10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Teori Umum 1.
Teori Pengharapan (Expectancy Theory) – Victor Vroom, 1964 (Robbins dan Judge, 2007: 188-190) Teori pengharapan mengatakan seseorang dimotivasi untuk menjalankan
tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik. Menurut
Victor Vroom jika seseorang
menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan terdorong untuk memperoleh hal uang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. Harapan berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan diikuti oleh hasil tertentu. Harapan terdiri dari dua macam, yaitu: a.
Harapan upaya menunjukkan persepsi seseorang tentang sulitnya melakukan perilaku tertentu dan kemungkinan tercapainya perilaku tersebut. Seseorang akan mempunyai harapan usaha yang rendah atau bahkan nol apabila dia merasa tidak memiliki kemampuan melakukan perilaku tertentu.
b.
harapan hasil prestasi, yaitu persepsi seseorang terhadap kaitan antara prestasi dengan imbalan. Seseorang akan memiliki harapan hasil prestasi
11
yang tinggi jika dia yakin akan memperoleh imbalan jika prestasi yang telah ditentukan dapat dicapai. Nilai harapan seseorang berkisar antara nol sampai dengan satu. 2.
Teori penetapan tujuan (goal setting theory) – Leslie (1997) Salah satu aspek penting dalam perusahaan untuk meningkatkan atau
menjaga etos kerja para karyawan agar tetap gigih dan giat dalam bekerja guna meningkatkannatau menjaga produktifitas kerja yaitu dengan memberikan motivasi bagi para karyawan supayakegairahan bekerja para karyawan tidak menurun. Kegairahan para pekerja tersebut sangat dibutuhkan suatu perusahaan karena dengan semangat yang tinggi para karyawan dapat bekerja dengan segala daya dan upaya yang mereka miliki sehingga produktifitas maksimal dan memungkinkan terwujudnya tujuan yang dicapai. Leslie juga mengatakan bahwa motivasi adalah …… “getting a person to exert a high degree of effort” yang artinya motivasi membuat seorang bekerja lebih berprestasi. Sedangkan (Robbins dan Judge, 2007) menyatakan bahwa niat untuk mencapai tujuan merupakan sumber utama dari motivasi. Artinya, tujuan memberi tahu seorang karyawan apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus dikeluarkan. Dapat dikatakan bahwa tujuan khusus meningkatkan kinerja, tujuan yang sulit ketika diterima, menghasilkan kinerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang mudah, dan umpan balik menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dari umpan balik.
12
B. Definisi Audit Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima. Auditing itu sendiri adalah salah satu jasa yang di berikan oleh akuntan publik yang sangat di perlukan untuk memeriksa laporan keuangan, sehingga laporan keuangan yang di hasilkan oleh pihak perusahaan yang di audit dapat lebih di percaya oleh para pemakai laporan keuangan. Menurut Alvin A. Arens, Elder dan Beasley (2012:24) mengemukakan definisi Auditing adalah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Definisi auditing menurut Arens at al (2008:4) adalah sebagai berikut : “Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antar informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dalam deskripsi” Menurut Boynton, William C., and Johnson (2008:5) ialah: “Audit adalah sebuah proses sistematis untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti secara objektif menyangkut pernyataan-pernyataan mengenai
kegiatan-kegiatan
dan
kejadian-kejadian
ekonomi
untuk
memberikan keyakinan atas tingkat keterkaitan antara pernyataan-
13
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikaskan
hasil-hasilnya
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
Berdasarkan pada pengertian tersebut maka dapat dirumuskan bahwa auditing merupakan suatu proses pemeriksaan dan pengevaluasian bukti objektif terhadap bukti kejadian ekonomi suatu perusahaan yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan. Menurut Boyton (2008:8), ada beberapa contoh auditor modern. Yaitu: a.
Materialitas
Materialitas mendasari penerapan standar-standar auditing yang berlaku umum, terutama standar pekerjaan lapangan dan pelaporan.oleh karena itu, materialitas memiliki dampak yang mendalam pada audit laporan keuangan. SAS 47, Audit Risk and Materiality in Conducting Auditing (AU 312.08), menyatakan agar auditor mempertimbangkan materialitas dalam 1) Merencanakan audit dan 2) Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum. b.
Pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya yang disebut materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit. Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut : 1) 2)
c.
Tingkat laporan keuangan : karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara keseluruhan Tingkat saldo akun : karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan. Melaksanakan prosedur analitis
Materialitas adalah salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kecukupan (kuantitas yang diperlukan) bahan
14
bukti. Ada perbedaan antara istilah materialitas dengan saldo akun material. Contohnya, secara umum adalah benar mengatakan bahwa semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan (hubungan terbalik). Secara umum juga benar untuk mengatakan bahwa semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun, maka semakin besar jumlah bukti yang diperlukan (hubungan langsung). d.
Hubungan antara materialitas dan bukti audit AU 329.02, Analytical Prosedures (SAS 56), mendefinisikan prosedur analitas sebagai “evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dengan data non keuangan.
1)
Prosedur analitis digunakan dalam audit untuk tujuan berikut: a) Dalam tahap perencanaan audit, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, waktu dan luasnya prosedur audit lainnya. b) Dalam tahap pengujian, sebagai pengujian substansif untuk memperoleh bukti mengenai asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau transaksi. c) Pada penyelesaian audit, dalam melakukan review akhir terhadap kelayakan kesuluruhan laporan keuangan yang di audit.
2)
Prosedur analitis dapat membantu audior dalam perencanaan dengan : a) Meningkatkatkan pemahaman auditor tentang bisnis klien. b) Mengidentifikasi hubungan yang tidak biasa serta fluktuasi yang tidak diharapkan dalam data yang mungkin mengindikasikan bidang yang memiliki risiko salah saji paling besar.
1.
Fungsi Audit Audit mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting dalam
memajukan tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Perlu sebuah konsep auditing dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup perusahaan, oleh karena semakin besarnya suatu perusahaan, maka semakin luas pula rentang yang dipikul. Perlu pengendalian intern yang efektif untuk mencapai suatu pengelolaan yang optimal.
15
a. Mengevaluasi kinerja perusahaan Evaluasi kinerja adalah fungsi utama dari audit dalam sebuah organisasi. Kinerja dalam hal ini tidak hanya dinilai dari hasil akhirnya saja, melainkan dari tahap perencanaan dan prosesnya. Perencanaan yang baik jika prosesnya tidak baik, maka hasilnya tidak akan baik. Di lain pihak, perencanaan yang tidak baik, sekalipun dilaksanakan dengan baik, hasilnya tetap tidak akan baik. Di sinilah perlunya audit, untuk menemukan di mana letaknya suatu kesalahan. b. Meminimalisir kesalahan Audit dilakukan untuk memastikan bahwa suatu organisasi berjalan di jalur yang telah ditetapkan, sesuai pedoman atau panduan yang telah ditetapkan. Singkatnya, audit meminimalisir terjadinya kesalahan. c. Memperbaiki kinerja organisasi Audit akan menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan kinerja organisasi. Audit yang dilaksanakan di akhir periode suatu tahun anggaran bertujuan untuk merekomendasikan perbaikan pada tahun anggaran berikutnya. Sementara itu, audit yang dilaksanakan pada pertengahan tahun bertujuan untuk merekomendasikan perbaikan pada tahun atau periode yang bersangkutan.
2.
Standar Audit
a. Standar Umum 1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
16
b. Standar Pekerjaan Lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c. Standar Pelaporan 1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Laporan
auditor
harus
menunjukkan
atau
menyatakan,
jika
ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
17
3.
Tujuan Audit Pada dasarnya tujuan audit itu adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran dalam semua hal yang material, posisi dan hasil usaha serta arus kas ssesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup, agar mencapai tujuan audit. Dengan mengidentifikasi dan menyusun sejumlah tujuan audit yang spesifik, agar auditor dapat mengidentifikasi cara menghimpun bukti tersebut. Tujuan audit secara keseluruhan adalah menyatakan pendapat kepada klien mengenai penyajian secara wajar, dalam semua hal material yang sesuai dengan prinsip akuntansi. Dan para auditorpun harus memperoleh bukti yang cukup dan kompeten, agar memberikan pendapat dengan benar. Bukti audit dipengaruhi oleh ( miller dan Bailey, 2007: 70 ), yaitu: a.
Pemahaman auditor atas bisnis dan industry klien
b.
Perbandingan antara harapan atas laporan keuangan dengan buku dan catatan klien
c.
Keputusan dengan asersi yang material bagi laoran keuangan
d.
Keputusan dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian
4.
Manfaat Audit Menurut Abdul Halim (2005:78), yaitu:
a.
Manfaat bagi perusahaan Pihak perusahaan yang diaudit menambah kredibilitas laporan keuangan badan usaha/organisasi. 2) Dapat mengurangi kecurangan dikalangan manajemen dan karyawan 3) Dapat membuka pintu masuknya sumber-sumber pembiayaan dari luar (investor).
1)
18
b. Manfaat bagi dari luar perusahaan 1) Memberikan dasar yang yang lebih meyakinkan kepada para investor/kreditur untuk mengambil keputusan yang menyangkut pemberian kredit. 2) Dapat memberikan keyakinan kepada perusahaan asuransi untuk menyelesaikan kliem atas kerugian yang bisa diasuransikan. 3) Memberikan kepercayaan kepada para investor agar menilai prestasi investasi c.
Bagi pihak pemerintahan 1) Dapat memberikan tambahan kepatia yang independensi tenteng kcermatan dan keterandalan kepada badan pemerintahan. 2) Dapat memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan undang-undang keamanan naasional. 3) Dapat memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak dibidang hukum untuk menguras harta/menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan.
C. Fee Audit dan Motivasi Auditor Srinidhi dan Gul (2006), menyatakan bahwa fee audit adalah fee yang dibayar oleh klien itu kepada akuntan publik, untuk mengganti kerugian atas jasa auditnya. Hoitash., dkk (2005) menyatakan bahwa total fee audit sebagai jumlah dari semua fee yang dibayar kepada pengaudit. Menurut Hay et al ., 2006, Semakin kompleks klien, semakin sulit untuk mengaudit dan membutuhkan waktu yang lebih lama pula sehingga fee audit pun semakin tinggi. Motivasi merupakan salah satu perilaku pekerja yang sangat dipengaruhi oleh uang. Salah satu faktor utama yang memotivasi seseorang dalam bekerja adalah masalah uang. Uang juga merupakan insentif yang menentukan motivasi kerja. Uang sangat penting bagi karyawan karena merupakan medium pertukaran (Robbins dan Judge, 2007: 247). Wanous dkk.
19
Dikutip dalam Wahyudin (2012), menyatakan bahwa fee merupakan salah satu faktor seorang auditor untuk melaksanakan pekerjaannya. Fee audit dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1.
Fee audit Adalah total fee yang dibayar kepada pengaudit untuk jasa pengauditan.
Contoh jasa pengauditan menurut Alvin A. Arens dkk (2011), dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu: a.
b.
c.
2.
Jasa Auditing Suatu proses sistematis mendapatkan & mengevaluasi bukti2 secara obyektif sehubungan dengan asersi atas tindakan & peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi2 tsb, dan menetapkan kriteria serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak2 vang berkepentingan. Jasa atestasi terjadi ketika praktisi ditugaskan untuk menerbitkan atau telah menerbitkan laporan atas suatu subjek masalah, atau suatu asersi atas suatu subjek masalah, yang merupakan tanggung jawab pihak lain. Jasa Assurance Adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas informasi,atau konteksnya, bagi para pembuat keputusan.
Non-fee audit Adalah biaya jasa lainnya yang dibayar selain dari fee audit. Contoh jasa
non audit, yaitu:
a.
Review Laporan Keuangan
1) Perikatan
Pada saat mengirimkan surat perikatan dengan, akuntan harus memasukkan hal-hal sebagai berikut:
a) Tujuan penugasan;
20
b) Lingkup review; c) Contoh laporan yang akan diterbitkan; d) Pernyataan pembatasan tanggung jawab KAP untuk mendeteksi kesalahan, ketidakberesan, dan perbuatan melawan hukum; e) Pernyataan bahwa laporan keuangan adalah representasi manajemen; f) Pernyataan bahwa tidak melakukan audit dan opini audit tidak diterbitkan; g) Kesepakatan bahwa pada masing-masing halaman laporan keuangan yang direview ditandai dengan tulisan “tidak diaudit”; h) Penggunaan laporan review, apakah untuk klien atau pihak ketiga lainnya.
2) Pelaksanaan Review Laporan Keuangan
Dalam melakukan review laporan keuangan, akuntan harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang prinsip-prinsip dan praktik akuntansi klien dan industry sejenis, dan pengetahuan tentang usaha klien.
3) Pelaporan Review Laporan Keuangan
Laporan review atau laporan keuangan harus menyatakan bahwa:
a) Review dilakukan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia; b) Semua informasi yang terdapat dalam laporan keuangan merupakan representasi manajemen; c) Review meliputi permintaan keterangan dari personel perusahaan dan prosedur analitis terhadap data keuangan;
21
d) Audit tidak dilakukan sehingga opini audit tidak dikeluarkan; e) Berdasarkan review, akuntan tidak bertanggung jawab atas kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi; f) Penggunaan laporan apakah terbatas pada klien atau pihak lainnya.
b. Prosedur yang Disepakati ( Agreed Upon Procedures)
1) Perikatan
Pada saat
mengirimkan surat
perikatan dengan,
akuntan
harus
memasukkan hal-hal sebagai berikut:
a) Sifat perikatan termasuk pernyataan bahwa audit dan review tidak dilakukan sehingga tidak ada assurance yang dinyatakan; b) Sifat informasi yang disediakan oleh klien; c) Sifat elemen, akun, atau bagian dimana prosedur yang disepakati akan diterapkan; d) Prosedur tertentu yang dilakukan yang disepakati antara akuntan dan klien; e) Bentuk dan isi laporan atas penemuan fakta (factual findings) yang akan diterbitkan; f) Pernyataan bahwa laporan penemuan fakta (factual findings) hanya terbatas pada pihak yang membuat kesepakatan terhadap prosedur yang dilakukan.
22
2) Pelaporan atas Prosedur Yang Disepakati (Agreed Upon Procedures)
Laporan penemuan fakta (factual findings) harus berisi sebagai berikut:
a) Indentifikasi elemen, akun, atau bagian tertentu dimana prosedur yang disepakati diterapkan; b) Pernyataan bahwa prosedur yang dilakukan telah disepakati dengan penerima laporan kami; c) Daftar prosedur yang dilakukan; d) Deskripsi penemuan fakta (factual findings); e) Pernyataan bahwa prosedur yang dilakukan bukan audit atau review; f) Bila diperlukan, pernyataan bahwa akuntan tidak membuat representasi berkaitan dengan kecukupan prosedur untuk keperluan klien atau pihak ketiga; g) Pernyataan yang menunjukkan kepada siapa laporan dibatasi; h) Pernyataan bahwa laporan hanya berkait dengan elemen, akun, atau bagian tertentu.
3) Kompilasi Laporan Keuangan
a)
Perikatan
Pada saat mengirimkan surat perikatan dengan, akuntan harus memasukkan hal-hal sebagai berikut:
23
1) Sifat perikatan termasuk pernyataan bahwa audit dan review tidak dilakukan sehingga tidak ada assurance yang dinyatakan; 2) Sifat informasi yang disediakan oleh klien dan manajemen bertanggung jawab atas informasi kompilasian; 3) Pernyataan
bahwa
perikatan
tidak
dapat
diandalkan
untuk
mengungkapkan kesalahan, ketidakberesan atau perbuatan melawan hukum, termasuk kecurangan yang terjadi; 4) Pernyataan bahwa manajemen bertanggung jawab atas kelengkapan dan akurasi laporan keuangan kompilasian dan atas kelengkapan dan akurasi informasi yang diberikan kepada akuntan; 5) Laporan keuangan kompilasian tidak sesuai dipergunakan untuk tujuan umum; 6) Pernyataan
bahwa
pengguna
yang
tidak
mengetahui
dapat tersesat kecuali jika mereka menyadari keterbatasan laporan keuangan kompilasaian dan batasan keterlibatan akuntan; 7) Bentuk dan isi laporan yang dihasilkan dalam laporan keuangan kompilasian; 8) Pernyataan bahwa pada masing-masing halaman laporan keuangan kompilasian ditandai dengan tulisan “tidak diaudit”/”Dikompilasi tanpa audit atau review”.
b)
Pelaksanaan Kompilasi Laporan Keuangan
1) Sebelum memulai pekerjaan, akuntan harus mempunyai:
24
Pengetahuan
tentang
prinsip
dan
praktik
akuntansi
industri
bersangkutan;
Pemahaman umum tentang sifat transakasi bisnis klien, formulir catatan akuntansi dan basis akuntansi dalam penyajian laporan keuangan.
2) Jika akuntan menyadari bahwa informasi yang diberikan oleh klien tidak
benar,
tidak
lengkap,
atau
tidak
mencukupi
sehingga
mengakibatkan laporan keuangan salah saji dan menyesatkan, maka akuntan harus meminta manajemen untuk memberikan informasi tambahan. Jika klien menolak untuk memberikan informasi tambahan, akuntan dapat menarik diri dari perikatan kompilasi;
c)
Pelaporan Kompilasi Laporan Keuangan
Laporan kompilasi laporan keuangan harus menyatakan bahwa:
1) Kompilasi telah dilakukan berdasarkan informasi yang diberikan oleh manajemen; 2) Manajemen bertanggung jawab atas informasi yang dikompilasi oleh akuntan dan atas informasi yang diberikan kepada akuntan; 3) Audit atau review tidak dilakukan sehingga tidak ada assurance yang dinyatakan; 4) Laporan keuangan kompilasian tidak ditujukan untuk memenuhi tujuan umum laporan keuangan.
25
D. Kompetensi Auditor dan Motivasi Auditor Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Untuk memperoleh kompetensi tersebut, dibutuhkan pendidikan dan pelatiha bagi auditor yang dikenal dengan nama pendidikan professional berkelanjutan (continuing professional education). Menurut Cheng dkk. Dalam Wahyudin (2012), kompetensi adalah seseorang yang memiliki knowledge (pendidikan, keahlian dan pengalaman) dan sikap dan perilaku etis dalam bekerja. Thomas dalam Robbins dan Judge (2007: 181), mengemukakan bahwa motivasi dicapai ketika orang memiliki kompetensi. Kompetensi disini merupakan pencapaian yang dirasakan seseorang saat melakukan kegiatan pilihannya dengan cara yang amat terampil. Deeprose (2006: 122), menyatakan bahwa kompetensi salah satu faktor penting dalam meningkatkan motivasi dalam bekerja. Dimana semakin baik kompetensi seseorang maka semakin termotivasi seseorang bekerja, hal ini disebabkan dengan kompetensi yang dimiliki, orang itu akan lebih mudah untuk berkerja. Menurut Bedard dan Chi dalam Sri lastanti (2005) mengartikan keahlian atau
kompetensi
sebagai
seseorang
yang
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Untuk dapat melaksanakan tugas audit dengan baik, maka seorang auditor dalam melaksanakan pemeriksaan selain memiliki pengetahuan juga harus memiliki keahlian. Keahlian merupakan keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan masalahnya.
26
Ada beberapa komponen dari “kompetensi auditor” menurut I Gusti Agung Rai, ( 2010),yakni:
1.
Mutu Personal Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu
personal yang baik, seperti: a. Berpikiran terbuka (open-minded); Orang yang punya pikiran terbuka adalah orang yang bersedia mengubah sudut pandang mereka ketika dihadapkan dengan suatu fakta dan bukti. Dan orang yang nggak bersedia menyesuaikan cara pandang dan terlalu mempertahankan prinsip (idealis) akan merasa kurang puas, belum lagi merasa bosan. Contoh : Mengambil Keuntungan dari Teknologi sistem informasi dan mempertimbangkan berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan sistem informasinya. b. Berpikiran luas (broad-minded); Orang yang memiliki pikiran luas yaitu orang yang selalu memikirkan penyebab perbuatannya sebelum bertindak, dan tidak terburu-buru mengambil keputusan. Agar tidak terjadi salah paham dari tindakan kita. c. Mampu menangani ketidakpastian; Ketidakpastian
terjadi
akibat
adanya
resiko
bagi
pihak
yang
berkepentingan dalam menjalankan suatu pendapat, ketika kita dalam kondisi seperti ini, kita harus mampu membuat kesimpulan yang benar agar tidak terjadi salah persepsi. d. Mampu bekerjasama dalam tim;
27
e. Rasa ingin tahu (inquisitive); f. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah; g. Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif. 2.
Pengetahuan Umum Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami
entitas yang diaudit dan membantu pelaksanaan audit. Pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan untuk melakukan reviu analitis (analytical review), pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi, pengetahuan auditing, dan pengetahuan tentang sektor public. Yang tak boleh dilupakan, adalah pengetahuan akuntansi untuk membantu dalam memahami siklus entitas dan laporan keuangan serta mengolah data dan angka yang diperiksa. 3.
Keahlian Khusus Keahlian khusus yang harus dimiliki seorang auditor antara lain keahlian
untuk
melakukan
wawancara,
kemampuan
membaca
cepat,
statistic,
keterampilan mengoperasikan computer, serta kemampuan menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik. Tan dan Libby (1997) dikutip dalam Wahyudin (2012), menyatakan keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu: 1.
Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan
prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum.
28
2.
Keahlian non teknis Merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang auditor yang banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.
E. Perubahan Kewenangan dan Motivasi Auditor Wewenang (Authority) merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan melakukan kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan. Tanpa wewenang orangorang dalam perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa. Perubahan merupakan hasil interaksi kepentingan yang secara ketat dikontrol, bahkan ditentukan oleh posisi sosial atau kondisi materiil elit yang terlibat untuk mencari cara memecahkan masalah yang diciptakan oleh perubahan dalam lingkungannya. Unit-unit dibidang pemerintahan berbeda dengan organisasi-organisasi komersil adalah adanya proses politis yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Prosedur audit bidang pemerintahan yang berbeda dan isu-isu yang unik disektor pemerintahan seperti, akuntansi dana, penganggaran, ketaatan pada hukum dan peraturan-peraturan, perbandingan antara anggaran dengan laporan keuangan aktual, laporan audit yang spesifik, basis akuntansi dan ketercukupan struktur pengawasan internal sangat menarik untuk diteliti. Lebih lanjut, para auditor eksternal yang akan mengaudit dibidang pemerintahan juga diwajibkan untuk mengikuti United States General Accounting Office (U.S. GAO) dan Government Auditing Standards, pada perikatan-perikatan audit dibidang pemerintahan, yang dikemukakan oleh Menurut Lowenshon dan Collins (2001). Belum lagi persyaratan yang
29
ditentukan oleh lembaga legislatif dan lembaga eksekutif, organisasi profesional dan Governmental Accounting Standards Boards (GASB) juga mempengaruhi motivasi auditor independen dalam melaksanakan perikatan dalam audit disektor pemerintahan, pernyataan dari Lowenshon dan Collins (2001). Mardiasmo (2002) dalam Wahyudin (2012), menyatakan bahwa banyaknya perubahan kewenangan dari pemerintah (baik peraturan yang berasal dari presiden, menteri maupun pemerintah daerah), dan banyaknya pengumuman berkenaan dengan aturan main baru dari pihak yang terkait perlu disikapi secara hati-hati oleh auditor yang akan menerima audit pemerintahan. Cheng (2002), menyatakan bahwa faktor lingkungan (regulasi) mempengaruhi motivasi auditor untuk melaksanakan audit di bidang pemerintahan, hal ini dikarenakan tingkat kerumitan sifat lingkungan audit pemerintahan. Menurut Lowenshon dan Collins (2001), perubahan kewenangan berkenaan peningkatan panduan regulasi dalam laporan keuangan pemerintah yang ditempatkan dan membutuhkan audit yang begitu cepat dan denda mungkin akan menurunkan motivasi untuk mengejar audit pemerintah, mengakibatkan kurang lacarnya audit yang dilakukan oleh auditor independen berpengalaman.
F. Motivasi Auditor Motivasi merupakan proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan, dalam konsep yang penting pada perilaku akuntan atau
30
auditor karena efektivitas organisasi bergantung pada orang-orang melaksanakan tugas sebagaimana yang diharapkan. Rumusan dari pemikiran ahli perilaku menyatakan bahwa orang biasanya membuat pilihan berdasarkan penghargaan (penghasilan) yang diinginkan dan memilih perilaku yang memungkinkan untuk mencapai penghargaan tersebut. Menurut Robbins dan Judge (2007: 166), menyatakan: “bahwa motivasi adalah proses yang menentukan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran”.
Adapun contoh mengenai motivasi yaitu memberikan fasilitas yang berkaitan dengan keadaan di tempat kerja, sarana dan prasarana yang tersedia maupun hubungan antar personal. Dalam sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja yang maksimal yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Motivasi auditor juga timbul karena yakin bahwa dia bisa melaksanakan audit tersebut, disamping karena adanya permintaan pelanggan dan adanya beberapa kebutuhan komersil. Motivasi merupakan hasil interaksi antara individu dengan situasi. Elemen utama motivasi adalah intensitas, arah dan ketekunan. Menurut Robbins dan Judge (2008), intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Namun intensitas yang tinggi tidak akan menghasilkan prestasi yang memuaskan kecuali jika dikaitkan dengan arah yang menguntungkan. Motivasi memiliki dimensi ketekunan, yaitu ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa mempertahankan usahanya.
31
Tan (2000) dalam Wahyudin (2013), menyatakan ada beberapa faktor motivasi yang dipertimbangkan auditor dalam bekerja yaitu: adanya variasi tugas dan aktivitas, fee audit, peningkatan status, adanya penghargaan yang akan diberikan dan untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerja. Menurut Leslie (1997), sejak tahun 1970-an banyak peneliti mengangkat masalah aspek-aspek motivasional dalam desain berperilaku dalam akuntansi dan teori perilaku organisasi yang banyak digunakan dalam desain riset aspek berperilaku dalam akuntansi adalah teori motivasi kerja. Hal ini disebabkan motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap orang berbeda. Sesuatu yang penting bagi seseorang belum tentu penting bagi orang lainnya, begitu pula halnya dengan akuntan.
G. Penelitian Terdahulu Dari beberapa hasil peneliian terdahulu berikut ini disajikan table ringkasan dari penelitian terdahulu yang menjadi dasar penelitian empiris ini: Table 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No
Nama
1
Suzanne H. Lowensohn (2001)
Judul The role and perceptions of independent audit partners in the government audit market
Variabel
Hasil Analisis
Variabel dependen penelitian ini adalah motivasi partner untuk mengejar audit pemerintah, sementara variabel independen adalah intrinsik / imbalan ekstrinsik dan faktor risiko lingkungan.
Hasil regresi berganda dari data kami menunjukkan bahwa mitra lebih cenderung untuk mengejar audit pemerintah jika mereka percaya bahwa diinginkan intristik dan imbalan ekstrinsik yang dicapai melakukan audit tersebut.
32
2
wahyudin Noor (2012)
Fee Audit, Kompetensi Auditor dan Perubahan Kewenangan Terhadap Motivasi Auditor
variabel independen yang digunakan adalah fee audit, kompetensi auditor dan perubahan kewenangan. Variabel dependenya adalah motivasi auditor.
variabel independen yang berpengaruh positif terhadap motivasi auditor adalah fee audit dan kompetensi auditor. Sedangkan untuk variabel perubahan kewenangan berpengaruh negatif terhadap motivasi auditor.
3
Srinidhi, Bin dan Ferdinand A Gul. (2006).
the Differential Effects of Auditors’ Nonaudit and Audit Fees
variabel dependen adalah besarnya relatif biaya non audit untuk mengaudit biaya, mutlak besaran audit, non-audit dan jumlah biaya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas akrual memiliki signifikan dengan biaya audit.
4
Muh. Taufiq Efendy
variabel independen yang digunakan adalah Kompetensi, Independensi dan Motivasi. Variabel dependennya adalah Kualitas Audit.
secara simultan variabel independen yaitu kompetensi, independensi, dan moivasi berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Namun secara parsial variabel independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
5
Andreani Hanjani (2014)
PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORATD ALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH(Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo) Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor KAP Di Semarang)
Analisis pengaruh etika auditor, pengalaman auditor, fee audit dan motivasi terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika auditor, pengalaman auditor, fee audit dan motivasi auditor berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit.
6
Lilis Ardini (2010) dalam Andreani Hanjani (2014)
Menguji pengaruh kompetensi, independensi, akuntanbilitas dan motivasi terhadap kualitas audit.
analisis pengaruh kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi terhadap kualitas audit.
Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
33
7
Endang Suryanti (2010)
Pengaruh Motivasi Kerja dan Etika Profesi Terhadap Pengambilan Keputusan Auditor
variabel independennya adalah motivasi kerja dan etika profesi, dependennya adalah pengambilan keputusan auditor.
hasil penelitian disimpulkan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi pengambilan keputusan auditor adalah motivasi kerja karena nilai koefisien regresinya paling besar.
8
Alice Lam (2013)
Knowledge sharing in organisational contexts: a motivation-based perspective
variabel antara motivasi individu dan pengetahuan berbagi dalam organisasi
untuk memahami bagaimana organisasi menyelesaikan dilema sosial berbagi pengetahuan, dan cara-cara yang berbeda motivasi mekanisme berinteraksi untuk mendorong transfer dan penciptaan pengetahuan.
9
Donald P. Moynihan (2013)
The Role of Organizations in Fostering Public Service Motivation
variabel ini mengkaji peran faktor organisasi yang bermain di membentuk motivasi pelayanan publik.
memiliki relevansi praktis yang signifikan, karena berhubungan dengan hubungan antara motivasi dan kepentingan umum.
Sumber: Jurnal Akuntansi, Skripsi Akuntansi H. Rerangka Penelitian Faktor ini biasanya berhubungan dengan manfaat yang akan diterima oleh auditor, seperti fee audit, kemampuan atau kompetensi auditor melaksanakan audit dan faktor lingkungan (mis. kompetisi pasar). Beberapa faktor lain juga berpengaruh ketika akuntan publik akan mempertimbangkan pelaksanaan perikatan audit di pasar audit pemerintah, misalnya kemungkinan adanya
ketidaksukaan
auditor
untuk
melaksanakan
pekerjaan
audit
pemerintahan, permasalahan fee audit yang rendah, memerlukan kompetensi
34
khusus dan adanya permasalahan politik yang berpengaruh dalam motivasi auditor untuk meningkatkan kinerja BPK. Gambar 2.1 Rerangka Penelitian
Fee Audit (X1)
Kompetensi Auditor (X2)
Motivasi Auditor (Y)
Perubahan Kewenangan (X3)
I.
Hipotesis Penelitian
1.
Pengaruh Fee Audit Terhadap Motivasi Auditor Menurut Ferris dalam Wahyudi (2012), dalam penelitiannya menemukan
bahwa besarnya penghasilan berpengaruh positif terhadap motivasi. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa teori pengharapan di lingkungan profesi akuntan berpengaruh terhadap kinerja staf audit. Wanous dkk. Dalam Hanjani (2014), menyatakan bahwa instrumentalitas berpengaruh secara positif terhadap motivasi. Instrumetalitas merupakan keyakinan seseorang bahwa
35
pencapaian sasaran akan mengarah pada suatu penghasilan yang diinginkan. Lowenshon dan Collins (2001), mengungkapkan bahwa auditor mengejar auditaudit
bidang
instrumentalities
pemerintahan diinginkan
karena dapat
mereka dicapai
percaya melalui
bahwa
pelaksanaan
reward audit
dipemerintahan. Mardiasmo (2002), mereplikasi penelitian Lowenshon dan Collins (2001), dan menemukan hal serupa. Schei dkk., (2002), dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positip antara outcome yang diterima dengan motivasi. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang ajukan adalah: H1 : Fee Audit berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi auditor.
2.
Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Motivasi Auditor Menurut Abdolmohammadi dan Wright dalam Wahyudin (2012)
pengalaman merupakan suatu faktor yang sangat vital yang dapat mempengaruhi judgment yang komplek. Auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan atribusi kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman (Kaplan dan Recker, 1989) dalam Lilis (2010) yang dikutip Hanjani (2014). Konsep pengalaman audit yang sering dioperasionalkan ke dalam tahun pengalaman audit atau tingkat hirarki jabatan auditor digunakan sebagai pengganti ukuran keahlian (expertise), karena konsep keahlian ini tidak mungkin teramati secara langsung Bedard (1989) dalam Sri lastanti (2005). Jeffrey (1992) menyatakan bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam
36
ingatannya dan mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai frekuensi relatif peristiwa-peristiwa. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang ajukan adalah: H2 : Kompetensi Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi auditor. 3.
Pengaruh Perubahan Kewenangan Terhadap Motivasi Auditor Lowenshon dan Collins (2001), menemukan bahwa risiko lingkungan
(iklim
politik
dan
perubahan
kewenangan)
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi motivasi auditor independen dalam melaksanakan perikatan audit disektor pemerintah. Hasil penelitiaanya juga menemukan bahwa iklim politik dan perubahan kewenangan berpengaruh negatif signifikan terhadap motivasi auditor. Mardiasmo (2002) dalam Wahyudin (2012), mereplikasi penelitian Lowenshon dan Collins (2001), hasil penelitiannya menemukan bahwa risiko lingkungan (iklim politik dan perubahan kewenangan) berpengaruh positif terhadap motivasi dalam melaksanakan audit pemerintah. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang ajukan adalah: H3 : Perubahan kewenangan berpengaruh negatif signifikan terhadap motivasi auditor.