BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS A. Akuntansi Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Pengertian akuntansi syariah menurut Muhammad (2002:11) adalah sebagai berikut : "Akuntansi syariah adalah akuntansi yang di kembangkan bukan hanya dengan tambal sulam terhadap akuntansi konvensional, akan tetapi merupakan, pengembangan filosofis terhadap nilai-nilai Al-Quran yang di turunkan ke dalam pemikiran teoritis dan teknis akuntansi." Sedangkan pengertian akuntansi syariah menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:56) adalah sebagai berikut : “Akuntansi syariah adalah akuntansi yang berhubungan dengan aspekaspek lingkungannya baik moral, sosial, ekonomi maupun politik yang bertujuan untuk membantu mencapai keadilan sosial ekonomi dan mengenal sepenuhnya kewajiban kepada Tuhan, masyarakat individu sehubungan dengan pihak-pihak yang terkait pada aktivitas ekonomi, yaitu akuntan, auditor, manajer, pemilik, pemerintah dan pihak-pihak lainnya sebagai bentuk ibadah.” Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi syariah adalah ilmu dan teknologi berorientasi sosial dan pertanggung jawaban yang universal yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan perubahan yang terjadi sesuai dengan lingkungannya baik sosial, ekonomi, politik, peraturan perundangan, kultur, persepsi dan nilai masyarakat ditempat akuntansi syariah diterapkan.
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2. Pengertian Standar Akuntansi Syariah Akuntansi Syariah pada dasarnya hampir sama dengan pengertian standar akuntansi secara umum akan tetapi standar akuntansi syariah lebih mengutamakan kearah pola pertanggung jawaban yang menuju keadilan, kebenaran antar sesama sesuai dengan syariah islam.
3. Standar Akuntansi Syariah No : 59 tentang perbankan syariah Perbankan syariah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic Banking atau juga di sebut dengan Interest-free banking. Bank islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Psak No. 59 berisi tentang pengakuan dan pengukuran. Adapun karakteristik
produk-produk
bank
syariah
seperti:
Mudharabah,
Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna, Ijarah, Wadiah, Qard, Sharf serta pengakuan dan pengukuran Zakat. Psak No. 59 juga berisi penyajian komponen-komponen
laporan
keuangan
bank
syariah
dan
juga
pengungkapan umum laporan keuangan, serta tanggal efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan lembaga syariah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
4. Peranan Pelaksanaan Standar Akuntansi Syariah Dalam Perbankan Syariah Penyaluran dana kepada masyarakat (pembiayaan) merupakan sumber utama penghasilan bank sekaligus merupakan sumber resiko bisnis terbesar, maka pimpinan perusahaan memerlukan suatu alat yang dapat berjalan dengan baik dan membantunya dalam meleksanakan pemberian pembiayaan sehingga pemahaman standar akuntansi syariah sangat berperan terhadap pembiayaan musyarakah. Kemunculan bank syariah sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah islam dan akuntansi harus mencari dasar bagi penerapan dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda dengan standar akuntansi bank konvensional. Yakni standar akuntansi syariah yang menjadi pedoman bagi bank syariah dalam melaksanakan kegiatan operasional, salah satunya penyaluran dana atau pemberian pembiayaan dan salah satunya pembiayaan musyarakah.
B. Perbankan Syariah 1. Pengertian Perbankan Syariah Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Berikut penjelasan menyangkut Definisi Bank Syariah menurut para ahli :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
a. Sudarsono (2012), Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara yang memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaran uang yang beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau islam. b. Perwataatmadja (1992), Bank Syariah ialah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah (islam) dan tata caranya didasarkan pada ketentuan Al-quran dan Hadist. c. Siamat Dahlam (2004), Bank Syariah adalah bank yang menjalankan usahanya berdasar prinsip-prinsip syariah yang didasarkan pada alquran dan hadits. d. Schaik (2001), Bank Syariah adalah suatu bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum islam, yang dikembangkan pada abad pertengahan islam dengan menggunakan konsep bagi resiko sebagai sistem utama dan meniadakan sistem keuangan yang didasarkan pada kepastian dan keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbankan syariah adalah suatu lembaga keuangan yang menyediakan jasa keuangan berdasarkan etika, prinsip atau sistem syariat islam yang mengacu pada Al-Qur’an dan Al-Hadist yang telah ada. 2. Landasan Hukum Perbankan Syariah a. Al – Qur’an Kegiatan perbankan yang dilakukan di bank konvensional tidak sesuai dengan syariah Islam dikarenakan adanya praktek riba dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
praktek terlarang lainnya. Sehingga para Ulama termotivasi untuk mendirikan Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan firman Allah SWT pada Q.S. Al-Baqarah ayat 275, sebagai berikut : Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila, Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” Berdasarkan ayat ini para ulama Indonesia mendirikan bank bebas bunga tersebut karena Allah telah menjelaskan bahwa riba itu haram dan jual beli itu adalah halal. Selain itu, Allah juga menjelaskan bahwa memakan harta sesame dengan jalan yang bathil itu juga dilarang. Allah SWT berfirman dalam Q.S. An- Nissa’ Ayat 29, sebagai berikut: Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” Ayat ini menjelaskan bahwa tidak dibolehkannya memakan harta sesama kita dengan jalan yang dilarang oleh Allah SWT, seperti riba, maisir, tadlis, gharar dan sebagainya karena perbuatan itu merugikan salah satu pihak. Dan masih banyak lagi ayat–ayat Al-Qur’an yang menjadi landasan berdirinya Perbankan Syariah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
b. Hadits Pelarangan riba tidak hanya merujuk pada Al-Qur’an tetapi juga dijelaskan dalam al-Hadits bahwa riba itu dilarang. Hadits berfungsi menjelaskan lebih lanjut tentang ayat-ayat Al-Qur’an sehingga lebih spesifik. Seperti sabda Rasulullah SAW, sebagai berikut : “Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena itu, utang karena riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak akan menderita atau mengalami ketidakadilan.” Hadits ini merupakan amanat terakhir pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah bahwa Rasulullah SAW. masih menekankan bahwa Islam melarang praktek riba tersebut. c. Fatwa MUI/DSN Tentang Perbankan Syariah Dewan Syariah Nasional selanjutnya disebut DSN dibentuk pada tahun 1997 yang merupakan hasil rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli 1997. DSN merupakan lembaga otonom di bawah Majelis Ulama Indonesia dipimpin oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Berpedoman kepada PT. Muamalat Indonesia yang menjadikan akad mudharabah dan musyarakah sebagai akad produknya maka Fatwa DSN menerbitkan Fatwa DSN No. 7/DSNMUI/IV/2000, yang kemudian menjadi pedoman pada praktek Perbankan Syariah. Dalam nomor tersebut sebutkan: “Lembaga keuangan Syariah sebagai penyedia dana, menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disnegaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
3. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah Bank Syariah Bank Konvensional 1. Melakukan investasi yang halal 1. Investasi yang halal dan saja haram 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, 2. Memakai perangkat bunga jual beli atau sewa 3. Profit oriented 3. Profit dan falah oriented 4. Hubungan dengan nasabah 4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan dalam bentuk kemitraan debitor. 5. Penghimpunan dan penyaluran 5. Tidak terdapat dewan sejenis. dana harus sesuai dengan fatwa DPS Sumber : Muhammad Syafi’I Antonio (2001:34) 4. Karakteristik Bank Syariah Direktorat Perbankan Syariah BI menjelaskan bahwa ada 7 karakteristik utama yang menjadi prinsip Sistem Perbankan Syariah di Indonesia yang menjadi landasan pertimbangan bagi calon nasabah dan landasan kepercayaan bagi nasabah yang telah loyal. Tujuh karakteristik ini diterbitkan dan diedarkan berupa sebuah booklet Bank Syariah Untuk Kita Semua. Ketujuh karakteristik ini adalah : 1. Universal Memandang bahwa Bank Syariah berlaku untuk setiap orang tanpa memandang perbedaan kemampuan ekonomi maupun perbedaan agama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2. Adil Memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai dengan posisinya dan melarang adanya unsur maysir (unsur spekulasi atau untung-untungan), gharar (ketidakjelasan), haram dan riba. 3. Transparan Dalam kegiatannya bank syariah sangat terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat. 4. Seimbang Mengembangkan sektor keuangan melalui akitfitas perbankan syariah yang mencangkup pengembangan sektor riil dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) 5. Maslahat Bermanfaat dan membawa kebaikan bagi seluruh aspek kehidupan 6. Variatif Produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan umrah, tabungan umum, giro, deposito, pembiayaan yang berbasis bagi hasil, jual-beli dan sewa, sampai kepada produk jasa kustodian, jasa transfer dan jasa pembayaran (debet card, syariah charge). 7. Fasilitas Penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, wakaf, dana kebajikan (qard),
memiliki
fasilitas
ATM, mobile
banking dan interkoneksi antarbank syariah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
banking,
internet
18
5. Dasar Perbankan Syariah Pada Larangan Riba Muhammad Syafi’i Antonio (2001:37) menjelaskan bahwa riba secara Bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistic, riba juga diartikan tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam islam. Mengenai hal ini, Allah SWT. mengingatkan dalam firmannya pada Q.S An-Nissa’ ayat 29 : ”Hai rang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil” Dalam kaitannya dengan pengertian al-bathil dalam ayat tersebut, Ibnu al-Arabi al-Maliki dalam kitabnya, Ahkam Al-Qur’an menjelaskan : “Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud riba adalah ayat Al-Qur’an yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.” Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil, seperti transaksi jual-beli, gadai, sewa atau bagi hasil proyek. Dalam transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena adanya manfaat sewa yang dinikmati, termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena penggunaan si penyewa.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Dalam transaksi simpan-pinjam dana. Secara konvensional, si pemberi pinjaman mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu yang berjalan selama proses peminjaman tersebut. Yang tidak adil disini adalah si peminjam diwajibkan untuk selalu, tidak boleh tidak, harus, mutlak dan pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatan tersebut. 6. Jenis-jenis Riba Secara garis besar Muhammad Syafi’I Antonio (2001:41) menjelaskan bahwa riba dikelompokkan menjadi 2. Masing-masing adalah riba utang-piutang dan riba jual beli. Kelompok yang pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Adapun kelompok yang kedua yaitu riba jual beli terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasi’ah. 1. Riba Qardh Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang. 2. Riba Jahiliyyah Utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. 3. Riba Fadhl Pertukaran antarbarang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda sedangkan barang yang ditukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
4. Riba Nasi’ah Riba ini muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian. Larangan tentang praktik riba setidaknya disebutkan empat kali dalam Alquran, yang pertama adalah Surat ar-Ruum: 39, menegaskan bahwa bunga akan menjauhkan keberkahan Allah dalam kekayaan, sedangkan zakat akan melipat gandakan pahala yang diterima. Kedua adalah Surat An-Nisa` Ayat 166 yang juga mengutuk dengan keras praktik riba, bahkan hal ini sudah dinyatakan dalam kitab-kitab terdahulu sebelum Al-Quran. Seseorang yang mengambil riba disamakan dengan mereka yang mengambil harta orang lain dengan cara yang batil, dan Allah akan memberikan siksa yang amat pedih. Ketiga adalah Surat Ali Imran Ayat 130-132, yang menyerukan kaum muslimin untuk menjauhi riba jika mereka menghendaki kesejahteraan yang diinginkan (dalam pengertian Islam yang sebenarnya). Keempat, Surat Al-Baqarah Ayat 275-281 yang memaparkan larangan pengambilan riba, menegaskan perbedaan yang jelas antara perniagaan dan riba, dan menuntut kaum muslimin agar menghapuskan utang piutang yang mengandung riba, menyerukan mereka hanya mengambil pokoknya saja, dan mengikhlaskan kepada peminjam yang mengalami kesulitan. Sampai saat ini, Islam adalah satu-satunya agama besar yang mempertahankan pelarangan riba. Di India kuno, hukum yang berdasarkan Weda, kitab suci tertua agama Hindu, mengutuk riba sebagai dosa besar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
dan melarang operasi bunga (Gopal, 1935; Rangaswani, 1927; Lewis, 2005:264). Dalam agama Yahudi, Kitab Taurat (bahasa Yahudi untuk Hukum Musa atau Pentaeuch, lima kitab Perjanjian Lama) melarang riba di kalangan bangsa Yahudi, sementara paling tidak satu orang ahli melihat dalam Talmud (Hukum Lisan yang melengkapi Kitab Tertulis untuk kaum Yahudi ortodoks) suatu bias yang konsisten terhadap “kemunculan riba atau laba”.
C. Produk Unggulan yang Dimiliki Perbankan syariah 1. Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah) Dalam tradisi fiqih islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadiah. Al-wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki. (Syafi’i Antonio, 2001:85) Al-wadiah terdiri dari 2 jenis, yaitu : a. Wadiah Yad Al-amanah Yaitu akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. b. Wadiah Yad Adh-dhamanah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Merupakan akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan. 2. Bagi Hasil (Profit Sharing) Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah (Syafi’i Antonio, 2001:90) a. Al-Musyarakah Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah : a. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. b. Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Akad musyarakah terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
a. Syirkah al-‘inan adalah kontrak antara 2 orang atau lebih. Setiap pihak memberikan porsinya masing-masing. Dalam keuntungan dan kerugian telah disepakati bersama. Jadi porsi dalam dana kerta maupun bagi hasil tidak harus sama, identic sesuai dengan kesepakatan mereka. b. Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara 2 orang atau lebih. Setiap pihak
membagi keuntungn dan
kerugian secara sama. Kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggungjawab, dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak. c. Syirkah a’maal adalah kontrak kerja sama 2 orang yang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. d. Syirkah wujuh adalah kontrak antara 2 orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. b. Al-Mudharabah Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis : a. Mudharabah Muthlaqah yaitu
bentuk kerjasama antara
shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. b. Mudharabah Muqayyadah yaitu bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara dan obyek investasi. c. Al-Muzara’ah Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilih lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. d. Al-Musaqah Al-Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah, dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalannya si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
3. Jual Beli (Al-Tijarah) Ada 3 jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah, yaitu (Syafi’i Antonio, 2001:101) a. Al-Murabahah Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. b. As-Salam Dalam pengertian yang sederhana, As-Salam berarti pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari sedangkan pembayarannyan dilakukan dimuka. Ketentuan umum salam : a. Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas: jenis, macam/bentuk, ukuran, mutu dan jumlahnya. b. Bila hasil produksi yang diterima tidak sesuai, maka nasabah harus bertanggung jawab, antara lain mengembalikan dana yang telah diterima atau mengganti barang sesuai pesanan. Karena Bank tak menjadikan barang yang dibeli/dipesan sebagai persediaan
(inventory),
maka
Bank
dimungkinkan
untuk
melakukan akad salam pada pihak ketiga. Mekanisme seperti ini disebut dengan paralel salam.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
c. Istishna’ Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel. 4. Sewa (Al-Ijarah) Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis : (1) Ijarah, sewa murni. (2) Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa. (Syafi’i Antonio, 2001:117) 5. Jasa (Fee-Based Service) Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain (Syafi’i Antonio, 2001:120)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
a. Al-Wakalah Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer. b. Al-Kafalah Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. c. Al-Hawalah Pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. d. Ar-Rahn Menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. e. Al-Qardh Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
D. Strategi Pemasaran Bank Syariah Menurut Hermawan Kartajaya dan Philip Kotler dalam buku Strategi Bisnis Bank Indonesia (2015:), pemasaran memiliki elemen penting yang terdiri atas strategi, tactic dan value. Berikut strategi pemasaran bank syariah dengan menggunakan 9 elemen pemasaran : 1. Strategi a. Segmentasi Bank syariah harus mampu melihat potensi pasarnya secara kreatif serta membaginya ke dalam segmen berdasarkan perilaku pasar. Sudah saatnya tidak melakukan segmentasi berdasarkan segmen pasar rasional dan pasar emosional, tetapi mulai mengarah ke segmen pasar rasional yang religious seiring perkembangan entitas bank syariah. Penetapan segmentasi pasar yang dilakukan harus memperhatikan faktor geografis, seperti wilayah, ukuran daerah dan kota, kepadatan penduduk dan iklim; aspek demografis, seperti umur, keluarga, siklus hidup, pendapatan dan pendidikan; ranah psikologis, seperti kelas sosial, gaya hidup dan kepribadian; dan yang terakhir perilaku nasabah, antara lain manfaat yang dicari, status pemakaian, tingkat pemakaian, status kesetiaan dan sikap terhadap produk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
b. Target Dari segmentasi yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal industri, dilakukan pemilihan beberapa segmen unggulan, seperti segmen usaha yang bisa menerapkan pola bagi hasil untuk sektor ekonomi tertentu. Lalu bidiklah bebrepa segmen yang sangat tergantung pada ukuran, pertumbuhan, keunggulan kompetitif dan situasi kompetisinya. c. Pemosisian Diri Memosisikan produk bank syariah sangatlah penting guna mengetahui bagaimana nasabah mempersepsikan produknya ditengah pesaing yang berimplikasi terhadap kemampuan inovasi. Sebab persaingan memperebutkan nasabah tidak dilakukan di pasar tetapi di benak konsumen. 2. Taktik a. Diferensiasi Diferensiasi dapat dilakukan melalui konten yang ditawarkan, lewat konteks cara menawarkan dan infrastruktur pendukungnya sehingga produk dan jasa bank syariah bisa memiliki nilai jual, antara lain terkait kepastian harga, transparansi, hubungan kemitraan yang setara, ketiadaan unsur spekulasi, jaminan adanya asset pokok serta akad yang bervariasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
b. Bauran Pemasaran Perbankan merupakan industri jasa sehingga konsep pemasarannya lebih cenderung mengikuti konsep pemasaran untuk produk jasa. Sedangkan yang membedakan perbankan dengan industri jasa lainnya adalah banyaknya ketentuan dan peraturan yang mengikat karena bank merupakan lembaga kepercayaan. Bauran pemasaran terdiri atas product, price, promotion, place (4P) dan dilengkapi aspek people, process and physical evidence. 1. Product Setiap produk yang diluncurkan ke pasar tidak selalu mendapatkan respon yang positif. Bahkan cendrung mengalami kegagalan jauh lebih besar dibandingkan keberhasilannya. Untuk mengantisipasai agar produk yang diluncurkan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perluncuran produk diperlukan strategi-strategi tertentu. Dalam dunia perbankan strategi pengembangan produk yang dapat dilakukan adalah : a. Penentuan Logo dan Moto Logo merupakan ciri khas suatu bank, sedangkan moto merupakan serangkaian kata-kata yang berisikan misi dan visi bank dalam melayani masyarakat. Logo dan moto sering disebut sebagai ciri produk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
b. Menciptakan Merek Produk atau jasa yang diberikan perlu diberi merek tertentu. Merek ini bahkan bisa menjadi brand positioning untuk produk atau jasa yang ditawarkan. c. Menciptakan Kemasan Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Dalam perbankan kemasan lebih diartikan sebagai bentuk layanan kepada masyarakat. d. Keputusan Label Label adalah sesuatu yang ditempelkan pada produk yang ditawarkan dan merupakan bagian dari kemasan. Di dalam label dijelaskan siapa yang membuat, di mana dibuat, kapan dibuat,
cara
menggunakannya,
waktu
kadaluwarsa,
komposisi isi dan informasi lain. 2. Price Penentuan harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan pemasaran. Harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya suatu produk dan jasa perbankan. Harga bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
3. Promotion Dalam praktiknya terdapat 4 sarana promosi yang dapat digunakan oleh setiap bank dalam mempromosikan produk perbankan tesebut, antara lain : 1. Periklanan (Advertising) Merupakan promosi yang dilakukan dalam bentuk tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang dalam spanduk, brosur, billboard, Koran, majalah, TV, atau radio. 2. Promosi penjualan (Sales Promotion) Merupakan promosi yang digunakan untuk meningkatkan penjualan melalui potongan harga atau hadiah pada waktu tertentu terhadap barang-barang tertentu pula. 3. Publisitas (Publicity) Merupakan promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra bank di depan para calon nasabah atau nasabahnya melalui kegiatan sponsorship terhadap suatu kegiatan amal sosial atau olahraga. 4. Penjualan Pribadi (Personal Selling) Merupakan promosi yang dilakukan melalui pribadi-pribadi karyawan bank dalam melayani serta ikut mempengaruhi nasabah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
4. Place Lokasi bank adalah tempat di mana diperjual belikannya produk cabang bank dan pusat pengendalian perbankan. Penentuan lokasi suatu cabang bank merupakan salah satu kebijakan yang sangat penting. Dalam praktiknya ada beberapa macam lokasi kantor bank, yaitu lokasi kantor pusat, cabang utama, cabang pembantu, kantor kas, dan lokasi mesin ATM. Bank yang terletak dalam lokasi yang strategis sangat memudahkan nasabah dalam berurusan dengan bank. 5. People Semua orang yang terlibat aktif dalam pelayanan dan memengaruhi persepsi pembeli, nama, pribadi pelanggan dan pelanggan-pelanggan
lain
yang
ada
dalam
lingkungan
pelayanan. People meliputi kegiatan untuk karyawan, seperti kegiatan rekrutmen, pendidikan dan pelatihan, motivasi, balas jasa dan kerja sama, serta pelanggan yang menjadi nasabah atau calon nasabah. 6. Process Merupakan keterlibatan pelanggan dalam pelayanan jasa, proses aktivitas, standar pelayanan, kesederhanaan atau kompleksitas prosedur kerja yang ada di bank yang bersangkutan. 7. Physical evidence
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Terdiri dari adanya logo atau simbol perusahaan, moto, fasilitas yang dimiliki, seragam karyawan, laporan, kartu nama dan jaminan perusahaan. c. Penjualan Penyusunan bauran pemasaran dilanjutkan dengan strategi menjual yang merupakan taktik untuk menciptakan hubungan harmonis jangka panjang dengan nasabah, bukan sekedar transaksional jangka pendek. Penjualan yang dilakukan memiliki tingkatan fitur penjualan, manfaat penjualan dan solusi penjualan sehingga akan berdampak terhadap perilaku nasabah mulai dari kesadaran, penggunaan produk atau jasa sebagai symbol identitas, terjalinnya hubungan jangka panjang, pembentukan komunitas dan pemberian advokasi. 3. Value a. Merek Penentuan posisi diri dan diferensiasi yang dilakukan dengan bauran pemasaran dan strategi penjualan merupakan upaya pembagunan merek. Merek produk perlu dikembangkan dan dituangkan secara kreatif dalam segmen dan target pasar yang tepat serta dilengkapi dengan pelayanan yang memadai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
b. Layanan Layanan yang diberikan bukan sekedar informasi bebas pulsa atau layanan call center 24jam, namun bisa berfungsi sebagai nilai penambah. Sebab berbagai keluhan dan masukan nasabah dapat dijadikan
materi
dasar
untuk
melakukan
perbaikan,
penyempurnaan dan peningkatan kualitas produk atau jasa yang ditawarkan sebagai wujud perbaikan berkelanjutan. c. Proses Proses yang dilakukan berorientasi pada nilai pelanggan dan pengalaman pelanggan yang harus memperhatikan kualitas, biaya dan pengiriman. Ruang lingkup strategi pemasaran bank syariah meliputi : 1. Pembentukan sinergi antara perbankan korporasi, perbankan ritel, konsumen dan perbankan mikro untuk meningkatkan pangsa pasar. Semua segmen dioptimalkan melalui lintas penjualan. 2. Meningkatkan bisnis yang focus pada sector ekonomi, daerah dan segmen nasabah yang prospekyif pada sector unggulan yang telah ditetapkan. 3. Menjaga kualitas asset lewat pemilihan pasar yang selektif. 4. Menciptakan penggalaman pelanggan dengan kualitas layanan yang optimal sehingga
berdampak terhadap kinerja bisnis,
khususnya
pertumbuhan dana murah dan biaya berdasarkan pendapatan yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan dan keintiman pelanggan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
E. Proses Pengambilan Keputusan Menurut Selvi Yuliani (2014) proses pengambilan keputusan merupakan tahap-tahap yang harus dilalui atau digunakan untuk mengambil keputusan. Tahap-tahap ini merupakan keragka dasar sehingga setiap tahap dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa sub tahap disebut langkah yang lebih khusus atau spesifik dan lebih operasional. Secara umum proses pengambilan keputusan terdiri atas 3 tahap, antara lain sebagai berikut : a. Penemuan masalah Tahap ini merupakan tahap untuk mendefinisikan masalah dengan jelas, sehingga perbedaan antara masalah dan bukan masalah (misalnya isu) menjadi jelas dan masalah yang dihadapi dapat di cari model dan jalan keluar yang sesuai. b. Pemecahan Masalah Tahap ini merupakan tahap penyelesaian terhadap masalah yang sudah ada atau sudah jelas. Langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah. 2. Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan manusia, identifikasi peristiwaperistiwa di masa yang akan datang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
3. Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil, biasanya berbentuk tabel hasil. 4. Pemilihan dan penggunaan model pengambilan keputusan. c. Pengambilan keputusan Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau kondisi yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti, dan kondisi konflik.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah Dalam Pemilihan Produk di Perbankan Syariah Menurut Susanto (2011) faktor-faktornya ialah sebagai berikut : 1. Faktor Pelayanan, adalah pelayanan yang meliputi kelengkapan, kecepatan, dan kemudahan dalam berinteraksi dengan bank syariah sangat menjadi perhatian parah nasabah . 2. Faktor Kualitas Produk, sifat produk yang universal memberikan keuntungan dari produk tersebut, disini dapat dilihat dari sistem bagi hasil yang ditawarkan oleh bank syariah, bukan dengan sistem bunga seperti yang ditawarkan oleh bank konvensional apakah dapat mempengaruhi minat masyarakat menggunakan perbankan syariah. 3. Faktor Sosial, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank-bank Islam untuk memainkan peran penting di dalam pengembangan sumber
daya
manusianya
dan
memberikan
kontribusi
kesejahteraan sosial sehingga dapat menarik minat masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
bagi
38
4. Faktor Lokasi, dapat menentukan jumlah nasabah, bila lokasi letaknya strategis
dapat
lebih
banyak
menarik
minat
nasabah
untuk
menggunakan jasa perbankan syariah tersebut serta fasilitas yang diberikan bank tersebut harus dapat memuaskan minat masyarakat. 5. Faktor Promosi,
dalam
mengembangkan suatu produk maka
diperlukan promosi dan sosialisasi yang baik agar keberadaan bank syariah tersebut dapat dikenal masyarakat luas.
G. Faktor-Faktor Penghambat Yang Dihadapi Oleh Perbankan Syariah Dalam Pemasaran Kepada Masyarakat 1. Masyarakat masih familiar dengan keberadaan bank konvensional yang sudah ada sejak lama. Sehingga kemunculan bank-bank syariah kurang mendapat respon yang positif. 2. Pemahaman masyarakat yang masih kurang terhadap bank syariah dan produk syariah juga menjadi kendala terhadap pertumbuhan dan perkembangan bank syariah. Pemahaman ini tidak lepas kemunculan bank syariah yang masih baru dan butuh sosialisasi yang cukup untuk bisa diterima oleh masyarakat dan juga adanya anggapan bahwa bank syariah sama saja dengan bank konvensional. 3. Keterbatasan sumber daya manusia yang memahami produk dan sistem syariah. 4. Masih ada kesan di sebagian masyarakat bahwa Bank syariah bersifat ekslusif dalam artian bahwa bank syariah hanya ditujukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
untuk masyarakat muslim dan melibatkan kaum yang beragama muslim saja. 5. Ada pandangan dari sebagian masyarakat yang memandang bahwa pada umumnya sistem, kegiatan dan produk bank syariah masih mengekor pada bank konvensional. Hal pokok yang menjadi pembedanya hanyalah pada ditiadakannya unsur riba atau bunga yang diharamkan dalam hukum Islam. Salah satu contoh perbedaan istilah seperti, kalau di bank konvensional ada tabungan dan deposito, maka di bank syariah ada tabungan syariah dan deposito syariah. Lembaga arbitrase syariah nasional yang ada sekarang bukan dibentuk oleh pemerintah tetapi oleh MUI. Hal ini menyebabkan lembaga ini tidak memiliki kewenangan yang mengikat. Lembaga ini tidak memiliki hukum acara sehingga keputusan hukumnya tak bisa dieksekusi dalam tataran normatif. Lembaga ini memang mempunyai wewenang sebagai lembaga penengah dalam menyelesaikan perselisihan. Namun itu sebatas musyawarah mufakat. Sehingga pihak-pihak yang bersengketa tak bisa dipaksa untuk menaati keputusan lembaga ini. Misalnya, kalau ada orang yang mendirikan bank syariah tetapi prakteknya bertentangan dengan syariah atau ada non muslim yang membangun bisnis atau bertransaksi berdasarkan sistem syariah lalu mengalami sengketa, lalu siapa yang berhak melakukan pengadilan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
H. Rerangka Konseptual Dalam konteks penelitian ini, aspek-aspek yang diukur dari seseorang untuk menjadi nasabah di Bank Syariah, yaitu : produk, pelayanan, lokasi, fasilitas dan pemasaran. 1. Produk yang dimaksud disini adalah barang dan jasa yang disediakan bank seperti memiliki fitur pendukung dan keuntungan, presentasi nisbah bagi hasil produk bank tinggi, produk perbankan yang menarik dan inovatif. 2. Pelayanan yang dimaksud disini adalah pengelolaan yang profesional, cepat
dan
tepat,
memiliki
kemampuan
yang
baik
dalam
menyampaikan informasi dan kesigapan para pegawai dalam melayani nasabah. 3. Lokasi yang dimaksud disini adalah suatu tempat yang strategis, yang dimudah dijangkau oleh banyak orang mungkin karna keberadaan lingkungan yang berada di tengah keramaian. 4. Fasilitas yang dimaksud disini adalah sarana dan prasarana yang mudah dijangkau atau mudah didapati untuk melaksanakan suatu fungsi. Misalnya seperti banyaknya ATM diberbagai cabang dan lahan parkir yang luas. 5. Promosi yang dimaksud disini adalah usaha-usaha yang dilakukan bank untuk para masyarakat luas seperti melakukan iklan yang menarik (via web), promosi dengan penyebaran brosur dan adanya sosialisasi ke berbagai tempat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Rerangka konseptual FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NASABAH UNTUK MENGGUNAKAN JASA DI PERBANKAN SYARIAH Lokasi (X1) Produk (X2) Pelayanan (X3)
Keputusan Nasabah Memilih Bank Syariah (Y)
Fasilitas (X4) Promosi (X5) Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
Sumber : Berbagai jurnal penelitian
I. Peneliti Terdahulu Tabel 2.2 Peneliti Terdahulu No. 1.
Nama Peneliti Subchan Yahya (2010)
Judul Penelitian Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Untuk Menggunakan Jasa Di Perbankan Syariah (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Lebak)
Variabel Penelitian Agama (X1) Produk (X2) Fasilitas (X3) Lokasi (X4) SDM (X5) Promosi (X6) Merek (X7) Teknologi (X8) Keputusan Nasabah (Y)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian Faktor yang memegang peranan penting dalam menarik minat nasabah adalah promosi. Karena promosi sangat berperan dalam mempengaruhi keputusan nasabah, tanpa promosi nasabah tidak akan
42
2.
Rifa’atul Machmudah (2009)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Nasabah Non Muslim Menjadi Nasabah Di Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank CIMB Niaga Syariah Cabang Semarang)
Lokasi (X1) Pelayanan (X2) Religious Stimuli (X3) Reputasi (X4) Profit Sharing (X5) Promosi (X6) Minat Nasabah (Y)
3.
Riana Zagoto dan Retno Budi Lestari (2013)
Analisis Pengaruh Kualitas Jasa Perbankan Terhadap Kepuasan Nasabah Pada Bank Mega Syariah Cabang Kota Palembang
Efektifitas dan Jaminan (X1) Akses (X2) Harga (X3) Keterwujudan (X4) Portofolio Jasa (X5) Keterhandalan (X6) Kepuasan Nasabah (Y)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mendapatkan dan mengetahui informasi mengenai produk dan pelayanan jasa yang diberikan oleh Perbankan Syariah. Faktor yang paling dominan mempengaruhi minat nasabah non muslim menjadi nasabah di perbankan syariah adalah nasabah non muslim ingin memperoleh keuntungan bagi hasil yang banyak dan bagi hasil yang diberikan oleh pihak bank cukup tinggi. Faktor selanjutnya adalah pelayanan, promosi dan lokasi yang strategis. Dimensi kualitas jasa perbankan yang terdiri dari efektifitas dan jaminan, akses, harga, keterwujudan, portofolio jasa dan keterhandalam secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepuasan nasabah pada bank mega syariah cabang kota Palembang. Secara parsial dimensi kualitas jasa perbankan memiliki 2 variabel yang berpengaruh secara signifikan yaitu variable keterwujudan dan keterhandalan.
43
4.
5.
Detha, Zainul dan wilopo (2013)
Dian Ariani (2007)
Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Keputusan Menabung Nasabah Pada Bank Muamalat
Persepsi Masyarakat Umum Terhadap Bank Syariah di Medan
Produk (x1) Harga (x2) Promosi (x3) Proses (x4) Orang (x5) Bukti fisik (x6) Lokasi (x7)
Faktor produk, harga, promosi, proses, orang, bukti fisik dan lokasi berpengaruh positif terhadap keputusan menabung nasabah.
Keputusan menabung(Y) Pendidikan (X1) Usia (X2) Pelayanan (X3)
Dari ketiga variable bebas, terlihat bahwa variable pelayanan merupakan variable utama yang Persepsi memberikan masyarakat konstribusi paling umum terhadap besar dalam bank hubungannya dengan syariah(Y) hasil persepsi masyarakat umum terhadap bank syariah di Medan.
Sumber : Berbagai jurnal penelitian J. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana kebenarannya perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis yang dibuat penulis pada penelitian ini adalah : 1. Produk
berpengaruh
positif
terhadap
keputusan
nasabah
untuk
menggunakan jasa di Perbankan Syariah. 2. Pelayanan berpengaruh positif terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di Perbankan Syariah. 3. Lokasi
berpengaruh
positif
terhadap
keputusan
menggunakan jasa di Perbankan Syariah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
nasabah
untuk
44
4. Fasilitas berpengaruh positif terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di Perbankan Syariah. 5. Promosi berpengaruh positif terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di Perbankan Syariah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/