BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Kajian Teori a) Teori Manajemen Pemasaran Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. (Kotler & Keller, 2012:5). Sementara menurut Kotler dan Amstrong (2014:27), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai. Dalam konteks bisnis, pemasaran melibatkan pendapatan keuntungan, hubungan pertukaran nilai yang sarat dengan pelanggan. Oleh karena itu, didefinisikan pemasaran sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalan. Definisi dari American Marketing Association, pemasaran adalah suatu aktivitas mengatur lembaga, dan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, memberikan, dan bertukar penawaran yang memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya. (Solomon, 2015:28).
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah serangkaian proses dan aktifitas memberikan informasi, melakukan penawaran yang memiliki nilai untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. b) Teori Pemasaran Sosial Pemasaran sosial adalah proses yang menggunakan prinsip-prinsip pemasaran dan disiplin yang berdampak positif bagi isu-isu sosial di bidang kesehatan, pencegahan cedera, lingkungan dan keterlibatan masyarakat pada umumnya. Prinsip-prinsip ini pada prakteknya digunakan untuk membantu mengurangi pemakaian tembakau, menurunkan risiko diabetes, menurunkan angka kematian bayi, mengurangi dan menghentikan penyebaran penyakit HIV/AIDS, pencegahan penyakit malaria dan penyakit cacing guinea, memnbuat pengguna kendaraan bermotor memakai helm, penurunan pembuangan sampah sembarangan, dan banyak hal lagi yang berhubungan dengan lingkup sosial dan kesehatan. (Lee & Kotler 2011, p.2). 1) Pengertian Pemasaran Sosial Pemasaran sosial adalah cabang pemasaran yang bersangkutan dengan menggunakan pengetahuan dan konsep pemasaran, serta teknik untuk meningkatkan tujuan sosial serta dengan konsekuensi sosial dari kebijakan pemasaran, keputusan, dan tindakan. Adapun lingkup pemasaran sosial lebih luas dari pemasaran manajerial. mengacu pada studi tentang pasar dan kegiatan pemasaran dalam suatu sistem sosial keseluruhan (Lazer & Kelley, 2002).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Menurut Ann Voorhee Baker, pengertian pemasaran sosial adalah suatu pemasaran yang menggunakan kombinasi konsep tradisional pemasaran dan teknik komunikasi budaya yang didorong untuk menjual kesadaran, sikap, dan pilihan gaya hidup untuk satu atau lebih sasaran. Ketika target pelanggan adalah kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi, maka memiliki tantangan yang bervariasi (dikutip dalam Buku Supriyanto dan Ernawati, 2010). Pemasaran sosial adalah proses yang menggunakan prinsip-prinsip pemasaran dan teknik yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku khalayak sasaran yang akan memberikan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat serta individu.
Disiplin
ini
berorientasi
untuk
menciptakan,
berkomunikasi,
memberikan dan melakukan penawaran yang bernilai positif bagi individu, klien, mitra, dan masayarakat pada umumnya. (Lee, Rothschlif, & Smith, 2011). Berdasarkan pengertian menurut para ahli disebutkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran sosial adalah teknik pemasaran yang dilakukan dengan menerapkan
nilai dan prinsip-prinsip sosial yang dipasarkan kepada
tujuan dan target sosial. 2) Perbedaan Pemasaran Sosial dan Pemasaran Komersial Terdapat beberapa perbedaan antara pemasaran sosial dengan pemasaran komersial, dimana jika pemasar sosial fokus pada tata cara mempengaruhi perilaku untuk mendapatkan keuntungan sosial, sedangkan pemasar komersial berfokus pada cara penjualan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan finansial bagi organisasi atau perusahaan. Selain itu, posisi pemasar komersial
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
produk mereka terhadap orang-orang dari organisasi atau perusahaan lain sedangkan pemasar sosial bersaing dengan perilaku saat penonton menikmatinya dan manfaat yang terkait pada iklan yang dipasarkan. (Lee & Kotler, 2011, p.14). 3) Prinsip-prinsip Pemasaran Sosial Prinsip-prinsip pemasaran sosial diterapkan untuk melakukan peningkatan bagi kesehatan masyarakat, melindungi lingkungan, meningkatkan keterlibatan masyarakat, dan meningkatkan kesejahteraan finasial. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pemasaran sosial diantaranya yaitu professional di lembaga sektor publik, organisasi nirlaba, departemen pemasaran perusahaan dan iklan, serta public relation. (Lee & Kotler, 2011, p.18). 4) Langkah-langkah Perencanaan dalam Melakukan Pemasaran Sosial Menurut Lee & Kotler, dalam melakukan pemasaran sosial, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan Latar Belakang, Tujuan, dan Fokus Masalah Langkah pertama dalam melakukan pemasaran sosial, kita dituntut untuk menentukan latar belakang masalah yang terjadi, memutuskan tujuan dari pemasaran ini, dan menetapkan fokus terhadap masalah yang akan menjadi topik pemasaran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
b. Analisa Situasi Pada langkah kedua, kita dituntut untuk menganalisa situasi lapangan melalui studi kasus. Studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui sesuai atau tidaknya dengan fenomena yang terjadi sehingga layak dibuatkan sebuah pemasaran sosial. c. Menentukan Target Peserta Dalam pemasaran sosial harus ditentukan target pesertanya sehingga target penyampaian komuniaksi dapat ditujukan sesuai dengan tujuan pemasaran tersebut. d. Menentukan Perilaku Objektif dan Tujuan Selain kuantitas target pesertanya, untuk mengetahui minat terhadap tujuan penyampaian pemasaran perlu dilakukan analisa perilaku dari target peserta. e. Menentukan Batasan Terhadap Target Peserta Batasan terhadap peserta dilakukan berdasarkan aspek keuntungan dan dampak besar terhadap peserta itu sendiri. f. Menempatkan Pernyataan Terhadap Target Peserta Pernyataan
yang
berorientasi
hasil
adalah
ketika
pihak
pemasar
menginginkan target pesertanya dapat menyadari perilaku dirinya sendiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
g. Menentukan Bauran Pemasaran Sama halnya dengan pemasaran komersial, dalam melakukan pemasaran sosial wajib menentukan strategi pemasaran berdasarkan 4P yaitu product, price, place, promotion. h. Perencanaan Monitor dan Evaluasi Hal yang penting adalah merencanakan program monitor dan mengevaluasi hasil sehingga akan diketahui memenuhi atau tidaknya target dan tujuan dari pemasaran yang dilakukan. i. Anggaran Anggaran sangat penting untuk ditentukan untuk pelaksanaan pemasaran j. Perencanaan untuk pelaksanaan Setelah semua langkah sudah dilakukan, maka ditentukan perencanaan untuk segera melaksanakan atau mengimplementasikan segala rencan yang sudah disusun. c) Agen Sosial 1. Pengertian Agen Sosialisasi Menurut Almond (2000), sosialisasi politik dapat membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik suatu bangsa. Sosialisasi politik juga dapat memelihara kebudayaan politik suatu bangsa dalam bentuk penyampaian kebudayaan itu dari generasi tua kepada generasi muda, serta dapat pula
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
mengubah kebudayaan politik. Untuk dapat menyampaikan atau mentransmisikan pandangan, nilai, sikap, dan keyakinan-keyakinan politik diperlukan sarana atau agen-agen sosialisasi politik. Menurut Fuller dan Jacobs dalam Sunarto (2004), agen adalah media atau pihak-pihak yang melakukan serangkaian peran untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma sosial. Ada empat agen sosialisasi yang utama yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sekolah. 1) Keluarga Secara sosiologis, keluarga terbagi menjadi dua yaitu nuclear family (keluarga inti) dan extended family (keluarga luas). Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, saudara kandung atau saudara lainnya yang tinggal di dalam satu rumah dan dalam waktu yang cukup lama. Peranan orang tua pada tahap awal sosialisasi ini sangat penting karena apa yang terjadi antara anak dan orang tua tidak banyak diketahui oleh orang luar. Sedangkan keluarga luas terdiri dari beberapa keluarga seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan lainnya yang masih menjadi kerabat baik dari pihak bapak maupun pihak ibu. Fungsi keluarga meliputi: Fungsi Agama, Fungsi Sosial Budaya, Fungsi Cinta & KasihSayang, Fungsi Perlindungan, Fungsi Reproduksi, Fungsi Sosialisasi &Pendidikan, Fungsi Ekonomi dan Fungsi Lingkungan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2) Kelompok Bermain atau Teman Sebaya Setelah anak beranjak besar maka agen sosialisasi selanjutnya adalah pada kelompok bermain yaitu teman-teman sebayanya. Pada tahap ini anak-anak memasuki game stage yaitu mulai mempelajari aturan-aturan yang mengatur peranan-peranan orang yang kedudukannya sederajat. Kalau di dalam keluarga, anak-anak berinteraksi dengan orang dewasa tetapi di kelompok bermain ini, anak-anak menemukan dunia yang berbeda dan menemukan kemampuan baru bersama teman bermainnya. Kebutuhan remaja terhadap hubungan dengan teman sebaya sangatlah penting untuk perkembangan sosialnya. Maka jika ada keterbatasan hubungan
dengan
teman
sebayanya
akan
berpengaruh
terhadap
perkembangan sosial anak tersebut, misalnya orang tua yang membatasi anaknya secara berlebihan untuk tidak berhubungan dengan teman sebayanya, hal ini akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya, yaitu ketika si anak terjun ke dalam masyarakat. Sehingga ia sulit untuk bersosialisasi di masyarakat. (Jhon W. Santrock, Remaja, 2007, hal 57- 58). Santrock mengatakan bahwa peran terpenting dari teman sebaya adalah: a. Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. b. Sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan. c. Sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri. Melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
pemuda mempelajari modus relasi yang timbal-balik secara simetris. Bagi beberapa pemuda, pengalaman ditolak atau diabaikan dapat membuat mereka merasa kesepian dan bersikap bermusuhan. Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa teman sebaya memberikan sebuah dunia tempat para pemuda melakukan sosialisasi dalam suasana yang mereka ciptakan sendiri (Piaget dan Sullivan dalam Santrock, 2007). Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock (2007), mengatakan bahwa ada enam fungsi pertemanan yaitu : a.
Berteman (Companionship) Berteman akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjalankan fungsi sebagai teman bagi individu lain ketika sama-sama melakukan suatu aktivitas.
b.
Stimulasi Kompetensi (Stimulation Competition) Pada dasarnya, berteman akan memberi rangsangan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam situasi sosial. Artinya melalui teman seseorang memperoleh informasi yang menarik, penting dan memicu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan baik.
c.
Dukungan Fisik (Physicial Support) Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
d. Dukungan Ego Dengan berteman akan menyediakan perhatian dan dukungan ego bagi seseorang, apa yang dihadapi seseorang juga dirahasiakan, dipikirkan dan ditanggung oleh orang lain (temannya). e. Perbandingan Sosial (Social Comparison) Berteman akan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat dan keahlian seseorang. f. Intimasi/Afeksi (Intimacy/Affection) Tanda berteman adalah adanya ketulusan, kehangatan, dan keakraban satu sama lain. Masing-masing individu tidak ada maksud ataupun niat untuk menyakiti orang lain karena mereka saling percaya, menghargai dan menghormati keberadaan orang lain. 3) Sekolah Sekolah merupakan suatu jenjang peralihan antara keluarga dan masyarakat. Sekolah memperkenalkan aturan-aturan baru yang diperlukan bagi anggota masyarakat dan aturan-aturan tersebut sering berbeda dan bahkan bertentangan dengan aturan-aturan yang dipelajari selama sosialisasi berlangsung ketika anak di rumah. Oleh karena itu, pendidikan seks di sekolah merupakan komplemen dari pendidikan seks di rumah. Peran sekolah dalam memberikan pendidikan seks harus dipahami sebagai pelengkap pengetahuan dari rumah dan institusi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
lain yang berupaya keras untuk mendidik anak-anak tentang seksualitas dan bukan berarti bahwa sekolah mengambil porsi orang tua.
Tujuan pendidikan seks di sekolah seperti yang diungkapkan oleh Federasi Kehidupan Keluarga Internasional adalah: a. Memahami seksualitas sebagai bagian dari kehidupan yang esensi dan normal. b. Mengerti perkembangan fisik dan perkembangan emosional manusia. c. Memahami dan menerima individualitas pola perkembangan pribadi. d. Memahami kenyataan seksualitas manusia dan reproduksi manusia. e. Mengkomunikasikan secara efektif tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan seksualitas dan perilaku sosial. f. Mengetahui konsekuensi secara pribadi dan sosial dari sikap seksual yang tidak bertanggung jawab. g. Mengembangkan sikap tanggung jawab dalam hubungan interpersonal dan perilaku sosial. h. Mengenal
dan
mampu
mengambil
langkah
efektif
terhadap
penyimpangan perilaku seksual. i. Merencanakan kemandirian di masa depan, sebuah tempat dalam masyarakat, pernikahan dan kehidupan keluarga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Bagi
guru
yang
memberikan
pendidikan
seks,
Killander
(1971)
mengungkapkan bahwa guru mempunyai peran yang besar, yaitu: a. Membantu menyeleksi sasaran sosialitas dan pribadi yang dapat dicapai oleh anak didik. b. Membantu siswa untuk menyadari bahwa sarana tersebut sesuai untuk mereka dan membimbing mereka untuk menerimanya sebagai bagian dari hidup. c. Membimbing mereka untuk memilih aktivitas-aktivitas dan pengalaman yang baik dalam merencanakan masa depan. Oleh karena itu, Flake-Hobson (Joice, 1996) menyatakan bahwa pendidikan seks di sekolah harus meliputi pengajaran antara lain: a. Mengizinkan anak untuk berperan sesuai dengan jenis kelamin dalam ekspresi mereka, kepribadian mereka dan interaksi mereka dengan teman-temannya di kelas. b. Mengajak siswa untuk berdiskusi mengenai hal-hal yang berkenaan dengan sopan santun terhadap lawan jenis. c. Memperkenalkan siswa terhadap perkembangan peran seks. Misalnya seorang perempuan akan menjadi siswa yang berstatus ibu rumah tangga atau isteri. d. Menyediakan alat-alat audio visual (pandang dengar - red) mengenai perkembangan peran seks kepada siswa dan mengajak mereka untuk berdiskusi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
e. Memperkenalkan siswa kepada bermacam-macam peran seks antara laki-laki dan perempuan. 4) Media Massa Media massa sebagai bentuk komunikasi masyarakat secara luas terdiri dari media cetak dan elektronik memberikan pengaruh yang cukup penting bagi masyarakat. Pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi media massa ini berbeda satu sama lain dan kadangkala bertentangan dengan aturan yang diajarkan di rumah. Media meliputi Koran, majalah, buku, radio, televisi dan berbagai jenis alat komunikasi lainnya yang mencapai jumlah pendengar yang besar yang disampaikan melalui medium impersonal antara pengirim dan penerima. Media tidak langsung mempengaruhi interaksi seperti halnya agen sosialisasi yang lain, walaupun begitu media tetap merupakan agen sosialisasi karena mengungkapkan berbagai aspek mengenai
masyarakat
dan
mempengaruhi
anak-anak
dalam
pengertiannya mengenai dunia (Berns, 2004). Media sebagai salah satu agen sosialisasi tidak dapat dilepaskan dari setiap kaum muda dan harus diperhatikan karena sangat berpengaruh pada perkembangan individu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
D) Layanan Publik 1. Pengertian Layanan Publik Dalam UU No 25 Tahun 2009 pasal 1, mendefinisikan pelayanan publik sebagai berikut : “pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang di sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”. Menurut Sinambela dalam Pasolong (2010:128) Pelayanan publik adalah sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Sedangkan Lewis dan Gilman (2005:22) mendefinisikan pelayanan publik sebagai berikut: Pelayanan publik adalah kepercayaan publik. Warga negara berharap pelayanan publik dapat melayani dengan kejujuran dan pengelolaan sumber penghasilan secara tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Pelayanan publik yang adil dan dapat dipertanggung-jawabkan menghasilkan kepercayaan publik. Dibutuhkan etika pelayanan publik sebagai pilar dan kepercayaan publik sebagai dasar untuk mewujudkan pemerintah yang baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2. Unsur-unsur Pelayanan Publik Pada dasarnya pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana (dalam arti lugas, bukan dengan cara yang tradisional), terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau. Oleh sebab itulah menurut Ibrahim (2008:19-20) setidak-tidaknya mengandung unsurunsur dasar (asas-asas) antara lain sebagai berikut: a) Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima pelayanan publik tersebut, harus jelas dan diketahui dengan baik oleh masing-masing pihak, sehingga tidak ada keragu-raguan dalam pelaksanaannya. b) Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektivitasnya. c) Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus diupayakan agar dapat memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. d) Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Instansi/Lembaga Pemerintah/Pemerintahan “terpaksa harus mahal”, maka Instansi/Lembaga Pemerintah/Pemerintahan yang bersangkutan berkewajiban “memberi 17 peluang” kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Juliantra (2005) mengemukakan bahwa asas pelayanan publik antara lain: 1. Transparan Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2. Akuntabilitas Dapat
dipertanggungjawabkan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang- undangan. 3. Kondisional Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efektivitas dan efisiensi. 4. Partisipatif Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dengan
memperhatikan
aspirasi,
kebutuhan
dan
harapan
masyarakat. 5. Kesamaan Hak Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan gender dan status ekonomi. 6. Keseimbangan hak dan kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Sehingga menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus berasaskan yakni: 1) Kepentingan umum Adalah kepentingan orang banyak yang untuk mengaksesnya, tidak mensyaratkan beban tertentu. Kepentingan yang harus didahulukan dari kepentingan-kepentingan yang lain dengan tetap memperhatikan proporsi pentingnya dan tetap menghormati kepentingan-kepentingan lain. 2) Kepastian hukum Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Keadaan dimana perilaku manusia, baik individu, kelompok, maupun organisasi, terikat dan berada dalam koridor yang sudah digariskan oleh aturan hukum. 3) Kesamaan hak Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi. 4) Keseimbangan hak dan kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak. 5) Keprofesionalan Suatu keahlian dan kemampuan dalam mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu bidang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
6) Partisipatif Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dengan
memperhatikan
aspirasi,
kebutuhan
dan
harapan
masyarakat. 7) Persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif Perlakuan yang didapat dari para pelayan publik sama rata dan tidak melihat dari strata sosial masyarakat tersebut. 8) Keterbukaan Semua proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami masyarakat baik yang diminta ataupun tidak. 9) Akuntabilitas Pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 10) Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok Fasilitas yang didapat setiap orang sama, tidak ada perlakuan khusus bagi kelompok tertentu. 11) Rentan Pelayanan publiknya mudah terpengaruh oleh hal-hal yang mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat. 12) Ketepatan waktu Target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
13) Kecepatan, kemudahan dan kejangkauan Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi informatika. Dari asas-asas tersebut terlihat bahwa dalam pelaksaaannya pelayanan publik ditujukan kepada semua masyarakat termasuk masyarakat dengan kebutuhan khusus. Pelayanan publik yang terbaik adalah pelayanan yang dapat menjangkau semua elemen masyarakat. Dengan keadaan tersebut pelayanan publik akan mempermudah masyarakat dalam aktivitasnya. d) Pengetahuan Faktual 1. Pengertian Pengetahuan Faktual Menurut Dreikon (2012), pengetahuan faktual adalah kemampuan untuk meninjau proses perencanaan proses untuk menentukan kepatuhan dan kecukupan proses perencanaan proses kemampuan untuk menganalisis efektivitas metode pengendalian proses yang ditetapkan. Sedangkan menurut Heydorn & Jesudason (2013), pengertian pengetahuan faktual yaitu kumpulan klaim pengetahuan tentang dunia yang diyakini benar, dan ini bisa dikatakan merupakan klaim yang paling bermasalah dari semua klaim pengetahuan di semua bidang pengetahuan. Berdasarkan pendapat menurut ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan faktual adalah sekumpulan elemen yang dinyatakan konkret dan diakui kebenarannya akan informasi-informasi yang penting dalam kehidupan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
2. Tingkat Pengetahuan Menurut Dreikon (2012), ada 6 tingkatan pengetahuan bagi setiap orang. Enam tingkatan tersebut adalah: 1) Mengingat (Remember) Tahapan seseorang untuk mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. 2) Memahami (Understand) Membangun makna dari pesan instruksional baik dari komunikasi grafis lisan maupun tertulis. 3) Menerapkan (Apply) Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu. 4) Menganalisa (Analyze) Membagi materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana bagian-bagian berhubungan satu sama lain baik untuk struktur keseluruhan maupun tujuan. 5) Evaluasi (Evaluate) Membuat penilaian berdasarkan kriteria atau standar. 6) Membuat (Create) Memasukkan elemen secara bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang utuh atau fungsional ; mereorganisasi unsur ke dalam pola baru atau struktur.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
e) Perilaku Seksual 1. Pengertian Perilaku Seksual Perilaku seksual menurut Sarwono (2007) merupakan segala bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk perilaku seksual, mulai dari bergandengan tangan (memegang lengan pasangan), berpelukan (seperti merengkuh bahu, merengkuh pinggang), bercumbu (seperti cium pipi, cium kening, cium bibir), meraba bagian tubuh yang sensitif, menggesek-gesekkan alat kelamin sampai dengan memasukkan alat kelamin. Demikian halnya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja akan muncul ketika remaja mampu mengkondisikan situasi untuk merealisasikan
dorongan
emosional
dan
pemikirannya
tentang
perilaku
seksualnya atau sikap terhadap perilaku seksualnya. Menurut Freud dalam buku Sunaryo (2007), perilaku atau relasi seksual adalah mekanisme manusia yang vital untuk meneruskan keturunan dan menjaga agar manusia tidak punah. Seks dapat merupakan hubungan sosial biasa yang dilakukan oleh pria maupun wanita, tetapi dapat juga menimbulkan relasi seksual yang sifatnya erotis. Pada relasi seksual yang normal kedua belah pihak menghayati bentuk kenikmatan dan puncak kenikmatan seksual (orgasme). Bentuk relasi seksual ada yang heteroseksual apabila dilakukan oleh dua jenis kelamin yang berbeda dan homoseksual apabila dilakukan oleh dua jenis kelamin yang sama. Seksualitas itu sendiri menurut Rolheiser (2002) adalah energi yang indah, baik, sangat kuat, dan suci, yang diberikan oleh Tuhan dan dialami dalam seluruh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
hidup kita, sebagai suatu dorongan yang tidak dapat ditekan, yang mendorong orang untuk mengatasi ketidaklengkapan, menuju kesatuan yang utuh. Seksualitas adalah energi dalam diri kita, yang mendorong kita untuk dapat mencintai, berkomunikasi,
membangun
persahabatan,
gembira,
mempunyai
afeksi, compassion, membangun keintiman, dan berelasi dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan. Energi itu adalah energi untuk mencintai, memperhatikan, membangun relasi dengan orang lain, memberikan hidup kepada orang lain. Dalam seksualitas, kita dapat menjadi pembantu Pencipta, Tuhan, yang selalu mencipta dan memberikan kehidupan di dunia. Sarlito (2006: 142) mengatakan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini beraneka ragam mulai dari perasaan tertarik hingga kencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain seperti berpegangan tangan, berciuman, petting, dan senggama. Bisa juga dilakukan oleh diri sendiri seperti onani atau masturbasi. Dorongan seksual menurut Pangkahila (2001: 16), adalah suatu bentuk keinginan seseorang yang mengarah pada hubungan seksual. Dorongan seksual mulai muncul pada masa pemuda Karena pengaruh hormon seks, khususnya hormon testosterone. Perilaku seksual seperti berpegangan tangan, berpelukan, berciuman biasanya banyak dilakukan pada saat seseorang sedang kencan untuk membuktikan rasa cinta terhadap pasangannya bahkan lebih parahnya lagi yaitu dengan melakukan hubungan seks pranikah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku seksual merupakan tingkah laku yang didorong oleh keinginan atau hasrat seksual yang muncul dalam dirinya yang diwujudkan dengan melakukan aktifitas yang mengacu adrenalin ke arah seksual dengan menggunakan bagian alat tubuh untuk memuaskan hasrat seksualnya atau dengan berfantasi untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. 2. Aspek-aspek Perilaku Seksual Perilaku seksual yang dilakukan pemuda, terdapat beberapa aspek biologis, psikologis, dan sosial. Menurut Bruess dan Greenberg (dalam Alice Trimernatha, 2006: 16) di dalam perilaku seksual pemuda terkandung beberapa aspek yaitu: a) Aspek biologis Seks merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang secara biologis membutuhkan pemenuhan serta adanya perkembangan organ-organ genital pada individu. b) Aspek psikologis Seks merupakan proses belajar yang terjadi pada diri individu untuk mengekspresikan dorongan seksualnya melalui perasaan, sikap, dan pemikiran tentang seksualitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
c) Aspek sosial Seks
berfungsi
sebagai
manifestasi
seksualitas
individu
dalam
hubungannya dengan individu lain. Aspek ini meliputi pengaruh budaya, berpacaran, hubungan interpersonal dan semua hal tentang seks yang berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari oleh individu di dalam lingkungannya. Adapun yang termasuk dalam pengaruh budaya disini adalah iklan, film, radio, televisi, buku-buku, dan majalah yang kesemuanya itu dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku seseorang dalam menghadapi masalah seksnya. d) Aspek moral Seks berfungsi sebagai manifestasi dorongan seksual yang sesuai dengan norma sosial masyarakat dan norma agama yang belaku sehingga sikap-sikap moral mewarnai konsep seksualitas seseorang. Aspek ini biasanya didasarkan pada filosofi agama atau pada hal-hal yang bersifat etis. Yang termasuk disini adalah menjawab pertanyaan tentang benar atau salah tindakan dari perilaku seksual itu sendiri. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek perilaku seksual adalah biologis, kognitif dan fisik yang berhubungan dengan seksualitas itu sendiri dan mempengaruhi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
3. Tahapan Perilaku Seksual Menurut Kinsey dalam Kurniawan (2000) perilaku seksual dibagi menjadi 4 tahapan, tahapan yang lebih tinggi akan didahului oleh tahapan sebelumnya. Tahapan tersebut antara lain: a) Bersentuhan (touching), mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan b) Berciuman (kissing), mulai dari berciuman singkat sampai dengan mempermainkan lidah pasangannya (drop kissing). c) Bercumbuan (petting), menyentuh bagian yang sensitive dari tubuh pasangannya dan mengarah pada pembangkitan gairah seksual. d) Berhubungan kelamin (sexual intercourse), melakukan penetrasi penis ke dalam vagina. 4. Faktor-faktor Pengaruh Perilaku Seksual Sarlito Wirawan (2006: 153-154), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perilaku seksual di kalangan pemuda, yaitu: a) Perubahan Hormonal Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) pemuda. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. b) Penundaan usia perkawinan Penyaluran ini tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan baik secara hukum ataupun hal lainnya. Oleh karena adanya undangundang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dll). c) Tabu atau larangan Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku, dimana dilarang melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan larangannya berkembang kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi. Untuk pemuda yang tidak dapat menahan diri, akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut. d) Kemajuan teknologi Kecenderungan
pelanggaran makin meningkat
oeh karena
adanya
penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa, yang dengan adanya teknologi canggih (video kaset, fotocopy, satelit, DVD, telepon genggam, internet) menjadi tidak terbendung lagi. Pemuda yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena pemuda pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. e) Sikap mentabukan seks Sikap orang tua yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, tidak terbuka terhadap anak, malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalahi ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
f) Pergaulan yang semakin bebas Kenyataan bahwa pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat tidak dapat diingkari. Hal ini merupakan akibat dari berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual adalah kurangnya pengawasan dan tidak diajarkannya sejak dini tentang perilaku seksual yang membuat si pelaku buta akan arti sebenarnya seksualitas itu sendiri. f) Penelitian Terdahulu TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Judul Penelitian
Peneliti
Hasil Penelitian
Age and consumer socialization agent influences on adolescents' sexual knowledge, attitudes, and behavior: Implications for social marketing initiatives and public policy
Jesse N. Moore. Journal pf Public Policy & Marketing; Spring 2002; 21, 1; ABI/INFORM Research pg. 37.
Socio-economic Factors and Adolescent Sexual Activity and Behaviour in Nova Scotia
Donald B. Langui. Canadian Journal of Public Health; Jul/Aug 2005; 96, 4; Agricultural & Environmental Science Database pg. 313.
Proses sosialisasi konsumen dari seluruh agen sosial dan intervensi pelayanan masyarakat berpengaruh secara signifikan terhadap semua perilaku seksual, frekuensi aktifitas sesual, jumlah pasangan berhubungan seksual dan pengetahuan seksual kaum muda Indikator dari status sosial & ekonomi rendah dikaitkan dengan aktivitas seksual pada wanita muda. perilaku seksual berisiko tidak sering dikaitkan dengan SES pada wanita, meskipun mereka lebih pada laki-laki. Temuan ini memiliki implikasi untuk promosi kesehatan dan pelayanan kesehatan seksual.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU (LANJUTAN) Judul Penelitian
Peneliti
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pemuda di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi
Antono Suryoputro. Vol. 10, No. 1, Juni 2006: 2940
Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang Perilaku Seksual pada Pemuda di SMP Negeri 2 Galur Kulon Progo Pengaruh Agen Sosialisasi Terhadap Perilaku Seks Siswa Sma Negeri I Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat Pengaruh Antara Komunikasi Orangtua Pemuda dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seks Pranikah pada Pemuda Putri di SMPN dan MTSN Kecamatan Tambang Riau Pengaruh Faktor Keluarga terhadap Perilaku Seksual Remaja
Syamsul Rijal. I-xiii, 75 hal, 6 tabel, 3 gambar, 19 lampiran. Tahun 2011
Rindasari Munir, Tesis, Medan tahun 2013 Rini Hariani Ratih, 2013
Siti Maimunah, © 2015 Psychology Forum UMM, ISBN: 978-979796-324-8
Hasil Penelitian Dukungan sosial, relijiusitas, tingkat aktifitas sosial, kepercayaan diri, sikap terhadap layanan kesehatan seksual & reproduksi dan sikap terhadap aborsi, berhubungan dengan terjadinya hubungan seksual pra-nikah pada kedua jenis responden (mahasiswa dan buruh) dengan tingkat kemaknaan yang tinggi. Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi berpengaruh secara siginifikan terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang Perilaku Seksual. Agen Sosialisasi mempengaruhi secara signifikan terhadap Pengetahuan dan Perilaku Seks Pemuda Komunikasi Orangtua Pemuda dan Teman Sebaya berpengaruh secara siginifikan terhadap perilaku seks pranikah pada pemuda Kontrol orang tua dan status sosial ekonomi orang tua memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku seksual remaja dibandingkan dengan status pernikahan dan pendidikan orang tua.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU (LANJUTAN) Judul Penelitian Peneliti Hasil Penelitian Profil Peran Teman Sebaya, religiusitas dan Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Efektivitas Pendidikan Seksual Dini Dalam Meningkatkan Pengetahuan Perilaku Seksual Sehat
Eni Nuraeni N. Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora Avin Fadilla Helmi & Ira Paramastri . Jurnal Psikologi 1998, No 2, 25 – 34.
Aspek Pengkritik peran teman sebaya merupakan aspek tertinggi untuk melakukan perilaku seksual pranikah. Yang paling efektif bagi orang tua dalam meningkatkan pengetahuan perilaku seksual sehat adalah berturut-turut melalui ceramah, diskusi kelompok, dan brosur.
B. Rerangka Pemikiran Dari hubungan antara variabel dan hipotesis yang telah dipaparkan maka, dapat digambarkan model rerangka konseptual penelitian pada Gambar 2.1 PENGETAHUAN FAKTUAL (Y1)
AGEN SOSIAL (X1)
1. 2. 3. 4.
berikut: Keluarga Teman Sebaya Sekolah Media Massa
H1
H2
H1 H3
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisa Evaluasi Membuat
H2 LAYANAN PUBLIK (X2)
1. 2. 3. 4.
Kepentingan Umum Kepastian Hukum Keseimbangan Hak dan Kewajiban H3 Partisipatif
PERILAKU SEKSUAL (Y2) H4
1. 2. 3. 4.
Aspek Biologis Aspek Psikologis Aspek Sosial Aspek Moral
Gambar 2.1 Model Rerangka Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
C. Hipotesis Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teori, maka dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Agen Sosial berpengaruh secara signifikan terhadap Perilaku Seksual pada pemuda 2. Intervensi Pelayanan Publik berpengaruh secara signifikan terhadap Perilaku Seksual pada pemuda 3. Agen Sosial berpengaruh secara signifikan terhadap Pengetahuan Faktual pada pemuda 4. Intervensi Pelayanan Publik berpengaruh secara siginifikan terhadap Pengetahuan Faktual pada pemuda
http://digilib.mercubuana.ac.id/