BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA 1.
Teori Agensi (Agency Theory) Teori ini mendasarkan pada teori ekonomi. Dari sudut pandang teori
agen, prinsipal (pemilik atau top manajemen) membawahi agen (karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerja yang efisien. Teori ini mengasumsikan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan. (Suartana, 2010:183) Agency theory dikembangkan oleh Jensen dan Meckling. Setelah kemunculannya sebagai model penjelasan untuk perusahaan keuangan pelaporan (Watts dan Zimmerman, 1986), Teori keagenan ekonomi (atau teori akuntansi positif)
menjadi
proposisi
menarik
sebagai
alasan
pengungkapan Corporate Social Responsibility (Belkaoui dan Karpik, 1989). Teori agensi memandang perusahaan sebagai perhubungan kontrak antara berbagai agen ekonomi yang bertindak oportunitis dalam pasar yang efisien. Dalam hal ini, pengungkapan sosial dan lingkungan dapat membuktikan berguna dalam menentukan kewajiban kontrak hutang, kontrak kompensasi manajerial, atau implisit biaya politik. Oleh karena itu, kontrak yang baik
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
antara pemegang saham dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi – spesifikasi apa sajakah yang harus dilakukan manajer dalam mengelola dana para pemegang saham, dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dengan pemegang saham. Hubungan keagenan (agency relationship) muncul ketika principal membayar manajer profesional untuk bertindak atas namanya dan mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan perusahaan atau karyawan. Menurut teori ini, agent secara alami memiliki kepentingan sendiri (conflict of interest). Oleh karena itu, pemilik harus mengawasi agent dan membuat kompensasi dan evaluasi kinerja yang dapat menyelaraskan tujuan pemilik (Kinantika, 2013). 2.
Teori Legitimasi Teori Legitimasi memberikan perspektif yang lebih komprehensif
tentang pengungkapan Corporate Social Responsibility bahwa bisnis terikat oleh kontrak sosial di mana perusahaan setuju untuk melakukan berbagai aksi yang diinginkan secara sosial untuk persetujua tujuan perusahaan dan penghargaan lainnya, dan akan menjamin keberadaan perusahaan (Brown dan Deegan, 1998). Gray et al., (1995) dan Hooghiemstra (2000) berpendapat bahwa kebanyakan wawasan pengungkapan Corporate Social Responsibility berasal dari pengungkapan kerangka teori ini yang menyatakan bahwa pengungkapan sosial dan lingkungan adalah cara untuk melegitimasi keberadaan lanjutan suatu perusahaan atau operasi kepada masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Untuk menutupi masalah agensi yang terjadi dalam perusahaan manajer menggunakan laporan corporate social responsibility. Menurut Prior (2008) manajer mengejar objektif yang berbeda unutk menutupi ketimpangan tersebut baik dari media, legitimasi yang berasal dari komunitas, dan peraturan. Hal ini dapat menimbulkan kurangnya pengawasan dari para investor dan juga karyawan. Manajer yakin jika perusahaan dapat memberikan kepuasan pada pemangku kepentingan dengan cara menciptakan citra perusahaan yang bagus di masyarakat, manajer dapat menutupi masalah agensi tersebut. 3.
Corporate Social Responsibility Kotler dalam Untung (2014) menyampaikan bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) dapat diartikan sebagai komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang opsional dan melalui sumber daya perusahaan yang dikelolanya. Corporate Social Responsibility penting bagi pengembangan perusahaan melalui interaksi perusahaan dengan pemberdayaan masyarakat. Dengan kebijakan yang tepat, perusahaan sebagai industri, dapat mencurahkan perhatiannya kepada proses dan pembangunan komunitas yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan bersinergi dalam aktivitas bisnis perusahaan. Dewasa ini Corporate Social Responsibility (CSR) semakin ramai diperbincangkan, baik oleh kalangan korporasi, birokrasi dan kelompokkelompok masyarakat/LSM. Dikalangan korporasi, kegelisahan muncul sebagai akibat diterbitkannya Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Perseroan Terbatas yang mewajibkan perusahaan yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam, di luar kewajiban yang telah diatur dengan peraturan perundangan yang terkait dengan bidang usaha/kegiatannya. Sementara itu, dikalangan birokrasi menyikapinya sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang tidak mampu dibiayai oleh APBN/APBD dan sumber-sumber yang lain. Dan dikalangan kelompok masyarakat/LSM, melihatnya sebagai sumbangan wajib perusahaan bagi masyarakat di sekitarnya, untuk beragam keperluan yang mereka “inginkan”. Salah satu konsep upaya penjabaran dan penerapan sustainable CSR adalah melalui Global Reporting Initiative (GRI). Global Reporting Initiative (GRI) adalah satu satu usaha di tingkat international untuk memperoleh informasi yang lebih rinci dari sekedar kinerja keuangan perusahaan, termasuk dampak kegiatan bisnis mereka terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat (Purwati 2006 dalam Listianti 2013). GRI yang digunakan dalam penelitian ini adalah versi 4.0 GRI ini memiliki 9 indikator ekonomi, 34 indikator kinerja lingkungan, dan 48 indikator kinerja sosial. 4.
Praktik Corporate Social Responsibility di Indonesia Praktik kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) di dunia telah
berkembang sejak 1950-an. Khusus di Indonesia sebenarnya baru di mulai sejak awal 1990-an melalui program PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi), kemudian berlanjut dengan beragam istilah, seperti: Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PK-BL) yang dilaksanakan oleh BUMN,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/ CSR yang dilakukan oleh BUMN dan swasta, serta tanggung jawab sosial dan lingkungan seperti yang dimaksud dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan. Perhatian terhadap implementasi CSR semakin meningkat sejak dibentuknya CFCD (Corporate Forum Community Development) pada tanggal 24 September 2002. Sejak diterbitkannya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan yang dalam pasal 74 telah mewajibkan setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), telah menempatkan Indonesia sebagai satu-satunya negara di dunia yang mewajibkan setiap perusahaan melaksanakan CSR/TJSL, Peraturan tentang CSR yang diterapkan UU No. 40 Tahun 2007 pasal 74 untuk perusahaan perseroan dengan poin sebagai berikut: 1.
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawb Sosial dan Lingkungan.
2.
Tanggung jawab sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan di perhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
3.
Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Karena itu, kebijakan ini telah mengundang reaksi keras dari KADIN,
beberapa asosiasi pengusaha dan beberapa perusahaan untuk mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi. Tetapi niat baik pemerintah tersebut telah dibenarkan oleh Mahkamah Konstitusi dalam keputusannya tertanggal 15 April 2009 Nomor 53/PUU-VI/2008. 5.
Global Reporting Intervening (GRI) Sustainability report merupakan cerminan yang menggambarkan sejauh
mana tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para pemangku kepentingan mereka. Laporan Global Reporting Initiative (GRI) yang dinyatakan dalam World Business Council for Sustainable Development (1991) merupakan sebuah standar panduan sustainability reporting yang dapat diterpakan dan diterima secara luas. GRI yang digunakan dalam penelitian ini adalah versi 4.0 GRI ini memliki 9 indikator ekonomi, 34 indikator kinerja lingkungan, dan 48 indikator kinerja sosial. Dalam setiap bahasan kategori tersebut memiliki indikator tersendiri yang nantinya akan diukur sebagai penilaian sustainability reporting. Kerangka pelaporan GRI yang meliputi pedoman pelaporan, pedoman sektor dan sumber daya lainnya memungkinkan transparansi yang lebih besar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
tentang organisasi, lingkungan, kinerja sosial, dan tata kelola ekonomi. Transparansi dan akuntabilitas ini membangun kepercayaan pemangku kepentingan organisasi, dan dapat menyebabkan banyak manfaat lainnya. Ribuan organisasi, dari semua ukuran dan sektor dapat menggunakan kerangka peloparan GRI untuk dapat memaham dan mengkomunikasikan kinerja keberlanjutan mereka. 6.
Biaya Ekplorasi dan Pengembangan Tangguhan Perusahaan pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang
melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi. Penambangan adalah proses pengambilan material yang dapat diekstraksi dari dalam bumi (Mineral, Batubara, Panas Bumi, Migas). Perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat berbentuk usaha terpadu dalam arti bahwa perusahaan tersebut memiliki usaha ekplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, dan pengolahan sebagai satu kesatuan usaha atau berbentuk usaha-usaha terpisah yang masing-masing berdiri sendiri. Sifat dan karkteristik industri pertambangan umum berbeda dengan industri lainnya menurut PSAK 30 tahun 2010 : “Ekplorasi dan bahan galian tambang umum merupakan kegiatan yang mempunyai ketidakpastian yang tinggi, karena meskipun telah dipersiapkan secara cermat, dengan biaya yang besa, tidak ada jaminan bahwa kegiatan tersebut akan berakhir dengan penemuan cadangan bahan galian yang secara komersial layak untuk ditambang”. Biaya Ekplorasi & pengembangan ditangguhkan dimana terjadi penundaan masa produksi, meliputi penjelasan: 1.
Alasan terjadinya penundaan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
2.
Amortisasi belum diperhitungkan karena belum dinilainnya produksi.
3.
Jumlah penurunan (write down) akibat dilakukannya evaluasi bila ada, terhadap biaya yang ditangguhkan tersebut, serta metode dan asumsi utama yang dipergunakan dalam menghitung penurunan nilai tersebut. Biaya pengembangan yang ditangguhkan disajikan dalam neraca
bersama-sama dengan biaya eksplorasi yang ditangguhkan (atas kegiatan ekplorasi yang sudah menemukan cadangan terbukti) sebagai biaya ekplorasi dan pengembangan yang ditangguhkan. Untuk periode akuntansi dimana produksi komersial telah dimulai, Biaya ekplorasi dan pengembangan yang Ditangguhkan disajikan sebesar jumlah netonya, yaitu setelah dikurangi dengan amortisasi. 7.
Financial Performance Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Penilaian kinerja setiap perusahaan adalah berbeda-berbeda karena itu tergantung kepada ruang lingkup bisnis yang diajalankannya Listiani (2013). Setiap perusahaan atau lembaga yang sudah mendeklarasikan perusahaan yang go public dituntut memberikan kinerja yang bernilai tidak hanya bagi lembaganya sendiri, melainkan juga masyarakat luas. Salah satu faktor yang berpengaruh pada upaya peningkatan nilai adalah komitmen organisasional yang tinggi Resturiyani (2012)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja adalah analisis Rasio Keuangan. Sebuah laporan keuangan yang disajikan dan diperlihatkan oleh pihak akuntan, maka selanjutnya menjadi tanggung jawab bagi manager perusahaan melakukan analisa secara komprehensif dan kritis terhadap seluruh isi dari laporan keuangan tersebut. Menurut Fahmi (2011) dalam Listiani (2013) rasio keuangan terdiri dari: 1.
Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Rasio Likuiditas secara umum ada 2 (dua) yaitu current ratio dan quick ratio (acit test ratio).
2.
Rasio Leverage Rasio Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio Leverage secara umum ada 5 (lima) yaitu debt to total assets, debt to equity ratio, times interest earned, fixed carge coverage, dan cash flow coverage. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan CSR. Kinantika (2013)
3.
Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Rumus rasio aktivitas secara umum ada 4 (empat), yaitu inventory turnover (perputaran persediaan), rata-rata periode pengumpulan piutang, fixed asset turnover (perputaran aktiva tetap), dan total asset turnover (perputaran total aset). 4.
Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh maka semakin kecil perusahaan akan melaporkan luas pengungkapan CSR Sembiring (2005). Rasio Profitabilitas secara umum ada 4 (empat), yaitu: a. Gross profit margin b. Net profit margin c. Total asset turnover (perputaran total aset) d. Return on investment (ROI) e. Return on Asset (ROA) Analisa keuangan dalam penelitian ini akan diukut dengan menggunakan Ratio Leverage dengan menggunakan debt equity ratio (DER) dan menggunakan Ratio Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA). Debt equit ratio menggambarkan perbandingan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
hutang dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Ratio on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset perusahaan. Rasio ini menggambarkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. 8.
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dari penelitian yang sedang diteliti ini
mempunyai rekap sebagai berikut: Table 2.1 Penelitian Terdahulu No.
Judul & Nama Peneliti
1
Pengaruh Profitabilitas & Size Perusahaan terhadap CSR. Kurnianingsih (2013)
2.
Pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan dengan Presentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur. Ramadhani (2012)
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan Profitabilitas, Size CSR
CSR
Size, Kepemilikan Manajemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian Hasil pengujian menemukan bahwa Profitabilitas (ROA) dan Size Perusahaan (Ln total asset) baik secara parsial maupun simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. CSR tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan yang berarti bahwa semakin luas pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan tidak berpengaruh terhadap naik atau turunnya nilai perusahaan. Kepemilikan Maajerial memiliki pengaruh sebagai
29
No.
Judul & Nama Peneliti
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
3.
Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas terhadap CSR. Purwanto (2011)
Profitabilitas, CSR
Size, Tipe Industri
4.
Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan perusahaan perbankan. Syahnaz (2011)
ROA, CSR
ROE, CAR
5.
Pengaruh CSR Struktur Good Corporate Governance terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI. Priantana (2011)
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Ukuran dewan komisaris, Komposisi dewan komisaris
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian variabel moderasi yang memperkuat hubungan antara CSR terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe industri dan Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Terdapat hubungan positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA dan ROE. Tidak terdapat pengaruh dari CSR terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Capital Adequancy Ratio (CAR). Terdapat hubungan positif signifikan ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR. Tidak terdapat pengaruh dari kepemilikan manajerial, kepemilikan
30
No.
Judul & Nama Peneliti
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
Hasil Penelitian institusional, komite audit terhadap pengungkapan CSR.
Sumber: Berbagai Jurnal
B. RERANGKA PEMIKIRAN 1. Pengaruh Biaya Ekplorasi dan Pengembangan Tangguhan terhadap Luas Pengungkapan CSR Biaya pengembangan yang ditangguhkan disajikan dalam neraca bersamasama dengan biaya ekplorasi yang ditangguhkan (atas kegiatan ekplorasi yang sudah menemukan cadangan terbukti) sebagai biaya ekplorasi dan pengembangan yang ditangguhkan. Untuk periode akuntansi dimana produksi komersial telah dimulai, biaya ekplorasi dan pengembangan yang ditangguhkan disajikan sebesar jumlah netonya, yaitu setelah dikurangi dengan amortisasi. Biaya ekplorasi yang ditangguhkan atas kegiatan ekplorasi yang sudah menemukan adanya cadangan terbukti dengan penjelasan bahwa amortisasinya baru akan dilaksanakan pada saat dimulainya produksi. Tingginya biaya yang dikapitalisasi ini akan meningkatkan luas pengungkapan CSR dari perusahaan, semakin tinggi biaya ekplorasi dan pengembangan tangguhan ini akan meningkatkan resiko yang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan perlu meningkatkan pelaporan pengungkapan
pertanggungjawaban
perusahaan
menstabilkan nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
karena
untuk
31
HI :
Biaya
ekplorasi
dan
pengembangan
tangguhan
berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR 2. Pengaruh Leverage terhadap Luas Pengungkapan CSR Rasio leverage menggambarkan sampai sejauh mana aktiva suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Suatu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan banyak dibiayai oleh investor atau kreditur luar. Semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang dan akan lebih banyak mengungkapkan CSR. =
Sumber: Dr.Mamduh&Pf.Dr.Abdul (Analisis Lap.keu ed 4:2014) Debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat leverage akan meningkatkan luas pengungkapan CSR karena agen harus mengalihkan perhatian dengan berbagai laporan sosial agar tetap mendapat citra yang bagus. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kedua yang akan diuji dalam penelitian ini: H2
:
Leverage
berpengaruh
positif
pengungkapan CSR
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terhadap
luas
32
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Luas Pengungkapan CSR Rasio Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang ada, setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan untuk mendanai aset) dikeluarkan dari analisis. =
ℎ
Sumber: Dr.Mamduh&Pf.Dr.Abdul (Analisis Lap.keu ed 4:2014) Ratio on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset perusahaan. Rasio ini menggambarkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Semakin besar ratio ini semakin baik karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba dan melaporkan kegiatan CSR dengan berbagai laporan sosial agar tetap mendapatkan citra yang baik dan bagus. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kedua yang akan diuji dalam penelitian ini: H3
:
Profitabilitas Berpengaruh Positif Terhadap Luas Pengungkapan CSR.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Biaya Ekplorasi dan Pengembangan yang ditangguhkan (X1)
H1
Financial Performance
Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Y)
H2 H3
Leverage (X2) Profitabilitas (X3)
Gambar 2. 1 RERANGKA PEMIKIRAN RERANGKA PEMIKIRAN 4. HIPOTESIS Berdasarkan uraian pengembangan rerangka pemikiran diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : HI :
Biaya ekplorasi dan pengembangan tangguhan berpengaruh
positif terhadap luas pengungkapan CSR H2
:
Leverage berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR
H3
:
Profitabilitas
Berpengaruh
Positif
Pengungkapan CSR.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Terhadap
Luas