BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA 1.
Teori Keagenan (AgencyTheory) Jensen dan Mackling (1976),menjelaskan teori keagenan sebagai berikut: “Agency relantionship as a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent.” Agency theory menyebutkan bahwa perusahaan adalah tempat atau
intrersection point bagi hubungan kontrak yang terjadi antara manajemen, pemilik, kreditor dan pemerintah (Harahap, 2007:546). Teori keagenan menjelaskan hubungan yang terjadi antara manajemen dengan pemilik (Scott, 2009). Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen (Chairunnisa, 2015). Agen merupakan pihak yang bertindak sesuai pendelegasian wewenang dari prinsipal, maka pihak agen harus bertanggung jawab atas semua pekerjaannya kepada pihak prinsipal. Pihak agen bertugas memberikan laporan keuangan sebagai pengungkapan informasi. Laporan tersebut penting untuk para pengguna internal dan eksternal. Terkadang adanya benturan kepentingan antara kepentingan agen dan kepentingan prinsipal menyebabkan terjadinya permasalahan yang berkaitan
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
dengan kualitas laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan dapat dilihat dari sebuah opini yang dikeuarkan oleh pihak ketiga diluar pihak manajemen dan pemegang saham. Pihak ketiga tersebut adalah auditor independen yang terbebas dari masalah konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Adanya benturan kepentingan antara agen dan prinsipal dapat membuka peluang bagi agen untuk melakukan tindakan manipulasi laba (eranings manajement) dalam mengelabuhi pemilik mengenai kinerja perusahaan. Sikap manjemen yang tidak selalu bertindak untuk kepentingan stakeholder, namun terkadang pihak manajemen bertindak untuk kepentingan sendiri seperti memaksimalkan kesejahteraan mereka dan mengamankan posisi mereka diperusahaan tersebut. Munculnya masalah agensi tersebut dapat membuat perusahaan menaggung biaya keagenan (agency cost). Teori ini bercerita tentang monitoring berbagai macam biaya dan memaksakan hubungan kontrak di antara kelompok ini (Harahap, 2007). Misalnya, auditor dianggap sebagai alat meyakinkan diri bahwa laporan keuangan harus tergantung pada pemeriksaan dari aspek pengawasan intern. Seandainya laporan hasil pemeriksaan akuntan adalah wajar, ini berarti bahwa penyajiannya telah sesuai dengan prinsip akuntansi. Dalam hal ini audit memberikan keyakinan kepada pihak luar, pemilik dan kreditor tentang pengelolaan perusahaan oleh manajemen sebagai agen. Salah satu hipotesis dalam
teori
keagenan
adalah
bahwa
manajemen
akan
mencoba
memaksimalkan kesejahteraan sendiri dengan cara meminimalisasi berbagai biaya agensi, namun tidak sama artinya dengan hipotesis yang menyebutkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
bahwa manajemen mencoba memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm).
Oleh
karena
itu,
manajemen
diasumsikan
dengan
tujuan
memaksimalkan kepentingannya (Harahap, 2007). 2.
Teori Sinyal (Signaling Theory) Signaling theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan (Jama’an, 2008). Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajemen memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Signaling theory juga dapat membantu pihak perusahaan (agen), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak agen, perlu mendapatkan sebuah opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan (Jama’an, 2008).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Laporan keuangan yang telah diaudit mencerminkan keakuratan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini pihak prinsipal dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi pihak prinsipal dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (prinsipal). Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi sinyal informasi yang disampaikan agent terkadang diterima prinsipal tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran keberhasilan perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Haris, 2004 dalam Chairunnisa, 2015). 3.
Laporan Keuangan Segmen Segmen adalah bagian khusus dari perusahaan dan anak perusahaan yang
terlibat dalam menyediakan produk/jasa (segmen usaha), maupun dalam menyediakan produk/jasa dalam lingkungan ekonomi tertentu (segmen geografis) yang memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dari segmen lainnya. Laporan keuangan segmen disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.5 tahun 2009. Entitas mengungkapkan informasi
yang
memungkinkan
pengguna
laporan
keuangan
untuk
mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari aktivitas bisnis yang mana entitas terlibat dan lingkungan ekonomi dimana entitas beroperasi. Laporan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
keuangan segmen menyediakan informasi yang berharga dalam pengendalian biaya oleh manajer segmen. Laporan keuangan segmen merupakan kontribusi laba dari aktivitas-aktivitas segmen dalam entitas. Manajer perlu mengetahui kemampuan laba dari berbagai segmen dalam mengambil keputusan operasional dimasa mendatang. Informasi segmen operasi diterapkan atas laporan keuangan entitas dan laporan keuangan konsolidasi unit usaha dan entitas induk yang go publik atau dalam proses go publik. Segmen operasi yang terlibat dalam aktivitas bisnis memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Entitas yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lainnya yang sama). 2. Hasil operasinya dikaji ulang secara reguler oleh pengambil keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya, dan 3. Tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan. Perusahaan melaporkan informasi segmen secara terpisah tentang setiap segmen operasi yang telah teridentifikasi sesuai dengan kriteria segmen operasi (hasil dari agregasi dua atau lebih kareakteristik ekonomi) dan melebihi ambang batas kuantitatis 10 % atas unsur segmen pendapatan, laba rugi dan aset dari total konsolidasi masing-masing unsur segmen. Segmen yang dilaporkan entitas dapat menghasilkan produk dan jasa yang berbeda, memiliki
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
aset di wilayah geografis yang berbeda dan melaporkan pendapatan dari pelanggan di wilayah gografis yang berbeda. Dalam penyajian laporan segmen perusahaan diharuskan memberikan gambaran yang jelas mengenai pendapatan, beban, hasil, aktiva dan kewajiban segmen. Pengertian hasil segmen dijelaskan dalam PSAK No.5 adalah pendapatan segmen dikurangi beban segmen. Adapaun pengertian pendapatan segmen adalah : ”Pendapatan segmen adalah pendapatan yang dilaporkan dalam laba rugi perusahaan yang secara langsung dapat dikaitkan dengan suatu segmen dan porsi yang relevan dari pendapatan perusahaan yang dapat dialokasikan secara rasional kepada suatu segmen, baik berasal dari penjualan, keadaan pelanggan ektern maupun dari transaksi dengan segmen lainnya dalam perusahaan yang sama.” Pengertian beban segmen dalam PSAK No.5 didefiniskan : “Beban segmen adalah beban aktivitas operasi atas suatu segmen yang secara langsung dapat diartikan dengan segmen tersebut dan porsi relevan beban yang dapat dialokasikan secara rasional kepada segmen tersebut, termasuk beban yang berkaitan dengan penjualan kepada pelanggan ekstern dan beban yang berkaitan dengan transkasi segmen lain dalam perusahaan yang sama.” Adapun Pengertian aktiva segmen dalam PSAK No.5 didefinisikan : “Aktiva segmen adalah aktiva operasi yang digunakan segmen dalam aktivitas operasi dan dapat dikaitkan secara langsung dengan segmen tersebut atau dialokasikan ke segmen ditentukan tersebut secara rasional.” Wijayanti dan Rusiti (2014), menemukan bahwa aktivitas manajemen laba ditingkat segmen setelah mengadopsi IFRS 8 menjadi PSAK No.5 (2009) cenderung mengalami penurunan yang mampu membuat informasi-informasi yang ada pada laporan keuangan semakin andal untuk digunakan pihak eksternal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
4.
Manajemen Laba Manajemen laba adalah tindakan manajemen untuk mempengaruhi
income yang dilaporkan dan laporan tersebut akan memberikan informasi keuntungan ekonomis yang tidak benar dan manajemen laba juga digunakan untuk menjelaskan perilaku manajemen (Nelson et al., 2002). Arti lain, manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang diperoleh oleh prinsipprinsip akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan bagi keuntungan pihak manajemen. Selain itu manajemen laba dianggap sebagai tindakan yang dapat menurunkan kualitas laporan keuangan (Hardianto, 2011). Manajemen laba dilakukan oleh manajer atau penyusun laporan keuangan karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Perlu dicatat bahwa manajemen laba juga tidak selalu dikaitkan dengan upaya memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi cenderung dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi yang diperkenankan menurut standar akuntansi. Manajemen laba telah dikenal dampak negatifnya dan akuntan adalah pihak yang paling berperan untuk mengatasi praktik ini di dunia bisnis. Manajemen laba mungkin merupakan permasalahan moral yang paling penting bagi profesi akuntansi. Praktik-praktik manajemen laba sering dipandang lazim bagi profesi akuntansi, namun strategi pelaksanaannya sering dijadikan rahasia bagi manajemen perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Hery
(2009:182),
diklasifikasikan
menjelaskan
menjadi
operating
bahwa
manajemen
manipulation
dan
laba
dapat
accounting
manipulations. Manipulasi operasi berkaitan dengan usaha untuk mengubah keputusan operasional yang mempengaruhi aliran dana dan pendapatan bersih untuk suatu periode. Adapun manipulasi akuntansi berkaitan dengan penggunaan fleksibilitas dalam metode akuntansi untuk merubah besarnya laba. Perilaku manajemen laba sebagai salah satu bentuk tindakan creative accounting dari manajemen tentunya tidak muncul dengan sendirinya melainkan ada motivasi dibalik perilaku tersebut. Sulistiawan et al. (2011), menjelaskan secara umum motivasi manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Motivasi Bonus Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi manajemen untuk memberikan performa terbaiknya sehingga tidak menutup peluang mereka melakukan tindakan manajemen laba agar dapat menampilkan kinerja yang baik demi mendapatkan bonus maksimal. 2. Motivasi Hutang Agar kreditor mau menginvestasikan dananya diperusahaanya, tentu manajemen harus menunjukkan performa yang baik dari perusahaanya. Dan untuk memperoleh hasil maksimal, yaitu pinjaman dalam jumlah besar, perilaku kreatif dari manajemen untuk menampilkan performa yang baik dari laporan keuangannya pun seringkali muncul.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
3. Motivasi Pajak Perusahaan
yang
belum
go
publik
cenderung
melaporkan
dan
menginginkan untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai yang sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi manajemen untuk bertindak kreatif melakukan tindakan manejemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar aturan dan kebijakan akuntansi perpajakan. 4. Motivasi Penjualan Saham Perusahan yang go publik melakukan penawaran saham ke publik untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon investor dan untuk kelanjutan dan ekspansi usahanya. 5. Motivasi Pergantian Direksi Praktik manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar periode pergantian direksi atau chief executive officer (CEO). Menjelang berakhirnya masa jabatan direksi cenderung bertindak kreatif dengan memaksimalkan laba agar performa kerjanya tetap terlihat baik pada tahun terakhir masa jabatannya. 6. Motivasi Politisi Pada aspek politis ini manajemen cenderung melakukan kreativitas akuntansi untuk menyajikan laba yang lebih rendah dari nilai yang sebenarnya, terutama selama periode kemakmuran tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi visibilitas perusahaan sehingga tidak menarik perhatian pemeintah, media, atau konsumen yang dapat menyebabkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
meningkatnya biaya politis perusahaan. Biaya politis yang rendah akan menguntungkan manajemen. Menurut Barnea dalam Hery (2009), menjelaskan ada 3 jenis income smoothing sebagai berikut : (1) perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi, dimana pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri, (2) perataan laba melalui akurasi dari waktu ke waktu, dimana manajer memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu, dan (3) perataan melalui klasifikasi, dimana manajemen memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos laba rugi dalam kategori yang berbeda. 5.
Manipulasi Segmen (Segment Manipulation) Manipulasi segmen merupakan suatu bentuk manipulasi pendapatan
segmen dengan cara perataan melalui klasifikasi untuk melaporkan informasi segmen yang menyimpang dari alokasi biaya segmen, dengan mengorbankan segmen lain untuk membentuk segmen lainnya (Hurt et al., 2013). Manipulasi segmen dapat juga dilakukan dengan shifting expenses dari satu divisi ke divisi lain atau dengan pengelompokan divisi unggulan pada saat penyusunan laporan segmen untuk melaporkan informasi segmen yang menyimpang dari alokasi biaya segmen, dengan mengorbankan suatu segmen untuk membentuk segmen lainnya. Informasi segmen dibutuhkan untuk menilai risiko dan imbalan dari suatu perusahaan yang memiliki diversifikasi usaha atau suatu perusahaan multinasional, tetapi informasi itu mungkin tidak dapat diperoleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
dari data agregat. Oleh karena itu, informasi segmen merupakan suatu hal yang dipandang perlu untuk memenuhi kebutuhan para pengguna laporan keuangan. Laporan segmen digunakan oleh pengguna laporan keuangan dalam menetapkan anggaran pada laporan konsolidasi dari tingkat pertumbuhan dimasa depan, maka akibat adanya manipulasi segmen dapat menyesatkan bahkan mempengaruhi laporan keuangan konsolidasi. Manajer lebih memilih segment manipulation dari pada strategi manajemen laba seperti manajemen akrual, karena segment manipulation tidak mencadangkan untuk periode (tahun) berikutnya seperti yang dilakukan manajemen akrual. Namun sama halnya dengan kenyataan manajemen laba, segment manipulation tetap menyesuaikan dengan prinsip akuntansi, tapi bedanya segment manipulation tidak memiliki dampak negatif terhadap laporan hutang jangka panjang dalam perusahaan (Hurt et al., 2012). Kekurangan untuk segment manipulation adalah lebih berpotensi pada permasalahan internal antara satu manajer segmen dengan manajer segmen lainnya. Pihak prinsipal memusatkan perhatian pada prestasi perusahaan dan saham perusahaan sedangkan manajemen meyakini bahwa manipulation merupakan kumpulan strategi
segment
untuk mencapai tujuan
perusahaan. Manipulasi segmen memberikan peluang kepada manajemen untuk melakukan window dress laporan keuangan dengan meningkatkan hasil yang dilaporkan pada
segmen produk/jasa
atau segmen geografis
yang
diunggulkan. Penelitian menemukan bahwa hasil segmen penting bagi para
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
pengguna laporan keuangan termasuk investor, manajemen dan akademik (Ettredge et al, 2005). Investor menimbang kinerja segmen utama saat penganggaran pendapatan segmen sehingga manajemen memiliki dorongan untuk melakukan manipulasi pada profitabilitas segmen utama (Gu dan Chen, 2004). Pihak manajer perlu mengetahui berbagai profitabilitas berbagai segmen dalam suatu perusahaan agar mampu membuat berbagai evaluasi dan keputusan yang berhubungan dengan eksistensi berkelanjutan dari setiap segmen, tingkat pendanaan dan yang lainnya. Laporan segmen mampu menyediakan informasi yang berharga mengenai berbagai biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer segmen. Biaya yang dapat dikendalikan adalah biaya yang tingkatannya dapat dipengaruhi oleh manajer. Menurut PSAK No.5 (2009), segmen operasi memiliki seorang manajer segmen yang bertanggung jawab regular dengan pengambilan keputusan operasional untuk mendiskusikan aktivitas operasi, hasil segmen, perkiraan atau rencana atas segmen tersebut. Teori agensi menjelaskan bahwa manajemen bertindak sesuai pendelegasian
wewenang informasi keuangan dari para prinsipal
(investor). Kurangnya informasi keuangan perusahaan yang dimiliki investor dibandingkan dengan informasi yang dimiliki manajemen dapat menimbulkan asimetri informasi antara manajemen dengan investor. Untuk itu manajer segmen terdorong untuk melakukan manipulasi ditingkat segmen. Penelitian segmen manipulasi ini merupakan pengembangan dari penelitian Hurt et al. (2012) yang dilakukan pada perusahaan yang terdaftar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
di Compustas, USA, maka segmen manipulasi ini menggunakan sebuah metodologi yang fokus pada pelaporan kinerja segmen utama dibandingkan dengan segmen utama yang diharapkan. Hurt et al. (2012), mendefinisikan pendapatan segmen utama sebagai sum of operating segment earnings. Menghitung pendapatan segmen utama diharapkan menggunakan industry-adjusted pada model Return on Sales yang sama halnya dipaparkan oleh Berger (2003) dan Hann (2007) dan menghitung pendapatan segmen utama yang terduga sebagai perbedaan antara pendapatan segmen utama yang sebenarnya dengan yang diharapkan. Hurt et al. (2012), menjelaskan pendapatan segmen utama terduga dinilai positif terjadi karena dua alasan: 1.
Segmen tersebut
benar-benar mengalahkan segmen lain dalam
industrinya, atau 2.
Manajemen
telah
menggunakan
transfer
antar
segmen
untuk
meningkatkan kinerja segmen pada kerugian segmen atau dengan mentransfer biaya ke segmen lainnya. Secara khusus, pendapatan segmen utama terduga (SEG_MAN) didefinisikan sebagai weighted-average tak terduga Return on Sales di semua segment (s) perusahaan (i) pada tahun (t), tidak termasuk segment nonoperasi. Untuk mengukur segmen Return on Sales (ROS) kinerja operasi segmen dibagi dengan penjualan segmen. Membandingkan dengan laba atas penjualan untuk industri yang sama seperti segmen s (IROS). Maka Segmen manipulasi dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
∑[
6.
]
Dimana
:
SEGMAN
= Segment-Level Manipulation,
ROS
= Return on Sales Segmen,
IROS
= Return on Sales Segmen untuk industri yang sama,
Sales si,t
= Penjualan Segmen, dan
Sales i,t
= Total Penjualan Segmen Indutri.
Jumlah Segmen Segmen merupakan komponen suatu entitas yang aktivitasnya mewakili
kegiatan usaha utama atau kelompok pelanggan. Suatu segmen dapat berbentuk sebuah anak perusahaan, divisi, departemen, dan beberapa bentuk joint venture yang bukan investasi. Informasi segmen biasanya disajikan menurut pengelompokan umum dari produk atau jasa yang terkait atau menurut lokasi operasi usaha menurut pasar atau bahkan keduanya. Dalam PSAK No.5 (2000), Segmen usaha didefinisikan sebagai komponen yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Segmen geografis didefinisikan sebagai komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
imbalan yang berbeda dengan risiko imbalan pada komponen yang beroprasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain. Utami (2009) menemukan bahwa banyaknya jumlah segmen yang diungkapakn dalam laporan keuangan tidak berpengaruh terhadap imbal hasil saham. Bagi para investor memang pengungkapan banyak segmen kurang relevan, karena pihak investor lebih berfokus kepada pendapatan segmen , penjualan segmen, aset segmen serta laba segmen. Beda halnya dengan riset Ettredge et al. (2005), menunjukkan bahwa adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah segmen yang diungkapkan maka investor akan lebih percaya dan meningkatkan akurasi prediksi. Jumlah segmen menjadi salah satu faktor pertimbangan auditor dalam menetapkan apakah prosedurenya harus dimodifikasi atau diarahkan kembali. Sehingga membutuhkan waktu dalam mempertimbangkan faktor-faktor tersebut yang berimplikasi kepada biaya audit yang dikeluarkan perusahaan. Dalam penetapan imbal jasa (fee) audit harus mempertimbangkan banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh auditor eksternal untuk menyelesaikan pekerjaannya. 7.
Audit Eksternal Auditing adalah proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilhasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Messier, 2014). Verifikasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
auditor terhadap informasi keuangan akan menambah kredibilitas laporan keuangan dan mengurangi adanya risiko informasi atau risiko bahwa informasi yang dihasilkan oleh perusahaan akan salah dan menyesatkan. Asersi-asersi manajemen dihubungkan dengan penilaian materialitas dan resiko audit yang digunakan oleh auditor untuk menentukan sifat, waktu dan luasnya bukti yang dikumpulkan. Setelah auditor memperoleh bukti yang cukup dan akurat bahwa asersi manajemen dapat diandalkan untuk setiap akun yang signifikan dan pengungkapan, auditor memiliki keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar. Auditor merupakan anggota akuntan publik yang memberikan jasa pada kliennya. Profesi akuntan publik merujuk pada tiga jenis umum jasa yang menyediakan jaminan (assurance) yaitu auditing, atestasi, dan jasa assurance (Messier et al.,2014:12). Auditor eksternal mempunyai independensi dari perusahaan yang diaudit. Tujuan audit yang dilakukan oleh auditor eksternal adalah untuk menyatakan pendapat atau menyatakan tidak memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai prinsip yang berlaku. Agoes dan Jan, (2009) auditor mengambil keputusan untuk menyatakan pendapat berdasarkan : (1) data auditee dan data sumber lain terkait auditee, (2) dengan prosedur audit berbatas biaya audit dan berbatas waktu, (3) manandai bagian yang tidak konklusif sebagai perkecualian kesimpulan audit. Auditor mengumpulkan bukti terkait dengan laporan keuangan, kecukupan bukti yang diperoleh kemudian dievaluasi. Auditor harus memperoleh bukti yang memadai dengan tujuan untuk memperoleh dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
menilai sebuah kesimpulan atas kewajaran penyajian laporan keuangan. Menurut Standart Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan, yaitu : (1) Pendapat wajar tanpa pengecualian, (2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku, (3) Pendapat wajar dengan pengecualian, (4) Pendapat tidak wajar, (5) pernyataan tidak memberikan pendapat. 8.
Biaya Audit (Audit Fees) Profesi akuntan publik mempunyai ciri yang berbeda dengan profesi
lainnya seperti dokter atau pengacara. Profesi dokter maupun pengacara dalam menjalankan keahliannya akan menerima fee dari klieannya dan mereka berpihak pada
kliennya. Sedangkan, profesi
akuntan juga
memperoleh fee dari kliennya dalam menjalankan keahliannya, tetapi akuntan harus independen dan berintegritas, tidak memihak pada kliennya. Dalam melaporkan atau mendeteksi kecurangan harus bebas dari pengaruh fee yang diterima. Oleh karena itu independensi akuntan publik dalam melaksanakan keahliannya merupakan hal yang pokok, meskipun akuntan publik tersebut dibayar oleh kliennya atas jasa yang diberikan. Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas laporan keuangan, sedangkan auditor bertanggung jawab atas opininya terhadap laporan keuangan. Permasalahannya adalah auditor dibayar oleh perusahaan untuk memberikan suatu opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan. Jika tidak adanya benturan antara pihak manajemen dan pihak auditor eksternal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
karena manajemen berkepentingan akan kemajuan dan kemakmuran perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan auditor memberikan layanan yang menguntungkan entitas dengan memberikan keyakinan atas keandala laporan keuangan akan menyebabkan biaya audit menjadi lebih ekonomis bagi auditee yang menjadi basis kelayakan profesi auditor independen. Benturan kepentingan seperti yang dijelaskan dalam teori keagenan justru akan menyebabkan biaya audit yang dikeluarkan auditee menjadi tidak ekonomis (Messier et al, 2014). Biaya audit (Audit Fees) merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, karakteristik auditor, ukuran perusahaan dan anak perusahaan (Nugrahani dan Arifin, 2013). Biaya audit juga bisa diartikan sebagai fungsi dari jumlah jam kerja yang dilakukan oleh auditor dan harga per jam (Al-Shammari et al., 2008), sedangkan jumlah jam kerja yang dilakukan oleh auditor dipengaruhi diantaranya oleh ukuran perusahaan, profitabilitas klien, kompleksitas klien, pengendalian intern klien, besar kecilnya klien (perusahaan go public dan privat), lokasi kantor akuntan publik, ukuran kantor akuntan publik (Big Four dan non-Big Four), reputasi auditor, risiko audit dan risiko perusahaan, jumlah anak klien, jumlah cabang perusahaan, banyaknya transaksi dalam mata uang asing, besarnya total piutang, total persediaan dan total aset (Fachriyah, 2011). Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
penetapan biaya audit. Dalam lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota IAPI yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikannya. Surat keputusan tersebut juga menjelaskan bahwa menetapkan imbal jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa seusai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifiakan jauh lebih rendah dari yang diperkenankan oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dilanjutkan oleh auditor atau akuntan lainnya, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar professional yang berlaku. Dalam PSA No.40 (2011), tentang pelaporan auditor atas informasi segmen menjelaskan bahwa informasi segmen merupakan perusahaan yang beroperasi diberbagai industri, atau di berbagai negara, atau yang memiliki pelanggan besar diwajibkan oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
untuk
memasukkan
informasi
tertentu
mengenai
operasi
perusahaan diberbagai indutri yang berbeda, operasi luar negeri dan penjualan ekspornya dan pelanggan utamanya dalam laporan keuangan tahunan yang dimaksud untuk menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pengungkapan informasi segmen memerlukan pemisahan unsur-unsur signifikan tertentu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
laporan keuangan entitas, seperti pendapatan, laba atau rugi usaha, aktiva yang dapat diidentifikasi, penyusutan dan pengeluaran modal. Dalam informasi segmen menyajikan jumlah banyaknya segmen yang akan di audit oleh auditor. Tujuan pencantuman informasi segmen sebagai bagian dari laporan keuangan tahunan untuk membantu pemakaian laporan keuangan dalam melakukan analisis dan memahami kinerja masa lalu dan prospek masa yang akan datang suatu entitas. Informasi segmen mungkin memiliki manfaat terbatas untuk kepentingan pembandingan segmen dalam suatu perusahaan dengan segmen serupa dalam perusahaan lain. Tujuan prosedur auditor yang diterapkan terhadap informasi segmen adalah untuk menyediakan dasar memadai bagi auditor untuk menyimpulkan apakah informasi tersebut disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dalam hubungannya dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor mengaudit laporan keuangan berdasarkan standar audit yang ditetapkan IAPI mempertimbangkan informasi segmen, seperti halnya dengan pengungkapan informasi yang lain, dalam hubungannya dengan laporan keuangan secara keseluruhan, dan tidak diharuskan untuk menerapkan prosedur audit yang diperlukan untuk menyatakan pendapatan terpisah atas informasi segmen tersebut. 9.
Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu yang memuat variable dependen
atau
variabel independen yang sama dengan penelitian ini didapatkan banyak perbedaan hasil penelitian. Misalnya saja penelitian yang dilakukan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Suharli dan Nurlaelah (2008) yang menguji pengaruh rasio konsentrasi auditor, ukuran KAP, ukuran auditee perusahaan dan jumlah anak perusahaan terhadap fee audit pada 22 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2002-2004. Variabel independen penelitian tersebut adalah rasio konsentrasi auditor, ukuran KAP, ukuran auditee perusahaan dan jumlah anak perusahaan terhadap variabel dependen yaitu biaya audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio konsentrasi, dan ukuran auditee perusahaan berpengaruh signifikan terhadap biaya audit. Sedangkan variabel ukuran KAP dan jumlah anak perusahaan tidak berpengaruh terhdap biaya audit. Utami (2009) melakukan penelitian mengenai studi kandungan informasi pengungkapan segmen pada 46 perusahaan publik di BEI periode 2003-2005.variabel independen yang diteliti adalah laba segmen, aset segmen, ROA segmen, besaran laba segmen, dan jumlah segmen terhadap imbal hasil saham. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel independen laba segmen, ROA segmen, besaran laba segmen dan jumlah segmen tidak berpengaruh terhadap imbal hasil saham, sedangkan variabel aset segmen berpengaruh negatif terhadap imbal hasil saham. Fachriyah dan Bambang (2011) penelitian di Indonesia tentang faktorfaktor penentu besarnya biaya audit, ditemukan bahwa penentuan biaya audit adalah ukuran perusahaan kompleksitas, profitabilitas dan reputasi auditor. Hasil penelitian ini tidak berhasil menentukan pengaruh risiko perusahaan terhadap biaya audit. Faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
biaya audit adalah ukuran perusahaan, kemudian masing-masing diikuti oleh reputasi auditor, dan komplektisitas. Sedangkan variabel profitabilitas berpengaruh negatif. Hal tersebut memberikan bukti secara empiris bahwa ketika auditor akan menerima penugasan audit selalu memperhatikan faktorfaktor tersebut untuk dipertimbangkan dalam penentuan besarnya biaya audit. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nugrahani dan Arifin (2013) penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan fee audit eksternal pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan biaya audit adalah Ukuran dewan komisaris, Ukuran komite audit, Karakteristik auditor, Ukuran perusahaan dan Anak perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan variable independen tersebut memiliki pengaruh positif terhadap biaya audit. Ukuran dewan komisaris dan komite audit menuntut kualitas audit yang tinggi dari auditor eksternal, sehingga menyebabkan fee audit semakin tinggi. Ukuran perusahaan yang besar akan memiliki total aktiva yang besar pula, semakin banyak anak perusahaan yang dimiliki maka semakin kompleks proses audit sehingga semakin tinggi nilai ukuran perusahaan dan anak perusahaan maka semakin tinggi pula fee audit yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hurtt et al. (2013), melakukan penelitian tentang the relationship between segment-level manipulation and audit fee. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan di Amerika Serikat pada periode 2005-2009. Hasil dari penelitian ini bahwa segmen manipulasi memiliki hubungan positif dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
biaya audit. Penelitian ini menyatakan bahwa auditor lebih menyadari manipulasi segmen atau menemukan bukti yang terkait dengan pengungkapan manipulasi segmen. Adanya manipulasi segmen, auditor membutuhkan waktu lebih untuk menyelesaikan proses audit dalam perusahaan yang melakukan atau tertarik untuk melakukan manipulasi segmen. Septianingrum (2014), melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaa, komplektisitas dan risiko keuangan terhadap fee audit. Penelitian ini dilakukan pada 80 bank di Indonesia yang terdaftar di BEI dalam periode 2009 – 2012. Variabel independen diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, risiko perusahaan, komplektisitas, risiko modal, risiko likuiditas dan risko kredit sebagai variable independen dan return on asset (ROA) sebagai variable kontrol, sedangkan biaya audit sebagai variable dependen. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variable ukuran perusahaan, risiko perusahaan, risiko modal dan ROA yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap biaya audit sedangkan variable komplektisitas, risiko likuiditas, risiko kredit tidak memiliki pengaruh terhadap biaya audit. Wijayanti dan Rusiti (2014), melakukan penelitian mengenai pengaruh analisis manajemen laba di tingkat segmen sebelum dan sesudah penerapan adopsi IFRS 8 menjadi PSAK 5(2009) pada 38 perusahaan manufaktur di BEI periode 2008-2013. Variabel yang diuji dalam penelitian tersebut adalah diversifikasi segmen usaha, capital intensity, total jumlah segmen usaha, ROA dan Size terhadap total unallocated cost. Penelitian tersebut menggunakan uji beda sehingga diperoleh hasil penelitian bahwa manajemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
laba ditingkat segmen tidak mengalami penurunan yang signifikan anatar sebelum dan sesudah adopsi IFRS 8 menjadi PSAK 5 (2009). Desi dkk. (2014) melakukan penelitian mengenai keterkaitan antara komite audit, kompensasi CEO dan manajemen laba dengan fee audit di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Variabel independen yang diuji adalah komite audit independen, ukuran komite audit, pertemuan komite audit, keahlian komite audit, kompensasi CEO, dan manajemen laba. Hasil penelitian adalah bahwa komite audit independen, pertemuan komite audit, keahlian komite audit, kompensasai CEO dan manajemen laba memiliki hubungan negatif sedangkan ukuran komite audit memiliki hubungan positif dengan fee audit. Tabel 2. 1 PENELITIAN TERDAHULU No
Peneliti
1
Michell Suharli dan Nurlaela (2008)
2
Wiwik Utami (2009)
Variabel
Hasil
Variabel independen : Rasio konsentrasi Auditor, Ukuran KAP, Ukuran Auditee Perusahaan dan Jumlah Anak Perusahaan. Variabel Dependen : Biaya Audit Variabel independen : Laba Segmen, Aset Segmen, ROA Segmen, Besaran Laba Segmen, dan Jumlah Segmen Variabel Dependen : Imbal Hasil Saham
Variabel rasio konsentrasi, dan ukuran auditee perusahaan berpengaruh signifikan terhadap biaya audit, sedangkan variabel ukuran KAP dan jumlah anak perusahaan tidak berpengaruh terhadap biaya audit. Variabel independen laba segmen, ROA segmen, besaran laba segmen dan jumlah segmen tidak berpengaruh terhadap imbal hasil saham, sedangkan variabel aset segmen berpengaruh negatif terhadap imbal hasil saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Variabel Independen : Ukuran perusahaan, Risiko perusahaan, Kompletisitas, Profitabilitas dan Reputasi auditor Variabel Dependen : Fee Audit Nadia Variabel Independen : 4 Rizki Ukuran dewan komisaris, Nugrahani ukuran komite audit, dan Arifin karakteristik, ukuran (2013) perusahaan, ukuran perusahaan dan anak perusahaan Variabel Dependen : Fee Audit David Variabel Independen : 5 Hurtt et Segmant-level al,(2013) manipulation Variabel Dependen : Audit fee Rina Variabel Independen : 6 Septianing Ukuran perusahaan, rum risiko perusahaan, (2014) komplektisitas, risiko modal, risiko likuiditas dan risko kredit Variable kontrol : ROA Variabel Dependen : Fee Audit Glyceria Variabel Independen : 7 Ayu Diversifikasi Segmen Wijayanti Usaha, Capital Intensity, dan Ch Total Jumlah Segmen Rusiti Usaha, ROA dan Size (2014) Variabel Dependen : Total unallocated cost. Anistya Variabel Independen : 8 Vinta Desi Komite audit, dkk. Kompensasi CEO, dan (2014) Manajemen Laba Variabel Dependen : Biaya Audit Sumber : Jurnal-jurnal penelitian terdahulu 3
Nurul Fachriyah dan Bambang Subroto A. D. (2011)
Faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan fee audit adalah ukuran perusahaan, kemudian masing-masing diikuti oleh reputasi auditor dan komplektisitas. Sedangkan profitabilitas berpengaruh negative. Terdapat pengaruh signifikan pada variabel ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, karakteristik auditor, ukuran perusahaan dan adanya anak perusahaan terhadap fee audit. Sedangkan internal audit tidak berpengaruh terhadap biaya audit. Terdapat hubungan positif antara segmen manipulasi dengan biaya audit. Terdapat pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan, risiko perusahaan, risiko modal, dan ROA terhadap fee audit. Sedangkan komplektisitas, risiko likuiditas dan risko kredit tidak memiliki perngaruh signifikan terhadap fee audit. Manajamen laba di tingkat segmen tidak mengalami penuruan secara signifikan antara sebelum dan sesudah adopsi IFSR 8 emnjadi PSAK 5 (2009). Komite audit independen, kompensasi CEO, dan manajemen laba memiliki hubungan negatif terhadap pemberian fee audit perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
B. RERANGKA PEMIKIRAN 1.
Pengaruh Manipulasi Ditingkat Segmen terhadap Biaya Audit Risiko yang terkait dengan segment-level manipulation mungkin tidak
terdeteksi oleh auditor, karena manipulasi di tingkat segmen tetap menyesuaikan dengan prinsip akuntansi sehingga auditor diminta untuk dapat mendeteksi manipulasi. Oleh karena itu, auditor harus menilai tingkat yang lebih tinggi dari risiko keterlibatan untuk multi-segmen klien mereka yang menunjukkan bukti dari klasifikasi manajemen. Sebuah risiko yang lebih tinggi maka menghasilkan biaya audit yang lebih tinggi (Bedard dan Johnstone, 2004). Auditor juga dapat menetapkan risiko yang lebih tinggi karena risiko litigasi yang meningkat terkait dengan manajemen laba pada umumnya (Heninger, 2001). Kehadiran segment-level manipulation juga bisa menjadi bukti dari kualitas audit. Dengan kata lain, manajemen mungkin dapat membujuk auditor untuk mentolerir segment-level manipulation jika biaya audit tinggi. Choi et al. (2010) menemukan bahwa ketika auditor dibayar dengan bayaran biaya yang tidak normal atau biaya tinggi, mereka lebih cenderung untuk mengizinkan terjadinya manajemen akrual. Jika manajemen dapat secara efektif memanipulasi pelaporan segmen, maka auditor mungkin tidak melakukan pengujian yang cukup dari pengungkapan segmen dibandingkan dengan apa yang dapat diharapkan. Mengingat hubungan antara biaya audit dan kualitas audit, kualitas audit yang rendah bisa disertai dengan biaya audit yang rendah. Blankley et al. (2012), menemukan bahwa biaya audit abnormal rendah berpengaruh dengan penyajian kembali di masa depan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2. Pengaruh Jumlah Segmen terhadap BiayaAudit Dalam informasi segmen menyajikan jumlah banyaknya segmen yang akan di audit oleh auditor. Jumlah segmen menjadi bagian dari prosedur auditor untuk menyediakan dasar memadai bagi auditor untuk menyimpulkan apakah informasi tersebut disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dalam hubungannya dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Informasi segmen mungkin memiliki manfaat terbatas untuk kepentingan pembandingan segmen dalam suatu perusahaan dengan segmen serupa dalam perusahaan lain. Auditor menerapkan prosedur analitis terhadap informasi segmen untuk mengidentifikasi dan membandingkan informasi segmen dengan setiap segmen yang dibagi berdasarkan segmen usaha dan segmen geografis. Hal ini merupakan bentuk komplektisitas pekerjaan bagi auditor yang berimplikasi kepada biaya audit. Semakin banyak jumlah segmen yang diungkapkan maka akan semakin tinggi biaya audit seperti yang dikemukakan oleh Nugrahaini dan Arifin (2013), bahwa semakin banyak jumlah anak perusahaan membuat semakin kompleks proses audit yang dilakukan sehingga menyebabkan semakin banyak pula biaya audit yang dikeluarkan oleh perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Variabel Independen
Variabel Dependen
MANIPULASI SEGMEN
H 1 FEE AUDIT
H 2
JUMLAH SEGMEN
.
Variabel Kontrol
UKURAN PERUSAHAAN
GAMBAR 2. 1 MODEL KONSEPTUAL PENELITIAN C. HIPOTESIS Berdasarkan uraian pengembangan rerangka pemikiran diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : H1
: Manipulasi di tingkat segmen berpengaruh signifikan terhadap
biaya audit. H2
: Jumlah segmen yang berpengaruh signifikan terhadap biaya audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/