BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah agency theory yang menyatakan bahwa adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agency) yaitu manager, dalam bentuk kontrak kerjasama yang disebut “nexus of contract”. Principal adalah para pemegang saham dan agensi adalah manager. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory), diasumsikan
bahwa
masing-masing pihak
berhak
bertindak
atas
kepentingannya sendiri. Principal sebagai pemberi wewenang berusaha untuk meningkatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, agar dengan demikian pembagian dividen yang dibagikan akan semakin besar. Sedangkan agen sebagai pihak yang diberi wewenang, dalam hal ini adalah manager, akan berusaha untuk meningkatkan laba agar dividen yang dibagikan kepada principal akan semakin besar dan kompensasi dari principal kepada agen juga akan semakin besar.
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Perbedaan kepentingan antara principal (pemegang saham) dan agency (manager) dapat menimbulkan suatu information asymetri (kesenjangan informasi). Menurut Sanjaya (2008) dalam Irfan (2013) Information asymetri (kesenjangan informasi) merupakan suatu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak agency sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan principal yang umumnya sebagai pengguna informasi (user). Masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Hubungan ini memunculkan kecendrungan perbedaan kepentingan, karena pada prinsipnya manusia akan berusaha memaksimalkan utilitas bagi kepentingannya sendiri. Perbedaan ini membawa potensi terjadinya konflik antara principal dengan agency, yang dapat menimbulkan atau memicu terjadinya biayabiaya yang seharusnya tidak perlu terjadi dalam operasi perusahaan bila dikelola oleh pemiliknya sendiri, dan biaya tersebut disebut sebagai biaya keagenan (agency cost). Menurut Purwandari dan Purwanto (2012), dalam kerangka teori keagenan terdapat tiga macam hubungan keagenan, yaitu: hubungan keagenan antara manager dengan pemilik, hubungan keagenan antara manager dan kreditur dan hubungan antara manager dengan pemerintah. Hal ini berarti ada kecendrungan bagi manager untuk melaporkan sesuatu dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam hal hubungannya dengan pemilik, kreditur dan pemerintah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Kelengkapan pengungkapan informasi harus se-transaparan mungkin sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak keagenan. Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi tentang kewenangan manajemen (management discreation) dalam proses akrual, karena terdapat sedikit kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal (Wijayanti, 2006 dalam Irfan 2013). Dengan demikian laba fiskal tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi laba akuntansi yang dihasilkan oleh perusahaan.
2. Laba Akuntansi Laba (income) adalah perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode tertentu. Laba mempunyai arti penting sebagai dasar pengenaan pajak, penentuan dividen, dan penentuan kebijakan investasi (Nafarin, 2013). Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih dalam suatu periode akuntansi sebelum dikurangi beban pajak laba (rugi) dalam sebelum pajak (Waluyo, 2012). Laba akuntansi dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum, di Indonesia diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Laba akuntansi tersebut penghitungannya bertumpu pada prinsip
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
penandingan antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait (matching cost against revenue). Dalam salah satu prinsip tersebut terdapat konsep bahwa pengeluaran perusahaan yang tidak mempunyai manfaat untuk masa yang akan datang bukanlah merupakan aset, sehingga harus dibebankan sebagai biaya. Dengan demikian, dalam akuntansi seluruh pengeluaran atau beban perusahaan, sepanjang memang harus dikeluarkan oleh perusahaan diakui sebagai biaya atau beban (Suandy, 2011). Dan laba akuntansi menurut Iswadi dan Yunia (2006) dalam Saputra dan Astika (2013) adalah hasil pengurangan pendapatan operasi dengan harga pokok penjualan, beban-beban dan rugi lain-lain. Laba akuntansi dapat dijadikan sebagai tolak ukur yang baik dalam menilai kinerja dari suatu perusahaan, selain itu laba akuntansi juga dapat memprediksi besarnya arus kas dimasa mendatang. Laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba setelah pajak merupakan beberapa komponen penting dalam laba akuntansi, sehingga investor dapat melihat berapa besarnya nilai laba akuntansi melalui perhitungan laba sebelum pajak (Saputra dan Astika, 2013). Berdasarkan
laba
akuntansi,
penghasilan
(income)
adalah
penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima (Suandy, 2011). Menurut Riahi-Belkaoui (2007) ada lima karakteristik yang terdapat dalam laba akuntansi, yaitu: a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh perusahaan (terutama laba yang muncul dari penjualan barang atau jasa dikurangi biaya-biaya yang dibutuhkan untuk berhasil melakukan penjualan tersebut). b. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periode dan mengacu pada kinerja keuangan dari perusahaan selama satu periode tertentu. c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip laba
dan membutuhkan
definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan. d. Laba akuntansi meminta adanya pengukuran beban-beban dari segi biaya historisnya terhadap perusahaan, yang menunjukkan ketaatan yang tinggi pada prinsip biaya. e. Laba akuntansi meminta penghasilan yang terealisasi di periode tersebut dihubungkan dengan biaya-biaya relevan yang terkait. Oleh karenanya, laba akuntansi didasarkan pada prinsip pemadanan (matching).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Perhatian utama investor dan kreditor sebagai parameter kinerja perusahaan adalah laba. Laba akuntansi didefinisikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk penurunan kewajiban atau penambahan aktiva yang menyebabkan ekuitas meningkat selama periode akuntansi bukan berasal dari kontribusi penanaman modal. Laba akuntansi digunakan untuk meramalkan kemampuan laba dan memprediksi risiko dalam investasi dan kredit selain untuk menilai kinerja (Yocelyn dan Christiawan, 2012). Menurut Ghozali dan Chairiri (2007) Tanpa memperhatikan masalah-masalah yang muncul atas keunggulan dan kelemahan laba akuntansi, informasi laba sebenarnya dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan untuk : a. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital). b. Sebagai pengukur prestasi manajemen. c. Sebagai dasar penentu besarnya pengenaan pajak. d. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara. e. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
f. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. g. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran. h. Sebagai dasar pembagian dividen.
3. Laba Fiskal Laba atau Rugi Fiskal (taxable income or loss) atau Penghasilan Kena Pajak adalah laba atau rugi dalam suatu tahun pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan menjadi dasar penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang dalam tahun pajak berjalan (Waluyo, 2012). Dan Suandy (2011) menjelaskan bahwa Penghasilan Kena Pajak berdasarkan prinsip taxability deductability, dengan prinsip ini suatu biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila pihak yang menerima pengeluaran atas biaya yang bersangkutan, melaporkannya sebagai penghasilan dan penghasilan tersebut dikenakan pajak (taxable). Menurut Suandy (2011) untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak, minimal ada lima komponen yang perlu diperhatikan sebagai berikut. a. Penghasilan yang menjadi objek. b. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak. c. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final. d. Biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
e. Biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Laba fiskal sebagai dasar pengenaan pajak berkaitan erat dengan beban pajak. Jika laba fiskal bertambah maka beban pajak terutang akan semakin besar. Dan sebaliknya, jika laba fiskal berkurang maka beban pajak terutang akan semakin kecil. Beban pajak akan menghasilkan laba bersih karena beban pajak dapat mengurangi penghasilan sebelum pajak. Semakin besar beban pajak terutang, maka semakin rendah laba bersih yang didapatkan, dan sebaliknya semakin kecil beban pajak terutang, maka semakin besar laba bersih yang didapatkan (Febiyanto dan Cahyonowati, 2014). Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Undang-Undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal-hal tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya. Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan akuntansi (komersial) dan laporan keuangan fiskal secara terpisah atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan akuntansi (komersial). Laporan keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akan menghasilkan laporan keuangan fiskal (Suandy, 2011). Rekonsiliasi fiskal yaitu suatu mekanisme penyesuaian pelaporan penghasilan Wajib Pajak secara komersial menurut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang akhirnya dihasilkan laba/rugi fiskal (Wardoyo et al, 2013). Peraturan pajak di Indonesia mengharuskan laba fiskal dihitung berdasarkan metode akuntansi yang menjadi dasar penghitungan laba akuntansi, yaitu metode akrual, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk dua tujuan pelaporan laba tersebut, karena setiap akhir tahun perusahaan diwajibkan melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak (Martini dan Persada, 2009 dalam Sin, 2012). Penyesuaian dimaksudkan untuk mengatahui dasar penghitungan/pengenaan pajak yang benar dan agar pajak terutang dapat dihitung dengan benar (Prastowo, 2010). Menurut Prastowo (2010) penyesuaian atau proses rekonsiliasi harus memahami hal-hal atau prinsip pokok sebagai berikut. a. Penghasilan secara komersial versus penghasilan obyek pajak. b. Penghasilan secara komersial versus penghasilan bukan obyek pajak. c. Biaya komersial versus biaya yang dapat dikurangkan. d. Biaya komersial versus biaya yang tidak dapat dikurangkan. e. Kompensasi kerugian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Menurut Resmi (2013) rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal). Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut dari penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi. b. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi. c. Jika suatu biaya/pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui
sebagai
rekonsiliasi
pengurang
dilakukan
penghasilan dengan
bruto
menurut
mengurangkan
fiskal,
sejumlah
biaya/pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi. d. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui
sebagai
rekonsiliasi
pengurang dilakukan
penghasilan dengan
bruto
menurut
menambahkan
fiskal,
sejumlah
biaya/pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
4. Book-Tax Differences Book-tax differences (perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal) adalah perbedaan laba antara laporan keuangan perusahaan dan laporan fiskal atau pendapatan kena pajak perusahaan. Secara empiris, perbedaan temporer umumnya diperkirakan sebagai beban pajak tangguhan untuk perusahaan oleh tarif pajak hukum. Perkiraan ini akan menangkap perbedaan temporer, tetapi juga perubahan dalam penyisihan, dan mungkin menangkap perubahan dalam cadangan kontingensi jika direkam dalam rekening pajak tangguhan. Dengan demikian, terdapat kesalahan pengukuran dalam estimasi (Hanlon et al., 2012). Dan menurut Plesko (2004) dalam Anggarsari (2009) Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal adalah perbedaan pelaporan laba yang disebabkan karena perbedaan konsep dan peraturan dalam masing-masing sistem pelaporan. Perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal (book-tax differences) yang timbul akibat standar perhitungan laba yang berbeda antara akuntansi komersial dengan perpajakan menyebabkan perusahaan setiap tahunnya melakukan rekonsiliasi fiskal. Informasi yang berkaitan dengan kualitas laba dari perusahaan dapat dilihat dari laba akuntansi yang dibandingkan dengan laba fiskal (Mills dan Newberry, 2001 dalam Suwandika dan Astika, 2013).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Menurut Suandy (2011) Perbedaaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Perbedaan waktu (timming differences) adalah perbedaaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dengan Standar Akuntansi. b. Perbedaan tetap/permanen (permanent differences) adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut Standar Akuntansi tanpa ada koreksi di kemudian hari. Chen et al. (2012) menyatakan bahwa laba akuntansi dan laba fiskal menjadi berbeda disebabkan oleh gabungan antara manajemen laba dengan perencanaan pajak. Diperjelas oleh Noga dan Schnader (2013) perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal (book-tax differences) timbul untuk dua alasan yang sah dan dipertanyakan. Alasan yang sah untuk book-tax differences didasarkan pada perbedaan yang melekat pada dua sistem pelaporan penghasilan atau perencanaan pajak, sementara alasan yang dipertanyakan book-tax differences termasuk pernyataan manipulasi keuangan, penggelapan pajak, atau tempat penampungan pajak ilegal. Meskipun manajer diharapkan secara efektif untuk mengambil keputusan dari teknik perencanaan pajak jika sesuai hukum atau UndangUndang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal adalah karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, serta perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya (Resmi, 2013).
5. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (company size) merupakan besar kecilnya perusahaan klien yang sedang diaudit oleh auditor atau Kantor Akuntan Publik. Ukuran perusahaan sangat menentukan lamanya proses audit yang pada akhirnya berdampak pada besarnya biaya audit (Fachriyah, 2011 dalam Khotimah, 2014). Besar kecilnya perusahaan biasanya diukur dengan total aset, pendapatan, penjualan dan jumlah karyawan perusahaan (Gammal, 2012). Sedangkan Simunic (1980) mengkategorikan perusahaan yang di Amerika Serikat berdasarkan jumlah penjualan. Perusahaan kecil dengan penjualan < dari US $125.000.000, sedangkan perusahaan besar dengan penjualan > dari US $125.000.000. Ukuran perusahaan adalah faktor yang paling penting yang mempengaruhi audit fee, biasanya diukur dengan total aset, pendapatan, penjualan dan jumlah karyawan dari perusahaan auditee. Ukuran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
perusahaan memiliki dampak langsung pada pekerjaan auditor, dan waktu yang dihabiskan dalam proses audit. Perusahaan yang lebih besar membutuhkan jasa audit lebih dari perusahaan yang lebih kecil, lebih banyak waktu diperlukan; maka kita akan mengharapkan bahwa perusahaan besar membayar biaya yang lebih tinggi per dolar dari ukuran relatif terhadap perusahaan yang lebih kecil di industri (Palmrose, 1986; Carson et al., 2004 dalam Gammal, 2012).
6. Risiko Audit Risiko audit adalah sebuah konsep fundamental yang mendasari proses audit. Dalam istilah yang sederhana, risiko audit adalah risiko bahwa seorang auditor akan menerbitkan pernyataan wajar tanpa pengecualian pada laporan keuangan dengan salah saji material. Auditor seharusnya melaksanakan audit untuk mengurangi risiko audit hingga suatu tingkat yang cukup rendah untuk menyatakan sebuah pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan. (Messier et al., 2014) Komponen model risiko audit menurut Arens et al. (2014), yaitu : a. Risiko deteksi yang direncanakan (planned detection risk) Risiko deteksi yang direncanakan adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu tujuan audit akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kinerja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
b. Risiko inheren Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi salah saji yang material, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi. c. Risiko pengendalian (control risk) Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai risiko bahwa salah saji yang material akan terjadi dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien. d. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan risiko audit yang dapat diterima lebih rendah, auditor ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan tidak disalahsajikan secara material.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
7. Penilaian Risiko Audit Untuk menilai risiko salah saji dan risiko perikatan dengan baik, auditor melakukan prosedur penilaian risiko. Auditor harus mendapatkan pemahaman atas tujuan dan strategi manajemen dan risiko bisnis yang terkait yang dapat menyebabkan timbulnya salah saji material dalam laporan keuangan (Messier et al., 2014). Menurut Messier et al. (2014) Auditor memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannnya dengan melakukan prosedur penentuan risiko berikut : a. Bertanya kepada manajemen, personel entitas lain, dan di luar entitas lainnya Auditor memperoleh informasi mengenai entitas dan lingkungannya melalui bertanya ke manajemen, individu bertanggung jawab atas pelaporan keuangan, dan personel lain di dalam entitas. Melakukan pertanyaan kepada yang lain dalam entitas dapat berguna bagi auditor dengan memperoleh perspektif yang berbeda dari manajemen dan yang bertanggung jawab atas pelaporan keuangan. b. Prosedur analitis Prosedur analitis merupakan evaluasi informasi keuangan yang dibuat melalui analisis dari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan nonkeuangan. Standar audit mensyaratkan auditor untuk melakukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
prosedur analitis dalam merencanakan audit. Prosedur analitis dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko (terkadang mengacu pada perencanaan atau prosedur analitis awal) yang digunakan untuk membantu auditor dalam memahami entitas dan lingkungannya dan dalam menentukan area yang dapat mewakili risiko tertentu yang relevan pada audit. Prosedur analitis dapat membantu dalam mengindentifikasi keberadaan transaksi atau kejadian tidak biasa, rasio, dan tren-tren yang mungkin memiliki dampak bagi perencanaan audit. Dalam melakukan prosedur analitis, auditor harus mengembangkan ekspektasi mengenai hubungan yang masuk akal yang diharapkan ada, berdasarkan pemahaman atas entitas dan lingkungannya. c. Observasi dan Inspeksi Observasi dan inspeksi meliputi seperti : 1. Observasi pada aktivitas dan operasi entitas. 2. Inspeksi dokumen (misalnya: rencana dan strategi bisnis), catatan, dan manual pengendalian internal. 3. Membaca laporan-laporan yang disusun oleh manajemen, yang ditugasi dengan tata kelola, dan audit internal. 4. Kunjungi tempat-tempat entitas dan fasilitas pabrik. 5. Melacak transaksi melalui sistem informasi yang relevan dari pelaporan keuangan, yang mungkin dilakukan secara sekilas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
6. Auditor juga membaca perkembangan dan tren industri, baca laporan keuangan interim tahun berjalan, dan meninjau peraturan atau publikasi finansial.
8. Reputasi Auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 2011 (Halim, 2015). Sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (2011) auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2011) auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (Standar Profesional Akuntan Publik, 2011). Halim (2015) menjelaskan bahwa baru-baru ini, Menteri keuangan mengeluarkan peraturan Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara. Pasal 1 dalam aturan tersebut menjelaskan bahwa akuntan adalah seseorang yang telah terdaftar pada Register Negara Akuntan yang diselenggarakan oleh Menteri. Register Negara Akuntan adalah suatu daftar yang memuat nomor dan nama orang yang berhak menyandang gelar Akuntan sesuai dengan Peraturan Menteri. Nomor register akuntan diperoleh dengan persyaratan sebagai berikut: a. Lulus pendidikan profesi akuntansi atau lulus ujian sertifikasi akuntan profesional; b. Berpengalaman di bidang akuntansi; dan c. Sebagai anggota Asosiasi Profesi Akuntan. Reputasi dari kantor akuntan publik adalah persepsi bahwa kantor akuntan publik dapat memberikan kualitas audit yang tinggi dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang lain, yang merupakan salah satu faktor yang penting dalam menetapkan jumlah audit fee (Gammal, 2012).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Menurut Santosa dan Wedari (2007) dalam Rahayuningsih (2014) Auditor yang memiliki reputasi baik akan lebih cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar reputasinya akan terjaga dan tidak kehilangan klien, serta lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila klien terdapat masalah mengenai going concern. Kantor akuntan publik yang ternasuk dalam BIG4 adalah : a. KAP Purwantoro, Sarwoko, dan Sandjaja yang berafiliasi dengan Ernst and Young (E & Y). b. KAP Haryanto Sahari, Tanudireja, Wibisana & Co. Yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers (PwC). c. KAP Osman Bing Satrio & Co. Yang berafiliasi dengan Deloitte Touche Thomatsu (DTT). d. KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja yang berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG).
9. Kualitas Audit Menurut Himawan dan Emarila (2010) dalam Kurniasih (2014) kualitas audit adalah proses pemeriksaan sistematis sistem mutu yang dilakukan oleh auditor mutu internal atau eksternal atau tim audit. Dari pengertian kualitas audit diatas dapat disimpulkan bahwa seorang auditor dituntut untuk memberikan pendapatnya tentang kewajaran laporan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
keuangan yang dibuat oleh manajemen dalam bentuk laporan audit yang berkualitas dengan mempertahankan berbagai atribut kualitas audit. Menurut Hartadi (2012) dalam Kurniasih (2014) bahwa kualitas merupakan profesionalisme kerja yang harus benar-benar dipertahankan oleh akuntan publik profesional. Independen sangat penting dimiliki oleh auditor dalam menjaga kualitas audit dimana akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor sendiri dalam membuat laporan auditan. Hasil audit yang berkualitas dapat mempengaruhi citra dari Kantor Akuntan Publik sendiri, dimana kualitas audit yang mengandung kejelasan informasi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atas laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan standar auditing. Kemudian Payamta (2006) dalam Atiqah (2012) menjelaskan pemilihan kantor akuntan yang masuk dalam golongan BIG4 dan nonBIG4 akan berpengaruh terhadap independensi auditor sehingga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan dan independensi selain mempengaruhi reputasi auditor juga berdampak pada kualitas auditor pada laporan keuangan yang diauditnya. Auditor bertanggungjawab pada pengesahan laporan keuangan yang diaudit kepada investor, regulator dan pihak-pihak lain yang menggunakan laporan audit untuk mengambil keputusan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Riyatno (2007) dalam Putri (2012), beberapa penelitian di Amerika dan Australia menyebutkan adanya hubungan antara kualitas audit dengan ukuran perusahaan audit dalam kaitannya dengan reputasi perusahaan audit tersebut, yaitu: a. Kualitas audit secara langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa
perusahaan audit yang besar akan menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka perusahaan audit akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien. b. Bukti bahwa bank loan officers menganggap bahwa adanya perbedaan dalam reputasi dari accounting firm, dibedakan antara the big eight group dan non the big eight. c. Persepsi dari independen auditor secara signifikan berbeda antara perusahaan audit yang besar dan kecil.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
d. Perusahaan audit yang besar lebih mampu menangkap sinyal akan penyelewengan keuangan yang terjadi dan mengungkapkannya dalam pendapat audit mereka. e. Auditor yang mempunyai kekayaan atau asset yang besar mempunyai dorongan untuk menghasilkan laporan audit yang lebih akurat dibandingkan dengan auditor dengan kekayaan yang lebih sedikit.
10. Audit Fee Audit fee adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan lain-lain (Agoes, 2012). Menurut Gammal (2012) bahwa audit fee dapat didefinisikan sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor untuk proses audit kepada perusahaan (auditee). Penentuan audit fee biasanya didasarkan pada kontrak antara auditor dan auditee sesuai dengan waktu dilakukannya proses audit, layanan, dan jumlah staf yang dibutuhkan untuk proses audit. Audit fee biasanya ditentukan sebelum memulai proses audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Halim (2015) menjelaskan bahwa ada beberapa cara dalam penentuan atau penetapan audit fee. Yaitu : a. Per diem basis Pada cara ini audit fee ditentukan dengan dasar waktu yag digunakan oleh tim auditor. Pertama kali fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu/jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf tertentu dapat berbeda-beda. b. Flat atau Kontrak basis Pada cara ini audit fee dihitung sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan terselesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian. c. Maksimum fee basis Cara ini merupakan gabungan dari cara kedua di atas. Pertama kali tentukan tarif per jam kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak mengulur-ngulur waktu sehingga menambah jam/ waktu kerja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
11. Kajian Riset Terdahulu Hanlon et al. (2012) dalam Audit Fees and Book-Tax Differences menguji hubungan book-tax differences dengan audit fee. Dengan sampel 17.613 perusahaan di Amerika Serikat untuk tahun 2007, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara book-tax differences dengan audit fee. Tujuan dari penelitian Hanlon et al. (2012) adalah untuk menguji apakah book-tax differences dapat menjelaskan jumlah audit fee, mereka menjadikan book-tax differences sebagai proksi untuk penilaian risiko auditor dan upaya auditor. Gammal (2012) dalam Determinants of Audit Fees: Evidence from Lebanon menguji faktor-faktor penetapan audit fee di Lebanon. Dengan sampel 80 responden dari auditor dan perwakilan auditee (akuntan, pengendali keuangan dan auditor internal). Tujuan penelitian Gammal (2012) adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan audit fee di negara berkembang seperti Lebanon menurut pandangan auditor dan perusahaan klien (auditee). Jong-Hag Choi et al. (2010) dalam Audit Office Size, Audit Quality, and Audit Pricing menguji apakah ukuran perusahaan audit (Kantor Akuntan Publik) menentukan kualitas audit dan audit fee. Mereka menggunakan sampel besar dari perusahaan-perusahaan klien audit yang ada di Amerika Serikat. Tujuan penelitian Jong-Hag Choi et al. (2010)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
adalah untuk menguji keterkaitan antara Kantor Akuntan Publik dengan kualitas audit dan audit fee. Heltzer dan Shelton (2011) dalam Book-Tax Differences and Audit Risk: Evidence from the United States menguji keterkaitan book-tax differences dengan risiko audit. Heltzer dan Shelton (2011) melakukan penelitian dengan melakukan survey langsung pada auditor di Amerika Serikat. Tujuan penelitian Heltzer dan Shelton (2011) untuk membuktikan bahwa book-tax differences berhubungan dengan risiko audit. Urhoghide dan Emeni (2014) dalam The Effect of Client Chracterictics on Audit Fee: Evidence from Nigeria menguji pengaruh atribut klien terhadap audit fee di Nigeria dengan sampel 153 perusahaan dari 11 sektor di Bursa Efek Nigeria periode tahun 2007-2011. Tujuan penelitian Urhoghide dan Emeni (2014) adalah untuk meneliti ukuran perusahaan klien, profitabilitas, kompleksitas, fiskal akhir tahun perusahaan klien dan jenis industri klien berpengaruh terhadap audit fee. Suharli dan Nurlaelah (2008) dalam Konsentrasi Auditor dan Penetapan Fee Audit: Investigasi pada BUMN menguji pengaruh rasio konsentrasi auditor, ukuran kantor akuntan publik, ukuran auditee perusahaan, dan jumlah anak perusahaan terhadap audit fee dengan sampel 22 perusahaan BUMN pada periode 2002-2004.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
2.1 Tabel Penelitian Terdahulu NO
PENELITI
METODE
VARIABEL
ANALISIS 1
Jong-Hag Choi
Regresi
et al. (2010)
HASIL PENELITIAN
Var. Independen :
Ukuran kantor
Ukuran kantor
akuntan publik
akuntan publik
signifikan positif mempengaruhi
Var. Dependen :
kualitas audit dan
Kualitas audit dan audit fee. audit fee 2
Heltzer dan
Regresi
Shelton (2011)
Var. Independen :
Terdapat hubungan
Book-tax
yang signifikan antara
differences
book-tax differences dengan risiko audit
Var. Dependen : Risiko audit 3
Hanlon et al.
Regresi
(2012)
Var. Independen :
Terdapat hubungan
Book-tax
signifikan positif
differences
antara book-tax differences dengan
Var. Dependen :
audit fee
Audit fee 4
Gammal (2012)
Regresi
Var. Independen :
Terdapat hubungan
Ukuran
antara faktor auditee
perusahaan,
dan faktor auditor
kompleksitas,
terhadap audit fee.
risiko perusahaan, Big4 sangat profitabilitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mempengaruhi
35
(faktor auditee)
besarnya jumlah audit
dan ukuran kantor fee. akuntan publik, pengalaman, reputasi, kompetisi, spesialisasi industri, big4 (faktor auditor) Var. Dependen : Audit fee 5
Urhoghide dan
Regresi
Emeni (2014)
Var. Independen :
Ukuran perusahaan,
Ukuran
kompleksitas, fiscal
perusahaan,
year-end date, sektor
Profitabilitas,
industri signifikan
Kompleksitas,
mempengaruhi audit
Fiscal year-end
fee
date, Sektor industri Var. Dependen : Audit fee 6
Suharli dan
Regresi
Var. Independen:
Rasio konsentrasi
Nurlaelah
Rasio konsentrasi, auditor dan ukuran
(2008)
Ukuran kantor
auditee perusahaan
akuntan publik,
secara signifikan
Ukuran
mempengaruhi audit
perusahaan
fee. Sedangkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
auditee dan anak
ukuran kantor akuntan
perusahaan
publik dan jumlah anak perusahaan tidak
Var. Dependen:
signifikan
Audit fee
mempengaruhi audit fee.
12. Rerangka Pemikiran Penelitian ini mengukur variabel book-tax differences, ukuran perusahaan dan reputasi auditor terhadap audit fee. Audit fee adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan lain-lain (Agoes, 2012). Menurut Hogan dan Wilkins (2008) Audit fee sangat berhubungan dengan risiko bawaan (inherent risk) dan risiko informasi (information risk). Risiko audit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit fee. Bedard J dan K. Johnstone (2004) dalam Hanlon et al. (2012) menyatakan bahwa auditor merencanakan untuk meningkatkan upaya dan penagihan jasa audit untuk klien dengan risiko manipulasi laba. Mereka menemukan bahwa kantor akuntan publik merespon penipuan dan faktor risiko kesalahan dengan memberikan tenaga spesialis berisiko tinggi lebih, menugaskan tenaga ahli industri lebih tinggi, menerapkan pengujian lebih intensif, dan/atau melakukan tinjauan tambahan. Bell et al. (2001) dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Hanlon et al. (2012) menemukan bahwa bisnis yang beresiko tinggi yang meningkatkan jam kerja audit menyiratkan bahwa kantor akuntan publik dapat menilai perbedaan dalam risiko bisnis dan mendapatkan kompensasi melalui penagihan jam tambahan. Dalam penelitian ini book-tax differences dijadikan sebagai proksi atas risiko audit. Heltzer dan Shelton (2011) melakukan survei skala besar terhadap auditor dan menemukan bahwa rata-rata auditor mengganggap semua jenis book-tax differences berhubungan dengan peningkatan risiko audit. Selanjutnya mereka menemukan bahwa auditor melihat book-tax differences positif yang besar memiliki efek lebih besar pada risiko audit relatif terhadap book-tax differences negatif yang besar. Ukuran perusahaan auditee juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit fee. Proses audit untuk perusahaan besar dan perusahaan kecil jelas memiliki perbedaan. Untuk mengaudit perusahaan besar, auditor harus menghabiskan waktu cukup banyak untuk bertemu dengan klien, mengerti komplikasi sistem pengendalian internal klien, merancang prosedur audit lebih banyak dan melakukan tes lebih detail. (Steward dan Munro, 2007 dalam Urhoghide dan Emeni, 2014) Dan variabel terakhir dalam penelitian ini adalah reputasi auditor. Reputasi auditor mempengaruhi besarnya jumlah audit fee. Menurut CheAhmad dan Houghton (1996) dalam Gammal (2012) Kantor akuntan publik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
yang telah menginvestasikan modal reputasi (program pelatihan karyawan dan iklan) menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi dari kantor akuntan publik dan karena itu mungkin dapat memperoleh pengembalian investasi melalui penetapan audit fee yang lebih untuk pelayanan yang mereka berikan. Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan rerangka pemikiran sebagai berikut. Variabel Independen Book-tax Differences
H1
Ukuran Perusahaan
H2
Variabel Dependen Audit Fee
H3 Reputasi Auditor
Variabel Kontrol - Total Akrual - Rasio persediaan dan piutang atas asset
2.1 Rerangka Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
13. Hipotesis 1. Book-tax differences berpengaruh positif terhadap audit fee Heltzer dan Shelton (2011) melakukan survei skala besar terhadap auditor dan menemukan bahwa rata-rata auditor mengganggap semua jenis book-tax differences berhubungan dengan peningkatan risiko audit. Selanjutnya mereka menemukan bahwa auditor melihat book-tax differences positif yang besar memiliki efek lebih besar pada risiko audit relatif terhadap book-tax differences negatif yang besar. Jika book-tax differences yang lebih besar sebagai proksi untuk kualitas laba yang lebih rendah atau kompleksitas yang lebih besar, maka auditor perlu mengerahkan upaya audit yang lebih (Misalnya menambah jam kerja audit atau spesialis yang lebih) pada perusahaan yang memiliki book-tax differences yang besar, yang akan meningkatkan jumlah audit fee dan relatif untuk perusahaan yang memiliki book-tax differences yang kecil. Meskipun biasanya auditor bernegosiasi biaya di awal keterlibatan berdasarkan upaya audit yang diharapkan (jam audit yang ditagih), adalah suatu kemungkinan untuk menagih biaya tambahan yang seharusnya auditor menemukan item atau akun yang lebih menjamin pemeriksaan dari apa yang awalnya diantisipasi (Hanlon et al., 2012). H1 : Book-tax differences berpengaruh positif terhadap audit fee .
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
2. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit fee Ukuran perusahaan adalah faktor yang paling penting yang mempengaruhi audit fee, biasanya diukur dengan total aset, pendapatan, penjualan dan jumlah karyawan dari perusahaan. Ukuran perusahaan memiliki dampak langsung pada pekerjaan auditor dan waktu yang dihabiskan dalam proses audit. Perusahaan yang lebih besar membutuhkan jasa audit yang lebih dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, lebih banyak waktu yang diperlukan, maka perusahaan yang lebih besar akan membayar audit fee yang lebih tinggi dari ukuran relatif terhadap perusahaan yang lebih kecil. Oleh karena itu, terdapat pengaruh positif antara ukuran perusahaan dengan audit fee (Gammal, 2012). Selanjutnya menurut Steward dan Munro (2007) dalam Urhoghide dan Emeni (2014) sejalan dengan Gammal (2012) menjelaskan bahwa untuk mengaudit perusahaan yang lebih besar auditor harus menghabiskan waktu lebih banyak untuk bertemu dengan auditee (perusahaan klien), memahami kompleksitas sistem pengendalian internal perusahaan klien, merancang prosedur audit yang lebih banyak dan melakukan tes yang lebih detail. Untuk tujuan tersebut, biaya yang dibayarkan kepada auditor tergantung pada jumlah waktu untuk menyelesaikan pekerjaan audit, sehingga diharapkan perusahaan besar harus membayarkan audit fee yang lebih tinggi. H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit fee.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
3. Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap audit fee Reputasi dari kantor akuntan publik adalah persepsi bahwa kantor akuntan publik dapat memberikan kualitas audit yang tinggi dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang lain, yang merupakan salah satu faktor yang penting dalam menetapkan jumlah audit fee (Gammal, 2012). Menurut Ahmad dan Houghton (1996) dalam Gammal (2012) Kantor akuntan publik yang telah menginvestasikan modal reputasi (program pelatihan karyawan dan iklan) menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi dari kantor akuntan publik dan karena itu mungkin dapat memperoleh pengembalian investasi melalui penetapan audit fee yang lebih untuk pelayanan yang mereka berikan. Jadi, ini berarti bahwa semakin baik reputasi auditor (kantor akuntan publik) adalah kebutuhan jasa audit dan audit fee yang tinggi. H3 : Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap audit fee.
http://digilib.mercubuana.ac.id/