (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. 3.4 Rumah Sakit Kelas D Rumah Sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga menampung pelayanan yang berasal dari puskesmas. 3.5 Rumah Sakit Kelas E Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus (special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan rumah sakit ibu dan anak. Rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang mempunyai potensi besar menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, terutama yang berasal dari aktivitas medis. Sampah rumah sakit dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sampah medis dan sampah non medis. Untuk menghindari dampak negatif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
terhadap lingkungan perlu adanya langkah-langkah penanganan dan pemantauan lingkungan. 4. Laporan Keuangan Rumah Sakit Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), Laporan Keuangan adalah: “Suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.” (IAI : 2014). Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomik. pertanggungjawaban
manajemen
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil atas
penggunaan
sumber
daya
yang
dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: 1. Aset, 2. Liabiltas 3. Ekuitas 4. Penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian 5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, dan 6. Arus kas Informasi tersebut beserta informasi lain yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan keuangan dalam memprediksi arus kas masa depan entitas dan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Laporan keuangan BLU Rumah Sakit menggunakan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1981/Menkes/Sk/XII/2010 tentang Pedoman Akuntansi Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit, yang memiliki tujuan sebagai berikut: a) Laporan Keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam pengambilan keputusan ekonomi yang rasional, seperti: 1) Pemberi bantuan (donatur); 1. Investor; 2. Kreditur; 3. Otoritas pengawasan; 4. Pemerintah; dan 5. Masyarakat. b) Pihak pengguna laporan keuangan BLU rumah sakit memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai: 1. Jasa yang diberikan oleh BLU rumah sakit dan kemampuan-nya untuk terus memberikan jasa tersebut; dan 2. Cara manajemen BLU rumah sakit melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja mereka. c) Informasi yang bermanfaat dapat disajikan dalam laporan keuangan antara lain, meliputi informasi mengenai : 1. Jumlah dan sifat aset, kewajiban, dan ekuitas BLU rumah sakit;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2. Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat Ekuitas; 3. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan hubungan antara keduanya ; 4. Cara BLU rumah sakit mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya; dan 5. Usaha jasa pelayanan BLU rumah sakit. d) Laporan Keuangan juga merupakan sarana pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Sedangkan komponen laporan keuangan lengkap yang harus disediakan oleh BLU rumah sakit adalah terdiri dari: 1. Neraca; 2. Laporan Aktivitas; 3. Laporan Arus Kas; dan 4. Catatan Atas Laporan Keuangan.
4.1. Neraca Tujuan utama neraca adalah untuk menyediakan informasi tentang posisi keuangan BLU meliputi aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Informasi dalam neraca digunakan bersama-sama dengan informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan lainnya sehingga dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk menilai: a) Kemampuan BLU rumah sakit dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan secara berkelanjutan; b) Likuiditas dan solvabilitas; dan c) Kebutuhan pendanaan eksternal.
4.2. Laporan Aktivitas Tujuan
Utama
Laporan
Aktivitas
adalah
menyediakan
informasi mengenai: i. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat ekuitas; ii. Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; dan iii. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk: a) Mengevaluasi kinerja BLU rumah sakit dalam suatu periode; b) Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dalam memberikan jasa;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
c) Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajemen BLU rumah sakit; dan d) Menilai rentabilitas.
4.3. Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus kas dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi dalam laporan arus kas digunakan bersama-sama dengan informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan lainnya sehingga dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk menilai: a) kemampuan BLU rumah sakit dalam menghasilkan kas dan setara kas; b) sumber dana BLU rumah sakit; c) penggunaan dana BLU rumah sakit; dan d) kemampuan BLU rumah sakit untuk memperoleh sumber dana serta penggunaannya untuk masa yang akan datang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
4.4. Catatan atas Laporan Keuangan Tujuan utama Catatan atas Laporan Keuangan adalah memberikan penjelasan dan analisis atas informasi yang ada di Neraca, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan informasi tambahan lainnya sehingga para pengguna mendapatkan pemahaman yang paripurna atas laporan keuangan BLU rumah sakit. Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan mencakup antara lain: a) Pendahuluan; b) Kebijakan akuntansi; c) Penjelasan atas pos-pos neraca; d) Penjelasan atas pos-pos laporan aktivitas; e) Penjelasan atas pos-pos laporan arus kas; f) Kewajiban kontinjensi; dan g) Informasi tambahan serta pengungkapan lainnya.
Laporan keuangan BLU rumah sakit disertai dengan lampiran: a) Analisis laporan keuangan yang terdiri dari: Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas, Rasio Rentabilitas; b) Laporan aktivitas yang disajikan secara komparatif antara proyeksi sebagaimana tercantum dalam RBA dengan realisasi periode berjalan; c) BLU rumah sakit dapat menyajikan lampiran lain sesuai kebutuhan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Laporan keuangan harus disusun dalam bahasa Indonesia. Jika laporan keuangan juga disusun dalam bahasa lain selain dari Bahasa Indonesia, maka laporan keuangan dalam bahasa lain tersebut harus memuat informasi dan waktu yang sama (tanggal posisi dan cakupan periode). Selanjutnya laporan keuangan dalam bahasa lain tersebut harus diterbitkan dalam waktu yang sama seperti laporan keuangan dalam Bahasa Indonesia. Serta mata uang yang digunakan memenuhi syarat sebagai berikut: a. Pelaporan harus dinyatakan dalam mata uang rupiah. b. Jika transaksi menggunakan mata uang lain selain dari rupiah, maka laporan tersebut harus dikonversikan dalam mata uang rupiah. c. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. d. Aset dan kewajiban dalam mata uang asing pada tanggal pelaporan disesuaikan nilainya dengan menggunakan kurs pada tanggal pelaporan.
5. Pengertian Pendapatan Menurut PSAK 23 (Revisi 2014), Pendapatan/Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan sebagai kenaikan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambah aset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi pendapatan maupun keuntungan. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti, dn sewa. Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian tertentu. Pengertian pendapatan menurut menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: 955), “Gross inflow of economic benefits during the period arising in the ordinary activities of an entity when those inflows result in increases in equity, other than increases relating to contributions from equity participants”. Yang artinya adalah pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Pendapatan memiliki banyak nama seperti sales, fees, interest, dividends and royalties. Sedangkan menurut Skousen, Stice dan Stice (2010 : 161), “revenues are inflows or other enhancements of assets of an entity or settlements of its liabilities (or a combination of both) from delivering or producing goods, rendering services, or carrying out other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations”. Kalimat tersebut dapat diartikan bahwa pendapatan adalah arus masuk atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa atau melakukan aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama atau aktivitas central yang sedang berlangsung. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah peningkatan asset atau pengurangan liabilities karena aktivitas bisnis perusahaan yang menyebabkan terjadinya perubahan ekuitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Pengertian dan Karakteristik pendapatan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1981/Menkes/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Akuntansi Badan Layanan Umum (Blu) Rumah Sakit, Pendapatan (revenues) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal BLU rumah sakit selama suatu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas. Dan Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus masuk/penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (penyumbang). Dalam definisi penghasilan ini mencakup pendapatan dan keuntungan.
5.1. Dasar Pengaturan Pendapatan a. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) paragraf 92; b. PSAK 12 paragraf 03, 11, 12 dan 13; c. PSAK 23 paragraf 13 dan 19; d. PSAK 39 paragraf 25, 26 dan 31; e. PSAK 57 paragraf 32, 33, 34 dan 35; f. PSAK 105 paragraf 04, 10 dan 11; dan g. PSAK 106 paragraf 04, 05, 09, 11 dan 23; 5.2. Sumbr pendapatan BLU rumah sakit Pendapatan BLU diklasifikasikan ke dalam : a. Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Merupakan pendapatan
yang diperoleh sebagai
imbalan atas
barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat. Pendapatan usaha dari jasa layanan selanjutnya dirinci antara lain, terdiri dari: 1) Pendapatan usaha rawat jalan; 2) Pendapatan usaha rawat darurat; 3) Pendapatan usaha rawat inap. b. Hibah Merupakan pendapatan yang diterima dari masyarakat atau badan lain tanpa adanya kewajiban bagi BLUrumah sakit untuk menyerahkan barang/jasa. c. Pendapatan APBN Merupakan pendapatan yang berasal dari APBN dan tertuang dalam bentuk DIPA BLU rumah sakit untuk membebani operasional maupun kegiatan investasi BLU rumah sakit. d. Pendapatan Usaha Lainnya Merupakan pendapatan yang berasal dari hasil kerjasama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga keuangan, dan lain-lain pendapatan yang tidak berhubungan secara langsung dengan tugas dan fungsi BLU rumah sakit. e. Keuntungan Penjualan Aset Non Lancar Merupakan selisih lebih antara harga jual dengan nilai buku aset non lancar (aset tetap yang sudah tidak dapat dipergunakan untuk kegiatan operasional yang sudah dimasukkan ke dalam aset lain-lain).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
f. Dalam hal aset KSO, investor mencatat penyerahan aset KSO kepada pemilik aset di akhir masa konsesi dengan menghapus seluruh akun yang timbul berkaitan dengan KSO yang bersangkutan. Pemilik aset pada sisi lain, mencatat penyerahan ini sebagai aset dengan mengkredit penghasilan KSO apabila memiliki kepastian tentang adanya manfaat ekonomi dari aset tersebut atau mengkredit penghasilan tangguhan (deferred income) apabila tidak memiliki kepastian yang cukup tentang manfaat ekonomi dari aset tersebut. (PSAK 39 paragraf 25) g. Bila investor melakukan penyerahan aset KSO kepada pemilik aset untuk dioperasikan pada saat aset KSO selesai dibangun, penyerahan ini harus dicatat sebagai hak bagi pendapatan atau penghasilan KSO. Penerimaan kas atau hak atas pendapatan/penghasilan secara periodik dari bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk lain yang timbul dari KSO ini diakui sebagai pendapatan KSO. (PSAK 39 paragraf 26) h. Sehubungan dengan bagian partisipasi (interest) venturer pada Pengendalian Bersama Operasi (PBO), setiap venturer membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangannya masing-masing: 1) Aset yang dikendalikannya sendiri dan kewajiban yang timbul atas aktivitasnya sendiri; dan 2) Beban (expenses) yang terjadi tas aktivitasnya sendiri dan bagiannya (its share) atas pendapatan bersama dari penjualan barang dan jasa oleh joint venture tersebut. (PSAK 12 paragraf 11)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
i. Laporan keuangan tersendiri untuk joint venture wajib disusun apabila jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam jangka panjang. Jenis, bentuk, dan isi laporan keuangan disesuaikan dengan kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktual. (PSAK 12 paragraf 12) j. Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba. Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha atau omset. Sedangkan bedasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (nett profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan dana mudharabah. (PSAK 105 paragraf 11) k. Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas). (PSAK 106 paragraf 9) l. Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah investasi. (PSAK 106 paragraf 11) m. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha untuk para mitra pasif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
diakui sebagai hak pihak para mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban. (PSAK 106 paragraf 23) 5.3. Perlakuan Akuntansi Pendapatan a. Pengakuan Pendapatan 1) Pendapatan usaha dari jasa layanan diakui ketika hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi: a) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal; b) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; c) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan d) Beban yang terjadi untuk transaksi dan untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal; (PSAK 23 Paragraf 19 tentang pendapatan) 2) Pendapatan usaha dari jasa layanan diakui pada saat pelayanan selesai diberikan atau hak untuk menagih timbul sehubungan dengan adanya barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
3) Jika salah satu syarat yang di atas tidak terpenuhi, maka pendapatan jasa layanan tidak diakui tetapi diungkapkan sebagai aset kontijensi. 4) Pendapatan dari APBN diakui pada saat pengeluaran belanja dipertanggungjawabkan dengan diterbitkannya SP2D. 5) Pendapatan hibah berupa barang diakui pada saat hak kepemilikan berpindah. 6) Pendapatan hibah berupa uang diakui pada saat kas diterima oleh BLU rumah sakit. 7) Pendapatan yang berasal dari kerjasama dengan pihak ketiga, antara lain: a) KSO, pendapatan bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk lain diakui pada saat menjadi hak BLU rumah sakit. b) Pengendalian bersama operasi/aset, pendapatan diakui sebesar porsi yang menjadi hak BLU rumah sakit. Porsi mitra yang diterima BLU rumah sakit diakui sebagai kewajiban. c) Mudharabah, pendapatan diakui sebesar porsi yang disepakati dalam perjanjian (akad). Hak pemilik dana (investor) diakui sebagai kewajiban. d) Musyarakah, pendapatan diakui sebesar porsi yang disepakati dalam perjanjian (akad). Hak mitra lain diakui sebagai kewajiban.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
b. Pengukuran Pendapatan 1) Pendapatan usaha dari jasa layanan dan pendapatan usaha lain dicatat sebesar nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. 2) Pendapatan dari APBN dicatat sebesar nilai pengeluaran bruto belanja pada SPM. 3) Pendapatan hibah berupa barang dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. 4) Pendapatan hibah berupa uang dicatat sebesar jumlah kas yang diterima oleh BLU rumah sakit. 5) Pengukuran pendapatan diatas menggunakan azas bruto. c. Penyajian 1) Sehubungan dengan bagian partisipasi (interest) venturer dalam pengendalian bersama aset, setiap venturer membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangan masing-masing: a) Bagiannya (share) atas aset yang dikendalikan bersama, diklasifikasikan menurut sifat dari aset tersebut, bukan sebagai investasi. b) Setiap kewajiban yang menjadi tanggungannya sendiri, misalnya
pinjaman
bank
yang
digunakannya
membebani partisipasinya pada joint venture.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk
27
c) Bagiannya (share) atas setiap kewajiban bersama yang ditanggung bersama oleh para venturer sehubungan dengan joint venture. d) Bagiannya (share) atas output joint venture, dan bagiannya atas beban bersama yang terjadi pada joint venture tersebut. e) Beban yang menjadi tanggungannya sendiri sehubungan dengan partisipasinya dalam joint venture, misalnya pinjaman bank yang digunakannya untuk membebani partisipasinya pada joint venture (PSAK 12 paragraf 16) 2) Sehubungan dengan perjanjian bagi pendapatan/hasil KSO, pengungkapan berikut ini harus dibuat : a) Penghitungan atau penentuan hak bagi pendapatan/hasil KSO; b) Penentuan amortisasi hak bagi pendapatan/hasil KSO; c) Penghitungan (tambahan) beban atau penghasilan KSO yang timbul dari pembayaran bagu pendapatan/hasil KSO. (PSAK 39 paragraf 34) 3) Dari transaksi pada PSAK 39 paragraf 26, pemilik aset mencatat penyerahan tersebut dalam akun aset KSO dengan mengkredit akun kewajiban jangka panjang KSO. Pembayaran periodik kepada investor karena adanya perjanjian KSO ini dicatat sebagai pelunasan utang beserta bunga dan beban atau penghasilan KSO. (PSAK 39 paragraf 27)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
4) Perhitungan bunga untuk transaksi yang termuat dalam PSAK 39 paragraf 26 dan 27 adalah dengan mengacu pada tingkat bunga normal dikalikan dengan sisa kewajiban atau sisa piutang bagi investor. Selisih antara beban bunga (atau penghasilan bunga bagi investor) dan bagian dari kewajiban KSO (atau piutang KSO bagi investor) dari jumlah yang dibayarkan (atau diterima Investor) dimasukkan sebagian penghasilan atau beban KSO. (PSAK 39 paragraf 28) 5) Pendapatan disajikan secara terpisah pada laporan keuangan untuk setiap jenis pendapatan. d. Pengungkapan Rincian jenis pendapatan diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan. 6.
Pengertian piutang Jaminan Pribadi Piutang adalah jumlah yang dapat ditagih dalam bentuk tunai dari
seseorang atau perusahaan lain. Menurut Weygandt, Kieso, & Kimmel (2011: 416), "Piutang sering kali digolongkan menjadi 3 macam yaitu : 1) Piutang usaha : Piutang yang timbul akibat dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30 sampai 60 hari. Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang terbesar yang dimiliki oleh perusahaan. 2) Wesel Tagih : Surat utang formal yang diterbitkan sebagai bentuk pengakuan utang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih antara 60-90
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
hari atau lebih lama serta mewajibkan pihak yang berutang untuk membayar bunga. 3) Piutang Lain-lain : Merupakan piutang yang tidak termasuk dari kedua jenis piutang diatas. Contoh dari piutang lain-lain adalah piutang bunga, piutang karyawan, uang muka karyawan, dan restitusi pajak penghasilan." Pengertian dan Karakteristik piutang menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1981/Menkes/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Akuntansi Badan Layanan Umum (Blu) Rumah Sakit adala sebagai berikut: a. Piutang menurut sumber terjadinya dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu piutang pelayanan dan piutang lain-lain. b. Piutang pelayanan adalah piutang yang timbul karena penyerahan pelayanan (jasa) dalam rangka kegiatan BLU rumah sakit, seperti piutang kepada pasien rawat inap dan rawat jalan. c. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul di luar kegiatan pelayanan medis, yang jumlahnya tidak material, seperti piutang karyawan.
6.1. Dasar Pengaturan Piutang a) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) paragraf 89. b) PSAK 1 paragraf 42. c) PSAK 23 paragraf 19, 28, 29.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
6.2. Penjelasan Piutang BLU rumah sakit a) Piutang merupakan hak yang muncul dari penyerahan pelayanan jasa atau penyerahan uang, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BLU rumah sakit dan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi pembayaran atas jasa yang telah diterimanya atau utangnya setelah
jangka waktu
tertentu
sesuai
dengan
kesepakatan. b) Piutang pelayanan diakui pada saat pelayanan medis telah diberikan tetapi belum menerima pembayaran dari pengguna jasa yang bersangkutan. c) Transaksi piutang memiliki empat karakteristik, sebagai berikut: (1) Adanya pemberian pelayanan atau penyerahan uang; (2) Persetujuan atau kesepakatan berutang; (3) Jangka waktu tertentu; dan (4) Jaminan. d) Jenis piutang pada BLU rumah sakit dikelompokkan menjadi : (1) Piutang pelayanan, antara lain : (a) Piutang Umum/Perorangan (b) Piutang Jaminan : − Piutang Jaminan Pemerintah Pusat − Piutang Jaminan Pemerintah Daerah − Piutang Jaminan Asuransi − Piutang Jaminan BLU rumah sakit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
− Piutang Jaminan Lainnya; (2) Piutang Pelayanan Lainnya. (3) Piutang lain-lain, antara lain : (a) Piutang pegawai/karyawan; (b) Piutang sewa; dan (c) Piutang Lainnya. 6.3. Perlakuan Akuntansi a) Pengakuan (1) Piutang pelayanan diakui pada saat seluruh kondisi berikut ini dipenuhi : (a) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal; (b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; (c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan (d) beban yang terjadi untuk transaksi dan untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal; (2) Piutang lain-lain diakui pada saat jasa sewa telah diberikan kepada penyewa atau uang pinjaman telah diberikan kepada karyawan. Piutang lain-lain diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value) setelah memperhitungkan nilai penyisihan piutang tak tertagih. Contoh piutang lain-lain ; piutang pegawai, pendapatan yang masih harus diterima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
b) Pengukuran (1) Piutang diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value) setelah memperhitungkan nilai penyisihan piutang tak tertagih. (2) Penyisihan kerugian piutang tak tertagih dibentuk sebesar nilai piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih berdasarkan daftar umur piutang atau prosentase dari pendapatan. (3) Penyisihan kerugian piutang dibentuk sebesar nilai piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih berdasarkan data historis masingmasing BLU rumah sakit atau bila tidak ada data pendukung yang memadai dapat menggunakan ketentuan berikut: Piutang Umur Piutang
Cadangan Kerugian
Piutang dengan umur 6-12 bulan
50%
Piutang dengan umur di atas 1 tahun
100%
(4) Penyisihan kerugian piutang ini tidak menggugurkan kewajiban BLU rumah sakit untuk memproses penagihan piutang dan pengajuan usulan penghapusan piutang ke Kementerian Keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (5) Piutang pelayanan yang tidak terbayar atas permintaan penjamin (diskon atau potongan tarif) menjadi beban subsidi pasien. (6) Piutang berkurang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
(7) Piutang yang tidak tertagih dihapusbukukan berdasarkan ketentuan yang berlaku. (8) Apabila piutang yang dihapuskan lebih besar dari penyisihan kerugian piutang yang dicadangkan maka selisihnya diakui sebagai beban penyisihan kerugian pada periode yang bersangkutan. (9) Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapuskan maka diakui sebagai pendapatan lain-lain. c) Penyajian (1) Piutang disajikan pada kelompok pos aset lancar dalam neraca. (2) Piutang pelayanan dan piutang lain-lain disajikan pada pos yang terpisah. (3) Piutang disajikan sebesar jumlah neto, yakni jumlah seluruh tagihan setelah dikurangi dengan penyisihan kerugian piutang. (4) Piutang pelayanan yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun disajikan pada kelompok aset lancar dalam neraca. Sedangkan piutang pelayanan yang jatuh tempo lebih dari satu tahun disajikan dalam kelompok aset non lancar. (5) Piutang pelayanan disajikan sebesar jumlah Neto, yaitu jumlah seluruh tagihan piutang dikurangi dengan penyisihan kerugian piutang. (6) Piutang lain-lain disajikan pada kelompok aset lancar dalam neraca. Sedangkan piutang lain-lain yang jatuh tempo lebih dari satu tahun disajikan dalam kelompok aset non lancar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
(7) Piutang lain-lain disajikan sebesar jumlah neto, yaitu jumlah seluruh tagihan piutang dikurangi dengan penyisihan kerugian piutang. d) Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain sebagai berikut: (1) Rincian jenis dan jumlah piutang; (2) Jumlah piutang dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; (3) Jumlah penyisihan kerugian piutang yang dibentuk; dan (4) Jumlah piutang yang dijadikan agunan pinjaman bank.
6.4. Kebijakan Pengelolaan Piutang Menurut Hery (2013 : 181) Penggolongan piutang berdasarkan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu: a. Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam waktu satu tahun atau siklus usaha normal. b. Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun. c. Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih). d. Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Sejauh
mana
efektivitas
dalam
pengelolaan
piutang
akan
berpengaruh terhadap kinerja atau hasil yang dicapai dalam pengumpulan piutang. Dengan demikian untuk dapat menilai apakah pengelolaan terhadap piutang tersebut sudah berjalan efektif terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. a.
Kebijakan Kredit Pada umumnya bank atau perusahaan dalam mengadakan pengelolaan kredit adalah dengan memperhatikan lima “C” adalah Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition. 1) Character, menunjukkan kemungkinan dari langganan untuk secara jujur dan sanggup berusaha untuk memenuhi kewajibankewajibannya. 2) Capacity, pendapat mengenai kemampuan pelanggan yang diukur melalui record di waktu lalu. 3) Capital, pengukuran dengan melihat analisa rasio finansial perusahaan khususnya ditekankan pada jumlah modal yang dimiliki perusahaan. 4) Collateral, diukur dari aktiva langganan yang diikatkan atau dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada langganan tersebut. 5) Condition, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
mempunyai pengaruh terhadap kemampuan langganan untuk memenuhi kewajiban. b. Kebijakan pengumpulan piutang Kebijakan pengumpulan piutang merupakan prosedur yang harus diikuti dalam mengumpulkan piutang-piutang bilamana sudah jatuh tempo dan keefektifan kebijaksanaan tersebut tergantung kepada jumlah piutang tak tertagih yang ada. Semakin kecil jumlah piutang tak tertagih, maka kebijakan pengumpulan piutang semakin efektif dan sebaliknya. Nama kerugian piutang tersebut tidak semata-mata hanya tergantung oleh kebijaksanaan pengumpulan piutang saja, namun juga kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan penjualan kredit yang diterapkan. Dalam pengumpulan piutang memungkinkan bertambahnya pengeluaran-pengeluaran
untuk
mengumpulkan
piutang
dan
diharapkan dapat menurunkan kerugian piutang dan lama rata-rata pengumpulan piutang. Kelemahan dalam strategi ini disamping memerlukan biaya pengumpulan piutang yang besar, tetapi juga dapat mengakibatkan turunnya volume penjualan. Berikut beberapa teknik pengumpulan berdasarkan atas kebijaksanaan pengumpulan piutang pada setiap perusahaan, yaitu : 1) Melalui Surat Bila mana waktu pembayaran utang dari langganan sudah lewat beberapa hari, tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
perusahaan akan mengirim surat dengan nada mengingatkan. Apabila utang tersebut belum juga dibayar maka akan mengirimkan surat kedua yang nadanya lebih keras. 2) Melalui Telepon Apa bila setelah dikirim surat teguran ternyata utang belum juga dibayar, maka bagian penagihan akan menelepon kepelanggan. Apabila pelanggan dapat memberikan alasan yang dapat diterima maka perusahaan akan memberikan perpanjangan waktu. 3) Kunjungan Personal Dengan cara melakukan kunjungan langsung kepada pelanggan yang bersangkutan dan biasanya teknik ini sangat efektif dalam pengumpulan piutang. 4) Tindakan Yuridis Bila ternyata pelanggan tetap tidak mau membayar utang, maka perusahaan akan melakukan tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan
6.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Piutang. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2008: 85-87) sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
a.
Volume Penjualan Kredit / Jasa. Makin besar proporsi penjualan kredit
dari
keseluruhan
penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dalam hal ini, relevansinya dengan piutang pada administrasi Rumah Sakit adalah pemberian jasa diawal, guna mementingkan kebutuhan masyarakat akan kesehatan. b.
Syarat Pembayaran Penjualan Kredit / Jasa. Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Hampir semua Rumah Sakit dituntut untuk
mengesampingkan urusan pembayaran administrasi dan lebih mengutamakan pelayanan dalam kondisi darurat, sehingga jarang sekali ada syarat ketat dalam pemberian jasa dan cenderung bersifat lunak. c.
Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit / Jasa. Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal yang diberikan kepada para langganannya. Begitu juga dalam hal pemberian jasa layanan kesehatan. Misalnya saja ada batas jumlah tertentu pada nominal jaminan kesehatan yang diterima dari pasien. Makin tinggi nominal uang yang ditetapkan bagi masingmasing
langganan
berarti makin
besar
pula
diinvestasikan dalam piutang. Begitu pula sebaliknya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dana
yang
39
d.
Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai
aktivitas
pengumpulan
piutang,
tetapi
dengan
menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih cepat tertagih,
sehingga
perusahaan.
akan
Sebaliknya,
lebih jika
memperkecil
jumlah
perusahaan
piutang
menggunakan
kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar. e. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan/Pasien. Kebiasaan
para
langganan
untuk
membayar
dengan
menggunakan jaminan kesehatan baik dari pemerintah atau perusahaan tempat mereka bekerja akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar dengan biaya sendiri cenderung mengakibatkan
jumlah piutang
lebih
besar
karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.
6.6. Kerugian Piutang Setiap pemberian jasa memiliki risiko kerugian piutang karena adanya piutang yang tidak tertagih. Ketika piutang usaha menjadi tidak tertagih, suatu perusahaan atau organisasi, termasuk Badan Layanan Umum, membebankan kerugian penghapusan piutang usaha. Kerugian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
ini diakui sebagai biaya dari perusahaan sehingga dikelompokkan sebagai biaya pemberian layanan. Menurut S. Munawir (2007: 258) berpendapat bahwa semakin besar day’s receivable suatu perusahaan semakin besar pula risiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang (allowance for bad debt) berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar (overstated). Risiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu: a. Risiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (piutang). Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang merupakan risiko yang terjadi apabila jumlah risiko kerugian piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganannya yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi karena adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan. b. Risiko tidak dibayarnya sebagian piutang Risiko keterlambatan dalam pelunasan piutang merupakan risiko yang terjadi karena bagian penagihan kurang efektif dalam menagih piutang sehingga menyebabkan keterlambatan dalam penerimaan piutang. Hal ini juga menyebabkan timbulnya tambahan biaya penagihan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semua
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
piutang yang macet maka manajemen perusahaan dapat memberikan sanksi atau denda kepada pelanggan sehingga dapat menekan risiko piutang yang macet. c.
Risiko keterlambatan pelunasan piutang. Risiko tidak diterimanya sebagai piutang merupakan risiko yang dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan kerugian jika jumlah piutangnya berkurang dari yang seharusnya atau kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit. Tentu saja perusahaan tidak akan mendapatkan laba dari hasil pendapatan yang berkurang.
d.
Risiko tidak tertanamnya modal dalam piutang. Risiko tertanamnya modal kerja dalam piutang merupakan risiko yang terjadi karena rendahnya tingkat perputaran piutang, sehingga jumlah modal kerja yang ditanam dalam piutang terlalu besar dan mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif yang akan mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi menurun.
7. Pengertian Biaya Pemeliharaan Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam menghitung beban pokok produksi, biaya menjadi unsur yang paling penting karena apabila suatu perusahaan ingin mendapatkan laba seperti yang diharapkan, maka perusahaan tersebut harus mengalokasikan biaya-biaya yang diharapkan. Berikut ini adalah pengertian biaya menurut beberapa ahli.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat (Carter dan Usry 2014:30). Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2014:14) “Biaya adalah pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayarkan atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.” Baridwan (2011:29) juga menyatakan bahwa biaya adalah aliran keluar atau pemakaian lain aset atau timbulnya utang (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama suatu badan usaha. Pendapat lain juga menyatakan bahwa biaya (cost) diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lain untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan saat ini maupun di masa yang akan datang (Mursyidi, 2010:14). Berdasarkan pengertian biaya menurut beberapa ahli seperti yang telah disebutkan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa biaya adalah suatu pengorbanan ekonomi yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat barang atau jasa. 7.1. Pengklasifikasian Biaya Pada
umumnya,
berbagai
biaya
yang
terjadi
dan
cara
mengklasifikasikan biaya tergantung pada tipe perusahaan atau industri. Biaya perlu diklasifikasikan dengan tujuan untuk memudahkan dalam menghitung beban pokok produksi atau menentukan titik impas penjualan produk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Beberapa pengklasifikasian biaya yang sering dilakukan menurut Mulyadi (2014:14) adalah sebagai berikut: a. Pengolongan biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan. Pada perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu di dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku tersebut yang diolah dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan secara langsung terhadap produk tertentu. Sedangkan biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 2) Biaya Pemasaran Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya pendalaman dinas, biaya gaji manajer pemasaran dan lain-lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
3) Biaya Administrasi dan Umum Merupakan biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya telepon, biaya peralatan kantor dan lain-lain. b. Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan volume kegiatan. Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan volume kegiatan merupakan penggolongan biaya sesuai dengan aktivitas perusahaan terutama untuk tujuan perencanaan, pengendalian serta pengembangan keputusan. Berdasarkan perilakunya terhadap kegiatan perusahaan biaya dapat dikelompokkan menjadi: 1) Biaya tetap (Fixed cost) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Karakteristik biaya tetap adalah: a) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkat tertentu. b) Pada biaya tetap, biaya persatuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya per satuan. 2) Biaya Variabel (Variable cost) Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
volume kegiatan maka semakin tinggi pula total biaya variabel. Elemen biaya variabel ini terdiri atas: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung yang dibayar per buah produk atau per jam, biaya overhead pabrik variabel, biaya pemasaran variable (Ermayanti, 2011).
Karakteristik biaya
variabel
adalah
biaya
persatuan
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. 3) Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai unsur tetap dan variabel di dalamnya. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah minimal untuk menyediakan produk dan jasa. Sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh kegiatan. Karakteristik biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding, biaya akan berbanding terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1981/Menkes/SK/XII/2010 tentang Pedoman Akuntansi Badan Layanan Umum (Blu) Rumah Sakit, Pengertian Dan Karakteristik beban adalah sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
a. Pengertian Beban Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar kas atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengkibatkan penurunan ekuitas. b. Dasar Pengaturan 1) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) paragraf 94 dan 95; dan 2) PSAK 1 paragraf 19. c. Penjelasan Beban BLU rumah sakit diklasifikasikan ke dalam : 1) Beban Layanan Merupakan seluruh Beban yang terkait langsung dalam pelayanan kepada masyarakat antara lain meliputi beban pegawai, beban pemakaian persediaan farmasi/gizi, beban jasa layanan, Beban pemeliharaan, beban daya dan jasa, beban subsidi pasien, beban penyusutan dan beban lain-lain yang berkaitan langsung dengan pelayanan lainnya yang diberikan oleh BLU rumah sakit. 2) Beban Umum dan Administrasi Merupakan beban-beban yang diperlukan untuk administrasi dan beban yang bersifat umum dan tidak terkait secara langsung dengan kegiatan pelayanan BLU rumah sakit. Beban ini antara lain meliputi beban pegawai, beban administrasi perkantoran, beban pemeliharaan, beban langganan daya dan jasa, beban penyusutan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
beban amortisasi, beban promosi, beban premi asuransi, beban penyisihan kerugian piutang dan beban umum dan administrasi lainnya. 3) Beban Lainnya Merupakan beban yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam beban layanan serta beban umum dan administrasi. Beban ini antara lain meliputi beban bunga dan administrasi bank. 4) Rugi Penjualan Aset Non Lancar Merupakan selisih kurang antara harga jual dengan nilai buku aset non lancar yang dijual. 5) Kerugian Penurunan Nilai Merupakan rugi atas penurunan nilai aset tetap sebagaimana diatur pada kebijakan “pengakuan dan pengukuran” aset tetap. 6) Kerugian Lainnya Merupakan rugi yang terjadi diluar kegiatan normal BLU rumah sakit. d. Perlakuan Akuntansi 1) Pengakuan Beban a) Beban diakui pada saat timbulnya beban tersebut sebesar jumlah yang digunakan untuk pelayanan BLU rumah sakit, jumlah yang telah dibayar, jumlah yang harus dibayarkan, jumlah yang diestimasi atau sebesar jumlah yang dialokasikan. Terhadap beban–beban yang tidak dapat diidentifikasikan ke
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
salah satu kelompok beban secara pasti, besarnya proporsi yang dialokasikan ke dalam kelompok beban pelayanan dan beban umum & administrasi sesuai dengan kebijakan masing–masing BLU rumah sakit. b) Beban yang masih harus dibayar, diestimasi atau dialokasikan diakui pada saat penyesuaian di akhir periode pelaporan. 2) Pengukuran Beban dan kerugian dicatat sebesar: a) Jumlah kas yang dibayarkan jika seluruh pengeluaran tersebut dibayar pada periode berjalan; b) Jumlah beban periode berjalan yang harus dibayar pada masa yang akan datang; c) Alokasi sistematis untuk periode berjalan atas beban yang telah dikeluarkan; d) Jumlah kerugian yang terjadi. 3) Penyajian Beban dikelompokkan tersendiri dan disajikan dalam laporan aktivitas sebagai pengurang pendapatan usaha. 4) Pengungkapan a) BLU rumah sakit harus mengungkapkan rincian beban berdasarkan jenisnya dalam catatan atas laporan keuangan. b) Tambahan pengungkapan untuk estimasi dari PSAK 57.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
7.2. Biaya Pemeliharaan Pengertian Biaya pemeliharaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan proses produksi pada suatu perusahaan, karena aktivitas pemeliharaan merupakan salah satu cara menentukan tingkat kelancaran dan efisien produksi untuk menjaga kelangsungan kegiatan produksi dan fasilitas atau peralatan tetap baik. Maka diperlukan kegiatan pemeliharaan perusahan yaitu dengan melakukan kegiatan pengecekan, perbaikan atau reparasi atas kerusakan yang ada serta pengganti yang terdapat pada fasilitas tersebut (Usry et al, 2014 : 33). Dalam BLU rumah sakit, beban pemeliharaan termasuk ke dalam beban umum dan administrasi. 8. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1. Penelitian terdahulu Variabel Penelitian
Metode Analisis
No
Penelitian
1.
Eleonora Account Receivable Analisis Kontuš, M. S. profitabilitas, Anova (2013) income
2.
Kristin L. Reiter, H. Joanna Jiang, and Jia Wang (2014)
Biaya operasi rumah sakit, total pendapatan and beban
Analisis regresi berganda
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian Pengelolaan akun Piutang berdampak langsung terhadap profitabilitas dan pendapatan Persentase yang lebih tinggi dari pasien tidak mampu bayar dan tidak diasuransikan berdampak terhadap rendahnya pendapatan di rumah sakit
50
3.
4.
Ristriani (2005)
Sri Wartini (2006)
Biaya operasional, biaya pemeliharaan, biaya investasi, dan Pendapatan
ROI, Perputaran kas, perputaran piutang, perputaran pesedian likuiditas dan perputaran modal kerja
Analisis regresi berganda
Analisis regresi berganda
Sumber: data diolah, 2017
Terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan oleh manajemen rumah sakit jika ingin rumah sakitnya mampu bersaing dengan yang lain, yaitu biaya operasional, biaya pemeliharaan sebuah rumah sakit dan biaya pengembangan untuk investasi baru rumah sakit yang semuanya diperoleh dari pendapatan rumah sakit tersebut Perputaran kas,perputaran piutang,perputaran persedian likuiditas dan perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap ROI,Hanya rasio hutan yg berpengaruh terhadap ROI
B. Rerangka Pemikiran Rerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Penelitian ini membahas pengaruh piutang jaminan pribadi dan biaya pemeliharaan terhadap pendapatan berdasarkan latar belakang, perumusan masalah tujuan penelitian, yang telah dikemukakan di atas dan dapat ditarik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
sebuah kerangka pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Piutang Jaminan Pribadi Biaya Pemeliharan
H1 2
Pendapatan
H2
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Data diolah, 2017
C. Hipotesis Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Bertolak dari latar belakang, masalah penelitian dan kerangka pemikiran, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah:
1. Pengaruh piutang jaminan pribadi terhadap pendapatan Piutang merupakan elemen neraca yang membentuk informasi semantic kewajiban dan ekuitas atau pos-pos rinciannya. Menurut Keiso (2011, 386), piutang (receivables) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lain. Bagi kebanyakan perusahaan, piutang merupakan pos yang penting karena merupakan bagian aktiva lancar perusahaan yang besar. Perusahaan eceran dan dagang biasanya memiliki piutang 50% sampai 70% dari total aktiva lancar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sementara untuk
52
perusahaan jasa, persentasenya cenderung lebih tinggi (Skousen dan Smith, 2009 : 286). Penagihan piutang dan penggunaan piutang dalam membiayai operasi perusahaan juga merupakan pertimbangan yang penting. Karena piutang dapat menjadi sumber pendapatan yang besar jika dikenakan beban keuangan (seperti bunga yang kemudian digunakan untuk investasi lebih lanjut). Piutang juga dapat mempengaruhi profitabilitas operasi perusahaan. Ini membuat pengendalian, manajemen, dan akuntansi untuk piutang menjadi tugas yang penting. Maka hipotesis pada penelitian ini adalah: H1 = piutang jaminan pribadi berpengaruh terhadap pendapatan
2. Pengaruh Biaya Pemeliharaan terhadap pendapatan Menurut Heizer, J dan Render, B. (2014 : 226) menyatakan bahwa aktivitas pemeliharan memiliki dampak terhadap tingkat pengembalian investasi perusahaan karena mereka mencerminkan pengeluaran dan karena waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan akan menyebabkan hilangnya waktu yang efektif dalam pengoperasian dari alat alat tersebut.sehingga
bila
dilakukan
pemeliharan
yang
baik
maka
operasionalnya berjalan dengan baik pula. Besarnya biaya pemeliharaan dikeluarkan perusahaan dapat mempengaruhi pendapatan. Misalnya pemeliharaan dan perbaikan gedung. Hal ini akan menyebabkan adanya anggaran pemeliharaan yang harus dikeluarkan perusahaan. Akan tetapi perusahan akan mendapatkan hasil timbal balik dari biaya yang telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
dikeluarkan berupa pendapatan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa setiap peningkatan biaya pemeliharaan dan perbaikan akan menyebabkan peningkatan pendapatan (Carter dan Usry. 2014 : 405). Maka hipotesis pada penelitian ini adalah: H2 = Biaya Pemeliharaan berpengaruh terhadap pendapatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/