BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia yang berarti bantu atau pembantu. Namun seiring berjalannya waktu, pengertian bank meluas menjadi suatu bentuk pranata sosial
yang bersifat finansial,
yang melakukan kegiatan keuangan dan
melaksanakan jasa-jasa keuangan. Secara umum bank adalah suatu badan usaha yang memiliki wewenang dan fungsi untuk menghimpun dana masyarakat umum untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana tersebut. Menurut Loen dan Ericson (2007:1) Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses dalam melaksanakan kegiatan usaha. Menurut Loen dan Ericson (2007:1), bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
12
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan, dan kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. 2. Jenis-jenis bank Menurut Kasmir (2012:31) terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan di Indonesia sebelum keluarnya undang-undang perbankan. Kita bisa melihat jenis perbankan sebelum Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam undang-undang perbankan. a. Dilihat dari segi fungsi Adapun pengertian bank umum dan bank perkreditan rakyat sesuai dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998 adalah sebagai berikut: 1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memeberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya, tetapi bank BPR melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. b. Dilihat dari segi kepemilikannya Maksud dari dilihat segi kepemilikannya adalah bank yang siapa saja dapat memiliki bank tersebut Kasmir (2012:33-35).Dapat dilihat dari kepemilikan akte
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
13
pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank yang dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bank milik pemerintahan, yaitu seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah dan akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah. 2. Bank milik swasta nasional, yaitu seluruh keuntungannya dimiliki oleh swasta serta akte pendiriannyapun di dirikan oleh swasta dan seluruhnya atau sebagian besar dimiliki swasta. 3. Bank milik koperasi, yaitu seluruh saham-saham bank kepemilikannya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koprasi. 4. Bank milik asing, yaitu sluruh bank yang yang berada diluar negeri merupakan cabang yang dimiliki bank swasta asing atau pemerintah asing. 5. Bank milik campuran, yaitu kepemilikan saham bank semua dimiliki oleh bank asing dan juga pihak swasta nasional. c. Dilihat dari Segi Status Menurut Kasmir (2012:35-36), dilihat dari segi status adalah kemampuan bank umum dalam melayani masyarakat, dibagi dalam dua macam pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank : 1. Bank devisa, merupakan bank yang berstatus devisa atau bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruan, misalnya: transfer keluar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit (LC) dan transaksi luar negeri lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
14
2. Bank Non Devisa, merupakan dari kebalikan bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batasan-batasan Negara, dan tidak memiliki izin melaksanakan transaksi sebagaimana bank devisa. d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga Menurut Kasmir (2012:36-37) terdapat dua kelompok jenis bank yang dilihat dari cara atau segi untuk menentukan harga bank harga jual maupun harga beli yaitu: 1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional, bank yang berkembang di Indonesia mayoritas yang berorientasi pada prinsip konvensional. Terdapat dua metode prinsip konvensional yang digunakan bank untuk mencari keuntungan dan menentukan harga melalui nasabah, yaitu: a. Menetapkan bunga sebagai harga, jual baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk produk pinjaman (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. b. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa, iuran dan biaya15 biaya lainnya. System pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, Penentuan harga bank yang berdasarkan prinsip syariah terhadap produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan
prinsip
konvensional.
Bank
berdasarkan
prinsip
syariah
menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
15
pihak lain baik dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam undang-undang perbankan di Indonesia: 1. Jenis perbankan dilihat dari segi fungsi sesuai dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998 terdapat Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. 2. Jenis perbankan dilihat dari segi kepemilikan adalah akte pendirian yang dimiliki bank dan pengusaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis banknya antara lain: bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, bank milik koperasi, bank milik asing, dan bank milik campuran. a. Jenis perbankan dilihat dari segi status maksudnya adalah kemapuan bank umum dalam melayani masyarakat untuk bertransaksi. Jenis banknya bank devisa dan bank non devisa. b. Jenis perbankan dilihat dari segi cara menetukan harga bank, harga jual maupun harga beli. Terdapat dua kelompok jenis bank yang menetukan harga seperti, bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bank yang berdasarkan prinsip syariah. 3. Fungsi Bank Menurut Totok B (2006:9) dalam penelitian Fajri Hakim (2013:28) fungsi bank dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Agent of Trust Bank sebagai lembaga keuangan yang dasar utama kegiatannya adalah kepercayaan (trust) dari masyarakat, baik dalam penghimpunan dana maupun
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
16
penyaluran dana. Masyarakat akan mau menyimpan uangnya di bank apabila dilandasi dengan adanya unsur percaya. Masyarakat percaya bahwa uang mereka yang ada di bank itu aman atau tidak akan disalahgunakan, uang mereka akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah ditentukan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. b. Agent of Development Kegiatan perekonomian masyarakat meliputi sektor moneter dan sektor riil, keduanya tidak dapat dipisahkan dan berinteraksi saling mempengaruhi. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian disektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, distribusi, serta konsumsi barang dan jasa. c. Agent of Services Selain kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga memberikan bermacam-macam jasa yang ditawarkan kepada masyarakat, antara lain berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bank dibagi menjadi tiga diantaranya adalah: 1. Fungsi bank sebagai Agent of Trust maksudnya adalah bank yang dalam kegiatan utamanya dilandasi dari kepercayaan dari masyarakat. 2. Fungsi bank sebagai Agent of Development adalah kegiatan perbankan yang sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat yang meliputi sektor moneter dan sektor riil.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
17
3. Fungsi bank sebagai Agent of Services maksudnya dalam kegiatan bank selain menghimpun dana dan menyalurkan dana tetapi, bank juga menawarkan berbagai macam jasa yang ditawarkan kepada masyarakat. 4. Pengertian Kredit Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Kasmir (2012:86) dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Maksud dari kepercayaan dalam si pemberi kredit adalah kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian yang ia percaya kepada si penerima kredit. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu yang disepakati bersama. Sedangkan Menurut Siamat (2005:230) kredit adalah persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank yang menyediakan uang kepada pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam utuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari beberapa pendapat disimpulkan kerdit
adalah
kepercayaan
antara
peminjam
(debitur)
kepada
yang
memberipinjaman (kreditur) dengan persetujuan yang telah disepakati serta mewajibkan pihak debitur untuk melunasi utang dan bunga. Menurut Dendawijaya (2009:318), kualitas kredit dikelompokan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
18
a. Lancar Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik, dan tidak ada tunggaka serta sesuai dengan persyaratan kredit. b. Dalam perhatian khusus Kredit dikategorikan dalam perhatian khusus juka terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai 90 hari. c. Kurang lancar Kredit kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/ atau bunga yang telah melampaui 90 hari dengan 18 hari. d. Diragukan Kredit diragukan apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/ atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari. e. Macet Kredit macet terjadi jika tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari. 5. Tujuan dan Fungsi Kredit Menurut Kasmir (2012:88-89) adapun tujuan pemberian kredit adalah sebagai berikut: a. Mencari keuntungan, yaitu dengan cara pemperolehnya melalui pemberian kredit, dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balasan jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah, melalui ini bank mendapatkan keuntungan untuk kelangsungan hidup bank.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
19
b. Membantu usaha nasabah, membantu nasabah mendapatkan dana untuk mengembangkan dan memperluaskan usahanya, baik dalam bentuk dana investasi maupun dana dalam bentuk modal keja. c. Membantu pemerintah, menurut pemerintah semakin banyak bank yang menyalurkan kredit kepada masyarakat yang membutuhkan untuk membangun usaha, maka semakin baik, karena dapat meningkatkan pembangunan ekonomi di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah antara lain: penerimaan pajak, membuka lapangan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat devisa negara, dan meningkatkan devisa negara. Kasmir (2012:89-90) mengemukakan, disamping tujuan di atas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan daya guna uang, maka dengan adanya kredit maka dapat meningkatkan daya guna uang tidak hanya disimpan saja, tetapi dapat menghasikan sesuatu yang berharga dengan uang tersebut. b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan di suatu wilayah untuk diedarkan ke daerah yang kekurangan/ membutuhkan uang dengan cara kredit yang diberikan oleh bank. c. Untuk meningkatkan daya guna barang, bank memberikan kredit kepada debitur untuk mengelola barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. d. Meningkatkan peredaran barang, kredit yang diberikan dapat meningkatkan jumlah barang yang beredar, dan dengan kredit pula dapat menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
20
e. Sebagai alat stabilitas ekonomi, kredit dapat membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa Negara dan menstabilitaskan ekonomi. f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha, bagi pemilik usaha mendapatkan modal salah satunya dengan kredit kepada bank, dengan begitu dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya tidak banyak. g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapat, Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapat. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangunpabrik, maka pabrik tersebut tentu
membutuhkan
tenaga
kerja
sehingga
dapat
pula
mengurangi
pengangguran. Di samping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya. h. Untuk meningkatkan hubungan internasional, dalam pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberi kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya. Dari beberapa penjelasan tujuan dan fungsi kredit dapat disimpulkan bahwa tujuan dan fungsi kredit sangat saling mempengaruhi untuk perkembangan dan kelangsungan hidup perbankan dan untuk membantu pemerintah untuk meningkatkan pembangunan perekonomian dalam berbagai sektor.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
21
6. Jenis-jenis kredit Menurut Kasmir (2012:90-93) Jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut. a. Dilihat dari segi kegunaan Dari segi kegunaan kredit dibedakan menjadi dua: 1. Kredit investasi, digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitas. 2. Kredit modal kerja, digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. b. Dilihat dari segi tujuan kredit Dilihat dari segi tujuan kredit dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Kredit produktif, digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi untuk menghasilkan barang atau jasa. 2. Kredit konsumtif, digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi dipakai oleh seseorang atau badan usaha. 3. Kredit perdagangan, digunakan untuk perdagangan, dan bisanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. c. Dilihat dari segi jangka waktu Dari segi jangka waktu kredit dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Kredit jangka pendek, digunakan untuk keperluan modal kerja dan memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun. 2. Kredit jangka menengah, digunakan bisanya untuk berinvestasi dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
22
memiliki jangka waktu kreditnya berkisaran antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun. 3. Kredit jangka panjang, digunakan untuk berinvestasi jangka panjang dan waktu pengembalian kredit jangka panjang diatas 3 tahun atau 5 tahun. d. Dilihat dari segi jaminan Dari segi jaminan kredit dibedakan menjadi: 1. Kredit dengan jaminan, setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. Jaminan tersebut berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. 2. Kredit tanpa jaminan, kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur dan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. e. Dilihat dari segi sektor usaha Kredit juga dibedakan berdasarkan sektor usaha, yaitu: 1) Kredit pertanian. 2) Kredit perternakan. 3) Kredit industri. 4) Kredit pertambangan. 5) Kredit pendidikan. 6) Kredit profesi. 7) Kredit perumahan. 8) dan sektor-sektor lainnya. Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
23
masyarakat ada berbagai jenis-jenis kredit yang dapat dilihat dari segi kegunaan, tujuan kredit, jangka waktu, dari segi jaminan dan dari segi sektor usaha. 7. Prinsip Pemberian Kredit Penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang bener-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P. Adapun penjelasan untuk menganalisis dengan 5 C kredit menurut Kasmir (2012:95-96) adalah sebagai berikut: 1. Character Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi. 2. Capacity Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. 3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
24
4. Colleteral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kedit yang diberikan. 5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sector masing-masing. Serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Kasmir (2012:96-97) juga mengatakan penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut: a. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi keperibadiannya atau tingkah lakunya seharihari maupun masa lalunya. b. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. c. Perpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang dinginkan nasabah. d. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. e. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
25
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk mengembalikan kredit. f. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampan nasabah dalam mencari laba. g. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapat perlindungan. 8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perbankan Tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, baik badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), yayasan maupun bentuk-bentuk badan usaha lainnya adalah untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, seperti membayar gaji serta biaya-biaya lainnya, akan tetapi juga digunakan untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai kegiatan di masa yang akan datang. Menurut Kasmir (2003:2) setiap perusahaan memiliki ciri-ciri dan karakteristik tersendiri sehingga dalam pengelolaannya pun harus disesuaikan dengan ciri dan karakteristik perusahaan tersebut. Salah satu perusahaan yang menjual jasa adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan atau lebih dikenal dengan nama bank. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efesien kearah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga perantara keuangan sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
26
Tujuan utama dari operasional perbankan adalah memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, profitabilitas yang digunakan adalah ROA (Return On Asset), karena ROA sangat penting bagi bank untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Menurut Sudiyatno (2010:126), apabila Return On Asset (ROA) meningkat, berarti profitabilitas
perusahaan
meningkat,
sehingga
dampak
akhirnya
adalah
profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham. Menurut Susilo, Triandaru dan Santoso (2000: 7) menyatakan lembaga keuangan baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Pada perbankan ada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perbankan atau ROA yakni, kemampuan bank dalam memberikan kredit, kredit macet yang disebabkan, resiko operasional atau resiko yang terjadi pada internal bank, serta modal yang dimiliki bank untuk membiayai kegiatan operasional maupun kemajuan layanan perbankan, dengan adanya faktor-faktor tersebut maka bank perlu
melakukan analisis perusahaan, disamping melihat laporan keuangan
perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan seperti Biaya Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
27
Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL). Berikut ini penulis akan menjelaskan lebih dalam mengenai laporan keuangan serta analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini. a. Pengertian Kinerja Keuangan dan Laporan Keuangan Menurut Husnan (2004), kinerja keuangan perusahaan adalah salah satu dasar penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel. Sumber utama variabel yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang dapat dijadikan dasar kinerja keuangan perusahaan. Laporan Keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Siamat (2005) mengatakan, dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan yang tediri dari: 1. Laporan Tahunan dan Laporan keuangan Tahunan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
28
Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu tahun. Laporan Keuangan Tahunan adalah Laporan keuangan akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan wajib diaudit oleh Akuntan publik. Laporan Keuangan Tahunan adalah: a. Neraca, menggambarkan posisi keuangan dari sati kesatuan usaha yang merupakan keseimbangan antara aktiva, utang, dan modal pada suatu tanggal tertentu. b. Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban dari satu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu. c. Laporan perubahan equitas adalah laporan perubahan modal dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang meliputi laba komprehensif, investasi dan distribusi dari dan kepada pemilik. d. Laporan arus kas berisi rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran kas baik yang berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu. 2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiap triwulan. 3. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
29
4. Laporan Keuangan Konsolidasi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki anak perusahan, wajib menyusun laporan keuangan konsolodasi berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku serta menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. Tujuan laporan keuangan, menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI,2002), adalah sebagai berikut: a. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva, utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu. b. Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan. c. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi keuangan perusahaan. d. Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan. b. Analisis Rasio Keuangan Menurut Munawir (2002:64), analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut. Munawir (1990:64) juga mengatakan, rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
30
tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Dengan
menggunakan
analisa
rasio
dimungkinkan
untuk
dapat
menentukan tingkat kinerja suatu bank dan kesehatannya dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas suatu bank. Perhitungan rasio untuk menilai posisi kinerja suatu bank, akan memberikan gambaran yang jelas tentang baik dan buruknya operasional suatu bank, yang dilihat dari posisi keuangannya dalam neraca dan laba rugi. c. Macam-macam rasio keuangan Umumnya berbagai rasio yang dihitung untuk menilai kinerja suatu bank dikelompokkan ke dalam tiga tipe dasar (Faisol,2007), yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas, dan rasio solvabilitas yang dijelaskan dibawah ini: 1. Rasio Likuidatas Rasio ini mengukur kemamapuan bank untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain sebagai berikut: a. Cash Ratio, yaitu likuiditas minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam membayar kembali pinjaman jangka pendek bank. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam prakteknya akan dapat mempengaruhi profitabilitas. Rasio ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
31
merupakan perbandingan antara jumlah alat liquid yang dimiliki bank dengan pinjaman yang harus segera dibayar. b. Reserve Requirement (RR), yaitu likuiditas wajib minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk Giro pada BI. Reserve Requirement merupakan ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia. Menurut surat edaran BI tahun 1997, besarnya RR minimal 5%. c. Loan to Deposite Ratio (LDR), yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio LDR ini merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100%. d. Loan to Asset Ratio (LAR), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. 2. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
32
Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Rasio-rasio rentabilitas terdiri dari: a. Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam penggunaan asset. b. Return On Equity (ROE), yaitu
perbandingan antara laba bersih bank
dengan modal sendiri. c. Rasio Beban Operasional (BOPO), yaitu perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasinya. d. Net Interest Margin (NIM), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. 3. Rasio Solvabilitas Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditas bank. Rasio Solvabilitas ini terdiri atas: a. Capital adequacy Ratio (CAR),yaitu rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
33
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Bank yang termasuk bank sehat, apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. b. Debt to Equity Ratio (DER), yaitu rasio yang mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya hutang. Dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank terutama dalam menilai profitabilitasnya. a. Pengertian Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal adalah hal yang sangat penting dalam menyangga kegiatan operasional bank, dan modal juga sangat berguna dalam mengantisipasi kejadian yang tidak di inginkan seperti kerugian. Riyadi (2006:161) menyatakan bahwa Capital adequacy ratio yang disebut juga CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Boy dan Sonny (2008:97) mengatakan bahwa CAR adalah rasio perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). ATMR (Aktiva tertimbang menurut risiko) merupakan penjumlahan ATMR neraca (on balance sheet) dan ATMR asministratif (off balance sheet). Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari asset tertimbang menurut risiko (ATMR) yang dinyatakan dalam rasio CAR. Tetapi pada tahun 1998-2007 bank diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu: 1. Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memilki CAR lebih dari 8%. 2. Bank Take Over (BTO) atau dalam penyehatan oleh BPPN (Badan Penyehatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
34
Perbankan Nasional) dengan klasifikasi B, jika bank tersebut memilki CAR antara -25% sampai dengan < dari 8%. 3. Bank Beku Operasi (BBO) dengan klasifikasi C, jika memilki CAR kurang dari -25%. Bank dengan klasifikasi C inilah yang di likuidasi. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modal sangatlah penting dalam operasional bank, karena dengan modal bank dapat mengantisipasi kejadian yang tidak terduga seperti kejadian kerugian.dan dalam rasio CAR bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%. Berdasarkan ketentuan dari bank Indonesia bank yang didirikan di Indonesia harus memilki modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Loen dan Ericson, 2007:40): 1. Modal inti terdiri dari: a. Modal disetor, adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. Sedangakan Indonesia bagi bank yang berbentuk koprasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib dan modal penyertaan. b. Agio saham, adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank yang dikarenakan harga saham melebihi nilai nominalnya. c. Cadangan umum, adalah cadangan yang berbentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan dapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masingmasing. d. Cadangan tujuan, adalah bagian dari laba setelah dikurangi pajak yang disisahkan untuk tujuan tertentu dan telah medapat persetujuan rapat umum
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
35
anggota atau rapat anggota. e. Laba ditahan, adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. f. Laba ditahan, adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunanya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank memilki saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi factor pengurangan modal inti. g. Laba tahun berjalan, adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan setelah yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kegiatan tersebut menjadi factor pengurang modal inti. h. Bagi kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya yang dikonsolidasi, adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang tidak termasuk anak perusahaan adalah bank dan lembaga keuangan bukan bank lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank. 2. Modal pelengkap Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Modal pelengkap dapat berupa:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
36
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, adalah cadangan yang dibentuk dari selisi penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapatkan persetujaun Direktorat Jendral Pajak. b. Cadangan penghapusan aktiva yang dikualifikasikan, adalah yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal ini dimungkinkan untuk menampung kerugian yang timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. c. Modal kuasi, adalah modal yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat seperti modal. d. Pinjaman subordinary, adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus ada persetujuan Bank Indonesia. Kebutuhan modal minimum bank dihitung berdasarkan Aktiva Terimbang Menurut Risiko (ATMR) yang merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dan ATMR aktiva rekening administrasif. Langkah-langkah perhitungannya menurut Loen dan Ericson (2007:44), adalah sebagai berikut: 1. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. 2. ATMR aktva rekening administrative diperoleh dengan cara mengalihkan nilai nominal rekening administrasi yang bersangkutan dengan bobot risiko masingmasing pos rekening tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
37
3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva rekening. 4. Administratif. 5. Risiko modal bank (CAR) dihitung dengan cara membandingkan modal bank (modal inti + modal pelengkap) dengan total ATMR. Secara matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut: Gambar 2.1 Rumus CAR CAR= Modal Sendiri x 100% ATMR b. Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi.Kemapuannya yang dilihat dari bank, apakah bank mampu mengimbangi antara jumlah pemberian kredit kepada nasabah dengan kemampuan bank dalam memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Rasio LDR ini menunjukan bank akan membayar penarikan dana deposan dengan melalu kredit yang diberikan sebagai sumber pendapatannya. Berdasarkan peraturan bank Indonesia (PBI) Nomor.15/7/PBI/2013 berlaku 2 Desember 2013, tingkat LDR yang dianggap sehat oleh Bank Indonesia adalah berkisar antara 78% s/d 92%. Bank Indonesia harus menetapkan LDR karena sangat mempengaruhi indikator keberhasilan bank dalam menjalankan fungsi financial intermediary dan bias mempengaruhi likuiditas bank. Menurut Riyadi (2006:165), LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
38
(DPK) yang dapat dihimpun oleh bank (Riyadi, 2006:165). Gambar 2.2 Rumus LDR LDR= Jumlah Kredit Yang Diberikan x 100% Total Dana Pihak Ketiga
Kredit yang diberikan dapat didefinisikan bank sebagai penyedia uang atau tagihan yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Riyadi (2006:79-81) juga menyampaikan , bahwa sumber dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat yang biasa disebut dengan (DPK). Yang termasuk dana pihak ketiga antara lain giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito dan kewajiban segera lainnya. c. Pengertian Non Performing Loan (NPL) NPL sangat berkaitan dengan kredit bermasalah yang terjadi pada bank, dimana debitur tidak dapat melunasi pinjamannya karena adanya factor kesengajaan atau faktor ekseternal diluar kemampuan yang disepakati bersama. Tan Sau Engl (2013) mengatakan rasio NPL merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dengan kolektibilitas kurang lancer, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang diberikan. Riyadi (2006:161) juga mengemukakan, berdasarkan yang telah ditentukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
39
oleh Bank Indonesia, besarnya NPL yang telah diperbolehkan saat ini maksimal 5%. Jika melebihi 5% maka bank tersebut dikatakan tidak profesional dalam mengelola kerdit, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Tingkat kesehatan bank adalah dimana manajemen harus memantau keadaan
kualitas aktiva produktif yang sangat penting, dan kualitas aktiva
merupakan salah satu factor yang sangat mempengaruhi tingkat kesehatannya. Rumus Non Performing Loan (NPL) Gross dan Non Performing Loan (NPL) Net (Riyadi, 2006:160). Gambar 2.3 Rumus NPL gross
NPL= Kredit Yang Diberikan dengan kolektibilitas 3 sampai dengan 5 x 100% Total Kredit Yang diberikan
Gambar 2.4 Rumus NPL nett NPL= Kredit Yang Diberikan dengan kolektibilitas 3 sampai dengan 5 x 100% Total Kredit Yang diberikan
d. Pengertian Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Riyadi (2006:159) menyatakan bahwa, BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
40
efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Biaya operasioanal merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pihak bank dalam menjalankan kegiatan operasiaoanal sehari-hari meliputi: biaya gaji, biaya pemasaran,
biaya
bunga.
Sedangkan
pendapatan
operasional
merupkan
pendapatan yang diterima oleh pihak bank yang diperoleh melalui penyaluran kredit dalam bentuk suku bunga. Riyadi (2006:159) juga mengemukakan, Bank Indonesia menetapkan besarnya rasio BOPO tidak boleh melebihi 90%, jika menunjukan angka diatas 90% dan mendekati 100% ini berati bahwa kinerja bank tersebut menunjukan tingkat efisiensi yang sangat rendah. Tetapi jika rasio BOPO rendah, misalkan menunjukan mendekati 75% berarti kinerja bank yang bersangkutan menunjukan tingkat efisiensi yang tinggi. Jika rasio BOPO semakin kecil berati sangat efisen bank tersebut dalam mengeluarkan biaya operasional sehingga semakin kecil pula kemungkinan terjadinya kredit bermasalah. BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut (Loen dan Ericson, 2007:110): Gambar 2.5 Rumus BOPO BOPO=
Biaya Operasional x 100% Pendapatan Oprasional
e. Pengertian Profitabilitas (ROA) Profitabilitas merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga bagi dunia perbankan karena merupakan cerminan sebuah kinerja perusahaan dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
41
menjalani usahanya. Untuk mengetahui apakah bank sudah menjalanin profitabilitasnya salah satu caranya dengan mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien, karena efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang dihasilkan laba. Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA dengan alasan, karena BI sebagai Pembina dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan asset yang dananya berasal dari masyarakat. Menurut Riyadi (20006:156), ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Jika hasil ROA menujukan nilainya semakin baik maka kinerja keuanganya semakin baik pula, karena tingkat pengembaliannya semakin besar return yang didapatkan, berati profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham. Dalam bukunya Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:155) menyatakan bahwa di Indonesia, bank Indonesia menetapkan angka ROA ≥ 2% agar sebuah bank umum dapat dikatakan dalam kondisi sehat. Oleh karea itu ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
42
Gambar 2.6 Rumus ROA ROA= Laba Bersih x 100% Total Aktiva
Total asset adalah tempat pegumpulan dana meliputi kas, rekening pada bank sentral, pinjaman jangka pendek dan jangka panjang, dan aktiva tetap. 10. Pengaruh Antar Variabel a. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) Hampir beberapa penelitian mengindikasikan bahwa jika CAR naik maka ROA akan naik, berpengaruh signifikan positif, jika dilihat dari rumus CAR dimana modal dibagi ATMR kemudian dibagi 100% sama dengan minimal 8%. ATMR adalah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko, dimana aktiva yang memiliki bobot risiko paling besar adalah kredit, kredit juga memberikan kontribusi pendapatan yang paling besar bagi bank. Artinya jika kredit naik maka pendapatan bank akan naik,berarti ROA akan naik. Dengan naiknya kredit berarti akan menaikkan total ATMR, yang berarti juga menurunkan CAR atas dasar pemikiran inilah maka benar bahwa jika CAR naik maka ROA akan turun, demikian pulabila terjadi sebaliknya. Namun demikian aktiva lainnyayang memiliki bobot risiko 100% adalah Fixed Asset dan aset-aset lainnya yang tidak memiliki kontribusi pendapatan bagi bank, jadi jika kenaikan ATMR karena diakibatkan oleh kenaikan aset pada kelompok ini maka dapat dibenarkan bahwa jika CAR naik maka ROA akan naik
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
43
demikian pula jika CAR turun maka ROA akan turun karena penggunanan dana bank yang tidak memberikan kontribusi pendapatan operasional bank. b. Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) Menurut Riyadi (2015:199) Loan To Deposit Ratio atau LDR merupakan perbandingan total kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank. Rasio ini akan menunjukkan tingkat kemampuan bankdalammenyalurkan dananya yang berasal dari masyarakat (berupa: giro, tabungan, deposito berjangka, Sertifikat Desposito Berjangka dan kewajiban segera lainnya) dalam bentuk kredit. Menurut Riyadi (2015:200), jika dikembangakan lebih lanjut maka dibandingkannya tidak hanya terhadap kredit tetapi ditambah dengan surat berharga yang diterbitkan (Obligasi) dan modal inti. Tingkat profitabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA), jika LDR naik atau tinggi maka pendapatan bank dipastikan akan naik,dalam arti memiliki pengaruh positif, tentunya sepanjang pemberian kreditnya telah dilakukan secara prudential dan compliance terhadap ketentuan yang ada sehingga tidak menimbulkan kredit bermasalah. Dikarenakan kredit bagi perbankan Indonesia masih menjadi satu-satunya sumber pendapatan yang sangat menentukan besar kecilnya laba yang diperoleh, maka semakin banyaknya kredit yang diberikan akan semakin
tinggi juga
pendapatan bunga bank. Oleh karena itu LDR akan berpengaruh positif, karena pada akhirnya jumlah permodalan bank akan naik dengan demikian Capital Adequacy Ratio (CAR) juga akan mengalami kenaikan, artinya memberi peluang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
44
kepada bank untuk melakukan ekspansi kredit baru lagi. c. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset (ROA) Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank Indonesia telah menetapkan nilai NPL yaitu sebesar 5%. Jika perbankan Indonesia tidak dapat menjaga rasio NPL tersebut tetap berada kurang dari atau sama dengan 5% maka akan mempengaruhi profitabilitas perbankan, karena jika semakin banyak kredit bermasalah maka perbankan akan sulit mengembalikan dana kepada pihak ketiga atau dengan kata lain kinerja perbankan menajdi tidak sehat. d. Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional terhadap ROA Biaya Operasional Pendapatan Operasional ( BOPO) merupakan hal saling bekaitan dimana jika pendapatan lebih besar dari biaya operasional, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Jika perusahaan tidak bisa mengendalikan biaya operasionalnya hal ini akan berdampak buruk bagi bank. BOPO juga berpengaruh besar dalam mengukur tingkat efisiensi dan juga kemampuan bank dalam menjalanan kegiatan operasionalnya. Untuk itu bank harus melakukan perbandingan antara jumlah biaya operasional dan juga pendapatan operasonal yang diperolehnya. Di perbankan, pendapatan operasional yang didapatkan adalah bunga dari nasabahnya sedangkan biaya operasionalnya adalah biaya bunga dari pihak ketiga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
45
Pendapatan bank ini akan jauh lebih baik jika biaya bunganya jauh lebih kecil,namun untuk mendapatkan biaya bunga yang kecil tersebut, bank harus pandai memilih pihak ketiga. Pada umumnya pihak yang memberikan dana pada bank memiliki tuntutan untuk meminta bunga yang lebih tinggi. Tingginya suku bunga yang diinginkan oleh phak ketiga tersebut menyebabkan bank menjadi lebih kritis dalam hal suku bunga yang dibebankan kepada nasabahnya. Untuk mendapatkan pendapatan operasional yang besar, pastinya bank juga harus pandai mencari nasabah dalam jumlah banyak dan bank bisa menekan biaya bunga yang lebih minim lagi. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002) tingkat keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Oleh sebab itu, semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, dan bank akan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
B. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang memepengaruhi profitabilitas telah banyak yang dilakukan, tetapi dalam penelitian variable inependen, objek penelitian, dan periode waktu yang digunakan juga berbeda-beda, sehingga dapat disimpulkan penelitian yang dihasikan berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan A.A. Yogi Prasanjaya dan I Wayan Ramantha
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
46
(2013) menganalisis pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Bank yang terdaftar di BEI. Variabel dependennya adalah ROA, sedangkan variabel independennya adalah CAR, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan. Hasil penelitian menyatakan bahwa BOPO dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA.Sedangkan CAR dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.Secara simultan variable CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Edhi Satriyo Wibowo dan Muhammad Syaichu (2013) menganalisis pengaruh suku bunga, inflasi, CAR, BOPO, dan NPF terhadap profitabilitas bank syariah.Variable dependennya adalah ROA, sedangkan variable independennya adalah suku bunga, inflasi, CAR, BOPO dan NPF. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap 37 ROA. Sementara CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh terhadap ROA. Dalam penelitian ini variabel CAR, NPF, BOPO, Bunga dan Inflasi secara bersama-sama dapat memeberikan pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan Tan Sau Eng (2013) pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL, dan CAR terhadap ROA Bank internasional dan bank Nasional Go Publik periode 2007-2011.Variabel dependennya adalah ROA.Sedangkan variable independennya adalah NIM, BOPO, LDR, NPL, dan CAR. Hasil penelitian menyatakan bahwa NIM, LDR, dan NPL berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan CAR dan LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan Defri (2013) menganalisis pengaruh CAR,
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
47
Likuiditas dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI.Variabel dependennya adalah ROA, sedangkan variabel independennya adalah CAR, LDR, dan BOPO. Hasil penelitian menyatakan bahwa CAR dan LDR mempunyai pengaruh positif tidak signifikn terhadap ROA. Sedangkan BOPO memiliki pengaruh negative signifikan terhadap ROA.Secara simultan variable CAR, LDR, dan BOPO berpengaruh terhadap Profitabilitas. Penelitian yang dilakukan Ahmad Buyung Nusantara (2009) menganalisis pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas (perbandingan bank umum go publik dan bank umum non go publik di Indonesia periode tahun 2011-2014).
Variabel
dependennya
adalah
ROA,
sedangkan
variabel
independennya adalah NPL, CAR, LDR, dan BOPO. Hasil penelitian menyatakan bahwa NPL, CAR, LDR, dan BOPO yang mempengaruhi ROA bank go publik. Sedangkan LDR yang mempengaruhi ROA pada bank non go publik. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu,mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas, untuk memudahkan dalam melakukan penelitian maka dibuat suatu kerangka pemikiran yang menjadi acuan dalam melakukan pengumpulan data dan analisisnya. Selain itu didasarkan pada variable-variabel sebagai dasar kerangka pemikiran, maka akan dijelaskan tentang pengaruh CAR, LDR, NPL, BOPO dan Inflasi terhadap ROA.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
48
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No
Penelitian
Variabel
Hasil
1.
A.A. Yogi Prasanjaya dan I Wayan Ramantha (2013). Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Bank yang terdaftar di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1(2013):230-245. ISSN:2302-8556.
Independent: CAR, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan Dependent:ROA
BOPO dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan CAR dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
2.
Edhi Satriyo Wibowo dan Muhammad Syaichu (2013). Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. (Diponegoro Journal of Management. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1-10. Issn) Tan Sau Eng (2013) Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL, dan CAR terhadap ROA Bank Internasional dan Bank Nasional Go Public periode 2007-2011. (Jurnal Dinamika Manajemen Vol.1 No.3 juliSeptember 2013, ISSN 2338123X. Defri (2013) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI. (Jurnal Manajemen Vol. 01, Nomor 01, September 2012)
Independent: Suku bunga, Inflasi, CAR, BOPO, dan NPF. Dependent:ROA
BOPO berpengaruh signifikan negative terhadap ROA. Sedangkan variable CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh.
Independent: NIM, BOPO, LDR, NPL, dan CAR. Dependent: ROA
NIM, LDR dan NPL berpengaruh signifikan terhadap ROA.Sedangkan CAR dan LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA.
Independent: CAR, LDR, dan BOPO. Dependent:ROA
CAR dan LDR mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan BOPO memiliki pengaruh negative signifikan terhadap ROA.
3.
4.
5.
Ahmad Buyung Nusantara Independent: (2009) Analisis Pengaruh NPL, NPL, CAR, CAR, LDR, dan BOPO LDR, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
NPL, CAR, LDR dan BOPO yang mempengaruhi
49
terhadap Profitabilitas. Perbandingan Bank Umum Go Publik dan Non Go Publik di Indonesia periode Tahun 2005-2007)
BOPO. Dependent:ROA
ROA bank go publik. Sedangkan LDR yang mempengaruhi ROA pada bank non go publik.
C. Rerangka Pemikiran Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu,mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas, untuk memudahkan dalam melakukan penelitian maka dibuat suatu kerangka pemikiran yang menjadi acuan dalam melakukan pengumpulan data dan analisisnya. Selain itu didasarkan pada variable-variabel sebagai dasar kerangka pemikiran, maka akan dijelaskan tentang pengaruh CAR, LDR, NPL, BOPO dan Inflasi terhadap ROA. Berdasarkan penjelasan diatas maka kerangka pemikirian teoritis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini. Gambar 2.8 Pengaruh Variabel CAR, LDR, NPL, dan BOPO terhadap ROA CAR LDR
H1 H2
NPL
H3 H4
BOPO
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
ROA
50
D. Hipotesis Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan dan data yang akan diuji adalah sebagai berikut: H1: Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan Return on Asset (ROA) H2: Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan Return on Asset (ROA) H3: Non Performing Loan (NPL) berpengaruh signifikan Return on Asset (ROA) H4: Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan Retun on Asset (ROA).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z