BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Rasio Keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja perusahaan. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Rasio keuangan dapat juga digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan dalam melaksanakan aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 36) “Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut”. Dari defenisi ini rasio dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpanganpenyimpangan dengan cara membandingkan rasio keuangan dengan tahun-tahun sebelumnya.
8
9
Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-perkiraan yang dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. Contoh Pertama, untuk beberapa pengecualian, tidak ada ketentuan-ketentuan baku dan cepat untuk komputasi rasio. Kedua, dalam penghitungan banyak rasio, angka-angka laporan laba rugi dibandingkan dengan angka-angka neraca. Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu dan neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam penghitungan rasio-rasio adalah baik untuk menghitung rata-rata untuk angka-angka neraca. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000 : 40) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. 1. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersamasama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan.
10
2. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan B pada tahun 19X1. 3. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat. 4. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.
2. Manfaat Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 36) “analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio”. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu.
11
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan dalam catatan keuangan dan laporan keuangan. Dalam menggunakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam perbandingan, yaitu : 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang telah lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu yang akan dating dari perusahaan yang sama. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis dari perusahaan yang lain yang sejenis. Dengan demikian manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tegantung kepada kemampuan atau kecerdasan penganalisis data menginterprestasikan data yang bersangkutan. Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat
membantu
mengidentifikasi adanya penyimpangan. Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan analis saham.
12
Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006 : 119) adalah sebagai berikut: 1. Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan, 2. Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan 3. Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan. Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap (2006 : 298). 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score). 5. Rasio menstandarisir size perusahaan. 6. Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
13
7. Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
3. Jenis-jenis Rasio keuangan Abdul (2007) mengemukakan jenis-jenis rasio keuangan utama yang umumnya digunakan untuk melakukan analisis adalah sebagai berikut: 1. Rasio untuk mengukur kinerja manajemen. 2. Rasio untuk mengukur efisiensi operasi manajemen. 3. Rasio untuk mengukur kebijakan keuangan perusahaan. Berikut adalah rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk melihat beberapa kemampuan perusahaan (kasmir, 2008): a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun didalam perusahaan.
14
1) Current Ratio (Rasio Lancar) Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.
Current Assets Current Ratio = Current Liabilities
2) Quick Ratio (Rasio Cepat) Rasio Cepat (Quick ratio) merupakan rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
atau
membayar
kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan.
Current Assets Quick Ratio = Current Liabilities
15
3) Cash Ratio ( Rasio Kas) Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (uang dapat ditarik setiap saat).
Cash or Cash equivalent Cash Ratio = Current Liabilities
4) Cash Turnover (Rasio Perputaran Kas) Rasio perputaran kas (cash turnover) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.
Net Sales Cash Turnover = Current Assets– Current Liabilities
16
5) Inventory to Net Working Capital Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.
Inventory Inventory to NWC = Current Assets-Current Liabilities
b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasiosolvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (likuidasi). 1) Debt Ratio (Rasio Hutang) Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
17
Total Liabilities Debt Ratio = Total Assets
2) Debt-to-Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Total Liabilities Debt-to-Equity = Equity
3) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) LTDtER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
Long term debt LTDrER= Equity
18
4) Times Interest Earned Menurut Weston (2008) Times Interst Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Jumlah kali perolehan bunga merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dandapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor.
EBIT Times Interest Earned = Interest (Biaya Bunga)
5) Fixed Charge Coverage Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract)
EBT + Interest + Lease Fixed Charge Coverage = Interest+Lease (Kewajiban sewa)
19
c. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas
perusahaan
dalam
menggunakan aktiva
yangdimilikinya. Setiap aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. 1) Receivable Turn Over (Perputaran Piutang) Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang.
Sale of The Credit Receivable Turn Over = Account Receivable
2) Inventory Turn Over (Perputaran Persediaan) Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun.
20
Sales Inventory Turn over= Inventory
3) Working Capital Turn Over ( Perputaran Modal Kerja) Perputaran modal kerja merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode atau suatu peride.
Net Sales Working Capital Turn Over = Working Capital
4) Total Asset Turnover Ratio (Rasio Perputaran Total Aktiva) Total asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Sales Total Asset Turnover = Total Assets
21
d. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal iniditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. 1) Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih) Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan, Keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan.
EAIT (Earning After Interest and Tax) NPM = Sales
2) Return on Assets (Hasil Pengembalian atas Total Aktiva) Rasio
ini
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan dari asset yang digunakan. Rasio ini merupakan keseluruhan kefektifan manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.
Net Profit ROA = Total Assets
22
3) Return on Equity (Hasil Pengembalian atas Ekuitas) ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik.
Earning After Interest and Tax (EAIT) ROE = Equity
4) Earning Per Share (Laba Bersih Perlembar Saham) Rasio ini mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen
belum
berhasil
untuk
memuaskan
saham,begitu sebaliknya.
Common Stock Earnings EPS = Outstanding Shares
pemegang
23
B. RERANGKA PEMIKIRAN Tabel 2.1 Penelitian terdahulu NO
JUDUL Analisis
VARIABEL
pengaruh Current
HASIL PENELITIAN
Ratio, CR, DER, TATO, NPM
1 Current Ratio, Debt to debt to Equity secara parsial berpengaruh Equity Ratio, Total asset Ratio,
Total signifikan terhadap ROE.
Turn Over, Net Profit Asset Turnover, Sementara secara simultan Margin Terhadap ROE Net (Studi
kasus
perusahaan
Profit CR, DER,TATO dan NPM
pada Margin, Return terbukti
manufaktur on Equity
signifikan
berpengaruh terhadap ROE.
periode 2005-2009) (Aminatuzzahra, 2010)
2
Pengaruh Current Ratio Current Ratio,
Variabel
dan Debt to Equity Ratio Debt to Equity
berpengaruh
terhadap Consumer
ROE
Pada Ratio,
2010-2011 (Setyaningrum,2012)
dan
DER
signifikan
return terhadap ROE baik secara
Goods On Equity
Industry di BEI tahun
CR
parsial maupun simultan.
24
Analisis 3
Pengaruh Current Ratio,
Current
Ratio,
Total Total Asset
Secara
parsial
TATO
variabel
berpengaruh
Asset Turnover dan Debt Turnover, Debt terhadap ROE. Sedangkan to Equity Ratio terhadap to Equity Ratio
variabel CR dan DER tidak
ROE Pada perusahaan dan Return On
berpengaruh terhadap ROE.
manufaktur
di
BEI Equity
periode 2005-2007 (Debora Setiati, 2009)
Analisis 4
pengaruh Current Ratio,
DER, CR dan TATO secara
Current Ratio, Debt to debt to Equity
parsial tidak berpengaruh
Equity Ratio, Total asset Ratio, Turnover,
Net
Total signifikan
Profit Asset
terhadapROE.
Sedangkan
Margin terhadap Return Turnover, Net
berpengaruh
On
terhadap ROE.
Equity
Perusahaan
Pada Profit Margin,
Manufaktur Return
on
NPM signifikan
Sementara secara simultan
GO Public di BEI tahun Equity
(DER,
CR,
2010-2011
NPM) terbukti signifikan
(AriyaYudha, 2013)
berpengaruh terhadap ROE
TATO
dan
25
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi Return on Equity sebagai ukuran profitabilitas atau rentabilitas sebagaimana laba dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk likuiditas, aktifitas, dan solvabilitas perusahaan. Current Ratio sendiri merupakan salah satu indikator dari likuiditas. CR merupakan rasio antara asset lancar dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini mengukur aktiva yang dimiliki perusahaan dalam hutang lancar perusahaan. Salah satu ukuran adalah Debt to equity Ratio. Sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang salah satunya dapat dilihat melalui Debt To equity Ratio. Debt To Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dengan total shareholder’s equityv(total modal sendiri). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang) sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Total Asset Turnover merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya yang berupa asset. Semakin tinggi rasio ini akan semakin efisien penggunaan asset dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas.
26
1. Pengaruh Current Ratio Terhadap ROE Rasio lancar adalah ukuran dari likuiditas jangka pendek. Rasio lancar perbandingan antara asset lancar dengan kewajiban lancar. Bagi perusahaan, rasio lancar yang tinggi menunjukkan likuiditas, tetapi ia juga bisa dikatakan menunjukan penggunaan kas dan asset jangka pendek secara tidak efisien (ROSS, Westerfield, Jordan, 2008). Rasio ini menunjukan kemapuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan yang mapu membayar belum tentu mampu memenuhi segala kewajibankeuangan yang harus dipenuhi ( Sofyan,2007). Karena proporsi atau distribusidari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaanyang relatif tinggi dibandingkan dengan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah menunjukan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit ditagih (Robert Ang,1997). Apabila aktiva lancar untuk mengurangi jumlah hutang lancar, sedangkan hutang lancar digunakan untuk menambah aktiva lancar. Maka aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil dari pada hutang lancar, dan perusahaan mengalami kesulitan dalam mengoperasikan perusahaannya. Akan tetapi terlalu banyak modal kerja mengakibatkan banyak dana yang menganggur, sehingga dapat menurunkan laba. Dengan demikian sangat dimungkinkan bahwa hubungan antara CR dan ROE adalah negatif. Current ratio menunjukan perubahan jumlah aktiva lancar atau hutang lancar, baik masing-masing atau keduanya akan mengakibatkan perubahan
27
tingkat likuiditas. Nilai likuiditas yang terlalu tinggi berdampak kurang baik terhadap earning power karena adanya idle cash atau menunjukan kelebihan modal kerja yang dibutuhkan, kelebihan ini akan menurunkan kesempatan memperoleh keuntungan. Dengan demikian sangat dimungkinkan hubungan CR dan ROE adalah negatif. Semakin tinggi CR maka semakin rendah tingkat ROE, terjadi perbandingan terbalik antara profitabilitas dengan likuiditas. 2. Pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap ROE Tinggi rendah DER akan mempengaruhi tingkat pencapaian ROE yang dicapai oleh perusahaan. Jika biaya yang ditimbulkan oleh pinjaman ( cost of debt) lebih kecil dari pada biaya modal sendiri (cost of equity), maka sumber dana yang berasal dari pinjaman atau hutang akan lebih efektif dalam menghasilkan laba (meningkatkan return on equity), demikian sebaliknya. Dari sudut pandang manajemen keuangan, rasio leverage membawa implikasi penting dalam pengukuran risikio finansial perusahaan. Terdapat pengaruh negatif pada leverage keuangan yakni bahwa profitabilitas perusahaan berkurang sebagai akibat dari penggunaan hutang perusahaan yang besar, sehigga dapat disebabkan biaya tetap yang harus ditanggung lebih besar dari operating income yang dihasilkan hutang tersebut, (Cryllius Martonoz, 2006). Perusahaan dengan laba bertumbuh akan memperkuat hubungan DER dengan profitabilitas yaitu dimana profitabilitas meningkat seiring dengan
28
DER yang rendah. Perusahaan yang pertumbuhan labanya rendah akan berusaha menarik dana dari luar, untuk mendapatkan investasi dengan mengorbankan sebagian besarnya labanya. Sehingga perusahaan dengan pertumbuhan laba rendah akan semakin memperkuat hubungan antar DER yang berpengaruh negatif dengan profitabilitas. Dimana peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar pengunaan utang maka semakin besar kewajibannya. Bagi perusahaan sebaiknya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban hutang tetapnya tidak terlalu tinggi. Dimana DER yang tinggi menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang terhadap ekuitas. Perusahaan dengan laba bertumbuh mempunyai kesempatan yang profitable dalam mendanai investasinya secara internal sehingga perusahaan menghindar untuk menarik dana dari luar dan berusaha mencari solusi yang tepat atas masalah-masalah yang terkait dengan hutangnya, selain
itu dengan profitabilitas
yang meningkat
akan
meningkatkan laba ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan pinjaman dan rasio DER menurun. Hutang mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang artinya mengurangi keuntungan. Semakin tinggi DER menunjukankan semakin
29
besar beban perusahaan terhadap pihak luar,hal ini sangat memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan, karena tingkat ketergantungan dengan pihak luar semakin tinggi. 3. Pengaruh Total Asset Turnover terhadap ROE Total asset turnover merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran seberapa jauh aktiva yang telah dipergunakan dalam kegiatan atau menunjukkan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukkan suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisien penggunaan aktiva sehingga meningkat (Sawir, 2001).
Sedangkan TATO dipengaruhi oleh besar-kecilnya penjualan dan total aktiva, baik lancar maupun aktiva tetap. Karena itu, TATO dapat diperbesar dengan menambah aktiva pada satu sisi dan pada sisi lain diusahakan agar penjualan dapat meningkat relatif lebih besar dari peningkatan aktiva atau dengan mengurangi penjualan disertai dengan pengurangan relatif terhadap aktiva, (Pieter Leunupun, 2003). Dengan demikian sangat dimungkinkan bahwa hubungan antara TATO dengan ROE adalah positif. Semakin besar TATO akan semakin baik karena semakin efisien seluruh aktiva yang digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan (Robert Ang, 1997). ROE
30
yang meningkat karena dipengaruhi oleh TATO (Brigham dan Houston, 2001). 4. Pengaruh Net Profit Margin terhadap ROE Net profit margin, merupakan rasio antara laba bersih dengan penjualan, yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin semakin
baik
operasi
suatu
perusahaan
karena
menampakkan
keberhasilannya dalam meningkatkan penjualan yang dibarengi dengan peningkatan yang sangat besar dalam pengorbanan biayanya (Pieter Leunupun, 2003). Net profit margin menunjukkan rasio antara laba setelah pajak dengan penjualan, yang mengukur laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini juga dibandingkan dengan rata-rata industri. Semakin tinggi net income yang dicapai oleh perusahaan dalam menghasilkan laba bersihnya, (Agus Sartono, 2000). Dengan meningkatnya NPM menunjukkan bahwa semakin baik kinerja perusahaan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan meningkat pula. Sehingga hubungan antara NPM dengan kinerja perusahaan adalah positif. Nilai NPM yang semakin tinggi maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan, yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih.
31
Model Konseptual
Current Ratio (CR) Debt to Equity Ratio (DER) Return On Equity Total Assets Turn Over (TATO) Net Profit Margin (NPM)
Gambar 2.1 Diagram Rerangka Pemikiran
(ROE)
32
C. HIPOTESIS Berdasarkan permasalahan yang diteliti mengenai pengaruh dari Current Ratio, Debt to equity Ratio, Total Asset Turnover dan Net Profit Margin terhadap Return on Equity. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Current Ratio berpengaruh terhadap Return On Equity H2 : Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap Return On Equity H3 : Total Asset TurnOver berpengaruh terhadap Return On Equity H4 : Net Profit Margin berpengaruh terhadap Return On Equity H5 : Diduga Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover dan Net Profit Margin secara bersama-sama berpengaruh terhadap Return on Equity