BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam penelitian ini akan terlebih dahulu membahas dasar teori
yang
dipergunakan
dalam
keseluruhan
penelitian
lalu
kemudian
menguraikannya ke dalam variabel-variabel penelitian. Adapun dasar teori yang dipergunakan adalah teori yang berkaitan dengan Value Relevance, Fair Value dan Corporate Governance. A.1.
Dasar Teori
A.1.1. Teori Value Relevance Value Relevance adalah salah satu bentuk kualitas informasi akuntansi (Barth, 2007). Laporan Keuangan yang memenuhi karakter Value Relevance adalah laporan keuangan yang diharapkan dapat memberikan jaminan transparansi informasi akuntansi keuangan serta informasi lainnya atas kinerja perusahaan untuk mencerminkan nilai perusahaan masa kini dan masa depan sehingga dapat menarik para investor untuk membuat keputusan ekonomis. Pengukuran Value Relevance bagi investor tercermin dari reaksi pasar yang timbul karena adanya manfaat dari informasi yang disajikan.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Franchis dan Schipper (1999) menggunakan pendekatan-pendekatan berikut ini untuk memahami keberadaan Value Relevance dari informasi akuntansi: 1) Pendekatan analisa fundamental atas informasi akuntansi yang menyebabkan terjadinya perubahan harga saham. 2) Pendekatan prediksi di mana informasi akuntansi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan. 3) Pendekatan relevansi nilai atas penggunaan informasi akuntansi dalam menetapkan harga saham. 4) Pendekatan nilai informasi akuntansi yang dapat menangkap informasi bisnis dan informasi aktivitas lainnya. Ball dan Brown (1968) mendefinisikan Value Relevance sebagai manfaat informasi akuntansi bagi investor untuk mengestimasi nilai yang diharapkan dari tingkat return dan tingkat risiko. Jika tidak ada kandungan informasi yang bermanfaat maka penyajian informasi tidak akan digunakan sehingga tidak berdampak terhadap keputusan transaksi penjualan dan pembelian, serta tidak mempengaruhi perubahan volume penjualan dan perubahan harga saham. Ball dan Brown (1968) mengukur Value Relevance melalui bukti empiris dari harga saham yang mewakili reaksi pasar saham dan income yang mewakili informasi laporan keuangan. Atas dasar informasi income inilah maka investor menerima informasi ini sebagai bad news maupun sebagai good news lalu membangun harapan dan membuat keputusan yang akhirnya tercermin pada harga pasar saham. Teori Ball dan Brown (1968) dijelaskan dalam persamaan berikut ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
∆
=
,
∆I ∆M j t,r
+
∆
,
+ ∪ ,
= perubahan income = perubahan harga saham = perusahaan = periode waktu sebelum dan sesudah Easton dan Harris (1991) melanjutkan penelitian pengukuran Value
Relevance dengan menunjukkan adanya value relevance dari data akuntansi berupa earnings dan perubahan earnings serta dividen terhadap tingkat pengembalian saham dan nilai dividen. Besaran value relevance atas earnings didapatkan dari nilai R2 atas fungsi
melalui persamaan 1. Sementara itu,
besaran value relevance atas perubahan earnings didapatkan dari nilai R2 atas fungsi
∆
melalui persamaan 2.
(∆
+
)
(∆
+
)
+ ∪" … … … … … … … … … … … … … … … . .
=
=
∆P d A ∆A j t -1 Ohlson
∆
+ ∪" … … … … … … . . … … … … … … … . .
1
2
= perubahan harga saham = dividen per lembar saham = earnings per lembar saham = perubahan earnings per lembar saham = perusahaan = periode waktu = periode sebelumnya (1995)
mengembangkan
teori
Value
Relevance
dengan
menjelaskan bahwa Value Relevance adalah tingkat kekuatan explanatory dari data akuntansi dan informasi lainnya dalam pengukuran nilai pasar suatu perusahaan. Data akuntansi dalam pengukuran Value Relevance diwakili oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
earnings, book value equity yang diproses untuk mengukur nilai perusahaan dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Hasili penelitian diketahui dari kekuatan explanatory yang timbul dari perbedaan nilai perusahaan antara nilai pasar perusahaan terhadap informasi book value equity dan earnings perusahaan. Teori Ohlson (1995) dijelaskan dalam persamaan berikut ini: = ∝ + ∝
,
P E BV i t
,
+ ∝
,
+ ∈ ,
= harga saham = earnings per share = book value equitas per share = perusahaan = periode waktu Feltham dan Ohlson (1995) mengembangkan teori Value Relevance dari
Ohlson (1995) dengan mengklasifikasikan informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi operasional sebagai Value Relevance. Collins, Maydew dan Weiss (1997) juga menambah bukti empiris bahwa bahwa earnings, book value equity serta earnings dan book value equity secara bersama-sama memiliki kekuatan explanatory sebagai ukuran Value Relevance berikut pengaruhnya dari faktor-faktor lain seperti periode waktu, kerugian, rata-rata laba operasional selama kurun waktu tertentu, ukuran perusahaan dan terdapatnya intangible asset. =
+
=
+ ∅
+ ∈ … … … … … … … … … … … … … … … … . + ∅
+ ∅
∗
+ ∅
+ ∅
…………………………………………………………………………… P = harga saham E = earnings per share R = kekuatan explanatory TIME = periode waktu INT = intangible asset ONE = median laba operasioanl
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1 + ∈ 2
13
LOSS SIZE i t
= kerugian jika terjadi = ukuran perusahaan = perusahaan = periode waktu Holthausen dan Watss (2001) menjelaskan bahwa konsep Value Relevance
pada dasarnya diklasifikasikan sebagai penilaian langsung laba untuk mengukur nilai pasar ekuitas dan input untuk penilaian ekuitas. Dari konsep ini disimpulkan bahwa akuntansi berperan untuk memberikan informasi model penilaian bagi investor dalam menilai ekuitas perusahaan. Konsep Value Relevance dari Holthausen dan Watss (2001) dijelaskan ke dalam persamaan berikut ini: =
+
+
MVE = market value equity MVA = market value asset yang dipisahkan dari asset yang tidak dihitung kekuatan value relevance nya MVL = market value liabilities yang dipisahkan dari liabilities yang tidak dihitung kekuatan Value relevance nya MVC = market value dari komponen balance sheet yang akan dihitung kekuatan value relevance nya Barth (2001) mendefinisikan Value Relevance sebagai informasi akuntansi yang memberikan manfaat dalam metode pengukuran bagi investor dan hasilnya tercermin dalam nilai pasar. Barth menggunakan nilai ekuitas berdasarkan market value untuk mendapatkan karakter nilai relevansi dan nilai ekuitas berdasarkan book value untuk mendapatkan nilai reliability. Value Relevance dari Barth diukur dari kekuatan explanatory atas adjusted R2 sehingga didapatkan kekuatan Value Relevance atas ekuitas berdasarkan book value terhadap ekuitas berdasarkan market value. Lebih lanjut lagi, Barth (2007) menjelaskan adanya kekuatan explanatory atas adjusted R2 dari informasi net income dan ekuitas berdasarkan book value terhadap harga saham dan juga terhadap tingkat pengembalian saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Pengkuran Value Relevance dari Barth dapat membantu pengukuran nilai pasar perusahaan dan kondisi ekonomi yang mendasarinya. Model penilaian atas Value Relevance diperkenalkan oleh Barth (1994) dalam persamaan berikut ini: ∗
=
P BVE NI i t
+
+
+ ∈
= harga saham = book value equity = net income = perusahaan = periode waktu Kesimpulan dari definisi Value Relevance adalah adanya kemampuan
informasi akuntansi yang dapat menjelaskan (explanatory power) nilai perusahaan yang dapat dibuktikan dengan adanya pengambilan keputusan dan tercermin dalam harga saham atau perubahan harga saham atau volume transaksi perdagangan saham sebagai dampak dari pengambilan keputusan (Ball dan Brown, 1968; Beaver, 1968; Ohlson, 1995; Collins dkk, 1997; Barth dkk, 2001; Beaver, 2002; Richardson dan Tinaikar, 2004; Kothari, 2009; Puspitaningtyas, 2012; Scott, 2015). Pengukuran Value Relevance dilakukan dengan mengarahkan investigasi hubungan empiris antara harga saham dengan berbagai informasi akuntansi yang disajikan untuk memberikan manfaat dalam analisa fundamental. Penelitian-penelitian
sebelumnya
telah
dapat
menjelaskan
Value
Relevance dari informasi akuntansi yang sebagian besar diproses dengan menggunakan konsep historical cost. Selanjutnya, penelitian akan diarahkan untuk menguji signifikansi dari informasi akuntansi melalui penggunaan Fair Value.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
A.1.2. Teori Fair Value Perkembangan Fair Value sebagaimana dikutip dari pernyataan Hamid Yusuf dalam majalah Akuntan Indonesia (2009) berawal dari negara Australia, Inggris serta negara-negara bekas jajahan Inggris untuk menghitung biological assets di lingkungan perusahaan perkebunan dan peternakan agar dapat melaporkan nilai ekonomis dari biological assets yang dimiliki. Hamid Yusuf (2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa penerapan konsep Fair Value terus berkembang hingga perusahaan-perusahaan publik di Eropa turut serta menggunakan fair value dalam penyusunan laporan keuangan dan kemudian teradopsi ke dalam standar akuntansi pada tahun 2003. Perkembangan Fair Value juga merambah negara Amerika hingga akhirnya terdopsi secara penuh ke dalam standar akuntansi dan berlaku sejak tahun 2007. Perkembangan Fair Value di berbagai negara di dunia ini akhirnya mendorong penerapan Fair Value untuk diadopsi ke dalam standar akuntansi internasional lalu kemudian mendorong negara-negara untuk memiliki standar akuntansi lokal yang selaras dengan standar akuntansi internasional. Tujuannya adalah agar terdapat harmonisasi dan kemudahan perbandingan laporan keuangan dalam globalisasi dunia bisnis sehingga dapat memperkuat akuntansi global. Indonesia juga telah turut serta menerapkan Fair Value yang secara penuh berlaku sejak tahun 2012. Fair Value sebelum tahun 1990 didefinisikan sebagai metode penilaian yang digunakan untuk transaksi tertentu dan instrumen keuangan dan belum digunakan sebagai metode pengukuran selanjutnya setelah transaksi tercatat dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
sebagai harga yang disepakati oleh pihak-pihak yang memiliki kebebasan bertransaksi (Cristea, 2015). Sementara itu, definisi terbaru dari Fair Value dalam IFRS No. 13 dinyatakan sebagai berikut: “Fair Value is the price that would be received to sell an asset or paid to transfer a liability in an orderly transaction between market participants at the measurement date.” The price that wou ld be received to s ell an as s et or paid to t rans fer a liabili ty in an orde rly t rans action between market partici pants at the meas urement date
Indonesia menetapkan standarisasi pengertian Fair Value melalui PSAK 68 bahwa Fair Value merupakan harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. PSAK 68 menyediakan kerangka untuk menentukan Fair Value dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi Fair Value. Oleh sebab itu, PSAK 68 Fair Value mengelompokkan hirarki Fair Value berdasarkan input yang digunakan sebagai berikut: 1) Input Level 1, yaitu harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran. 2) Input Level 2, yaitu input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung. 3) Input Level 3, yaitu input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
PSAK juga melakukan standarisasi terhadap beberapa penerapan Fair Value atas kondisi berikut ini: 1) Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing (PSAK No. 10 Revisi 2010) 2) Properti Investasi (PSAK No. 13 Revisi 2011) 3) Aset Tetap (PSAK No. 16 Revisi 2011) 4) Kombinasi Bisnis (PSAK No. 22 Revisi 2010) 5) Pendapatan (PSAK No. 23 Revisi 2007) 6) Imbalan Kerja (PSAK No. 24 Revisi 2013) 7) Sewa (PSAK No. 30 Revisi 2007) 8) Penurunan Nilai Aset (PSAK No. 48 Revisi 2013) 9) Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan (PSAK No. 50 Revisi 2014) 10) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran (PSAK No. 55 Revisi 2014) 11) Aset tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan (PSAK No. 58 Revisi 2014) A.1.3. Teori Agensi Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol terhadap manajemen merupakan hal yang normal dalam perusahaan di masa sekarang. Menurut Berle dan Means (1932), terdapat pemisahan antara pemilik dan pengelola. Jensen dan Meckling (1976) mengembangkan konsep pemikiran Berle & Means (1932) menjadi sebuah teori yang dikenal sebagai teori Agensi (Agency Theory). Dalam teori Agensi sebuah hubungan agensi muncul ketika satu orang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi inilah yang dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetris informasi (information asymmetric). Perbedaan antara pemilik dan pengelola ini dapat potensial menimbukan asimetris antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) sehingga diperlukan mekanisme Corporate Governance sebagai solusi. Oleh sebab itu, teori agensi menjadi dasar terbentuknya mekanisme Corporate Governance. A.1.4. Teori Corporate Governance Pengertian Corporate Governance telah berkembang dari pengertian tradisional yang awalnya hanya berpusat terhadap pemisahan kepemilikan dan kontrol terhadap manajemen menjadi sebuah pengertian yang luas karena telah menjadi sebuah sistem yang melingkupi berbagai aspek dan melibatkan berbagai stakeholder. Sebagai sebuah system, Corporate Governance menjadi sebuah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Corporate Governance juga hadir sebagai reaksi yang muncul untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
mengatasi berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Oleh sebab itu, pengertian Corporate Governance semakin fokus untuk menciptakan nilai tambah (Value Added) bagi entitas dan Stakeholder. Value Added atas Corporate Governance bagi entitas adalah terwujudnya kehidupan bisnis yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab serta mampu melaksanakan kewajiban dalam hal melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan. Sementara itu, Value Added atas Corporate Governance bagi Stakeholder adalah adanya perolehan informasi laporan keuangan yang berkualitas (Klai dkk, 2004) sehingga nantinya dapat memperkuat Value Relevance dari penyajian laporan keuangan (Habib dan Hazim, 2008) atau menjadi Value Relevance terhadap tingkat pengembalian saham (Bhat, 2009), serta mampu memberikan keyakinan adanya pengendalian handal dalam internal perusahaan. Cohen dkk (2004) mengemukakan bahwa kekuatan dari Corporate Governance bergantung pada penerapan mekanisme Corporate Governance. Sementara itu, keberhasilan pelaksanaan Corporate Governance akan berhasil ketika mekanisme Corporate Governance mampu memenuhi prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara konsisten yaitu keadilan, transparansi, akuntabilitas dan responsibilitas (Sulistyanto, 2008: 138). Perusahan-perusahaan di Indonesia secara khusus mengatur penyusunan pelaksanaan Corporate Governance dengan mengacu kepada peraturan berikut ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
1) UU No. 10 tahun 1988 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 untuk Perbankan 2) UU No. 40 tahun 2007 untuk Perseron Terbatas 3) Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Jan 2006 tentang pelaksanaan GCG yang baik bagi bank umum yang telah dirubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 4) Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang pelaksanaan GCG yang baik bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah 5) Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah 6) Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum 7) POJK No. 18/ POJK.03/2014 tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi bagi Konglomerasi Keuangan 8) Surat Edaran OJK No. 15/SEOJK.03/2015 9)
Laporan Bapepam-LK no.X.K.6 serta LK no. Kep 431/bl/2012 tanggal1 1 Agustus 2012
A.2.
Penerapan Teori dalam Variabel Penelitian
A.2.1. Fair Value sebagai Value Relevance Konsep Fair Value dapat teradopsi ke dalam standar akuntansi internasional karena penerapan Fair Value dapat memberikan informasi yang lebih mampu dalam mencerminkan kondisi atau dinamika pasar yang sebenarnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
terutama ketika terjadi perubahan cepat dari kondisi pasar uang dan modal, perubahan inflasi/ deflasi, perubahan teknologi dan globalisasi bisnis. (Deaconu, 2009; Cristea, 2015). Konsep Fair Value diharapkan dapat memperkecil gap antara nilai yang tercatat dalam informasi laporan keuangan dengan nilai perusahaan yang diterima pasar (Sebastian, 2014). Penelitian Sabri dkk (2006) menunjukkan adanya pengaruh Fair Value terhadap nilai perusahaan sejak negara Australia menjalankan penerapan standar akuntansi atas Fair Value sejak tahun 2005. Beberapa penelitian atas Fair Value juga dapat menunjukkan adanya keunggulan konsep Fair Value dalam memperbaiki kualitas laporan keuangan (Georgescu, 2014) karena Fair Value dapat memenuhi karakteristik-karakteristik kualitatif
yang
terdiri
dari
relevance,
reliable,
understandability
dan
comparability (Matis D. & Bonacini C., 2009). Hamid Yusuf sebagaimana dikutip dalam majalah Akuntan Indonesia edisi No. 16 tahun 2009 berpendapat bahwa standar akuntansi Fair Value akan mendorong penerapan Fair Value dalam perusahaan sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan, meningkatkan keterbandingan laporan antar perusahaan, memperkecil gap pelaporan laba akuntansi dan laba ekonomi serta memberikan manfaat dalam proses analisa profil risiko suatu perusahaan. Pernyataan Hamid Yusuf sebagaimana dikutip dalam majalah Akuntan Indonesia edisi No. 16 tahun 2009 berkaitan dengan transparansi selaras dengan hasil penelitian Muller (2008) bahwa penerapan standar akuntansi Fair Value berdampak terhadap penurunan asimetris informasi, meningkatkan transparansi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
laporan keuangan (Muller, 2008) dan memberikan input yang lebih baik dalam proses penilaian perusahaan (da Silva, 2014). Hamid Yusuf sebagaimana dikutip dalam majalah Akuntan Indonesia edisi No. 16 tahun 2016 juga berpendapat bahwa penilaian asset dengan menggunakan Fair Value akan memberikan perbaikan pereknomian nasional di Indonesia sehubungan dengan adanya penyesuaian atas penilaian asset yang terlalu rendah. Penerapan Fair Value telah menjadi kebutuhan bagi perusahaanperusahaan yang tumbuh sebagai perusahaan global, perusahaan publik dan perusahaan multinasional karena perusahaan-perusahaan seperti ini adalah perusahaan yang tumbuh dan berkembang dalam globalisasi perekonomian (Hamid Yusuf yang dikutip dalam majalah Akuntan Indonesia edisi 16 tahun 2009). Bagi investor, Fair Value juga telah menjadi kebutuhan karena investor berpendapat bahwa Fair Value merupakan informasi yang lebih relevan sehubungan dengan adanya globalisasi perekonomian (Sebastian, 2014). Muller dkk (2008) dalam penelitiannya dapat memberikan bukti empiris bahwa terdapat permintaan investor atas informasi Fair Value dan atas komitmen perusahaan dalam mengungkapkan Fair Value. Hasil penelitian ini selaras dengan pernyataan dari sudut pandang investor yaitu Ricky Ichsan sebagaimana dikutip dari majalah Akuntan Indonesia Edisi No. 16 tahun 2009 bahwa informasi Fair Value merupakan informasi yang menguntungkan investor karena dapat mencerminkan nilai pasar yang sesungguhnya. Keunggulan – keunggulan atas Fair Value dapat terjadi karena dalam Fair Value, transaksi tercatat berdasarkan pencapaian yang mencerminkan realisasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
perubahan dapat menjadi sarana untuk mengukur transaksi derivative dan dapat menjadi sarana untuk melakukan nogoisasi atas transaksi yang dilakukan secara cepat guna memperoleh keuntungan secara cepat (Cristea, 2015). Keunggulan – keunggulan atas Fair Value sebagaiman telah diiuraikan pada dasarnya dapat diperoleh karena adanya manfaat dari Fair Value sebagai berikut: 1) Dapat memenuhi tujuan akuntansi lebih obyektif dan netral sehingga dapat lebih dihandalkan karena Fair Value lebih mencerminkan kondisi pasar (Deaconu, 2009; Cristea, 2015). 2) Dapat digunakan untuk meningkatkan keterbandingan pelaporan (Deaconu, 2009; Cristea, 2015). 3) Dapat
digunakan untuk prediksi
masa depan karena Fair Value
mencerminkan nilai ekonomis serta mencerminkan arus kas yang dapat diperoleh di masa depan (Deaconu, 2009; Cristea, 2015). 4) Dapat memberikan informasi dan perbandingan yang lebih baik antara kinerja masa depan dengan kinerja saat ini (Deaconu, 2009). 5) Dapat mengurangi perbedaan nilai buku dan nilai pasar (Deaconu, 2009). 6) Dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja atas pelaporan akun (Cristea, 2015). 7) Dapat mengkompensasikan risiko keuangan yang mungkin timbul serta mengurangi kompleksitas (Cristea, 2015). Barth (1996) mengembangkan teori Value Relevance dari Fair Value dengan mengukur kekuatan explanatory dari Fair Value atas investasi sekuritas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
dalam menjadi Value Relevance terhadap nilai pasar perusahaan perbankan. Bagi para investor, informasi atas Fair Value investasi sekuritas merupakan informasi yang lebih berhubungan (relevant) dan dapat diandalkan (reliable). Teori Fair Value sebagai Value Relevance dijelaskan melalui perbandingan persamaan 1 dan 2 sebagai berikut:
MVE BVE BINV FINV i t
= ∝ + ∝
+ ∝
= ∝ + ∝
+∝
+ ∝ +∪
+ ∪ … . . .
1
…………….………
2
= market value atas common ekuitas = book value atas common ekuitas = investasi sekuritas berdasarkan pengukuran GAAP = investasi sekuritas berdasarkan pengukuran fair value = perusahaan = periode waktu Barth (1996) menambahkan bahwa pengukuran Fair Value terutama yang
berasal dari investasi sekuritas memberikan manfaat sebagai value relevance. Selain itu, penelitian dari Aboody dkk (1999) dan Dietrich dkk (2001) juga dapat menjukkan adanya Value Relevance dari Fair Value asset non financial. Joon Song dkk (2010) dan Bosch (2012) turut serta membuktikan adanya Value Relevance dari Fair Value berdasarkan hirarki input Fair Value. Teori Fair Value dari Joon Song dkk (2010) dan Bosch (2012) dijelaskan melalui perbandingan sebagai berikut: Pi,t
= β0 + β1NFAi,t + β2FVA1i,t + β3 FVA2i,t + β4FVA3i,t + β5NFLi,t + β6 FVL12i,t + β7FVL3i,t + β8NFOCIi,t + β9FVOCIi,t + β10NIi,t + ε
P NFA FVA1 FVA2 FVA3 NFL
= harga saham = Non Fair Asset = Fair Value Asset Level 1 = Fair Value Asset Level 2 = Fair Value Asset Level 3 = Non Fair Liabilities
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
FVL12 = Fair Value Liabilities Level 12 FVL3 = Fair Value Asset Level 3 NI = Net Income Penetapan Fair Value sebagai standar akuntansi dan penerapannya tidak lepas dari adanya kritik dan kontroversi, walaupun secara teoritis dan beberapa hasil penelitian sebelumnya dapat menunjukkan adanya keunggulan dan manfaat yang diberikan oleh Fair Value. Mengutip dari majalah Akuntan Indonesia edisi No. 16 tahun 2009 disebutkan adanya sudut pandang bahwa Fair Value seharusnya dapat digunakan untuk mendeteksi kerugian sejak dini sehingga dapat mengantisipasi krisis ekonomi di negara Amerika pada tahun 1980 an dan 1990 an. Sementara itu, terdapat juga sudut pandang lain yang menyebutkan bahwa Fair Value juga sempat dituding menjadi penyebab masalah timbulnya krisis di negara Amerika pada tahun 2008. Security Exhange Commission (SEC) pada akhirnya melakukan penelitian dengan hasil penelitian menjukkan bahwa Fair Value bukan merupakan penyebab terjadinya krisis karena krisis lebih disebabkan oleh adanya kegagalan perbankan dan lembaga keuangan dalam menetapkan kebijakan kredit, keraguan atas kualitas asset dan turunnya kepercayaan investor. Kendati demikian, Cristea (2015) dalam analisanya mengemukakan bahwa persoalan dapat timbul ketika tidak ada informasi dari pasar yang aktif atau karena adanya perubahan yang terlalu cepat sehingga informasi tidak cukup cepat untuk menangkap proses perubahan yang terjadi. Jika hal ini terjadi maka perusahaan memerlukan kompetensi keahlian dan biaya yang besar untuk proses penetapan Fair Value (Cristea, 2015).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Penelitian da Silva (2014) juga membuktikan adanya kemungkinan hilangnya kehandalan dan kemampuan menjadi relevansi nilai karena sulit untuk melakukan pengukuran yang tepat atas kondisi yang tidak stabil. Sebastian (2014) juga menambahkan bahwa Fair Value menjadi kurang dapat dihandalkan ketika perusahaan harus menggunakan keahlian dalam proses penetapan Fair Value, ketika perusahaan dihadapkan adanya kerancuan penggunaan batas waktu dan ketika Fair Value diterapkan untuk perusahaan non publik karena tidak memiliki informasi harga saham. A.2.2. Corporate Governance sebagai Value Relevance Teori Corporate Governance dari Cohen (2004) menyatakan bahwa salah satu fungsi Corporate Governance adalah dapat mendorong penyajian Laporan Keuangan yang berkualitas. Dengan laporan keuangan yang berkualitas maka nilai perusahaan yang sesungguhnya tercermin dalam laporan keuangan. Bhat (2009) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa Good Corporate Governance memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan melalui kualitas informasi Laporan Keuangan. Bhat (2009) juga membuktikan bahwa kualitas Corporate Governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Habib dan Hazim (2008) melakukan penelitian pengukuran Corporate Governance sebagai Value Relevance dan mengemukakan bahwa Corporate Governance dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaan melalui mekanisme struktur, independensi dan kualitas atas direksi komite audit dan dewan komisaris. Proses penelitian Habib dan Hazim (2008) dijelaskan ke dalam persamaan berikut ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
= P EPS BV ATRCG i t
+
+
+
+ ∈
= harga saham per lembar = earning per share = book value = atribut Corporate Governance = perusahaan = periode waktu
A.2.3. Interaksi Corporate Governance sebagai Value Relevance Prilaku manajemen akan teruji ketika terjadi ketidakpastian input informasi sehingga menimbulkan kesulitan dalam penetapan Fair Value terutama ketika terjadi kondisi seperti perubahan kondisi perekonomian yang terlalu cepat, tidak ada pasar aktif untuk memberikan informasi yang handal, terdapat kesulitan kompetensi untuk melakukan penetapan Fair Value dan perlunya biaya yang tinggi dalam penetapan Fair Value. Tekanan-tekanan tersebut akan memungkinkan manajemen menggunakan asumsi input Fair Value yang dapat menimbulkan bias baik secara sengaja maupun tidak sengaja (Yao, 2014). Aboody dkk (2006) mengemukakan bahwa manajemen dapat melakukan manipulasi atas Fair Value untuk kepentingan manajemen. Dietrich dkk (2001) menambahkan bahwa Manajemen mungkin akan menggunakan kebijakannya untuk melaporkan Fair Value yang meningkatkan laba atau meningkatkan jumlah hutang. Penelitian sebelumnya atas dampak interaksi Corporate Governance terhadap penetapan Fair Value secara khusus membuktikan bahwa Corporate Governance yang kuat dapat membatasi prilaku oportunis manajemen dalam menjalankan kebijakan yang berkaitan dengan Fair Value (Yao, 2014) serta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
mengawasi manajemen dalam menetapkan Fair Value (Dietrich dkk, 2001; Muller dan Riedl, 2002; Penman, 2007). Kekuatan Corporate Governance untuk berinteraksi dalam mempengaruhi signifikansi Value Relevance tidak lepas dari adanya kualitas dari mekanisme Corporate Governance. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya evaluasi atas kualitas dari penerapan Corporate Governance. Perusahan-perusahaan di Indonesia diwajibkan untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan Corporate Governance berdasakan Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia. Metode penilaian dapat dilakukan secara internal melalui metode self assessment maupun dilakukan oleh pihak eksternal. Ruang lingkup metode self assessment mencakup penilaian atas governance structure, governance process dan governance outcome. Sementara itu, ruang lingkup penilaian dari eksternal mencakup penilaian atas hasil self assessment, penilaian dokumen, penilaian makalah dan observasi. Bath (2009) mengemukakan bahwa ketika perusahaan memiliki Corporate Governance yang kuat maka pasar dapat lebih menerima informasi Fair Value atas gains dan losses. Menurut Bath (2009) kualitas Corporate Governance dapat menjadi alat bantu bagi pelaku pasar saham untuk mengevaluasi kualitas pelaporan Fair Value. Aboody dkk (2006) membuktikan bahwa perusahaan dengan Corporate Governance yang baik akan menurunkan bias dalam menentukan input Fair Value dan secara khusus menurunkan bias dalam penentuan input Fair Value level 3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Joon Song dkk (2010) mengukur dampak Corporate Governance dalam memperkuat Fair Value sebagai Value Relevance dan mengemukanan bahwa Corporate Governance melalui indeks Corporate Governance berpengaruh negative terhadap asimetris informasi sehingga Corporate Governance yang kuat akan memperkuat kehandalan Value Relevance dari Fair Value. Penjelasan Joon Song dinyatakan ke dalam persamaan berikut ini: = ∝ + ∝ + ∝ ∗ + ∝ + ∝ 12 ∗ + PRC NFA FVA1 FVA2 FVA3 NFL FVL12 FVL3 NI GOVRANK i t
1 ∗ 3 ∗ + ∝
+ ∝ + ∝ 3 ∗
2
= harga saham per lembar = nilai asset non fair value = nilai asset berdasarkan pengukuran fair value level 1 = nilai asset berdasarkan pengukuran fair value level 2 = nilai asset berdasarkan pengukuran fair value level 3 = nilai liabilities non fair value = nilai liabilities berdasarkan pengukuran fair value level 1 2 = nilai liabilities berdasarkan pengukuran fair value level 3 = net income = indeks corporate governance = perusahaan = periode waktu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
B.
Referensi Teoritis dan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Ringkasan Referensi Teoritis dan Penelitian Terdahulu atas Value Relevance, Fair Value, Corporate Governance Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
Hasil Penelitian
Analisa literatur dan diskusi.
Informasi akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan melalui harga saham dan dapat diukur dengan berbagai model penilaian.
I. Berkaitan dengan Value Relevance 1. The Relevance of the Value-Relevance Literature for Financial Accounting Standard Setting Holthausen
Analisa hasil penelitian yang berkaitan dengan value relevance.
Robert W. dan Watts Ross. L. 2001. Journal of Accounting and Economics (31): p. 3-75
Dasar teori pengukuran value relevance.
Kajian pustaka hasil penelitian.
Dampank penggunaan value relevance dalam standard setting. Perkembangan penyajian Laporan Keuangan untuk penyajian informasi yang dibutuhkan dalam analisa value relevance. Berbagai model penilaian untuk pengukuran Value Relevance
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pemisahan informasi akuntansi atas akun akun dalam Neraca yang dinilai dengan harga pasar akan mempengaruhi Value Relevance.
31
Penelitian Terdahulu 2. Earnings, Book Values and Dividends in Security Valuation. Ohlson, J.A. 1995. Contemporary Accounting Research, Vol. 11: pp. 661-687 Valuation and Clean Surplus Accounting for Operating and Financing Activities Feltham, G.A. dan Ohlson, J.A. 1995. Contemporary Accounting Research, Vol. 11: pp. 689-731 Changes in The Value-Relevance of Earnings and Book Values over The Past Forty Years Collins, D.W., Maydew, E.L. dan Weiss, I.S. 1997. Journal of Accounting and Economics, Vol. 24: pp. 39-67
Variabel Penelitian
Sampel
Variabel Independen adalah earnings, nilai buku ekuitas dan beberapa faktor tambahan (ukuran perusahaan, keberadaan intangible asset, kerugian rata-rata laba operasional).
Laporan keuangan tahun 1953-1993 yang berisi informasi earnings dan nilai buku ekuitas dengan kriteria total asset dan ekuitar lebih besar dari 0. Data diperoleh dari Compulstat Primary, Secondary snf Tertiary, Full Coverage and Research Annual Industrial Files. Laporan keuangan juga memiliki refernsi harga saham 3 hari terakhir sejak penerbitan laporan keuangan dari database CRSP.
Variabel Dependen adalah harga saham.
Referensi hasil penelitian yang berkaitan dengan Value Relevance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Teknik Analisa Analisa deskripsi literatur. Analisa multipe regresi linier
Hasil Penelitian Informasi akuntansi melalui earnings dan nilai buku ekuitas bersama-sama dengan informasi lainnya seperti (ukuran perusahaan, keberadaan intangible asset, kerugian rata-rata laba operasional) mempengaruhi nilai perusahaan.
32
Penelitian Terdahulu 3. Earnings as an Explanatory Variables for Returns Easton, Peter D. dan Harris, Trevor S. 1991. Journal of Accounting and Economics, 29 (1): 19-36
4. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers Ball, R dan P. Brown. Autum 1968. Journal of Accounting Research, pp: 159-178
Variabel Penelitian Variabel Independen adalah earnings dan perubahan earnings. Variabel Dependen adalah tingkat pengembalian saham dan dividen.
Variabel Independen adalah perubahan income. Variabel Dependen adalah harga saham.
Sampel Laporan keuangan periode 1969-1986 yang tersedia di Compulstat Primary, Secondary Tertiary, Full Coverage and Research Annual Industrial Files
Teknik Analisa
Hasil Penelitian
Analisa multipe regresi linier
Informasi akuntansi melalui earnings dan perubahan earnings mempengaruhi nilai perusahaan melalui tingkat pengembalian saham dan dividen.
Analisa multipe Laporan keuangan periode 1946-1966 regresi linier atas 261 perusahaan yang diperoleh dari Standard and Poors Compustat Tapes. Informasi laporan keuangan dihubungkan dengan pengumuman laporan keuangan dari Wall Street Journal dam inofrmasi harga saham dari Center for Research in Security Process (CRSP).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pengumuman laporan keuangan yang memuat informasi akuntansi melalui perubahan income diterima oleh investor untuk membangun kepercayaan investor yang tercermin melalui harga saham.
33
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
Hasil Penelitian
II. Berkaitan dengan Fair Value 1. The Necessitiy to Introduce The Accounting Rules and Fair Value in The Conceptual Framework. Cristea, Valentin Gabriel. 2015. Procedia Economics and Finance 26. Pp 515-521
Perkembangan Fair Value dan penerapannya sebagai standar akuntansi dalam Kerangka Konseptual.
Diskusi dan kajian pustaka dari komunitas akademis.
Analisa literatur dan diskusi.
Keberadaan Instrumen Keuangan yang menggunakan model penilaian Fair Value.
Nilai wajar dibutuhkan untuk proses negoisasi yang berlangsung cepat agar perusahaan dapat segera memperoleh keuntungan dengan cepat juga.
Manfaat dan kritik atas penggunaan Fair Value
2. Fair Value Accounting and Market Reaction: Evidence from Rumanian Listed Companies Georgescu, Iuliana (2014), Procedia – Social and Behavioral Sciences 143, hal. 827-831.
Variabel Independen adalah ekuitas dan laba dalam indikator rasio total ekuitas dan total laba sebelum pajak terhadap liabilities.
Laporan Keuangan Tahunan dan interim triwulan atas 64 perusahaan dengan Variabel Dependen adalah nilai pasar parameter berikut: terdaftar di BSE perusahaan melalui indikator rasio Rumania harga pasar ekuitas terhadap periode 2010 liabilities. dan 2011. Tunduk pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Nilai wajar adalah pengukuran yang relevan untuk mencerminkan realitas karena adanya perkembangan transaksi yang berlangsung cepat.
Multipe regresi linier – Barth Model.
Informasi akuntansi setelah menerapkan standard akuntasi Fair Value berpengaruh positif terhadap kualitas Laporan Keuangan. Pengaruh Fair Value dalam Laporan Keuangan interim
34
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
peraturan Kementerian Keuangan No. 881/25.06.2012 (penerapan Fair Value) Menerapkan norma akuntansi Rumania (penerapan Fair Value) 3. Relevance and Credibility of the Fair Value measurement during the Crisis Sebastian, Ene George dkk (2014), Procedia – Economics and Finance 8, hal. 306-312.
Perkembangan Fair Value. Evaluasi manfaat dan kekurangan Fair Value dari sudut pandang teori akuntansi
Diskusi dan kajian pustaka dari komunitas akademis.
Normalisasi penerapan Fair Value
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian lebih besar dari pada pengaruh Fair Value dalam Laporan Keuangan Tahunan.
Analisa literatur dan diskusi.
Fair Value memenuhi karakter kualitatif informasi (Accounting Quality). Fair Value telah menjadi kebutuhan karena adanya penerapan standard akuntansi Fair Value secara internasional serta adanya globalisasi perekenomian.
35
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
4. Relevance of Fair Value of Brazilian Banks Securities in the Financial Crisis.
Variabel Independen adalah book value Ekuitas, historical cost Sekuritas, fair value Sekuritas.
da Silva, Fernando Chiqueto (2014), International Journal of Emerging Markets 10.1108/IJoEM-11-20120150.
Variabel Dependen adalah market value ekuitas.
Sampel 28 Bank yang terdaftar di BM&F BOVESPA (Bursa Efek Brasil) pada periode 2007-2010
Teknik Analisa Multipe regresi linier – Barth Model.
Hasil Penelitian Value Relevance atas Fair Value memberikan manfaat yang lebih besar dalam proses penilaian perusahaan yang lebih sesuai dengan kondisi perekenomian terkini. Penurunan Value Relevance atas Fair Value dapat terjadi karena adanya subyektifitas dalam penetapan Fair Value sehubungan dengan adanya kondisi krisis ekonomi.
5. The Determinants of Fair Value Measurements: International Evidence.
Variabel Independen adalah Pengaruh perusahaan (Total Asset, Leverage, Kinerja Perusahaan, Rasio Yao, DaiFei (Troy) (2014), Modal), Accounting Research Journal, Vol. 21 Variabel Control adalah ukuran Iss: 2 hal. 167 - 194. perusahaan
146 Bank dari 18 negara selama tahun 2009-2012
Variabel Dependen adalah Fair Value Level 3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Multipe regresi linier.
Pengaruh perusahaan (Total Asset, Leverage, Kinerja Perusahaan, Rasio Modal) dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penggunaan Fair Value Level 3 secara khusus.
36
Penelitian Terdahulu 6. Value Relevance of the Fair Value Hierarchy of IFRS 7 in Europe – How Reliable are mark-to-model Fair Values? Bosch, Patrick. Working Papers SES No. 430/12.2012
Variabel Penelitian Variabel Independen adalah Fair Value atas asset dan liabilities (Level 1, 2 dan 3), Non Fair Value atas asset dan liabilities, Net Income.
Sampel Perusahaan bank Eropa periode 20062010
Teknik Analisa Multipe regresi linier dari modifikasi Ohlson Model
Fair Value merupakan Value Relevance pada setiap level.
Multipe regresi linier modifikasi Ohlson Model untuk mendapatkan adjusted .
Fair Value merupakan Value Relevance.
Variabel moderate adalah reklasifikasi asset keuangan dan struktur permodalan. Variabel Dependen adalah harga saham.
7. Value Relevance of FAS 157 Fair Value Hierarchy Information and the Impact of Corporate Governance Mechanism. Joon Song, Chang., Thomas, Wayne B., Yi, Han (2010), Accounting Review, Vol 85, No. 4.
Variabel Independen adalah Fair Value atas asset dan liabilities (Level 1, 2 dan 3), Non Fair Value atas asset dan liabilities, Net Income. Variabel Dependen adalah harga saham.
Laporan Keuangan triwulan dan tahuan atas 431 perusahaan bank yang terdaftar di Compustat Bank periode 2008.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian
Level input Fair Value mempengaruhi Value Relevance. Struktur permodalan sedikit mempengaruhi kekuatan Value Relevance atas Fair Value. Sementara itu, reklasifikasi asset keuangan tidak mempengaruhi kekuatan Value Relevance atas Fair Value.
Hirarki kehandalan FairValue dipengaruhi oleh input yang digunakan untuk menetapkan FairValue. Kekuatan kehandalan FairValue paling tinggi berasal
37
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
Hasil Penelitian dari input Level 1 dan menunjukkan penurunan untuk Level 2 untuk kemudian kembali menurun di Level 3.
8. Impact of Disclosure and Corporate Governance on the Association between Fair Value Gains and Losses and Stock Returns in the Commercial Banking Industry Bhat, G. 2009. Working paper, Washington University
9. Valuaţion of Inventors Considering the Fair Value Option Deaconu A. dan Bonaci C., 2009. Analele Universitatii din Oradea ,
Variabel Independen adalah Net 180 lembaga Income, perubahan Net Income, OCI, keuangan USA Fair Value atas Gain and Losses, periode 2003-2005 Disclosure, suku bunga, risiko kredit. Variabel Dependen adalah tingkat pengembalian saham.
Metode penilaian atas asset dan inventory sesuai dengan adanya perubahan waktu.
Multipe regresi linier.
Informasi Fair Value atas Gain and Losses berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham. Pengaruh informasi Fair Value atas Gain and Losses terhadap tingkat pengembalian saham akan mengalami peningkatan ketika disertai pengungkapan suku bunga, risiko kredit dan derivative.
Kajian pustaka dan analisa studi kasus.
Berbagai studi kasus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Analisa literatur. Kajian teoritis menunjukkan bahwa penilaian dengan metode Fair Value akan lebih bermnafaat karena akan
38
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
Stiinte economice, Tom XVII, vol.3 10. Consequences of Voluntry and Mandatory Fair Value Accounting: Evidence Surrounding IFRS Adoption the EU Real Estate Industry Muller, K. A. III, E. J. Riedl, Sellhorn, Thorsten 2008.
mencerminkan informasi lebih ekonomis. Variabel Independen adalah Turn over property investasi, Distribusi kepemilikan saham, Kemauan perusahaan dalam menerapkan standar Fair Value, Ukuran likuiditas, Lokasi perusahaan, Tingkat permintaan pelaporan, Rentang harga jual dan harga beli saham, Harga penutupan saham, Volume transaksi, Standar deviasi tingkat pengembalian saham, Bagian saham yang diperdagangkan bebas
77 perusahaan dalam Multipe regresi industry real estate linier. negara Eropa yang menerapkan standard akuntansi Fair Value.
Tingkat permintaan informasi Fair Value sangat dipengaruhi distribusi kepemilikan perusahaan.
Variabel Dependen adalah informasi Fair Value.
Sabri, Mohamat Bin Hasan., Percy, Majella, Stewart, Jenny. 2005. 6th Asian Academy of Management
Variabel independen book value atas intrumen keuangan dan non keuangan, fair value atas instrument keuangan, fair value atas gain/ losses yang belum direalisasikan, pengungkapan fair value off balance
Terdapat bukti empiris bahwa investor meminta informasi Fair Value dan komitmen perusahaan dalam penetapan Fair Value. Informasi Fair Value dapat membantu menurunkan asimetris informasi.
Variabel Control adalah ukuran perusahaan, leverage dan arus kas.
11. The Value Relevance of Fair Value Disclosures in Australian Firms in The Extractive Industries.
Hasil Penelitian
Sektor industry di Australia yang terdaftar pada Australia Stock Exchange (ASX) periode 1998-2001
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Multipe regresi linier
Value relevance atas fair value berasal dari fair value atas instrumen keuangan dan score atas jenis fair value.
39
Penelitian Terdahulu Conference.
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
Hasil Penelitian
sheet atas derivative, score atas jenis fair value, earnings. Variabel dependen adalah harga pasar saham.
12. Revaluations of Fixed Assets and Future Firm Performance: Evidence from UK Aboody, D., M. E. Barth, dan R. Kasznik. 1999. Journal of Accounting and Economics, 26 (1):149-178
Variabel Independen adalah kinerja perusahaan dari kegiatan operasional, arus kas operasional, nilai revaluasi asset, risiko pertumbuhan perusahaan, nilai buku ekuitas.
Perusahaan UK yang terdaftar di UK periode 1983-1995
Multipe regresi linier
Dampak nilai wajar tercermin dari adanya revaluasi asset. Revaluasi asset ini berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di masa depan serta nilai perusahan yang tercermin dari harga saham dan tingkat pengembalian saham.
Variabel Dependen adalah kinerja perusahaan di periode berikutnya, harga saham, tingkat pengembalian saham.
Kebijakan manajemen juga mempengaruhi penetapan nilai atas revaluasi asset. 13. Fair Value Accounting: Evidence from Investment Securities and The Market Valuation of Banks. Mary E. Barth (1994), The Accounting Review, Vol 69 No.1,
Variabel Independen adalah Fair Value atas sekuritas investasi, Fair Value atas gain dan losses dari sekuritas investasi, Book Value atas common equity
Perbankan US yang terdaftar di Compustat Annual Bank Tape periode 1990.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Multipe regresi linier.
Fair Value memiliki kekuatan explanatory sebagai Value Relevance terhadap nilai pasar perusahaan.
40
Penelitian Terdahulu hal. 1-25.
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
Variabel Dependen adalah market value atas common equity
Hasil Penelitian Secara khusus Fair Value atas nilai sekuritas memiliki informasi yang lebih berhubungan (relevansi nilai) dan lebih dapat diandalkan (reliable) dibandingkan Fair Value atas gain dan losses dari sekuritas investasi.
III. Berkaitan dengan Corporate Governance 1. The Determinants of Fair Value Measurements: International Evidence.
Variabel Independen adalah Corporate Governance dengan indikator independensi komite audit Yao, DaiFei (Troy) (2014), Pengaruh negara (GDP, Hukum Accounting Research Journal, Vol. 21 dan peraturan, hak suara Iss: 2 hal. 167 - 194. investor) Kebudayaan
146 Bank dari 18 negara selama tahun 2009-2012
Variabel Control adalah ukuran perusahaan Variabel Dependen adalah Fair Value Level 3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Multipe regresi linier.
Faktor corporate governance (independensi komite audit) dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penggunaan Fair Value Level 3 secara khusus. Pengaruh negara (GDP, Hukum dan peraturan, hak suara investor) berpengaruh terhadap pemilihan Fair Value Level 3.
41
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
Hasil Penelitian Kualitas corporate governance dan adanya hukum serta peraturan dapat membatasi prilaku opurtunistik manajemen dalam menetapkan Fair Value Level 3 karena input atas Fair Value Level 3 sangat rentan terhadap subyektifitas manajemen.
2. Corporate Governance and Financial Reporting Quality: The Case of Tunisian Firm. Klai, Nesrine dan Omri, Abdelwahid. 2011. Internasional Business Research, vol. 4 No. 1 Jan 2011
Variabel Independen adalah Kualitas Corporate Governance melalui mekanisme susunan direksi, distribusi kepemilikan, perwakilan kepemilikan.
22 perusahaan yang terdaftar pada Tunis Stock Exchange periode 1997-2007
Variabel Control adalah ukuran perusahaan, leverage dan tingkat pertumbuhan perusahaan. Variabel Dependen adalah kualitas laporan keuangan melalui discretionary accrual dan informasi laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Multipe regresi linier.
Corporate Governane berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.
42
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
3. Value Relevance of FAS 157 Fair Value Hierarchy Information and the Impact of Corporate Governance Mechanism.
Variabel Independen adalah Fair Value atas asset dan liabilities (Level 1, 2 dan 3), Non Fair Value atas asset dan liabilities, Net Income.
Joon Song, Chang., Thomas, Wayne B., Yi, Han (2010), Accounting Review, Vol 85, No. 4.
Variabel Moderate adalah Corporate Governance berdasarkan score melalui pengukuran indikator independensi direksi, pengetahuan dan pendidikan komite, frekwensi pelaksanaan audit meeting, bagian kepemilikan perusahaan dari institutional, perjanjian eksternal auditor, pengungkapan kelemahan pengendalian internal dari perusahaan.
Sampel
Teknik Analisa
Hasil Penelitian
Laporan Keuangan triwulan atas 431 perusahaan bank yang terdaftar di Compustat Bank periode 2008.
Modiefied Ohlson Model untuk mendapatkan adjusted .
Kualitas Corporate Governance berpengaruh positif terhadap kehandalan Fair Value.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007
Multipe regresi linier.
Corporate Governance berpegaruh positif terhadap earning management.
Variabel Dependen adalah harga saham. 4. Good Corporate Governance and Earning Management Practices: An Indonesian Cases Murhadi, Werner R. 2010. “. http://ssrn.com/abstract=1680186
Variabel Independen Corporate Governance melalui indikator independensi komisaris, keberadaan komite audit, keberadaan CEO duality, kepemilikan mayoritas dan koalisi shareholder. Variabel control adalah ukuran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
Hasil Penelitian
perusahaan dalam daftar LQ45 dan leverage. Variabel Dependen adalah earning management. 5. Impact of Disclosure and Corporate Governance on the Association between Fair Value Gains and Losses and Stock Returns in the Commercial Banking Industry Bhat, G. 2009. Working paper, Washington University
Variabel Independen adalah Net Income, perubahan Net Income, OCI, Fair Value atas Gain and Losses, Disclosure, Corporate Governance, suku bunga, risiko kredit.
180 lembaga keuangan USA periode 2003-2005
Multipe regresi linier.
Corporate Governance diukur atas indikator jumlah direksi, mekanisme pemilihan direksi, kompensasi komite, independensi, pengaruh suara mayoritas dan pengetahuan yang dimiliki.
Pengaruh Corporate Governance secara langsung terhadap tingkat pengembalian saham sangat kecil.
Variabel Dependen adalah tingkat pengembalian saham. Variabel Independen adalah Corporate Governance dengan indikator Struktur direksi dan komite Ahsan Habib, Istiaq Azim (2008), audit, Independensi direksi dan Accounting Research Journal, Vol. 21 komite audit, Kualitas Auditor. Variabel Control adalah kinerja, Iss: 2 hal. 167 - 194.
6. Corporate governance and the valuerelevance of accounting information: Evidence from Australia.
Corporate Governance berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham dan kehandalan Fair Value atas Gain and Losses secara tidak langsung melalui mekanisme pengungkapan.
500 perusahaan terdaftar di Bursa Efek Australia periode 2001-2003
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Multipe regresi linier.
Kekuatan dan kehandalan Corporate Governance dapat memperkuat Value Relevance dari penyajian informasi akuntansi dalam Laporan Keuangan.
44
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
Hasil Penelitian
ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, leverage Variabel Dependen adalah harga saham. 7. The Corporate Governance Mosaic and Financial Reporting Quality Cohen, J., Krishnamoorthy, K. dan Wright, A. 2004. Journal of Accounting Literature, Vol. 23: pp. 87-152
Dewan direksi dan Komite Audit.
Kajian pustaka.
External Auditor Internal Audit
Analisa literatur. Kajian teoritis menunjukkan bahwa mekanisme Corporate Governance dapat terwujud dari variabel berikut ini: Dewan direksi dan Komite Audit Bentuk dari Dewan direksi dan Komite Audit harus memenuhi unsur independensi, ahli dan berpengetahuan, efektif, ada dukungan penuh secara legal, terdapat tugas dan tanggung jawab yang jelas serta memilki motivasi yang teguh untuk mencegah terjadinya manipulasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Sampel
Teknik Analisa
Hasil Penelitian External Auditor Eksternal auditor harus memenuhi terpilih sesuai standar eksternal auditor, dilakukan oleh kantor audit yang berkualitas, menjalankan proses audit sesuai standar audit dan menghasilkan opini audit yang dapat dipertanggungjawabkan Internal Audit Internal audit sebaiknya berinteraksi dengan pelaku lainnnya corporate governance seperti komisari dan komite audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
C.
Rerangka Penelitian
Penelitian-penelitian terdahulu berkaitan dengan value relevance pada umumnya menunjukkan kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut: 1) Value relevance dapat diperoleh dengan mengukur pengaruh berbagai informasi akuntansi terhadap nilai perusahaan (Ball dan Brown, 1968; Easton dan Harris, 1991; Ohlson, 1995; Feltham dan Ohlson, 15, Collins dkk, 1997). Informasi akuntansi yang dimaksudkan tercermin dalam income/ earnings dan perubahannya, nilai buku ekuitas, total asset, liabilitas, arus kas, leverage, keberadaan intangible asset. Informasi nilai perusahaan tercermin dalam kinerja perusahaan masa depan untuk menggambarkan kekuatan prediksi informasi akuntansi serta tercermin dalam harga pasar
saham,
tingkat
pengembalian saham dan dividen untuk
menggambarkan nilai perusahaan dalam harapan investor untuk menggambarkan kekuatan fundamental atas informasi akuntansi. 2) Penambahan kekuatan atas value relevance dari informasi akuntansi dapat diperoleh dengan mengukur pengaruh penyajian klasifikasi informasi (antara lain adanya pengelompokkan instrument sekuritas serta pengelompokan informasi atas aktifitas keuangan dan aktifitas operasional), penyajian informasi non akuntansi (seperti penambahan pengungkapan, risiko, suku bunga kredit), proses pengolahan informasi akuntansi (antara lain penggunaan konsep historical cost dan fair value serta adanya revaluasi asset) (Barth, 1994; Feltham dan Ohlson,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
1995; Aboody dkk, 1999; Muller dkk, 2008; Bhat, 2009; Joon Song dkk 2010; Georgescu, 2014; Sebastian dkk, 2014; da Silva dan Fernando Chiqueto, 2014; Yao, 2014) 3) Penambahan kekuatan atas value relevance dari informasi akuntansi juga dapat diperoleh dengan mengukur adanya pengaruh pengendalian melalui penerapan good corporate governance (Habib dan Istiaq, 2008; Bhat, 2009; Joon Song dkk 2010; Murhadi, 2010; Klai dkk, 2011; Yao, 2014) 4) Secara khusus atas pengukuran value relevance, dapat diperoleh dengan mengukur pengaruh informasi yang berkaitan dengan fair value terhadap harga saham (Barth, 1994; Aboody dkk, 1999; Muller 2008, Bhat, 2009; Joon Song dkk; 2010, da Silva, 2014; Georgescu, 2014). Informasi fair value diperoleh melalui revaluasi asset, fair value atas asset, liabilitas dan gain/ losses, serta penggunaan hirarki input fair value. Penelitian saat ini bertujuan mengukur signifikansi atas value relevance dari informasi akuntansi fair value yang disajikan dalam laporan keuangan sehubungan dengan adanya penerapan fair value di Indonesia yang berlaku penuh di tahun 2015. Penelitian ini juga bertujuan mengukur signifikansi atas value relevance dari penerapan corporate governance serta pengaruhnya terhadap kehandalan fair value. Penelitian ini merupakan penelitian yang dikembangkan dari penelitian Joon Song dkk (2010) dengan beberapa perubahan dan tambahan sebagai berikut: 1) Penelitian akan mengubah nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham menjadi tingkat pengembalian saham (return saham). Dalam penelitian Joon
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Song dkk (2010), value relevance atas informasi akuntansi dilakukan dengan mengukur pengaruh fair value terhadap harga saham. 2) Penelitian akan mengembangkan pengukuran signifikansi dari Value Relevance atas Fair Value sebagai kelompok Fair Value asset, Fair Value liabilitas dan OCI untuk menambah pengukuran Value Relevance dari Fair Value. Klasifikasi atas Fair Value asset dan liabilities adalah penambahan klasifikasi dari penelitian Joon Song dkk (2010) yang mengukur Fair Value berdasarkan hirarki input. Selain itu, penambahan Fair Value OCI adalah penambahan variabel baru klasifikasi dari penelitian Joon Song dkk (2010). 3) Penelitian akan menambah informasi non fair value OCI sebagai variabel control untuk mengkompensasikan adanya penambahan informasi fair value dari komponen OCI. 4) Penelitian juga akan menambah pengujian atas pengukuran signifikansi Value Relevance dari Corporate Governance sebagai variabel independen. Pengukuran Corporate Governance dalam penelitian Joon Song dkk (2010) adalah dengan menguji interaksi Corporate Governance sebagai variabel moderate dalam mempengaruhi kehandalan Fair Value. Persamaan yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan mengembangkan persamaan dari penelitian Joon Song dkk (2010), Bosch (2012) dan Habib dan Hazim (2008) dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Persamaan untuk mengukur signifikansi Value Relevance dari penggunaan Fair Value.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Ri,t
= β0 + β1NFAi,t + β2FVAi,t + β3NFLi,t + β4FVLi,t + β5 NFOCIi,t + β6 FVOCIi,t + β7NIi,t + ε …………………………………………………...…….(1A)
Ri,t
= β0 + β1NFAi,t + β2FVA1i,t + β3FVA2i,t + β4FVA3i,t + β5NFLi,t + β6FVL12i,t +
R NFA FVA FVA1 FVA2 FVA3 NFL FVL FVL12 FVL3 NFOCI FVOCI NI
β7FVL3i,t + β8NFOCIi,t + β9FVOCIi,t + β10NIi,t + ε ……………….(1B)
= return saham = Non Fair Value Asset = Fair Value Aset = Fair Value Asset Level 1 = Fair Value Asset Level 2 = Fair Value Asset Level 3 = Non Fair Value Liabilities = Fair Value Liabilities = Fair Value Liabilities Level 12 = Fair Value Asset Level 3 = Non Fair Value Comprehensive Income = Fair Value Comprehensive Income = Net Income
2) Persamaan untuk mengukur signifikansi Value Relevance dari penerapan Corporate Governance Ri,t
= β0 + β1NFAi,t + β2FVAi,t + β3NFLi,t + β4FVLi,t + β5 NFOCIi,t + β6 FVOCIi,t + β7GCGi,t +β8NIi,t + ε ………………………………………...…….(2A)
Ri,t
= β0 + β1NFAi,t + β2FVA1i,t + β3FVA2i,t + β4FVA3i,t + β5NFLi,t + β6FVL12i,t +
R NFA FVA FVA1 FVA2 FVA3 NFL FVL FVL12 FVL3 NFOCI FVOCI GCG
β7FVL3i,t + β8NFOCIi,t + β9FVOCIi,t + β10GCGi,t + β11NIi,t +ε… (2B)
= return saham = Non Fair Value Asset = Fair Value Aset = Fair Value Asset Level 1 = Fair Value Asset Level 2 = Fair Value Asset Level 3 = Non Fair Value Liabilities = Fair Value Liabilities = Fair Value Liabilities Level 12 = Fair Value Asset Level 3 = Non Fair Value Comprehensive Income = Fair Value Comprehensive Income = Corporate Governance Score
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
NI
= Net Income
3) Persamaan untuk mengukur pengaruh penerapan Corporate Governance terhadap signifikansi Value Relevance dari penggunaan Fair Value. = β0 + β1NFAi,t + β2GCG*FVAi,t + β3NFLi,t + β4 GCG*FVLi,t + β5NFOCIi,t
Ri,t
+
β6GCG*FVOCIi,t + β7NIi,t + ε …………………………......…….(3A)
= β0 + β1NFAi,t + β2GCG*FVA1i,t + β3GCG*FVA2i,t + β4GCG*FVA3i,t +
Ri,t
β5NFLi,t
+
β6GCG*FVL12i,t
+
β7GCG*FVL3i,t
+
β8NFOCIi,t
+
β9GCG*FVOCIi,t + β10NIi,t + ε…………………………......…….(3B) R GCG NFA FVA FVA1 FVA2 FVA3 NFL FVL FVL12 FVL3 NFOCI FVOCI NI
= return saham = Corporate Governance Score = Non Fair Value Asset = Fair Value Aset = Fair Value Asset Level 1 = Fair Value Asset Level 2 = Fair Value Asset Level 3 = Non Fair Value Liabilities = Fair Value Liabilities = Fair Value Liabilities Level 12 = Fair Value Asset Level 3 = Non Fair Value Comprehensive Income = Fair Value Comprehensive Income = Net Income
Berdasarkan hasil pengembangan teori dan pengembangan kajian dan persamaan dari penelitian-penelitian sebelumnya maka kerangka penelitian untuk menjelaskan hubungan variabel independen dan variabel dependen yang akan digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam Gambar 2.1:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Variabel Independen/ Moderate
Variabel Dependen
Fair Value Return Saham Corporate Governance
Net Income Variabel Control
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Pengukuran Signifikansi Value Relevance dari Penggunaan Fair Value dan Penerapan Corporate Governance
D.
Hubungan antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis
D.1.
Pengukuran signifikansi Value Relevance dari Penggunaan Fair Value Hasil penelitian Muller dkk (2008) menunjukkan adanya peningkatan
permintaan informasi Fair Value dari sisi investor. Sebastian dkk (2014) mengemukakan bahwa informasi akuntansi dari Fair Value dapat memenuhi kualitas Akuntansi sehubungan dengan adanya manfaat positif dari Fair Value yaitu lebih relevan dan dapat diandalkan dalam mencerminkan nilai perusahaan (Aboody dkk, 1999; Deaconue dan Bonaci, 2009; Georgescu, 2014; Cristea, 2015).
Berbagai
penelitian atas konsep Fair Value juga dapat membuktikan bahwa Fair Value yang diukur berdasarkan klasifikasi sekuritas (Barth, 1994; Sabri dkk, 2005; da Silva (2014), Fair Value yang diukur berdasarkan klasifikasi gain dan losses (Bhat, 2009),
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Fair Value yang diukur berdasarkan scoring penggunaan jenis Fair Value serta Fair Value yang diukur berdasarkan hirarki input (Joon Song dkk, 2012; Bosch, 2012) merupakan Value Relevance. Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, maka penelitian ini menetapkan kesimpulan pertama hipotesis sebagai berikut: H1: Penggunaan Fair Value memiliki Value Relevance yang signifikan pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. D.2.
Pengukuran signifikansi Value Relevance dari Penerapan Corporate Governance Cohen dkk (2004) mengemukakan bahwa keberhasilan dari Corporate
Governance bergantung pada penerapan mekanisme Corporate Governance. Keberhasilan Corporate Governance berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan (Klai dkk, 2004) sehingga nantinya dapat memperkuat Value Relevance dari penyajian laporan keuangan (Habib dan Hazim, 2008) atau menjadi Value Relevance terhadap tingkat pengembalian saham (Bhat, 2009). Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, maka penelitian ini menetapkan kesimpulan kedua hipotesis sebagai berikut: H2: Penerapan Corporate Governance memiliki Value Relevance yang signifikan pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
D.3.
Pengukuran Pengaruh Corporate Governance terhadap signifikansi Value Relevance dari Fair Value Corporate Governance berdampak terhadap kualitas laporan keuangan (Klai
dkk, 2004) dan terhadap kekuatan Value Relevance dari penyajian laporan keuangan (Habib dan Hazim, 2008). Penelitian Bhat (2009) membuktikan bahwa Corporate Governance mempengaruhi Fair Value atas klasifikasi Gain dan Losses. Sementara itu, penelitian Joon Song dkk (2010) serta Yao (2014) membuktikan adanya pengaruh Corporate Governance terhadap Fair Value yang diukur berdasarkan hirarki Fair Value. Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, maka penelitian ini menetapkan kesimpulan pertama hipotesis sebagai berikut: H3: Penerapan Corporate Governance memperkuat signifikansi Value Relevance dari penggunaan Fair Value pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/