BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A.
KAJIAN PUSTAKA 1. Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) dalam Inggy (2012) menjelaskan teori agensi sebagai hubungan dimana satu pihak (prinsipal) memberikan tanggung jawab kepada pihak lain (agen). He et al. (2009) dalam penelitiannya
berdasarkan
perspektif
teori
agensi,
terbukti
bahwa
perusahaan induk yang memiliki perusahaan anak yang terstrukturisasi cenderung negatif dalam jangka panjang, akibat dari insentif manajer perusahaan anak yang terstrukturisasi yang cenderung mementingkan diri sendiri. Principal selaku pemilik perusahaan ingin mengetahui semua informasi mengenai aktivitas perusahaan, termasuk aktivitas manajemen yang terkait dengan investasi atau dana yang mereka investasikan dalam perusahaan tersebut. Teori keagenan membahas hubungan antara manajemen dengan pemegang saham, di mana yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah manajemen ( Belkaoui, 2006: 127). Teori keagenan ini membantu auditor memahami konflik kepentingan yang muncul antara principal dan agen. Principal selaku investor bekerja sama dan menandatangani kontrak kerja dengan agen atau manajemen perusahaan untuk menginvestasikan keuangan mereka. Dengan adanya auditor yang independen diharapkan tidak lagi terjadi kecurangan dalam
11
12
laporan yang dibuat oleh manajemen. Sehingga akan menghasilkan informasi yang relavan yang berguna bagi investor dan kreditor dalam mengambil keputusan rasional untuk investasi. 2.
Teori Keutamaan (Virtue Theory) Teori keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan
tindakan mana yang tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifatr-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Karakter atau sifat utama dapat didefenisikan sebagai disposisi sifat atau watak yang telah melekat atau dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik. Seorang auditor dalam menjalankan tugasnya diharapkan dapat memiliki sifat yang jujur dan penuh dengan kewajaran dengan cara tetap bersikap objektif dalam membuat berbagai keputusan audit. Untuk itu, auditor perlu mempertahankan independensi yang ada pada dirinya. Auditor juga diharapkan dapat menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya, serta bersikap ulet dalam melakukan proses audit hingga dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. 3.
Auditing a.
Definisi Audit Pengertian auditing menurut Arens et al. (2011:4) yang telah
diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf adalah Pengumpulan dan evaluasi
13
bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kinerja yg telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Menurut Sukrisno Agoes (2012 : 4) dalam buku “Auditing (petunjuk
praktis pemeriksaan akuntan oleh
akuntan publik)”
menyatakan auditing yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen, beserta catatancatatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewaajaran laporan keuangan tersebut. b. Jenis – jenis Audit Menurut Arens dkk (2008) , akuntan publik melakukan tiga jenis audit yaitu: a) Audit operasional (operational audit) mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapakn
saran-saran
untuk
memperbaiki
operasi.
Mengevaluasi secara objektif apakah efisiensi dan efektivitas operasi sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan jauh lebih sulit ketimbang audit ketaatan dan audit laporan keuangan. b) Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau
14
ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen bukan kepada pemakai luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Audit ketaatan banyak dijumpai dalam pemerintahan. c) Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. c.
Standar Auditing Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam
menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disajikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut : a) Standar umum 1) Proses audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor. 2) Seorang Auditor harus mempertahankan dan mengedepankan sesuatu yang berhubungan dengan Independensi dan Perikatan.
15
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran ilmuya secara profesional dengan cermat dan seksama. b) Standar pekerjaan lapangan 1) Pekerjaan mengaudit harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Pemahaman mengenai pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan saat mengaudit. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. c) Standar pelaporan 1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi di Indonesia yang berlaku umum 2) Laporan auditor harus menunjukkan
jika ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan sebelumnya.
prinsip
akuntansi
tersebut
dalam
periode
16
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. d. Laporan Audit Laporan
audit merupakan
alat formal
auditor untuk
mengkomunikasikan suatu kesimpulan yang diperoleh mengenai laporan keuangan auditan kepada pihak yang berkepentingan. Auditor harus memenuhi keempat standar pelaporan didalam membuat dan mengeluarkann laporan audit. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku yang terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf lingkup (scope paragaraph), dan paragaraf pendapat (opinion paragraph). Terdapat tiga fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraph pengantar: 1.
Tipe jasa yang diberikan oleh auditor.
17
2.
Obyek yang dianut, berisi dua hal penting yaitu auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan setelah ia melakukan audit dan obyek yang dianut oleh auditor bukanlah catatan melainkan laporan kliennya.
3.
Pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil auditnya.
4.
Fee Audit Fee Audit adalah biaya yang diterima oleh auditor dengan mempertimbangakan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan lain-lain. Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) mendifinisikan Fee Audit adalah sebagai beriku : “ Besarnya biaya tergantung antara lain resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut. Struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan professional lainnya “ KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi. Selain fee profesional, terdapat pula fee kontijensi, yaitu fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang (2009), terbukti bahwa fee audit berpengaruh positif terhadap kualitasn audit. Al-Shammari et al. (2008) Fee audit diartikan besarnya imbal jasa yang diterima oleh auditor atas pelaksanaan pekerjaan audit. Imbalan
18
jasa dihubungkan dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang diberikan bagi klien atau bagi kantor akuntan publik yang bersangkutan. Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) indikator Fee Audit dapat diukur dari : 1.
Resiko Penugasan
2.
Kompleksitas Jasa yang diberikan
3.
Struktur biaya KAP yang bersangkutan dan Pertimbangan profesi lainnya
4. 5.
Ukuran KAP
Akuntabilitas Akuntabilitas berasal dari bahasa inggris accountability, yang berarti
pertanggungjawaban
pertanggungjawabkan
atau
atau
keadaan
keadaan
untuk
untuk
di
dimintai
pertanggungjawabannya. Tetclock (1984) dalam Diani dan Ria 2007, mendifinisikan akuntabilitas bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang
diambil kepada
akuntabilitas
dapat
lingkungannya. diartikan
sebagai
Dalam sektor bentuk
publik,
kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
19
ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003). Peran dan tanggung jawab auditor diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAI ataupun Statement on Auditing Standards (SAS) yang dikeluarkan oleh Auditing Standards Board (ASB). Adapun peran dan tanggung jawab auditor yaitu: a) Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan (fraud), kekeliruan, dan ketidakberesan. b)
Tanggung
jawab mempertahankan sikap independensi dan
menghindari konflik. c)
Tanggung jawab mengkomunikasikan informasi yang berguna tentang sifat dan hasil proses audit.
d) Tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien. Diani Mardisar dan Ria (2007) mengatakan bahwa kualitas hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki oleh auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Oleh karena itu akuntabilitas merupakan salah satu faktor penting yang harus dimiliki auditor dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mengukur akuntabilitas dapat digunakan tiga indikator berikut (Rahman, 2009): 1) Motivasi, merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong
20
keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan adanya motivasi dalam bekerja, auditor diharapkan lebih memiliki intensitas, arah, dan ketekunan sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Terkait dengan akuntabilitas, seseorang dengan akuntabilitas tinggi akan memiliki motivasi yang tinggi pula dalam mengerjakan sesuatu. 2) Pengabdian pada profesi, dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki, serta keteguhan untuk tetap melaksanakan suatu pekerjaan. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Totalitas inilah yang menjadi tanggung jawab dan komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, kemudian baru materi. 3) Kewajiban sosial, merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh, baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut. Jika auditor menyadari betapa besar perannya, maka ia akan memiliki keyakinan untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab, sehingga ia merasa berkewajiban untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan juga profesinya. Pengabdian kepada profesi merupakan suatu komitmen yang terbentuk dari dalam diri seorang profesional, dalam hal ini adalah auditor, tanpa paksaan dari siapapun. Auditor memiliki kewajiban untuk menjaga standar
21
perilaku etis mereka kepada organisasi, profesi, masyarakat, dan pribadi mereka sendiri di mana akuntan publik mempunyai tanggung jawab menjaga integritas dan obyektivitasnya. Auditor yang memiliki akuntabilitas tinggi akan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya sehingga kualitas audit yang dihasilkan pun akan semakin baik. 6.
Pengetahuan Audit Menurut Brown dan Stanner (1983) dalam Mardisar dan Sari (2007:8), perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara efektif jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kesalahan diartikan dengan seberapa banyak perbedaan (deviasi) antara kebijakan-kebijakan perusahaan tentang pencatatan akuntansi dengan kriteria yang telah distandarkan. Pengetahuan juga bisa diperoleh dari frekuensi seorang audior melakukan pekerjaan dalam proses audit laporan keuangna seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki pengethauan yang cukup memadai akan tugasnya. Pengetahuan
auditor
digunakan
sebagai
salah
satu
kunci
keefektifan kerja. Dalam audit, pengetahuan tentang bermacam-macam pola yang berhubungan dengan kemungkinan kekeliruan dalam laporan
22
keuangan penting unutk membuat perencanaan audit yang efektif (Noviyani,2002) dalam Herawaty dan Susanto (2008:16). Seorang auditor yang memiliki banyak pengetahuan tentang kekeliruan akan lebih ahli dalam melaksankan tugasnya terutama dengan pengungkapan kekeliruan. Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi (Tubbs 1992). Secara umum seorang auditor harus memiliki
pengetahuan-pengetahuan
mengenai
General
auditing,
Functional Area, computer auditing, Accounting Issue, Specific Industri, General World knowledge (pengetahuan umum), dan Problem solving knowledge (Bedard & Michelene 1993) dalam Mardisar dan Sari (2007:8). 7.
Integritas Diperlukan agar auditor dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit. Prinsip-prinsip prilaku yang berlaku bagi auditor antara lain integritas dan kompetensi. Integritas diperlukan agar dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit serta kompetensi auditor didukung oleh pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas (sukriah, dkk 2009). Selain itu menurut Anitaria (2011), integritas merupakan suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan
23
merupakan patokan bagi
anggota dalam menguji semua keputusan
yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara
lain,
bersikap
jujur
dan
berterus terang
tanpa
harus
mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. integritas auditor juga dapat berpengaruh terhadap kulitas hasil audit. Sunarto (2003) dalam Sukriah, Akram dan Inapty (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Prinsip
integritas
mengharuskan
auditor
untuk
memiliki
kepribadian yang dilandasi oleh unsur kejujuran, keberanian, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberi dasar dalam mengambil suatu keputusan yang dapat diandalkan (Pusdiklatwas BPKP, 2008:21). 8.
Kualitas Audit Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidak selarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, kualitas audit
24
merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh para auditor dalam proses pengauditan. Kualitas audit merupakan kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya dimana dalam melakukan audit dapat menemukan kesalahan klien dan melaporkannya. Kualitas auditor sebagai kemungkinan auditor untuk menemukan pelanggaran atau kesalahan pada sistem akuntansi klien dan melaporkan pelanggaran tersebut. Kedua hal tersebut merupakan mutlak dan tidak dapat dipisahkan dari pengertian kualitas auditor. Menurut De Angelo dalam Justiana Castellani (2008) Kualitas Audit adalah : “ Kemungkinan (Probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada di dalam sistem akuntansi klien. “ Boon et al.(2008) menemukan bukti bahwa ketidak etisan perilaku negosiasi mengakibatkan keluaran dari negosiasi yang berupa laporan keuangan akan sangat mudah diprediksi hasilnya. Dalam penelitiannya menggunakan pendekatan survey kuesioner dilakukan dari 235 NSW keuangan dewan lokal pada Mei 2006. Menurut Dies dan Grroux (1992) dalam Reza (2012) menjelaskan adanya dua variabel yang mempengaruhi kualitas audit, dari dua variabel tersebut melahirkan 4 hipotesis yang menyatakan korelasinya dengan kualitas audit, yaitu: 1.
Tenure, lamanya waktu auditor melakukan pemeriksaan terhadap
25
perusahaan atau instansi 2.
Jumlah klien, peneliti berasumsi bahwa semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik, karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya.
3.
Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien juga berkorelasi dengan kualitas audit.
4.
Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan di review oleh pihak ketiga. Dari pengertian tentang kualitas audit di atas bahwa auditor
dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan untuk dapat menjalankan kewajibannya. Tetapi dalam menjalankan tugasnya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dalam manajemen perusahaan. Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi dan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Setiap audit harus mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksakan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya (Khomsiyah dan Indrianto, 1988, dalam Abdul Somad, 2012). Peranan auditor untuk meningkatkan kualitas audit sangat diperlukan.
Kualitas
audit
perlu
ditingkatkan
karena
dengan
26
meningkatnya kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor maka tingkat kepercayaan yang akan diberikan oleh masyarakat semakin tinggi.
27
B.
Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No 1
Peneliti Mardiasar dan sari (2007)
2
Bambang Hartadi (2009)
Judul Pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit.
Variable Akutabilitas(X1), Pengetahuan(X2), kualitas audit(Y)
Hasil Penelitian akuntabilitas dan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja
Fee Audit(X1), Rotasi KAP(X2), Reputasi Auditor(X3), kualitas Audit(Y)
Terbukti bahwa Fee audit berpengaruh signifikan terhadapnkualitas audit, sementara rotasi danreputasi audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
3
Fenny dan Yohanes (2012)
Pengaruh akuntabilitas dan kompetensi terhadap kualitas audit
Akuntabilitas(X1), kompetensi(X2), kualitas audit(Y)
Akuntabilitas dan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
4
Havidz Mabruri Jaka Winarna (2010)
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah
Obyektifitas (X1), pengalaman (X2), pengetahuan (X3), integritas auditor (X4), independensi (X5), Kualitas Audit (Y)
variabel independensi, obyektifitas, pengalaman, pengetahuan, dan integritas auditor secara bersama-sama atau simultan berpengaruh secara statistik signifikan terhadap kualitas hasil audit
5
Novie Susanti Suseno (2013)
analisis empiris independensi auditor dan biaya audit terhadap kualitas audit
independensi (X1), biaya audit (X2), kualitas audit (Y)
Analisis data dilakukan dengan menggunakan path analisis. Model interpretasi atau hasil pengujiandiinterpretasikan sesuai dengan teori-teori dari datadan penalaran logis. Dalam rangka untuk menafsirkan hubungan antara variable yangdigunakan.
6.
Muliani dan Bawono (2010)
Pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit
Independensi(X1), pengalaman(X2), due professional care(X3), dan akuntabilitas(X4). kualitas audit(Y)
7.
Muhammad Ahyaruddin (2013)
Pengaruh Akuntabilitas Auditor, Independensi, dan Etika Profesional Terhadap Kualitas Audit
independensi(X1), pengalaman(X2), due professional care(X3), dan akuntabilitas(X4). kualitas audit(Y)
Independensi, pengalaman, due professional care, akuntabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Independensi merupakan variabel paling dominan, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Secara parsial etika profesional berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sedangkan akuntabilitas auditor dan independensi tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Secara bersamasama (simultan) akuntabiltas auditor, independensi, dan etika profesional berpengaruh terhadap kualitas audit.
28
C.
Rerangka Pemikiran Dalam suatu pelaporan keuangan yang telah dilaporkan ke pada BEI
perusahan harus mengaudit laporan tersebut sebelum penyerahan kepada BEI. Pengauditan yang dilakukan oleh auditor terhadap perusahaan yang diaudit tentunya akan menghasilkan opini audit, dimana opini audit tersebut digunakan untuk perbandingan kemajuan perusahaan dari tahun ke tahun. sebuah opini audit timbul karena adanya pengetahuan – pengetahuan mendasar dari seorang auditor, selain itu opini audit juga harus mencakupi Fee Audit, Akuntabilitas,
dan
Integritas Auditor. Dengan demikian dapat diperlihatkan bahwa Fee Audit, Akuntabilitas, pengetahuan dan Integritas Auditor dapat mempengaruhi kualitas audit. Kualitas audit merupakan kemampuan dari auditor melaksanakan tugas dimana dalam melakukan pengauditan bisa saja menemukan kesalahan dan melaporkannya. Berikut ini merupakan kerangka pemikiran secara ilustratif mengenai pengaruh Fee Audit,Akuntabilitas, Pengetahuan dan Integritas terhadap kualitas audit. Gambar 2.1 Rerangka Penelitian
Fee Audit
Akuntabilitas Kualitas Audit Pengetahuan Audit
Integritas
29
D.
Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Fee Audit terhadap Kualitas Audit Abdul et al. (2006) dalam Hartadi (2009) dengan menggunakan variable corporate governance characteristics audit dan non- audit fees, tipe opini audit di Malaysia, peneliti menemukan bukti bahwa fee memang secara signifikan mempengaruhi kualitas audit. Dhaliwal et al. (2008) dengan menggunakan sample sebanyak 560 new debtissues, peneliti menginvestigasi hubungan antara non audit fee, dan total auditor fees dengan kualitas audit. Dalam penelitian tersebut, mereka
menemukan
bukti bahwa fee audit
secara signifikan
mempengaruhi kualitas audit (independensi auditor). H1 : fee audit berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas Auditor. 2.
Pengaruh Akuntabilitas tehadap Kualitas Audit Pengabdian kepada profesi merupakan komitmen yang terbentuk dalam diri seorang profesional, tanpa adanya paksaan dari siapapun, dan
secara
sadar
bertanggung
jawab
terhadap
profesinya.
Nugrahaningsih (2005) menyatakan bahwa akuntan memiliki kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi di mana mereka berlindung, profesi mereka, masyarakat, dan pribadi mereka sendiri, di mana akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan menjaga integritas serta obyektivitas mereka.
30
Kewajiban sosial merupakan pandangan terhadap pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh, baik oleh masyarakat maupun profesional, karena adanya pekerjaan tersebut (Rendy, 2007). Jika auditor menyadari perannya, maka akan memiliki keyakinan bahwa dengan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, ia akan memberi kontribusi yang besar bagi masyarakat dan profesinya tersebut. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliani dan Bawono (2010) yang memberi hasil bahwa akuntabilitas member pengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Dari penjelasan di atas, hipotesis kedua yang dapat diajukan adalah: H2: akuntabilitas auditor berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit 3. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kualitas Audit SPAP 2001 tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup. Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et.al, 1987 dalam Harhinto, 2004:35).
31
Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor (Kusharyanti, 2003), yaitu : (1) Pengetahuan pengauditan umum, (2) Pengetahuan area fungsional, (3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru, (4) Pengetahuan mengenai industri khusus, (5) Pengetahuan Mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Menurut Brown dan Stanner (1983) dalam Mardisar dan Sari (2007), perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: H3 : Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 4. Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Audit Penelitian
yang
dilakukan
Mabruri
dan
Winarna
(2010)
menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki integritas yang baik. Sunarto (2003) dalam Sukriah, dkk. (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan
prinsip.
Wibowo
(2006)
mengemukakan
integritas auditor menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi pengandalan atas keputusan mereka. Dengan demikian, dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: H4 : Integritas Auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor.